Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MELESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL


KUDA LUMPING UNTUK MEMPERTAHANKAN
WARISAN BUDAYA BANGSA

DISUSUN OLEH :
ADE CANDRA PUSPITA
NIS 10223
SMA N 1 KROYA

TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN

Karya ilmiah yang berjudul “Kesenian Tradisional Kuda Lumping Untuk


Mempertahankan Warisan Budaya Bangsa” telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :
Tanggal :

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

NURKAMAH, M.Pd ESTI NURKHAYATI, M.Pd


NIP. 19690515 200701 2 016 NIP. 1970515 199702 2 002

Kepala SMA N 1 KROYA

Drs. HENDRO SETYONO, M.M


NIP. 19660811 199302 1 001
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan


makalah mengenai Melestarikan Kesenian Tradisional Kuda Lumping Untuk
Mempertahankan Warisan Budaya Bangsa dengan diberi kemudahan dan
kelancaran.
Dalam makalah ini penulis telah menguraikan mengenai pelesatarian
kesenian tradisional kuda lumping, dengan melestarian kuda lumping ini kita
dapat mempertahankan warisan budaya bangsa Indonesia yang sudah turun
temurun dari jaman dahulu. Tidak hanya itu penulis juga menguraikan sejarah
asal-usul adanya kesenian kuda lumping.
Untuk mempelajari kesenian kuda lumping harus dibimbing oleh orang
yang memiliki keahlian khusus. Karena kesenian kuda lumping ini di kenal
dengan tarian kesurupan sehingga kita harus benar-benar menguasai tarian
tersebut ketika ingin mengikuti tarian kuda lumping.
Penulis menyadari bahwa dalam membuat makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Dengan itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca
sehingga dapat membuat makalah ini dengan baik pada kesempatan
selanjutnya.

Cilacap, April 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................

A. LATAR BELAKANG ...............................................................................


B. RUMUSAN MASALAH ...........................................................................
C. TUJUAN ....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................

A. SEJARAH KESENIAN TRADISIONAL KUDA LUMPING .................


B. PERKEMBANGAN KESENIAN TRADISIONAL KUDA LUMPING
DARI MASA KE MASA ..........................................................................
C. MELESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL KUDA LUMPING
SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA ...........................................

BAB III PENUTUP ..........................................................................................

A. KESIMPULAN .............................................................................................
B. SARAN .........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Dengan hal itu
berarti memiliki berbagai ras dan suku yang berbeda-beda, sehingga setiap ras dan
suku memiliki banyak budaya kesenian tradisional yang berbeda-beda. Hal ini
membuat Indonesia kaya akan budaya kesenian tradisional.
kesenian merupakan salah satu bagian dari budaya serta sarana yang dapat
digunakan sebagai cara menuangkan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia itu
sendiri. Tradsional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar dari ilmiah karena
kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi merupakan bagian dari
tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti
tradisi tersebut.
Kesenian tradisional memiliki ciri khas masing-masing di setiap daerahnya. Hal
ini menuntut agar masing-masing daerah yang memiliki kesenian tradisional dapat
menjaga dan melestarikan keseniannya masing-masing agar tidak diakui oleh negara
asing.
Namun, di zaman sekarang ini kesenian tradisional yang dahulu dipegang teguh,
dijaga, dan dilestarikan keberadaannya oleh setiap daerah, sekarang sudah hampir
punah. Pada umumnya, masyarakat sekarang gengsi dan malu mempelajari kesenian
tradisional karena menurut merekan kesinian tradisional sudah tidak mengikuti
perkembangan zaman. Maka kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa menjaga
dan melestarikan kesenian tradisional.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah
tersebut yang dituangkan dalam sebuah makalah yang berjudul “Melestarikan
Kesenian Tradisional Untuk Mempertahankan Warisan Budaya Bangsa”.
B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas penulis mengambil rumusan masalah sebagai


berikut :
1. Bagaimana sejarah dari kesenian tradisional kuda lumping?
2. Bagaimana perkembangan kuda lumping di masyarakat Indonesia dari zaman
dahulu hingga zaman sekarang?
3. Bagaimana cara melestarikan kebudayaan tradisional kuda lumping yang hampir
musnah di kalangan masyarakat Indonesia?

C. TUJUAN

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah
untuk mengetahui sejarah asal-usul kesenian tradisional kuda lumping di Indonesia
khususnya pulau Jawa karena pada zaman sekarang banyak yang masih kurang
mengetahui kesenian tradisional kuda lumping.
Selanjutnya, untuk mengetahui perkembangan-perkembangan kesenian
tradisional kuda lumping yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia karena
perkembangan kesenian tradisional kuda lumping itu berbeda dari jaman dahulu
sampai dengan zaman sekarang. Karena pengaruh dari perkembangan zaman yang
semakin maju sehingga membuat perbedaan antara kesenian kuda lumping zaman
dahulu dengan zaman sekarang
Dalam makalah ini penulis juga bermaksud untuk mengajak seluruh masyarakat
Indonesia untuk melestarikan kesenian tradisional kuda lumping agar tidak diakui oleh
negara asing karena kurang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat sekitar. Hal ini,
menuntut para generasi penerus bangsa untuk ikut berpartisipasi dalam upaya
pelestarian kesenian tradisional kuda lumping.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH KESENIAN TRADISIONAL KUDA LUMPING

Sumber :www.negrikuindonesia.com

Asal mula kesenian tradisional kuda lumping dari daerah Ponorogo yang dibawa
ke Jawa Tengah oleh Sunan Kalijaga untuk dikembangkan dengan kesenian wayang
dan lengger sebagai alat untuk penyebaran ajaran agama islam. Selain itu, juga untuk
melestarikan budaya Jawa.
Kanjeng Sunan Kalijaga sering mengadakan pentas seni kuda lumping dengan
dakwah ajaran agama islam yang dilakukan secara berpindah-pindah. Tujuannya
untuk memikat masyarakat supaya mau menerima ajaran agama islam karena pada
saat itu Sunan Kalijaga merasa kesulitan dalam berdakwah.
Kesenian tradisional kuda lumping merupakan tarian tradisional budaya Jawa
yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tarian ini
dimainkan oleh delapan sampai sepuluh orang pemain dengan satu orang sinden.
Dalam memainkan tarian kuda lumping tidak dibatasi umur dan terbuka untuk umum.
Dalam kesenian tradisional kuda lumping setiap daerah memiliki nama grup sendiri-
sendiri.
Kesenian tradisional kuda lumping disebut juga jaran kepang atau jathilan.
Disebut jaran kepang karena tarian ini menggunakan alat peraga berupa jaranan (kuda-
kudaan) yang bahannya terbuat dari kepang (bambu yang dianyam) sedangkan disebut
jathilan karena jathilan berasal dari kata jathil yang mengandung arti menimbulkan
gerak reflek melonjak. Kuda lumping juga mempunyai arti yang sama dengan jaran
kepang karena lumping juga berarti kulit atau kulit bambu yang dianyam sehingga
secara bebas dapat diartikan pertunjukan dengan kuda-kudaan yang terbuat dari
anyaman bambu atau kulit bambu. Jaran kepang merupakan sebutan khas dari daerah
Banyumas.
Tarian ini menggunakan property kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam
dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain
atau pernak-pernik yang beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya
menampilkan adegan berkuda dengan iringan musik yang terlihat monoton. Property
yang digunakan di kepala disebut mekuthak jampang sumping. Model property ini
seperti model prajuritan. Model property ini merupakan model dari adat Jawa.
Property lainnya antara lain barongan, cepet, pentul, pecut, pakaian, slendang dan
kain.
Dalam pementasan kuda lumping diiringi oleh alat musik seperti kendang, saron,
demung, peking, gong, bonang, kenong dan slompret. Sebelum dimulainya
pertunjukan biasanya seorang pawang akan melakukan ritual terlebih dahulu agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginka. Selain itu, ada juga alat-alat sesaji seperti
nasi selauknya, kembang tebu, minyak wangi, komboran (dedek,daun pepaya, daun
pandan dikasih air), pisang ambon, rokok, jajan pasar. Pementasan ini terbagi menjadi
tiga penampilan yaitu pada penampilan pertama berupa permainan barongan selama
30 menit dengan diiringi uyon-uyon gending Jawa. Penampilan kedua berupa tarian
kuda lumping yang diiringi gending eling-eling teras tlutur gunung sari kalibagoran
dan kuluh-kuluh selama satu setengah jam. Pada penampilan ketiga yaitu penampilan
puncak yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena menampilkan adegan
kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis. Adegan kesurupan di daerah Banyumas
disebut adegan mendem. Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan cukup berbahaya,
tarian kuda lumping dilakukan dibawah pengawasan seorang “pimpinan supranatural”.
Di daerah Banyumas seorang yang mengawasi disebut penimbul. Umumnya pimpinan
ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan
sang penari kembali kesadarannya seperti sedia kala. Pimpinan supranatural tersebut
juga bertanggungjawab terhadap jalannya atraksi serta menyembuhkan rasa sakit yang
dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat
dimainkan oleh sembarang orang tetapi harus dibawah pengawasan sang pimpinannya.
Dalam adegan kesurupan itu tidak semua pemain bisa mengalami karena hanya
penari khusus yang sering bertapa untuk memiliki kekuatan. Atraksi dalam adegan
kesurupan berbeda-beda seperti aksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap
deraan perut. Adapun macam-macam kesurupan yaitu:
1. Kesurupan lelucon yaitu para pemain kuda lumping yang jumlahnya 8 orang
mulai dengan atraksi jingkrak-jingkrakkan, melompat-lompat dengan tidak sadar
yang terkadang membuat para penonton tertawa.
2. Kesurupan wuru (mendem wuru) yaitu dalam kesurupan ini para pemain kuda
lumping mulai beratraksi dengan mengupas kelapa dengan giginya, memakan
beling, dan memakan bara api.
3. Kesurupan indang ketek (mendem indang ketek) yaitu para pemain kuda lumping
berpolah seperti monyet.
Penonton akan disajikan dengan pertunjukan yang membuat para penonton
terkesima oleh atraksi-atraksi yang disajikan, para penari biasanya adalah seorang
anak perempuan yang didandani sedemikian rupa sehingga menyerupai anak laki-laki
bak prajurit kerajaan tetapi pada zaman sekarang lebih banyak anak laki-laki yang
memainkan kesenian tradisional kuda lumping.
Kesenian tradisional kuda lumping biasanya ditampilkan pada acara-acara
tertentu, seperti memperingati hari peoklamasi kemerdekaan RI, pada bulan Syura dan
bulan Sa’ban, dan dalam acara hajatan.
Perawatan kesenian tradisional kuda lumping dilakukan setiap malam selasa
kliwon dan jumat kliwon dengan cara diberi sesaji yaitu kembang menyan, minyak
wangi fambo, nasi selauknya, bubur merah putih, pisang raja, pisang ambon, dan
rokok.
B. PERKEMBENGAN KESENIAN TRADISIONAL KUDA
LUMPING DARI MASA KE MASA

Pada zaman dahulu, pertunjukan kuda lumping dimaksudkan untuk memanggil


roh-roh halus dari nenek moyang. Dari tradisi yang turun-temurun dan pengaruh
situasi menyebabkan pertunjukan kuda lumping dipentaskan hingga para pemainnya
kesurupan. Dalam keadaan seperti itu pemain mampu melakukan hal-hal diluar
kemampuan manusia normal.
Sesuai dengan perkembangan zaman, seni kuda lumping yang selalu ditampilkan
untuk mendatangkan roh-roh halus itu berkembang menjadi kesenian yang
ditampilkan hanya untuk menyongsong datangnya raja-raja atau pemimpin sebagai
tamu resmi yang dihormati. Meskipun demikian, dalam penampilannya masih juga
ditemukan pemain-pemain yang kesurupan, tetapi pada prinsipnya bukan lagi
bertujuan untuk mendatangkan roh-roh halus.
Sekarang ini, kuda lumping tidak lagi dipertunjukan dengan pemain yang
kesurupan dan mendatangkan roh-roh halus. Bentuk tarian kuda lumping jenis baru ini
berkembang biak di beberapa tempat. Kuda lumping sudah dikembangkan dengan
kreasi-kreasi baru sehingga gerak tari tidak lagi monoton.
Dengan demikian, sudah terdapat dua jenis kesenian tradisional kuda lumping
yang dapat kita nikmati yaitu yang mengutamakan gerak tari yang enak ditonton dan
jenis yang mengutamakan penampilan kesurupan pada pemainnya.
Bentuk kuda lumping saat ini lebih mengutamakan keindahan dan bentuknya
dibuat lebih kecil dibanding pada kuda jathilan. Busana penari juga berubah sesuai
dengan kemajuan zaman. Kalau zaman dahulu berpakaian seadanya kalau sekarang
berpakaian lengkap.
Bentuk pementasan kuda lumping juga sudah beraneka ragam dan disajikan
sesuai dengan keperluan. Untuk kepentingan hari-hari besar ataupun keramaian
desasering dipentaskan kuda lumping dalam bentuk unit. Pemainnya terdiri dari tujuh
orang hingga dua puluh satu orang. Dalam kegiatan proyek-proyek besar, sering
dipentaskan dalam bentuk masai. Pemainnya biasanya terdiri dari dua puluh lima
hingga seribu orang.
Fungsi pertunjukan mengalami perubahan yang sangat nyata. Kalau dulu lebih
banyak berfungsi sebagai pertunjukan yang diselenggarakan ketika berlangsung
upacara tradisional. Kini lebih banyak berfungsi sebagai penyambutan tamu-tamu atau
hiburan semata. Dengan demikian pementasannya tidak lagi terikat oleh waktu dan
tempat tetapi dapat diselenggarakan disembarang tempat.
Pada zaman sekarang, kesenian tradisional kuda lumping yang hanya semula
digemari oleh masyarakat Jawa mulai dikenal dan digemari oleh masyarakat diluar
Jawa. Jathilan yang sangat tradisional kemudian berkembang menjadi tarian kuda
lumping yang berkreasi baru, membuat kesenian ini menarik untuk dinikmati. Bahkan
wisatawan asing pun menggemari kesenian tradisional tersebut.
Kini, kesenian tradisional kuda lumping masih menjadi sebuah pertunjukan yang
cukup membuat hati para penontonnya terpikat. Walaupun peninggalan budaya ini
keberadaannya mulai bersaing ketat oleh masuknya budaya dan kesenian asing ke
tanah air, tarian tersebut masih memerlihatkan daya tarik yang tinggi. Hingga saat ini,
kita tidak tahu siapa atau kelompok masyarakat mana yang mencetuskan
(menciptakan) kuda lumping pertama kali. Faktanya, kesenian kuda lumping dijumpai
di banyak daerah dan masing-masing mengakui kesenian ini sebagai salah satu budaya
tradisional mereka. Termasuk, disinyalir beberapa waktu yang lalu, diakui oleh pihak
masyarakat Johor di Malaysia sebagai miliknya. Fenomena mewabahnya kesenian
kuda lumping di berbagai tempat, dengan berbagai ragam dan coraknya dapat menjadi
indikator bahwa seni budaya yang terkesan penuh magis ini mulai kembali “naik
daun” sebagai sebuah seni budaya yang patut diperhatikan sebagai kesenian asli
Indonesia.
Perkembangan kesenian tradisional kuda lumping terjadi karena adanya faktor
internal dan eksternal. Faktor internal meliputi motivasi pelaku, partisipasi dari
masyarakat, nilai-nilai dari tradisi yang masih melekat, dan adanya regenerasi. Faktor
eksternal meliputi interaksi sosial, industri pariwisata, dan arus globalisasi.
C. MELESTARIKAN KESENIAN TRADISIONAL KUDA LUMPING
SEBAGAI WARISAN BUDAYA BANGSA

Sekarang ini, ada satu hal harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus
dijajah hingga sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba
menyingkirkan kebuayaan-kebudayaan lokal. Kebudayaan tardisional di Indoneisia
khususnya kesenian kuda lumping harus dijaga dan dilestarikan, karena kebudayaan di
Indonesia khususnya kesenian kuda lumping dalam pertunjukannya membuat para hati
penonton terpikat. Keunikan yang terdapat di kesenian kuda lumping ini menjadikan
terpikatnya negara lain sehingga diakui atau diclaim oleh negara lain seperti
Malayisia, yang beberapa waktu lalu mengclaim kebudayaan kesenian tradisional
kuda lumping.
Negara lain saja tertarik kepada budaya kita dan mengakui sebagai miliknya,
mengapa kita yang mempunyai budaya tersebut tidak mau melestarikan dan
menjaganya. Padahal kita harus melestarikan dan menjaga kebudayaan yang
diturunkan dari nenek moyang karena itu akan menjadi ciri khas dari bangsa
Indonesia.
Kebudayaan kuda lumping dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu :
1. Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung
ke dalam sebuah pengalaman kultural. Contohnya, jika kebudayaan tersebut
adalah kesenian kuda lumping maka masyarakat khususnya para generasi muda
harus bisa menguasai dan mempelajari kesenian tradisional tersebut. Dengan
demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat menjaga dan melestarikan
kebudayaan tersebut.
2. Culture Knowledge
Merupakan kelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu
pusat informasi mengenai kebuayaan kesenian kuda lumping ke dalam banyak
bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan
pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisatawan daerah.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan
kebudayaan kesenian tradisional kuda lumping dengan cara mengenal budaya itu
sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan
yang dilakukan oleh negara asing. Masyarakat Indonesia sekarang ini, banyak yang
memiliki sikap tidak bangga dengan produk atau kebudayaan dalam negeri. Tetapi
lebih bangga dengan produk-produk luar negeri.
Pemerintah Indonesia ikut berperan dalam pelestarian kesenian tradisional kuda
lumping. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang
mengarah pada upaya pelestarian kesenian tradisional khususnya kuda lumping. Salah
satu kebijakan pemerintah yang pantas untuk didukung adalah penampilan kesenian
kuda lumping dalam event-event besar.
Semua itu, harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda,
bahwa budaya yang ditampilkannya itu adalah warisan dari leluhurnya, bukan berasal
dari negara-negara tetangga. Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal
pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui kebudayaan yang kita
miliki, salah satunya kuda lumping. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan
perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.
Selanjutnya, masih banyak dalam melakukan cara melestarikan kesenian kuda
lumping anatara lain :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan kebudayaan
kesenian tradisional kuda lumping.
2. Lebih mendorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi budaya kesenian
tradisional kuda lumping beserta pemberdayaan.
3. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi antar sesama.
4. Selalu memertahankan kebudayaan khas daerah yaitu kesenian tradisional kuda
lumping.
5. Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman kesenian
tradisional kuda lumping.
Melestarikan kesenian tradisional ini juga bisa dilakukan dengan mengikuti
perkembangan zaman yang semakin maju yaitu dengan menambah kreasi-kreasi oleh
para seniman kuda lumping pada setiap pertunjukannya. Hal ini dilakukan dalam
rangka melestarikan dan membuat pertunjukan lebih menarik. Namun, tetap tidak
meninggalkan ciri khas dari kesenian tersebut.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesenian tradisional di setiap daerah berbeda-beda salah satunya kesenian


tradisional kuda lumping merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Jawa
Tengah. Kesenian tradisional kuda lumping merupakan tarian tradisional Jawa Tengah
yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Kesenian
tradisional kuda lumping disebut juga jaran kepang atau jathilan.
Kesenian tradisional kuda lumping pada zaman dahulu digunakan sebagai media
dakwah oleh Sunan Kalijaga. Kesenian ini selain mengandung unsur religi, juga
mengandung unsur mistis yaitu dengan adegan kesurupan. Dalam adegan kesurupan
terdapat seorang pawang yang disebut penimbul untuk mengawasi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Kesenian tradisional ini dimainkan oleh delapan sampai sepuluh orang dengan
satu orang sinden. Dengan property yang digunakan yaitu anyaman bambu yang
berbentuk seperti kuda, barongan, cepet, pentul, pecut, pakaian, slendang dan kain.
Dalam pertunjukannya kesenian tradisional ini diiringi oleh beberapa alat musik antara
lain kendang, saron, demung, peking, gong, bonang, kenong dan slompret. Dalam
pertunjukan kuda lumping membutuhkan waktu kurang lebih empat jam. Tarian kuda
lumping biasanya digunakan pada saat hari-hari besar, menyambut tamu penting,
hajatan dan pada bulan-bulan tertentu seperti bulan Syura dan bulan Sa’ban.
Perawatan kesenian tradisional kuda lumping dilakukan setiap malam selasa
kliwon dan jumat kliwon dengan cara diberi sesaji yaitu kembang menyan, minyak
wangi fambo, nasi selauknya, bubur merah putih, pisang raja, pisang ambon, rokok.
Sesuai dengan perkembangan zaman, kegunaaan kesenian tradisional kuda
lumping sangatlah berbeda dengan zaman dahulu. Dulu kesenian kuda lumping ini
digunakan untuk memanggil roh-roh halus dari nenek moyang. Dari tradisi yang
turun-temurun dan pengaruh situasi menyebabkan pertunjukan kuda lumping
dipentaskan hingga para pemainnya kesurupan. Sedangkan pada zaman sekarang
digunakan untuk menyambut tamu-tamu penting, untuk hajatan dan memeringati hari-
hari besar.
Pada zaman sekarang, tarian tradisional kuda lumping sudah dibuat lebih kreasi
sehingga masyarakat tidak terlalu bosan. Secara tidak langsung kita telah berupaya
untuk melestarikan kesenian tradisional kuda lumping. Pemerintah juga berperan
dalam pelestarian kesenian tradisional ini yaitu dengan memperkenalkan kesenian ini
pada generasi muda pada saat event-event besar.

B. SARAN

Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi Kesenian Tradisional


Kuda Lumping Untuk Mempertahankan Warisa Budaya Bangsa. Dalam makalah ini
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahanya karena keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya referensi yang ada hubunganya dengan judul makalah ini.
Penulis berharap para pembaca khususnya para pelajar dan guru serta generai muda
dapat memberikan saran dan kritik yang membangun sehingga dalam membuat
makalah pada kesempatan selanjutnya lebih baik. Semoga makalah ini berguna bagi
penulis dan para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org//wiki/seni_tradisional (diakses pada tanggal 02, April 2017


pada pukul 19.50 WIB)
2. http://woocara.blogspot.co.id/2015 (diakses pada tanggal 02, April 2017 pada pukul
20.10 WIB)
3. https://diklinda.wordpress.com/2014/03/06 (diakses pada tanggal 04, April 2017
pada pukul 20.22 WIB)
4. http://ilmuseni.com/seni-budaya/sejarah-kuda-lumping (diakses pada tanggal 04,
April 2017 pada pukul 19.40 WIB dan diakses pada tanggal 05, April 2017 pada pukul
05.40 WIB)
5. http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/964/jatiran-jarankepang (diakses pada
tanggal 06, April 2017 pukul 20.20 WIB dan pada tanggal 07, April 2017 pada pukul
05.47 WIB).
6. http://rizkiyarifsetiaji.blogspot.co.id/2014/03/kesenian-kuda-lumping.html?m=1
(diakses pada tanggal 07, April 2017 pukul 20.20 WIB dan pada tanggal 08, April 2017
pukul 05.45 WIB).
BIODATA PENULIS

Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 15 Juli 2001 sebagai anak ketiga dari
pasangan Bapak H. Khabib dan Ibu Siti Marwiyah. Saat ini penulis bertempat tinggal di
Jl. Nilam No. 1 RT 16 RW 02 Sikampuh Kecamatan Kroya (53282) Kabupaten Cilacap
dengan nomor Hp 08361460988 dan email adecandrapuspita@gmail.com. Penulis
memulai pendidikan tingkat dasar di MI Muhammadiyah Sikampuh, lulus tahun 2013.
Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 4 Kroya, lulus tahun 2016.
Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Kroya.

Anda mungkin juga menyukai