Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AGAMA

(PERKEMBANGAN AGAMA DARI WAKTU KE WAKTU)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 12

NADIYYA ZAHARA (223310982)

RAHMATIA PUTRI Z (223310988)

SITI NAILA AQILAH (223310996)

DOSEN PEMBIMBING :

MUSLIM, S.Ag., M.Ag

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Perkembangan Agama Dari Waktu Ke Waktu ini.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Agama. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
Perkembangan Agama Dari Waktu Ke Waktu.

Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Muslim, M. Ag selaku


dosen pada mata kuliah Agama. Berkat tugas yang diberikan, kami dapat menambah
pengetahuan dan wawasan seputar topik yang dibahas. Kami juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan
makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Padang, 13 Agustus 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2

1.3 Tujuan Pembelajaran..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3

2.1 Pengertian perkembangan agama dari waktu ke waktu.........................................................3

2.2 Sejarah 6 agama utama di Indonesia (Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan,
Hindu, Budha, Konghucu)...........................................................................................................3

2.3 Agama dan kepercayaan lainnya Baha’i, animisme dan dinamisme...................................18

2.4 Hubungan antar agama di Indonesia....................................................................................20

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................21

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................21

3.2 Saran..................................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................22

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia memiliki sejarah yang panjang, berbagai unsur kebudayaan
asing bercampur baur dengan kebudayaan lokal yang kemudian dianggap sebagai
kebudayaan masyarakat Indonesia bercampur baur mulai dari unsur-unsur kebudayaan
material sampai pada bentuk kebudayaan immaterial, seperti bahasa bahkan sampai unsur
kebudayaan yang sebenarnya sulit untuk berubah, yaitu kepercayaan atau dalam bahasa
umum disebut sebagai religi.

Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, serta tata kaidah yang berhubungan dengan
pergaulan manusia, manusia serta lingkungannya. Agama adalah suatu bentuk pemujaan
dan peribadatan menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang pada Zat yang
dianggap layak untuk dipuja, disembah, atau diibadati; Zat mana sifatnya transendental –
supra natura. Tujuan dari adanya agama ini jelas, yaitu untuk menuntun manusia hidup
sebagaimana layaknya manusia; Aritoteles menyebutkan bahwa satu ciri dari manusia itu
adalah mahluk yang membelum, mereka senantiasa merasa tidak puas dengan apa yang
ada, sering terjadi bahwa untuk memenuhi dorongan ketidakpuasannya itu mereka tidak
lagi menghiraukan nilai-nilai kemanusiaan. Agama itu sifatnya universal, dalam arti
berlaku untuk orang banyak , tidak ada satu agamapun di dunia ini yang sifat
kepentingannya parsial (satu kelompok) apalagi individual. Agama berperan sangat
penting dalam mengatur sendi-sendi kehidupan manusia dan mengarahkannya kepada
kebaikan bersama.

Saat ini ada 6 agama utama di Indonesia, hal ini didapat berdasarkan Penjelasan Atas
Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia
ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”. Berikut
penjelasan tentang sejarah perkembangan keenam agama utama tersebut di Indonesia,
kepercayaan diluar keenam agama tersebut, dan hubungan antar agama di Indonesia.

1
2
1.2 Rumusan Masalah

1) Apa pengertian perkembangan agama dari waktu ke waktu?


2) Bagaimana sejarah 6 agama utama di Indonesia (Islam,,Kristen Katolik, Kristen
Protestan, Hindu, Budha, dan Konghucu)?
3) Apa itu kepercayaan baha’I, animisme, dan dinamisme?
4) Bagaimana hubungan antar agama di Indonesia?

1.3 Tujuan Pembelajaran


1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama.
2) Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang materi seputar
Perkembangan Agama Dari Waktu Ke Waktu.
3) Untuk mengetahui pengertian perkembangan agama dari waktu ke waktu.
4) Untuk mengetahui sejarah 6 agama utama di Indonesia (Islam,Kristen Katolik,Kristen
Protestan,Hindu,Budha,Konghucu).
5) Untuk mengetahui agama dan kepercayaan lainnya Baha’i, animisme dan dinamisme.
6) Untuk memahami hubungan antar agama di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkembangan Agama Dari Waktu ke Waktu

Perkembangan agama dari waktu ke waktu merupakan proses penyebarluasan suatu


agama dari suatu daerah ke daerah lain dari waktu ke waktu melalui berbagai
jalur,contohnya jalur perdagangan,perkawinan,pendidikan,kesenian,tasawuf,dan jalur
politik.

2.2 Sejarah 6 Agama Utama di Indonesia (Islam, Kristen Katolik, Kristen


Protestan, Hindu, Budha, Konghucu).

Berdasarkan sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman


agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal,
Arab, dan Belanda.  Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan
telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.

Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat
Masehi ketika pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi, membawa
agama mereka. Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi
dengan kasta Brahmana yang memuja Siwa. Pedagang juga mengembangkan ajaran
Buddha pada abad selanjutnya. Sejumlah ajaran Buddha dan Hindu telah mempengaruhi
kerajaan-kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan Sailendra. Candi Buddha
terbesar di dunia ialah candi Borobudur, candi ini dibangun oleh Kerajaan Sailendra
pada waktu yang sama dengan pembangunan candi Hindu, yakni candi Prambanan.
Puncak kejayaan Hindu-Jawa, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman
keemasan dalam sejarah Indonesia.

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 M.  Berasal dari Gujarat, India. Islam
menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa.
Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang,
Mataram dan Banten. Pada akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah dibentuk,

4
mencerminkan dominasi Islam di Indonesia. Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia
oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor. Kristen Protestan pertama
kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran
Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur,
dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa
Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan
pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga
menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana
banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan.

Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru. Antara
tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia, bersama dengan
beberapa organisasi, mengakibatkan terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk di abad
ke-20.  Atas dasar peristiwa itu, pemerintahan Orde Baru mencoba untuk menindak para
pendukung PKI, dengan menerapkan suatu kebijakan yang mengharuskan semua untuk
memilih suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI adalah ateis.Sebagai hasilnya,
tiap-tiap warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang
menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama
secara massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen
Katolik. Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak
orang Tionghoa juga berpindah ke Kristen atau Buddha

A. Perkembangan Agama Islam di Indonesia

Masjid Raya Baiturrahman di Banda Aceh, Indonesia.

Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam
suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Jika
dilihat dari sudut antropologi budaya, suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal

5
di daerah-daerah pedalaman, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis
bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur
sosial, ekonomi, dan budayanya lebih statis dibandingkan dengan suku bangsa yang
mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota
pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang
akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.

Dalam masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia, terdapat kerajaan-


kerajaan yang bercorak Indonesia-Hindu. Di Sumatra terdapat kerajaan Sriwijaya
dan Melayu; di Jawa, Majapahit; di Sunda, Pajajaran; dan di Kalimantan, Daha dan
Kutai. Agama Islam yang datang ke Indonesia mendapat perhatian khusus dari
kebanyakan rakyat yang telah memeluk agama Hindu. Agama Islam dipandang lebih
baik oleh rakyat yang semula menganut agama Hindu, karena Islam tidak mengenal
kasta, dan Islam tidak mengenal perbedaan golongan dalam masyarakat. Daya
penarik Islam bagi pedagang-pedagang yang hidup di bawah kekuasaan raja-raja
Indonesia-Hindu agaknya ditemukan pada pemikiran orang kecil. Islam memberikan
suatu persamaan bagi pribadinya sebagai anggota masyarakat muslim. Sedangkan
menurut alam pikiran agama Hindu, ia hanyalah makhluk yang lebih rendah
derajatnya daripada kasta-kasta lain. Di dalam Islam, ia merasa dirinya sama atau
bahkan lebih tinggi dari pada orang-orang yang bukan muslim, meskipun dalam
struktur masyarakat menempati kedudukan bawahan.

Proses islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dua
pihak: orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan agama Islam dan golongan
masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya. Dalam masa-masa kegoncangan
politik , ekonomi, dan sosial budaya, Islam sebagai agama dengan mudah dapat
memasuki & mengisi masyarakat yang sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih
cara-cara yg ditempuh oleh orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam,
yaitu menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Dengan demikian,
pada tahap permulaan islamisasi dilakukan dengan saling pengertian akan kebutuhan
& disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. Pembawa dan penyebar agama Islam
pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang, yang sebenarnya
menjadikan faktor ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk
berkunjung ke Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan

6
pelayaran dan perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian barat,
tenggara, dan timur Asia. Kedatangan pedagang-pedagang muslim seperti halnya
yang terjadi dengan perdagangan sejak zaman Samudra Pasai dan Malaka yang
merupakan pusat kerajaan Islam yang berhubungan erat dengan daerah-daerah lain
di Indonesia, maka orang-orang Indonesia dari pusat-pusat Islam itu sendiri yang
menjadi pembawa dan penyebar agama Islam ke seluruh wilayah kepulauan
Indonesia.

Tata cara islamisasi melalui media perdagangan dapat dilakukan secara lisan dengan
jalan mengadakan kontak secara langsung dengan penerima, serta dapat pula terjadi
dengan lambat melalui terbentuknya sebuah perkampungan masyarakat muslim
terlebih dahulu. Para pedagang dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri,
berkumpul dan menetap, baik untuk sementara maupun untuk selama-lamanya, di
suatu daerah, sehingga terbentuklah suatu perkampungan pedagang muslim. Dalam
hal ini orang yang bermaksud hendak belajar agama Islam dapat datang atau
memanggil mereka untuk mengajari penduduk pribumi.

Selain itu, penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara perkawinan antara
pedagang muslim dgn anak-anak dari orang-orang pribumi, terutama keturunan
bangsawannya. Dengan perkawinan itu, terbentuklah ikatan kekerabatan dgn
keluarga muslim.

Media seni, baik seni bangunan, pahat, ukir, tari, sastra, maupun musik, serta media
lainnya, dijadikan pula sebagai media atau sarana dalam proses islamisasi.
Berdasarkan berbagai peninggalan seni bangunan dan seni ukir pada masa-masa
penyeberan agama Islam, terbukti bahwa proses islamisasi dilakukan dgn cara
damai. Kecuali itu, dilihat dari segi ilmu jiwa dan taktik, penerusan tradisi seni
bangunan dan seni ukir pra-Islam merupakan alat islamisasi yang sangat bijaksana
dan dengan mudah menarik orang-orang nonmuslim untuk dengan lambat-laun
memeluk Islam sebagai pedoman hidupnya.

Dalam perkembangan selanjutnya, golongan penerima dapat menjadi pembawa atau


penyebar Islam untuk orang lain di luar golongan atau daerahnya. Dalam hal ini,
kontinuitas antara penerima dan penyebar terus terpelihara dan dimungkinkan
sebagai sistem pembinaan calon-calon pemberi ajaran tersebut. Biasanya santri-

7
santri pandai, yang telah lama belajar seluk-beluk agama Islam di suatu tempat dan
kemudian kembali ke daerahnya, akan menjadi pembawa dan penyebar ajaran Islam
yang telah diperolehnya. Mereka kemudian mendirikan pondok-pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan lembaga yang penting dalam penyebaran agama Islam.

Agama Islam juga membawa perubahan sosial dan budaya, yakni memperhalus dan
memperkembangkan budaya Indonesia. Penyesuaian antara adat dan syariah di
berbagai daerah di Indonesia selalu terjadi, meskipun kadang-kadang dalam taraf
permulaan mengalami proses pertentangan dalam masyarakat. Meskipun demikian,
proses islamisasi di berbagai tempat di Indonesia dilakukan dengan cara yang dapat
diterima oleh rakyat setempat, sehingga kehidupan keagamaan masyarakat pada
umumnya menunjukkan unsur campuran antara Islam dengan kepercayaan
sebelumnya. Hal tersebut dilakukan oleh penyebar Islam karena di Indonesia telah
sejak lama terdapat agama (Hindu-Budha) dan kepercayaan animisme.

Pada umumnya kedatangan Islam dan cara menyebarkannya kepada golongan


bangsawan maupun rakyat umum dilakukan dengan cara damai, melalui
perdagangan sebagai sarana dakwah oleh para mubalig atau orang-orang alim.
Kadang-kadang pula golongan bangsawan menjadikan Islam sebagai alat politik
untuk mempertahankan atau mencapai kedudukannya, terutama dalam mewujudkan
suatu kerajaan Islam.

Kedatangan Islam di berbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan. Demikian


pula dengan kerajaan-kerajaan dan daerah yang didatanginya, ia mempunyai situasi
politik dan sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan Sriwijaya
mengembangkan kekuasaannya pada sekitar abad ke-7 dan ke-8, Selat Malaka sudah
mulai dilalui oleh para pedagang muslim dalam pelayarannya ke negeri-negeri di
Asia Tenggara dan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina zaman T’ang pada abad-
abad tersebut, diduga masyarakat muslim telah ada, baik di kanfu (kanton) maupun
di daerah Sumatra sendiri. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat
internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat atau timur mungkin
disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam di bawah Bani Umayah di bagian barat
maupun kerajaan Cina zaman dinasti T’ang di Asia Timur serta kerajaan Sriwijaya
di Asia Tenggara. Adalah suatu kemungkinan bahwa menjelang abad ke-10 para
pedagang Islam telah menetap di pusat-pusat perdagangan yang penting di
8
kepulauan Indonesia, terutama di pulau-pulau yang terletak di Selat Malaka, terusan
sempit dalam rute pelayaran laut dari negeri-negeri Islam ke Cina. Tiga abad
kemudian, menurut dokumen-dokumen sejarah tertua, permukiman orang-orang
Islam didirikan di Perlak dan Samudra Pasai di Timur Laut pantai Sumatra.

Saudagar-saudagar dari Arab Selatan semenanjung tanah Arab yang melakukan


perdagangan ke tanah Melayu sekitar 630 M (tahun kesembilan Hijriah) telah
menemui bahwa di sana banyak yang telah memeluk Islam. Hal ini membuktikan
bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad-abad pertama Hijriah, atau sekitar
abad ke tujuh dan kedelapan Masehi yang dibawa langsung oleh saudagar dari Arab.
Dengan demikian, dakwah Islam telah tiba di tanah Melayu sekitar tahun 630 M
tatkala Nabi Muhammad saw. masih hidup. Keterangan lebih lanjut tentang
masuknya Islam ke Indonesia ditemukan pada berita dari Marcopolo, bahwa pada
tahun 1292 ia pernah singgah di bagian utara daerah Aceh dalam perjalanannya dari
Tiongkok ke Persia melalui laut. Di Perlak ia menjumpai penduduk yang telah
memeluk Islam dan banyak para pedagang Islam dari India yang giat menyebarkan
agama itu.

Para pedagang muslim menjadi pendukung daerah-daerah Islam yang muncul


kemudian, dan daerah yang menyatakan dirinya sebagai kerajaan yang bercorak
Islam ialah Samudra Pasai di pesisir timur laut Aceh. Munculnya daerah tersebut
sebagai kerajaan Islam yang pertama diperkirakan mulai abad ke-13. Hal itu
dimungkinkan dari hasil proses islamisasi di daerah-daerah pantai yang pernah
disinggahi para pedagang muslim sejak abad ketujuh. Sultan yang pertama dari
kerajaan Islam Samudra Pasai adalah Sultan Malik al-Saleh yang memerintah pada
tahun 1292 hingga 1297. Sultan ini kemudian digantikan oleh putranya yang
bernama Sultan Muhammad Malik az-Zahir. Kerajaan Islam Samudra Pasai menjadi
pusat studi agama Islam dan meru pakan tempat berkumpul para ulama Islam dari
berbagai negara Islam untuk berdis kusi tentang masalah-masalah keagamaan dan
masalah keduniawian. Berdasarkan berita dari Ibnu Batutah, seorang pengembara
asal Maroko yang mengunjungi Samudra Pasai pada 1345, dikabarkan bahwa pada
waktu ia mengunjungi kerajaan itu, Samudra Pasai berada pada puncak kejayaannya.
Dari catatan lain yang ditinggalkan Ibnu Batutah, dapat diketahui bahwa pada masa
itu kerajaan Samudra Pasai merupakan pelabuhan yang sangat penting, tempat

9
kapal-kapal datang dari Tiongkok dan India serta dari tempat-tempat lain di
Indonesia, singgah dan bertemu untuk memuat dan membongkar barang-barang
dagangannya.

Kerajaan Samudera Pasai makin berkembang dalam bidang agama Islam, politik,
perdagangan, dan pelayaran. Hubungan dengan Malaka makin ramai, sehingga di
Malaka pun sejak abad ke-14 timbul corak masyarakat muslim. Perkembangan
masyarakat muslim di Malaka makin lama makin meluas dan akhirnya pada awal
abad ke-15 berdiri kerajaan Islam Malaka. Para penganut agama Islam diberi hak-
hak istimewa, bahkan telah dibangunkan sebuah masjid untuk mereka. Para
pedagang yang singgah di Malaka kemudian banyak yang menganut agama Islam
dan menjadi penyebar agama Islam ke seluruh kepulauan Nusantara, tempat mereka
mengadakan transaksi perdagangan.

Kerajaan Malaka pertama kali didirikan oleh Paramisora pada abad ke-15. Menurut
cerita, sesaat sebelum meninggal dalam tahun 1414, Paramisora masuk Islam,
kemudian berganti nama menjadi Iskandar Syah. Selanjutnya, kerajaan Malaka
dikembangkan oleh putranya yang bernama Muhammad Iskandar Syah (1414–
1445). Pengganti Muhammad Iskandar Syah adalah Sultan Mudzafar Syah (1445–
1458). Di bawah pemerintahannya, Malaka menjadi pusat perdagangan antara Timur
dan Barat, dengan kemajuan-kemajuan yang sangat pesat, sehingga jauh
meninggalkan Samudra Pasai. Usaha mengembangkan Malaka hingga mencapai
puncak kejayaannya dilakukan oleh Sultan Mansyur Syah (1458–1477) sampai pd
masa pemerintahan Sultan Alaudin Syah (1477–1488).

Sementara itu, kedatangan pengaruh Islam ke wilayah Indonesia bagian timur


(Sulawesi dan Maluku) tidak dapat dipisahkan dari jalur perdagangan yang
terbentang antara pusat lalu lintas pelayaran internasional di Malaka, Jawa, dan
Maluku. Menurut tradisi setempat, sejak abad ke-14, Islam telah sampai ke daerah
Maluku. Disebutkan bahwa kerajaan Ternate ke-12, Molomateya (1350–1357),
bersahabat karib dengan orang Arab yg memberinya petunjuk dalam pembuatan
kapal, tetapi agaknya tidak dalam kepercayaan.

Pada masa pemerintahan Marhum di Ternate, datanglah seorang raja dari Jawa yang
bernama Maulana Malik Husayn yang menunjukkan kemahiran menulis huruf Arab

10
yang ajaib seperti yang tertulis dalam Alquran. Hal ini sangat menarik hati Marhum
dan orang-orang di Maluku. Kemudian, ia diminta oleh mereka agar mau
mengajarkan huruf-huruf yang indah itu. Sebaliknya, Maulana Malik Husayn
mengajukan permintaan, agar mereka tidak hanya mempelajari huruf Arab,
melainkan pula diharuskan mempelajari agama Islam. Demikianlah Maulana Malik
Husayn berhasil mengislamkan orang-orang Maluku. Raja Ternate yang dianggap
benar-benar memeluk Islam adalah Zainal Abidin (1486–1500).

Dari ketiga pusat kegiatan Islam itulah, maka Islam menyebar dan meluas memasuki
pelosok-pelosok kepulauan Nusantara. Penyebaran yang nyata terjadi pada abad ke-
16. Dari Malaka, daerah Kampar, Indragiri, dan Riau menjadi Islam. Dari Aceh,
Islam meluas sampai ke Minangkabau, Bengkulu, dan Jambi. Dimulai sejak dari
Demak, maka sebagian besar Pulau Jawa telah menganut agama Islam.

Banten yang diislamkan oleh Demak meluaskan dan menyebarkan Islam ke Sumatra
Selatan. Di Kalimantan, kerajaan Brunai yang pada abad ke-16 menjadi Islam,
meluaskan penyebaran Islam di bagian barat Kalimantan dan Filipina. Sedangkan
Kalimantan Selatan mendapatkan pengaruh Islam dari daratan Jawa. Dari Ternate
semakin meluas meliputi pulau-pulau di seluruh Maluku serta daerah pantai timur
Sulawesi. Pada abad ke-16 di Sulawesi Selatan berdiri kerajaan Goa. Demikianlah
pada akhir abad ke-16 dapat dikatakan bahwa Islam telah tersebar dan mulai
meresapkan akar-akarnya di seluruh Nusantara.

Meresapnya Islam di Indonesia pada abad ke-16 itu bersamaan pula dengan
ditanamkannya benih-benih agama Katolik oleh orang-orang Portugis. Bangsa
Portugis ini dikenal sebagai penentang Islam dan pemeluk agama Katolik fanatik.
Maka, di setiap tempat yang mereka datangi, di sanalah mereka berusaha
mendapatkan daerah tempat persemaian bagi agama Katolik. Hal ini menurut
tanggapan mereka merupakan suatu tugas dan kewajiban yang mendapat dorongan
dari pengalaman mereka menghadapi Islam di negeri mereka sendiri. Ketika
pertahanan Islam terakhir di Granada jatuh pada 1492, maka dalam usaha mereka
mendesak agama Islam sejauh mungkin dari Spanyol dan Portugis, mereka
memperluas gerakannya sampai Timur Tengah yang waktu itu menjadi daerah
perantara perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur dengan Barat.
Timbullah kemudian suatu hasrat dalam jiwa dagang mereka untuk berusaha sendiri
11
mendapatkan rempah-rempah yang menjadi pokok perdagangan waktu itu langsung
dari daerah penghasilnya (Nusantara). Dengan demikian, mereka tidak akan
bergantung lagi kepada pedagang-pedangan Islam di Timur Tengah.

Indonesia merupakan negara dengan penduduk Muslim terbanyak di dunia, dengan


85% dari jumlah penduduk adalah penganut ajaran Islam.Mayoritas Muslim dapat
dijumpai di wilayah barat Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera. Sedangkan di
wilayah timur Indonesia, persentase penganutnya tidak sebesar di kawasan barat.
Sekitar 98% Muslim di Indonesia adalah penganut aliran Sunni. Sisanya, sekitar dua
juta pengikut adalah Syiah (di atas satu persen), berada di Aceh.

Sejarah Islam di Indonesia sangatlah kompleks dan mencerminkan keanekaragaman


dan kesempurnaan tersebut kedalam kultur. Pada abad ke-12, sebagian besar
pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti Majapahit dan Sriwijaya,
mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke Islam.
Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak penganut Hindu yang berpindah ke Bali,
sebagian Jawa dan Sumatera.  Dalam beberapa kasus, ajaran Islam di Indonesia
dipraktikkan dalam bentuk yang berbeda jika dibandingkan dengan Islam daerah
Timur Tengah.

Ada pula sekelompok pemeluk Ahmadiyah yang kehadirannya belakangan ini


sering dipertanyakan. Aliran ini telah hadir di Indonesia sejak 1925. Pada 9 Juni
2008, pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah surat keputusan yang praktis
melarang Ahmadiyah melakukan aktivitasnya ke luar. Dalam surat keputusan itu
dinyatakan bahwa Ahmadiyah dilarang menyebarkan ajarannya.

B. Perkembangan Agama Kristen Katolik di Indonesia

12
Katedral di Jakarta
Umat Katolik Perintis di Indonesia: 645 – 1500
Agama Katolik untuk pertama kalinya masuk ke Indonesia pada bagian pertama
abad ketujuh di Sumatera Utara. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr.
Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan rentetan
berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang lebih luas.
Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang ahli sejarah
Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku “Daftar berita-berita tentang
Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan tanah-tanah di luarnya”. yang
memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan Serani yang tersebar di Mesir,
Nubia, Abbessinia, Afrika Barat, Spanyol, Arabia, India dan Indonesia.

Dengan terus dilakukan penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita dapat
mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini terletak
di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman umat
Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja dengan nama
Gereja Bunda Perawan Murni Maria (Gereja Katolik Indonesia seri 1, diterbitkan
oleh KWI)

Awal mula: abad ke-14 sampai abad ke-18

Dan selanjutnya abad ke-14 dan ke-15 entah sebagai kelanjutan umat di Barus atau
bukan ternyata ada kesaksian bahwa abad ke-14 dan ke-15 telah ada umat Katolik di
Sumatera Selatan. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis,
yang kemudian diikuti bangsa Spanyol yang berdagang rempah-rempah. Banyak
orang Portugis yang memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di
Indonesia, dimulai dari kepulauan Maluku pada tahun 1534. Antara tahun 1546 dan
1547, pelopor misionaris Kristen, Fransiskus Xaverius, mengunjungi pulau itu dan
membaptiskan beberapa ribu penduduk setempat.

Pada abad ke-16, Portugis dan Spanyol mulai memperluas pengaruhnya di Manado
& Minahasa, salah satunya adalah menyebarkan agama Kristen Katolik namun hal
tersebut tidak bertahan lama sejak VOC berhasil mengusir Spanyol & Portugis dari

13
Sulawesi Utara. VOC pun mulai menguasai Sulawesi Utara, untuk melindungi
kedudukannya di Maluku.

Selama masa VOC, banyak praktisi paham Katolik Roma yang jatuh, dalam hal
kaitan kebijakan VOC yang mengkritisi agama itu. Yang paling tampak adalah di
Sulawesi Utara, Flores dan Timor Timur. Pada tahun 2006, 3% dari penduduk
Indonesia adalah Katolik, lebih kecil dibandingkan para penganut Protestan. Mereka
kebanyakan tinggal di Papua dan Flores.

C. Perkembangan Agama Kristen Protestan di Indonesia

Kristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda (VOC),


pada sekitar abad ke-16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik dengan sukses
berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia.Agama ini
berkembang dengan sangat pesat di abad ke-20, yang ditandai oleh kedatangan para
misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti di wilayah barat
Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. Pada 1965, ketika terjadi perebutan
kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai orang-orang yang tidak
ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya yang penuh sebagai
warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami suatu pertumbuhan
anggota.

Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas penting di beberapa wilayah.


Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 97% penduduknya adalah Protestan, terutama di
Tana Toraja, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Sekitar 75% penduduk di Tana
Toraja adalah Protestan. dibeberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung

14
memiliki sebutan berbeda terhadap aliran Protestan ini, tergantung pada keberhasilan
aktivitas para misionaris.

Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang mayoritas penduduknya adalah Protestan,


yaitu Papua, Sulawesi Utara dan Sumatera Utara (Batak) dengan 90% – 94% dari
jumlah penduduk. Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh
penduduk asli. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa, berpindah agama ke Protestan
pada sekitar abad ke-18.  Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli Sulawesi Utara
menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau Jawa
dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Sepuluh persen lebih-
kurang; dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen Protestan.

D. Perkembangan Agama Hindu di Indonesia

Kebudayaan dan agama Hindu tiba di Indonesia pada abad pertama Masehi,
bersamaan waktunya dengan kedatangan agama Buddha, yang kemudian
menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti Kutai, Mataram dan
Majapahit. Candi Prambanan adalah kuil Hindu yang dibangun semasa kerajaan
Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan ini hidup hingga abad ke 16 M, ketika
kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini, dikenal sebagai periode Hindu-
Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh.

Hindu di Indonesia berbeda dengan Hindu lainnya di dunia. Sebagai contoh, Hindu
di Indonesia, secara formal ditunjuk sebagai agama Hindu Dharma, tidak pernah
menerapkan sistem kasta. Contoh lain adalah, bahwa Epos keagamaan Hindu
Mahabharata (Pertempuran Besar Keturunan Bharata) dan Ramayana (Perjalanan
Rama), menjadi tradisi penting para pengikut Hindu di Indonesia, yang dinyatakan
dalam bentuk wayang dan pertunjukan tari. Aliran Hindu juga telah terbentuk
dengan cara yang berbeda di daerah pulau Jawa, yang jadilah lebih dipengaruhi oleh

15
versi Islam mereka sendiri, yang dikenal sebagai Islam Abangan atau Islam
Kejawen.

Semua praktisi agama Hindu Dharma berbagi kepercayaan dengan banyak orang
umum, kebanyakan adalah Lima Filosofi: Panca Srada.  Ini meliputi kepercayaan
satu Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan didalam jiwa dan semangat, serta karma
atau kepercayaan akan hukuman tindakan timbal balik. Dibanding kepercayaan atas
siklus kelahiran kembali dan reinkarnasi, Hindu di Indonesia lebih terkait dengan
banyak sekali yang berasal dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan, agama Hindu
disini lebih memusatkan pada seni dan upacara agama dibanding kitab, hukum dan
kepercayaan.

Menurut catatan, jumlah penganut Hindu di Indonesia pada tahun 2006 adalah 6,5
juta orang),  sekitar 1,8% dari jumlah penduduk Indonesia, merupakan nomor empat
terbesar. Namun jumlah ini diperdebatkan oleh perwakilan Hindu Indonesia,
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). PHDI memberi suatu perkiraan bahwa
ada 18 juta orang penganut Hindu di Indonesia.  Sekitar 93 % penganut Hindu
berada di Bali. Selain Bali juga terdapat di Sumatera, Jawa, Lombok, dan pulau
Kalimantan yang juga memiliki populasi Hindu cukup besar, yaitu di Kalimantan
Tengah, sekitar 15,8 % (sebagian besarnya adalah Hindu Kaharingan, agama lokal
Kalimantan yang digabungkan ke dalam agama Hindu).

E. Pekembangan Agama Buddha di Indonesia

Buddha merupakan agama tertua kedua di Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam
masehi.]Sejarah Buddha di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu,
sejumlah kerajaan Buddha telah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti
kerajaan Sailendra, Sriwijaya dan Mataram. Kedatangan agama Buddha telah
dimulai dengan aktivitas perdagangan yang mulai pada awal abad pertama melalui

16
Jalur Sutra antara India dan Indonesia.  Sejumlah warisan dapat ditemukan di
Indonesia, mencakup candi Borobudur di Magelang dan patung atau prasasti dari
sejarah Kerajaan Buddha yang lebih awal.

Mengikuti kejatuhan Soekarno pada pertengahan tahun 1960-an, dalam Pancasila


ditekankan lagi pengakuan akan satu Tuhan (monoteisme).  Sebagai hasilnya,
pendiri Perbuddhi (Persatuan Buddha Indonesia), Bhikku Ashin Jinarakkhita,
mengusulkan bahwa ada satu dewata tertinggi, Sang Hyang Adi Buddha. Hal ini
didukung dengan sejarah di belakang versi Buddha Indonesia di masa lampau
menurut teks Jawa kuno dan bentuk candi Borobudur.

Menurut sensus nasional tahun 1990, lebih dari 1% dari total penduduk Indonesia
beragama Buddha, sekitar 1,8 juta orang.  Kebanyakan penganut agama Buddha
berada di Jakarta, walaupun ada juga di lain provinsi seperti Riau, Sumatra Utara
dan Kalimantan Barat. Namun, jumlah ini mungkin terlalu tinggi, mengingat agama
Konghucu dan Taoisme tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia, sehingga
dalam sensus diri mereka dianggap sebagai penganut agama Buddha.

F. Perkembangan Agama Konghucu di Indonesia

Agama Konghucu berasal dari Cina daratan dan yang dibawa oleh para pedagang
Tionghoa dan imigran. Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba
di kepulauan Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih
menitikberatkan pada kepercayaan dan praktik yang individual, lepas daripada
kode etik melakukannya, bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir
dengan baik, atau jalan hidup atau pergerakan sosial. Di era 1900-an, pemeluk
Konghucu membentuk suatu organisasi, disebut Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di
Batavia (sekarang Jakarta).

17
Setelah kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, umat Konghucu di Indonesia terikut
oleh beberapa huru-hara politis dan telah digunakan untuk beberapa kepentingan
politis. Pada 1965, Soekarno mengeluarkan sebuah keputusan presiden No.
1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965, di mana agama resmi di Indonesia menjadi enam,
termasuklah Konghucu.  Pada awal tahun 1961, Asosiasi Khung Chiao Hui
Indonesia (PKCHI), suatu organisasi Konghucu, mengumumkan bahwa aliran
Konghucu merupakan suatu agama dan Confucius adalah nabi mereka.

Tahun 1967, Soekarno digantikan oleh Soeharto, menandai era Orde Baru. Di
bawah pemerintahan Soeharto, perundang-undangan anti Tiongkok telah
diberlakukan demi keuntungan dukungan politik dari orang-orang, terutama setelah
kejatuhan PKI  yang diklaim telah didukung oleh Tiongkok. Soeharto
mengeluarkan instruksi presiden No. 14/1967, mengenai kultur Tionghoa,
peribadatan, perayaan Tionghoa, serta menghimbau orang Tionghoa untuk
mengubah nama asli mereka. Bagaimanapun, Soeharto mengetahui bagaimana cara
mengendalikan Tionghoa Indonesia, masyarakat yang hanya 3% dari populasi
penduduk Indonesia, tetapi memiliki pengaruh dominan di sektor perekonomian
Indonesia. Di tahun yang sama, Soeharto menyatakan bahwa “Konghucu berhak
mendapatkan suatu tempat pantas di dalam negeri” di depan konferensi PKCHI.

Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan presiden


tahun 1967 mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam
praktiknya. Pada 1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan bahwa
hanya ada lima agama resmi, tidak termasuk Konghucu. Pada tanggal 27 Januari
1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat memutuskan bahwa Konghucu
bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri telah dikeluarkan pada
tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima agama resmi di Indonesia.

Karenanya, status Konghucu di Indonesia pada era Orde Baru tidak pernah jelas.
De jure berlawanan hukum, di lain pihak hukum yang lebih tinggi mengizinkan
Konghucu, tetapi hukum yang lebih rendah tidak mengakuinya. De facto,
Konghucu tidak diakui oleh pemerintah dan pengikutnya wajib menjadi agama lain
(biasanya Kristen atau Buddha) untuk menjaga kewarganegaraan mereka. Praktik
ini telah diterapkan di banyak sektor, termasuk dalam kartu tanda penduduk,

18
pendaftaran perkawinan, dan bahkan dalam pendidikan kewarga negaraan di
Indonesia yang hanya mengenalkan lima agama resmi.

Setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto, Abdurrahman


Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut instruksi presiden
No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978. Agama Konghucu
kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur Tionghoa dan
semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk dipraktekkan.
Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan untuk
melaksanakan ajaran dan tradisi mereka.

2.3 Agama dan Kepercayaan Lainnya (Baha’i, Animisme dan Dinamisme)

a) Baha’i
Agama Bahá’í percaya bahwa semua manusia adalah satu dan setara dihadapan Tuhan dan
mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan menghormati. Segala
bentuk prasangka baik ras, suku bangsa, agama, warna kulit, jenis kelamin dan lain-lain harus
dihilangkan dan prasangka merupakan penghalang terbesar bagi terwujudnya suatu kehidupan
yang damai dan harmonis di dalam suatu masyarakat yang beraneka ragam.

Di Indonesia hadir sejumlah pemeluk agama Baha’i. Berapa jumlah mereka


sebenarnya tidak diketahui dengan pasti karena seringkali mereka mengalami tekanan
dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Salah satu penganut agama Baha’i yang
diketahui secara terbatas adalah belasan penganut di sebuah wilayah di Kota
Samarinda, Kalimantan Timur.

Ajaran agama Baha’i :

 Pendidikan diwajibkan bagi setiap manusia

 Kesetaraan antara pria dan wanita

 Penghapusan Prasangka

 Kesetiaan kepada pemerintah

 Musyawarah sebagai landasan pengambilan keputusan

 Mencari Kebenaran Secara Independen

19
 Sifat Dasar Manusia dan Keluhurannya

b) Animisme

Kepercayaan terhadap benda mati (animisme) di Indonesia sama dengan penyembah


benda mati di dunia lainnya, yang mana, suatu kepercayaan terhadap objek tertentu,
seperti pohon, batu atau orang-orang. Kepercayaan ini telah ada dalam sejarah
Indonesia yang paling awal, di sekitar pada abad pertama, tepat sebelum Hindu tiba
Indonesia.  Lagipula, dua ribu tahun kemudian, dengan keberadaan Islam, Kristen,
Hindu, Buddha, Konghucu dan agama lainnya, penyembah benda mati masih tersisa
di beberapa wilayah di Indonesia. Bagaimanapun, kepercayaan ini tidak diterima
sebagai agama resmi di Indonesia, sebagaimana dinyatakan didalam Pancasila bahwa
kepercayaan itu pada Ketuhanan Yang Maha Esa atau monoteisme.  Penyembah
benda mati, pada sisi lain tidak percaya akan dewa tertentu.

c) Dinamisme

Dinamisme adalah suatu kepercayaan pada benda-benda ghaib, sebagai contoh pohon
beringin yang besar, mereka yang menganut dinamisme percaya bahwa pohon
tersebut memiliki kekuatan yang berbeda dari pohon-pohon yang lain. Mereka kadang
menaruh sesaji dibawah pohon dan meminta sesuatu dari pohon tersebut karena,
mereka percaya pohon tersebut memiliki kekuatan.

Animisme dan dinamisme bukanlah agama, animism dan dinamisme adalah suatu
sistem kepercayaan selain kepada Tuhan, dimana orang yang menganut kepercayan
tersebut percaya bahwa yang di anutnya tersebut memiliki kekuatan tersendiri. Di
Indonesia sendiri memiliki 6 agama, dan terkadang animism dan dinamisme dapat
masuk kedalam agama tersebut. Sebagai contoh, orang memeluk agama islam, mereka
mempercayai agamanya namun mereka juga menganut sistem kepercayaan
dinamisme, mereka meminta kekuatan kepada pohon, bahwa pohon tersebut diyakini
dapat memberikan kekayaan dengan melakukan beberapa syarat dan ketentuan
tertentu.

Animisme dan dinamisme tidak dapat dijadikan agama karena tidak memiliki syarat
dan ketentuan tertentu dan tidak tersistem dengan baik, penganutnya pun juga sedikit
hanya beberapa orang. Tidak memiliki sistem yang terstruktur, seperti kitab, nabi

20
(dalam islam), dll, sehingga animism dan dinamisme tidak dapat dijadikan sebagai
agama yang dapat dianut oleh sebagian besar masyarakat.

2.4 Hubungan Antar Agama di Indonesia

Hubungan antar agama sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ,agar
tidak terjadi konflik-konflik antar masyarakat yang sering mengatas namakan agama,
semua itu harus diperhatikan terutama hubungan antar-antar agama. Hubungan antar
agama dapat diartikan sebagai bentuk solidaritas sesama manusia yang ditunjukan dalam
kehidupan yang harmonis ,menghormati semua agama yang ada serta terjalinnya
hubungan sosial yang baik antar umat beragama dalam segala bidang, sehingga tercipta
kerukunan dalam umat beragama. Kerukunan antar umat beragama dapat diartikan
suasana yang damai,harmonis dan tidak ada konflik-konflik yang terjadi antar umat
beragama, kerukunan akan tercipta hanya jika kita mampu memahami makna dalam
sebuah perbedaan , dan mengerti hakekat manusia terutama hakekat manusia sebagai
mahkluk sosial, dimana manusia tidak akan bisa hidup dengan baik tanpa adanya
bantuan dari orang lain,jika kita menyadari hal tersebut mungkin kita akan berpikir kita
semua saling membutuhkan satu sama lain dan mampu menghilangkan rasa perbedaan
yang ada, sebuah perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan ,kerena
perbedaan membuat dunia ini indah.

Agama adalah tuntunan hidup yang kita terima sebagai sebuah kepastian hidup, dengan
beragama, maka kehidupan menjadi lebih nyaman dan terarah serta teratur. Tidak ada
lagi tindakan-tindakan anarkis yang mengatasnamakan kemanusiaan. Agama menjadikan
kita mengetahui segala hal yang baik, begitu juga segala hal yang buruk bagi kehidupan
kita dan masyarakat kita. Kehidupan kita menjadi lebih baik sebab banyak tuntunan yang
kita dapatkan dan banyak larangan yang menjadikan kita mengetahui apa yang harus
dikerjakan dan yang tidak boleh dikerjakan. Termasuk dalam hal ini adalah penciptaan
kondisi hidup penuh kerukunan antar umat beragama, kita harus dapat menciptakan
hidup dan kehidupan yang penuh kerukunan agar nyaman dan tidak terjebak dalam sifat
ego terkait dengan kepercayaan, kita harus menciptakan kerukunan umat beragama
dalam kehidupan kita sehingga masyarakat kita menjadi masyarakat yang tenang dan
aman. Kerukunan umat beragama sangat menentukan kondisi kehidupan kita di
masyarakat, kita masing-maisng memegang teguh kerukunan dalam kehidupan
bermasyarakat, maka masyarakat akan menjadi satu komunitas terbaik dan mendukung

21
peningkatan eksistensi diri. Masyarakat yang rukun adalah masyarakat yang
memungkinkan terciptanya sebuah komunikasi antar personal sebaik-baiknya dan
menghindarkan berbagai keburukan yang mungkin dapat tercipta.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Agama merupakan ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia, manusia serta lingkungannya.
2. Saat ini ada 6 agama utama di Indonesia, hal ini didapat berdasarkan Penjelasan Atas
Penetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama pasal 1, “Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di
Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)”

3. Perkembangan agama dari waktu ke waktu merupakan proses penyebarluasan suatu


agama dari suatu daerah ke daerah lain dari waktu ke waktu melalui berbagai
jalur,contohnya jalur perdagangan,perkawinan,pendidikan,kesenian,tasawuf,dan jalur
politik.

4. Berdasarkan sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama


keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India,
Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda.  Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak
beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia.

5. Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-14 M.  Berasal dari Gujarat, India. Islam
menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau
Jawa. Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak,
Pajang, Mataram dan Banten.

6. Agama Bahá’í percaya bahwa semua manusia adalah satu dan setara dihadapan Tuhan
dan mereka harus diperlakukan dengan baik, harus saling menghargai dan
menghormati.

22
7. Kepercayaan animisme adalah kepercayaan terhadap benda mati, sedangkan
kepercayaan dinamisme adalah kepercayaan terhadap benda ghaib

DAFTAR PUSTAKA

https://fatihsaputro.wordpress.com/fakta-fakta-unik/sejarah-dan-perkembangan-agama-di-
indonesia/

https://www.kompasiana.com/ilmisayla/54f765c0a33311aa368b4717/animisme-dan-
dinamisme

https://www.kompasiana.com/ilmisayla/54f765c0a33311aa368b4717/animisme-dan-
dinamisme

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195903051989011-
SYARIF_MOEIS/MAKALAH__11.pdf

23

Anda mungkin juga menyukai