DISUSUN OLEH :
ADE CANDRA PUSPITA
NIS 10223
SMA N 1 KROYA
TAHUN 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Hari :
Tanggal :
Disetujui oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
Penulis
DAFTAR ISI
A. KESIMPULAN .............................................................................................
B. SARAN .........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau. Dengan hal itu
berarti memiliki berbagai ras dan suku yang berbeda-beda, sehingga setiap ras dan
suku memiliki banyak budaya kesenian tradisional yang berbeda-beda. Hal ini
membuat Indonesia kaya akan budaya kesenian tradisional.
kesenian merupakan salah satu bagian dari budaya serta sarana yang dapat
digunakan sebagai cara menuangkan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia itu
sendiri. Tradsional adalah aksi dan tingkah laku yang keluar dari ilmiah karena
kebutuhan dari nenek moyang yang terdahulu. Tradisi merupakan bagian dari
tradisional namun bisa musnah karena ketidakmauan masyarakat untuk mengikuti
tradisi tersebut.
Kesenian tradisional memiliki ciri khas masing-masing di setiap daerahnya. Hal
ini menuntut agar masing-masing daerah yang memiliki kesenian tradisional dapat
menjaga dan melestarikan keseniannya masing-masing agar tidak diakui oleh negara
asing.
Namun, di zaman sekarang ini kesenian tradisional yang dahulu dipegang teguh,
dijaga, dan dilestarikan keberadaannya oleh setiap daerah, sekarang sudah hampir
punah. Pada umumnya, masyarakat sekarang gengsi dan malu mempelajari kesenian
tradisional karena menurut merekan kesinian tradisional sudah tidak mengikuti
perkembangan zaman. Maka kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa menjaga
dan melestarikan kesenian tradisional.
Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk membahas masalah
tersebut yang dituangkan dalam sebuah makalah yang berjudul “Melestarikan
Kesenian Tradisional Untuk Mempertahankan Warisan Budaya Bangsa”.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dibuatnya makalah ini adalah
untuk mengetahui sejarah asal-usul kesenian tradisional kuda lumping di Indonesia
khususnya pulau Jawa karena pada zaman sekarang banyak yang masih kurang
mengetahui kesenian tradisional kuda lumping.
Selanjutnya, untuk mengetahui perkembangan-perkembangan kesenian
tradisional kuda lumping yang terjadi di kalangan masyarakat Indonesia karena
perkembangan kesenian tradisional kuda lumping itu berbeda dari jaman dahulu
sampai dengan zaman sekarang. Karena pengaruh dari perkembangan zaman yang
semakin maju sehingga membuat perbedaan antara kesenian kuda lumping zaman
dahulu dengan zaman sekarang
Dalam makalah ini penulis juga bermaksud untuk mengajak seluruh masyarakat
Indonesia untuk melestarikan kesenian tradisional kuda lumping agar tidak diakui oleh
negara asing karena kurang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat sekitar. Hal ini,
menuntut para generasi penerus bangsa untuk ikut berpartisipasi dalam upaya
pelestarian kesenian tradisional kuda lumping.
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber :www.negrikuindonesia.com
Asal mula kesenian tradisional kuda lumping dari daerah Ponorogo yang dibawa
ke Jawa Tengah oleh Sunan Kalijaga untuk dikembangkan dengan kesenian wayang
dan lengger sebagai alat untuk penyebaran ajaran agama islam. Selain itu, juga untuk
melestarikan budaya Jawa.
Kanjeng Sunan Kalijaga sering mengadakan pentas seni kuda lumping dengan
dakwah ajaran agama islam yang dilakukan secara berpindah-pindah. Tujuannya
untuk memikat masyarakat supaya mau menerima ajaran agama islam karena pada
saat itu Sunan Kalijaga merasa kesulitan dalam berdakwah.
Kesenian tradisional kuda lumping merupakan tarian tradisional budaya Jawa
yang menampilkan sekelompok prajurit yang tengah menunggang kuda. Tarian ini
dimainkan oleh delapan sampai sepuluh orang pemain dengan satu orang sinden.
Dalam memainkan tarian kuda lumping tidak dibatasi umur dan terbuka untuk umum.
Dalam kesenian tradisional kuda lumping setiap daerah memiliki nama grup sendiri-
sendiri.
Kesenian tradisional kuda lumping disebut juga jaran kepang atau jathilan.
Disebut jaran kepang karena tarian ini menggunakan alat peraga berupa jaranan (kuda-
kudaan) yang bahannya terbuat dari kepang (bambu yang dianyam) sedangkan disebut
jathilan karena jathilan berasal dari kata jathil yang mengandung arti menimbulkan
gerak reflek melonjak. Kuda lumping juga mempunyai arti yang sama dengan jaran
kepang karena lumping juga berarti kulit atau kulit bambu yang dianyam sehingga
secara bebas dapat diartikan pertunjukan dengan kuda-kudaan yang terbuat dari
anyaman bambu atau kulit bambu. Jaran kepang merupakan sebutan khas dari daerah
Banyumas.
Tarian ini menggunakan property kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam
dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain
atau pernak-pernik yang beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya
menampilkan adegan berkuda dengan iringan musik yang terlihat monoton. Property
yang digunakan di kepala disebut mekuthak jampang sumping. Model property ini
seperti model prajuritan. Model property ini merupakan model dari adat Jawa.
Property lainnya antara lain barongan, cepet, pentul, pecut, pakaian, slendang dan
kain.
Dalam pementasan kuda lumping diiringi oleh alat musik seperti kendang, saron,
demung, peking, gong, bonang, kenong dan slompret. Sebelum dimulainya
pertunjukan biasanya seorang pawang akan melakukan ritual terlebih dahulu agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginka. Selain itu, ada juga alat-alat sesaji seperti
nasi selauknya, kembang tebu, minyak wangi, komboran (dedek,daun pepaya, daun
pandan dikasih air), pisang ambon, rokok, jajan pasar. Pementasan ini terbagi menjadi
tiga penampilan yaitu pada penampilan pertama berupa permainan barongan selama
30 menit dengan diiringi uyon-uyon gending Jawa. Penampilan kedua berupa tarian
kuda lumping yang diiringi gending eling-eling teras tlutur gunung sari kalibagoran
dan kuluh-kuluh selama satu setengah jam. Pada penampilan ketiga yaitu penampilan
puncak yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena menampilkan adegan
kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis. Adegan kesurupan di daerah Banyumas
disebut adegan mendem. Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan cukup berbahaya,
tarian kuda lumping dilakukan dibawah pengawasan seorang “pimpinan supranatural”.
Di daerah Banyumas seorang yang mengawasi disebut penimbul. Umumnya pimpinan
ini adalah seorang yang memiliki ilmu ghaib yang tinggi yang dapat mengembalikan
sang penari kembali kesadarannya seperti sedia kala. Pimpinan supranatural tersebut
juga bertanggungjawab terhadap jalannya atraksi serta menyembuhkan rasa sakit yang
dialami oleh pemain kuda lumping jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu, walaupun dianggap sebagai permainan rakyat, kuda lumping tidak dapat
dimainkan oleh sembarang orang tetapi harus dibawah pengawasan sang pimpinannya.
Dalam adegan kesurupan itu tidak semua pemain bisa mengalami karena hanya
penari khusus yang sering bertapa untuk memiliki kekuatan. Atraksi dalam adegan
kesurupan berbeda-beda seperti aksi memakan beling dan kekebalan tubuh terhadap
deraan perut. Adapun macam-macam kesurupan yaitu:
1. Kesurupan lelucon yaitu para pemain kuda lumping yang jumlahnya 8 orang
mulai dengan atraksi jingkrak-jingkrakkan, melompat-lompat dengan tidak sadar
yang terkadang membuat para penonton tertawa.
2. Kesurupan wuru (mendem wuru) yaitu dalam kesurupan ini para pemain kuda
lumping mulai beratraksi dengan mengupas kelapa dengan giginya, memakan
beling, dan memakan bara api.
3. Kesurupan indang ketek (mendem indang ketek) yaitu para pemain kuda lumping
berpolah seperti monyet.
Penonton akan disajikan dengan pertunjukan yang membuat para penonton
terkesima oleh atraksi-atraksi yang disajikan, para penari biasanya adalah seorang
anak perempuan yang didandani sedemikian rupa sehingga menyerupai anak laki-laki
bak prajurit kerajaan tetapi pada zaman sekarang lebih banyak anak laki-laki yang
memainkan kesenian tradisional kuda lumping.
Kesenian tradisional kuda lumping biasanya ditampilkan pada acara-acara
tertentu, seperti memperingati hari peoklamasi kemerdekaan RI, pada bulan Syura dan
bulan Sa’ban, dan dalam acara hajatan.
Perawatan kesenian tradisional kuda lumping dilakukan setiap malam selasa
kliwon dan jumat kliwon dengan cara diberi sesaji yaitu kembang menyan, minyak
wangi fambo, nasi selauknya, bubur merah putih, pisang raja, pisang ambon, dan
rokok.
B. PERKEMBENGAN KESENIAN TRADISIONAL KUDA
LUMPING DARI MASA KE MASA
Sekarang ini, ada satu hal harus kita waspadai bahwa Indonesia masih terus
dijajah hingga sekarang dengan masuknya kebudayaan asing yang mencoba
menyingkirkan kebuayaan-kebudayaan lokal. Kebudayaan tardisional di Indoneisia
khususnya kesenian kuda lumping harus dijaga dan dilestarikan, karena kebudayaan di
Indonesia khususnya kesenian kuda lumping dalam pertunjukannya membuat para hati
penonton terpikat. Keunikan yang terdapat di kesenian kuda lumping ini menjadikan
terpikatnya negara lain sehingga diakui atau diclaim oleh negara lain seperti
Malayisia, yang beberapa waktu lalu mengclaim kebudayaan kesenian tradisional
kuda lumping.
Negara lain saja tertarik kepada budaya kita dan mengakui sebagai miliknya,
mengapa kita yang mempunyai budaya tersebut tidak mau melestarikan dan
menjaganya. Padahal kita harus melestarikan dan menjaga kebudayaan yang
diturunkan dari nenek moyang karena itu akan menjadi ciri khas dari bangsa
Indonesia.
Kebudayaan kuda lumping dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu :
1. Culture Experience
Merupakan pelestarian budaya yang dilakukan dengan cara terjun langsung
ke dalam sebuah pengalaman kultural. Contohnya, jika kebudayaan tersebut
adalah kesenian kuda lumping maka masyarakat khususnya para generasi muda
harus bisa menguasai dan mempelajari kesenian tradisional tersebut. Dengan
demikian dalam setiap tahunnya selalu dapat menjaga dan melestarikan
kebudayaan tersebut.
2. Culture Knowledge
Merupakan kelestarian budaya yang dilakukan dengan cara membuat suatu
pusat informasi mengenai kebuayaan kesenian kuda lumping ke dalam banyak
bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi ataupun untuk kepentingan
pengembangan kebudayaan itu sendiri dan potensi kepariwisatawan daerah.
Selain dilestarikan dalam dua bentuk diatas, kita juga dapat melestarikan
kebudayaan kesenian tradisional kuda lumping dengan cara mengenal budaya itu
sendiri. Dengan hal ini setidaknya kita dapat mengantisipasi pencurian kebudayaan
yang dilakukan oleh negara asing. Masyarakat Indonesia sekarang ini, banyak yang
memiliki sikap tidak bangga dengan produk atau kebudayaan dalam negeri. Tetapi
lebih bangga dengan produk-produk luar negeri.
Pemerintah Indonesia ikut berperan dalam pelestarian kesenian tradisional kuda
lumping. Pemerintah harus mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang
mengarah pada upaya pelestarian kesenian tradisional khususnya kuda lumping. Salah
satu kebijakan pemerintah yang pantas untuk didukung adalah penampilan kesenian
kuda lumping dalam event-event besar.
Semua itu, harus dilakukan sebagai upaya pengenalan kepada generasi muda,
bahwa budaya yang ditampilkannya itu adalah warisan dari leluhurnya, bukan berasal
dari negara-negara tetangga. Demikian juga upaya-upaya melalui jalur formal
pendidikan. Masyarakat harus memahami dan mengetahui kebudayaan yang kita
miliki, salah satunya kuda lumping. Pemerintah juga dapat lebih memusatkan
perhatian pada pendidikan muatan lokal kebudayaan daerah.
Selanjutnya, masih banyak dalam melakukan cara melestarikan kesenian kuda
lumping anatara lain :
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memajukan kebudayaan
kesenian tradisional kuda lumping.
2. Lebih mendorong masyarakat untuk memaksimalkan potensi budaya kesenian
tradisional kuda lumping beserta pemberdayaan.
3. Berusaha menghidupkan kembali semangat toleransi antar sesama.
4. Selalu memertahankan kebudayaan khas daerah yaitu kesenian tradisional kuda
lumping.
5. Mengusahakan agar semua orang mampu mengelola keanekaragaman kesenian
tradisional kuda lumping.
Melestarikan kesenian tradisional ini juga bisa dilakukan dengan mengikuti
perkembangan zaman yang semakin maju yaitu dengan menambah kreasi-kreasi oleh
para seniman kuda lumping pada setiap pertunjukannya. Hal ini dilakukan dalam
rangka melestarikan dan membuat pertunjukan lebih menarik. Namun, tetap tidak
meninggalkan ciri khas dari kesenian tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Penulis dilahirkan di Cilacap pada tanggal 15 Juli 2001 sebagai anak ketiga dari
pasangan Bapak H. Khabib dan Ibu Siti Marwiyah. Saat ini penulis bertempat tinggal di
Jl. Nilam No. 1 RT 16 RW 02 Sikampuh Kecamatan Kroya (53282) Kabupaten Cilacap
dengan nomor Hp 08361460988 dan email adecandrapuspita@gmail.com. Penulis
memulai pendidikan tingkat dasar di MI Muhammadiyah Sikampuh, lulus tahun 2013.
Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 4 Kroya, lulus tahun 2016.
Kemudian melanjutkan pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Kroya.