Anda di halaman 1dari 24

TRADISI KENDUREN DI DESA PONCOWATI

Disusun untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Tengah Semester mata kuliah Sejarah Lisan
dan
Tradisi Lisan

Dosen Pengampu:
Nur Indah Lestari, S.Pd., M.Pd
Drs. Ali Imron, M.Hum

Disusun Oleh:
Avip andreansyah 2013033039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
ABSTRAK

Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi hasil pengamatan dari peneliti yang telah
melakukan penelitian, bahwa budaya kenduren sekarang masih dilakukan oleh masyarakat
desa poncowati Kecamatan terbanggi besar kabupaten lampung tengah karena mereka sampai
sekarang masih melestarikan budaya kenduren sebagai tanda bahwa mereka masih
mempercayai adanya nenek moyang mereka dan menghormati roh leluhur. Permasalahan
peneliti ini adalah: (1) Bagaimana masyarakat desa poncowati Kecamatan Terbanggi besar
Kabupaten Lampung tengah sampai sekarang masih bisa mempertahankan budaya tersebut?
(2) Mengapa budaya kenduri disebut sebagai sedekah oleh masyarakat di desa poncowati
Kecamatan terbanggi besar Kabupaten lampung tengah ? (3) Apakah masyarakat desa
poncowati kecamatan terbanggi besar Kabupaten lampung tengah masih menerapkan nilai-
nilai yang baik tentang budaya kenduren sebagai sedekah? Penelitian ini menggunakan
metode Penelitian Kualitatif dengan tema penelitian budaya kenduren di desa poncowati
Kecamatan terbanggi besar Kabupaten lampung tengah .Penelitian ini dilaksanakan dengan
menggunakan instrumen berupa wawancara dengan ketua Rt didesa poncowati Kecamatan
terbanggi besar kabupaten lampung tengah dan lembar profil desa yang diberikan dari desa
untuk peneliti.Kesimpulan hasil penelitian ini adalah: (1) Melalui budaya kenduri yang sering
dilakukan oleh masyarakat desa Pare-lor Kecamatan Kunjang Kabupaten Kediri para generasi
muda menjadi ikut melestarikan budaya tradisi tersebut dan sangat dicontoh dengan baik. (2)
Melalui budaya tersebut masyarakat jawa bisa saling bersedekah dengan sesama dan tidak
hanya dengan tetangga atau saudara. (3) Setelah mengetahui nilai-nilai norma yang
terkandung dalam budaya kenduri generasi muda dan masyarakat semakin percaya bahwa
budaya tersebut sebenarnya merupakan suatu budaya yang harus dijaga dengan
baik.Berdasarkan simpulan hasil penelitian ini, direkomendasikan: (1) Tujuan dari
melestarikan budaya kenduri adalah contoh yang baik bagi generasi muda untuk menjunjung
tinggi semangat mereka untuk mempertahankan budaya tersebut. (2) Sesepuh didesa
poncowati Kecamatan terbanggi besar Kabupaten lampung tengah memberikan pengarahan-
pengarahan supaya para generasi muda mnegerti akan pentingnya budaya kenduri. (3)
Masyarakat desa poncowati Kecamatan terbanggi besar Kabupaten lampung tengah terus
menerus mengutamakan budaya kenduri sesuai dengan ajaran turun-temurun dari nenek
moyangnya
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyusun makalah yang
berjudul “Tradisi kenduren di desa poncowati ” atas dukungannya saya ucapkan terima kasih
kepada Ibu Nur Indah Lestari, S.Pd., M.Pd. dan Bapak Drs. Ali Imron, M.Hum selaku dosen
pengampu mata kuliah Sejarah Lisan dan Tradisi Lisan yang selalu membimbing saya
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Saya berharap makalah ini bisa berguna untuk kalangan remaja, pengajar, dan
masyarakat sekitar untuk menambah pengetahuan. Saya menyadari masih banyak kekurangan
dari makalah yang saya buat, jika terdapat kesalahan dalam makalah ini, saya memohon
masukan dari para pembaca. Untuk kesalahan dalam penulisan dan penyusunan makalah ini,
saya mohon maaf.

Bandar Lampung, 26 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

ABSTRAK.............................................................................................................ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah2

1.3 Tujuan 2

1.4 Manfaat 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3

2.1 Penelitian Terdahulu 3

2.2 Landasan Teori 4

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................6

3.1 Jenis Penelitian 6

3.2 Teknik Pengumpulan Data 6

3.3 Informan Penelitian 7

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 8

4.1 Makna budaya Kenduren di desa Poncowati 8

4.2 Sejarah budaya kenduren di desa Poncowati Lampung tengah 9

4.3Apa manfaat kenduren bagi masyarakat desa Poncowati…………………………………..9

BAB V PENUTUP 11

5.1 Kesimpulan 11
5.2 Saran 12

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13

LAMPIRAN.........................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

Keragaman budaya di Indonesia sangat banyak sekali. Salah satunya adalah di


Desa Poncowati Kecamatan Terbanggi besar Kabupaten Lampung tengah yang
sampai sekarang masih ada budayanya yaitu kenduri. Upacara kenduri ini memang
cukup banyak dikenal oleh masyarakat jawa yang khususnya orang-orang kejawen
yang ada di desa Poncowati Kecamatan Terbanggi besar Kabupaten Lampung tengah
ini masih percaya tentang adanya adat-istiadat Jawanya. Orang-orang di Jawa sendiri
mempunyai nilai norma yang digunakan untuk pedoman hidup mereka. Karena
masyarakat jawa sendiri juga masih dikenal lebih kental tentang budaya dan adat
istiadatnya. Masyarakat Jawa tidak bisa lepas dari budaya jawanya karena mereka
menganggap bahwa dengan adanya budaya jawa mempunyai nilai tinggi dan akan
menjunjung identitas wilayahnya. Dengan perkembangan budaya maka jati diri
budaya masing-masing akan ditandai oleh ciri-ciri yang lebih rumit. Untuk
masyarakat jawa yaitu warga di Desa Poncowati memiliki budaya mengadakan
kenduren, sebagai apresiasi atas semangat bersedekah dalam ajaran islam, yang
dimaksud dengan kenduren adalah upacara sedekah makanan karena seseorang telah
memperoleh anugrah atau kesuksesan sesuai dengan apa yang dicita citakan. Dalam
hal ini kenduri mirip dengan tasyakuran. Acaranya bersifat personal. Undangan
biasanya terdiri dari kerabat, kawan sejawat, dan tetangga. Mereka berkumpul untuk
berbagai suka. Suasana santai sambil disertai dengan pembicaraan yang bermanfaat
serta berbagai suri teladan yang bisa dicontoh. Hidangan sedekah dalam kenduri
menunya lebih bebas. Hampir tidak ada kewajiban menu tertentu, sehingga terbangun
suasan akrab, penuh silahturahmi, berbagai suka menunjukkan rasa syukur kepada
Tuhan.(Ensiklopedi Kebudayaan Jawa 2005: 232-233). Bagi Masyarakat Desa
Poncowati sendiri budaya kenduren adalah ritualitas sebagai wujud pengabdian dan
ketulusan penyembahan kepada Allah atau sama halnya juga dengan sedekah terhadap
sesama, sebagian diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang memiliki
kandungan makna mendalam. Simbol-simbol ritual merupakan ekspresi dari
penghayatan dan pemahaman akan “Realitas yang tak terjangkau” sehingga menjadi
“yang sangat dekat”. Simbol ritual dipahami sebagai perwujudan maksud bahwa
dirinya sebagai manusia merupakan pakan tajalli atau yang bagian yang tidak
terpisahkan dari Tuhan. Simbolsimbol kenduri diantaranya adalah dalam bentuk
makanan atau pada umumnya yaitu tumpeng. Yang disajikan dalam ritual kenduri,
selamatan, dan sebagainya. Hal tersebut merupakan aktualisasi dari pikiran,
keinginan, dan perasaan pelaku untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Upaya
pendekatan diri melalui ritual kenduri, sedekah, selamatan atau sejenisnya tersebut
(Endraswara, 2003: 195). Berdasarkan penelitian diatas peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul Tradisi kenduren di kampung poncowati

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana sejarah tradisi kenduren di Desa Poncowati ?
2. Bagaimana perspektif Ketua Rt Desa Poncowati tentang tradisi kenduren di desa
poncowati ?
3. Bagaimana manfaat tradisi kenduren bagi masyarakat desa poncowati

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengetahui sejarah tradisi Kenduren di desa poncowati .
2. Mengetahui perspektif tokoh RT Desa Poncowati tentang tradisi kenduren di desa
poncowati
3. Mengetahui maanfaat tradisi kenduren bagi masyarakat di desa poncowati

1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Bisa memahami sejarah tradisi kenduren di desa poncowati .
2. Bisa memahami perspektif Ketua Rt tentang tradisi kenduren di desa poncowati
3. Bisa memahami maanfaat tradisi kenduren bagi masyarakat di desa poncowati
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan penelusuran literatur, terdapat penelitian sebelumnya yang pernah


dilakukan terkait dengan tema penelitian, yaitu:

Studi tentang kenduri telah dilakukan oleh Wahyuni (2016) skripsi yang berjudul “
Tradisi Kenduri Tolak Bala Sebagai Media Komunikasi Masyarakat di Kampung
Alue Sentang Kecamatan Manyak Payed”. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
menunjukkan bahwa kenduri yang dilakukan di Kampung Alue Sentang Kecamatan
Manyak Payed ini dilaksanakan berupa kenduri yang dilaksanakan untuk komunikasi
tolak bala yang biasanya dilaksanakan di masjid, mushalla, ruang terbuka seperti
sawah, pinggir pantai atau pinggir sungai untuk melakukan doa bersama dalam
kegiatan kenduri dan berdoa. Tidak hanya menggunakan media masjid atau tempat
tinggal namun ada juga yang menggunkanan rumah pribadi untuk tujuan masing-
masing dengan cara mengundang anggota masyarakat yang dipandu oleh Datok Imam

Studi tentang kenduri selanjutnya dilakukan oleh Randa Gustiawan (2017) skripsi
yang berjudul “Kenduri Sko di kabupaten kerinci ( studi kasus di dusun empih tahun
1991-2011)”. Hasil yang

diperoleh dari penelitian ini bahwa kenduri sko merupakan upacara adat yang
memiliki arti penting mencakupi acara- acara yang dilakukan memiliki makna sebagai
ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta dan roh- roh nenek moyang atas hasil
panen yang telah diberikan, dan sko merupakan simbol yang diidentikkan dengan
pembersihan benda pusaka nenek moyang.

Penelitian tentang kenduri yang telah dilakukan oleh Indra Sulistiyono (2015) jurnal
yang berjudul “Ken-Duren Wonosalam (Studi Deskriptif : Makna Ken-Duren
Wonosalam pada Masyarakat Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang)”. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dalam upacara tersebut diketahui bagaimana
bentuk pelaksanaan Ken-Duren Wonosalam, yaitu tumpeng hasil bumi 9 desa diarak
dari Kantor Kecamatan menuju lokasi acara, kemudia

tumpeng hasil bumi 9 desa tersebut mengitari tumpeng durian raksasa, selanjutnya
doa dipanjatkan, setelah itu tumpeng hasil bumi 9 desa dan tumpeng durian raksasa
dipurak bersama
2.2 Landsan teori

1. Tradisi

Menurut Anton M. Moeliono (1995: 1280) tradisi adalah adat kebiasaan turun
temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan masyarakat. Tradisi
didefinisikan sebagai cara mewariskan pikiran, kebiasaan, kepercayaan, kesenian dari
leluhur ke anak cucunya. Tradisi juga merupakan warisan masa lalu yang dilestarikan
terus hingga sekarang, baik berupa nilai, norma sosial, maupun adat kebiasaan yang
merupakan wujud dari berbagai aspek kehidupan. Pada dasarnya tradisi merupakan
bagian dari kebudayaan. Dilihat dari konsep kebudayaan itu sendiri, kebudayaan
merupakan hasil karya manusia yang dilakukan secara berulang-ulang berdasarkan
waktu tertentu dengan anggota masyarakat lainnya. Hasil karya yang dilakukan secara
berulang-ulang. Setiap tradisi tidak lepas dari adanya upacara tradisional dalam suatu
masyarakat. Upacara itu sendiri mengandung makna simbolik, nilai-nilai etika, moral,
dan sosial yang menjadi acuan normatif individu dan masyarakat dalam menjalani
kehidupan bersama (Nursid Sumaatmadja, 2003: 49). Upacara tradisional
mencerminkan adanya keterpengaruhan dari sistem religi atau kepercayaan yang
merupakan salah satu unsur universal dalam kebudayaan (Winataputra, 2007: 36).
Suatu tradisi akan tetap dilaksanakan selama para pendukungnya masih melihat
manfaatnya, sebaliknya tradisi akan ditinggalkan atau mengalami perubahan apabila
dirasa tidak lagi bermanfaat bagi masyarakat pemiliknya.

2. Kenduren

Kenduren adalah upacara sedekah makanan karena seseorang telah


memperoleh anugerah atau kesuksesan sesuai dengan apa yang dicitacitakan, dalam
hal ini kenduren mirip dengan tasyakuran atau selamatan. Acaranya bersifat personal.
Undangan biasanya terdiri dari kerabat, kawan sejawat, dan tetangga. Mereka
berkumpul untuk berbagi suka. Suasana santai sambil disertai dengan pembicaraan
yang bermanfaat serta berbagai suri tauladan yang bisa dicontohkan. Hidangan
sedekah dalam kenduren atau wilujengan menunya lebih bebas. Hampir tidak ada
kewajiban menu tertentu, sehingga terbangun suasana akrab, penuh silaturahmi,
berbagi suka dan menunjukkan syukur kepada Tuhan. Kenduren daur urip dalam
ritual orang Islam Jawa (kejawen) memiliki arti penting dan menjadi bagian tidak
terpisah dari sistem religi orang Jawa. Undangan bersifat bebas, yang umumnya
dilaksanakan sesudah Sholat Ashar mendekati Maghrib, lalu lainnya sesudah Isya’
kalau masih ada yang bersamaan, sebagian memberi alokasi sesudah Maghrib.
Tempatnya mengambil serambi atau pendapa (aula) rumah. Jika ruang kurang
mencukupi maka benda-benda dalam ruangan dialihkan terlebih dahulu. Kenduren
kadang memakai tempat di serambi masjid atau halaman luar ruangan, ada yang di
makam, bahkan ada juga yang di tempat pak RT. Hidangan yang disediakan
umumnya adalah nasi tumpeng dengan lauk pauknya dan untuk hal-hal khusus,
seperti syukuran atau kiriman, memakai nasi tumpeng rasul (tumpeng yang sudah
dikasih garam dan santan kelapa, sejenis nasi uduk), dilengkapi dengan lauk daging
ayam yang dimasak secara utuh (ingkung). Disebut tumpeng rasul metua dalam kang
lempeng atau dalam Bahasa Indonesia artinya lewatilah jalan yang lurus mengikuti
ajaran Rasul Allah, karena memiliki nilai simbolis hidup dengan mengikuti jalan
lurus sesuai ajaran Rasul (Utusan Tuhan), dengan ciri khas adalah ingkung (inggala
jungkung atau bersujud), yakni beribadah sepenuhnya kepada Allah. Disebut nasi
uduk sebenarnya adalah nasi wudlu’, karena selama proses memasaknya maka orang
(perempuan) yang memasak dalam keadaan suci, dengan berwudlu’ terlebih dahulu.
Selain itu juga diberi suguhan air teh manis, paling tidak air kemasan dan bagi yang
mampu masih diberi suguhan ala kadarnya. Pada zaman sekarang, pada acara
selamatan tertentu seperti ulang tahun misalnya terkadang diberi suguhan roti dan
kue ulang tahun, sebagaimana berlaku pada masyarakat barat. Semua hidangan
tersebut, oleh tuan rumah dimaksudkan sebagai shadaqah yang diberikan kepada
mereka yang diundang dan tetangga terdekat di sekitarnya (Koentjaraningrat, 1994:
345-346).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 jenis penlitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif


adalah metode penelitian secara deskriptif dan menggunakan analisis data. Sugiono
(2016 : 15) mengemukakan bahwa metode Kualitatif adalah penelitian yang
berlandaskan pada filsafat postpositivisme, yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi Obyek yang alamiah, sebagai lawannya adalah eksperimen dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowbaal, tehnik pengumpulan dengan trianggulasi atau gabungan,
analisis data bersifat induktif atau kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna dari pada generalisasi. Alasan mengapa peneliti menggunakan
metode penelitian ini karena pendekatan Kualitatif sangat cocok untuk digunakan
dalam penelitian mengenai Budaya. Tujuan dari penulisan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data yang mendalam, suatu data yang mengandung arti atau makna.
Makna merupakan data yang muncul dari suatu kata yang terkumpul.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan melakukan
wawancara dan studi kepustakaan.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan agar dapat memperoleh sumber data yang tepat serta
akurat. Dalam penelitian ini, penulis mewawancarai 1 orang informan yang dianggap
cukup banyak tahu tentang tradisi orang Jawa, karena selain berasal dari Jawa asli,
beliau juga merupakan orang yang menjabat sebagai ketua rt di Desa Poncowati .
2. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dalam penelitian ini adalah untuk memperkuat pendapat
atau pandangan dari informan yang diwawancari penulis. Studi kepustakaan tersebut
menggunakan jurnal-jurnal yang telah ditulis sebelumnya oleh seorang peneliti.
3.2 Informan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik sampling purposive yang digunakan
untuk menentukan informan dalam penelitian yang dilakukan. Teknik sampling purposive
merupakan cara menentukan informan dengan memilih informan sesuai dengan kriteria dan
kebutuhan penulis dalam penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Wilayah di desa Poncowati ini merupakan desa yang mempunyai potensi yang
sangat baik dalam sosial ekonominya. Karena potensi dapat meningkatkan taraf
perekonomian dan pendapatan masyarakat. Di samping itu di wilayah ini juga
mempunyai lahan dan persawahan yang cukup luas. Dan hal tersebut juga di
manfaatkan masyarakat untuk bercocok tanam atau bertani, sehingga masyarakat desa
Poncowati 80% lebih banyak bekerja sebagai petani dari pada dengan yang lainnya.

Deskripsi Data Hasil Penelitian

4.1 Makna budaya Kenduren di desa Poncowati

Bagi masyarakat desa Makna budaya Kenduren di desa Poncowati Kecamatan


Terbanggi besar Kabupaten Lampung tengah kenduri sebagai wujud ketulusan kepada
Allah, sebagian diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang memiliki
kandungan makna mendalam. Dan simbol-simbol tersebut adalah ubarampe, berikut
adalah ubarampe yang menjadi pelengkap berbagai macam tumpeng: a) Telur,
sebagai lambang dari wijih dadih atau benih terjadinya manusia. b) Bumbu gudangan,
merupakan lukisan bakal embrio hidup manusia. c) Kecambah, sebagai simbol dari
benih dan bakal manusia yang akan selalu tumbuh seperti kecambah. d) Kacang
panjang, dalam kehidupan sehari-hari semestinya manusia selalu berpikir panjang dan
jangan memiliki pikiran yang jelek, sehinnga akan selalu dapat menanggapi segala hal
dan keadaan dengan penuh kesadaran dan bijaksana e) Bawang merah, perbuatan
yang selalu penuh pertimbangan f) Kangkung, manusia yang tergolong sebagai
manusia yang tingkat tinggi g) Cabe merah, akhirnya akan muncul keberanian dan
tekat untuk menegakkan kebenaran Tuhan. h) Ingkung, cita-cita manunggal
diwujudkan dengan selalu bersujud. Semua ubarampe sebelum dipersebahkan untuk
orang banyak harus diujubkan terlebih dahulu. Ujub merupakan tradisi dalam bentuk
penyerahan acara ritual kepada orang yang ditunjuk yang biasanya sesepuh. Dalam
ujub tersebut dikemukakan maksud dan tujuan diadakan selamatan, serta untuk siapa
selamatan tersebut diadakan. Kemudian setelah orang yang ditunjuk tersebut
memberikan jawaban, ia memulai acara dengan mengatakan tujuan dan maksud
pelaksaan acara sebagaimana ujub dari orang yang punya niat. Barulah kenduren
dilaksanakan. Biasanya ujub tersebut disertai dengan pembacaan Ayat-ayat suci Al-
Qur’an dan ujub Jawa yaitu “nuwun keparengo matur wonten ngersanipun poro
rawuh sepuh miwah anem sedoyo, sak derengipun kulo matur mbok bilih wonten
kalepatan atur kulo ing sak mangke kulo nyuwun gonging samudro pangarsami.
Sumonggo kulo aturi sesarengan muji syukur wonten ngersanipun gusti Allah ingkang
moho kuoso” dengan ketua rt bapak baruno di desa desa Poncowati Kecamatan
Terbanggi besar Kabupaten Lampung tengah pada tanggal 19 september 2021

4.2 Sejarah budaya kenduren di desa Poncowati

Sejarah awal dari kenduren memang masih sangat kabur, karena hal ini atas
dasar kurangnya sumber-sumber terpercaya. Tetapi di desa Poncowati ini ada Bapak
ketua rt yang mengerti tentang budaya-budaya jawanya. budaya kenduren pada zaman
sekarang dan zaman dahulu sangatlah berbeda. Awal mula dari adanya acara kenduri
adalah berasal dari upacara peribadatan nenek moyang pada zaman dulu. Dari upacara
tersebut masayarakatnya melaksanakan kenduri sebagai bentuk penghormatan dan
mendoakan roh atau arwah orang yang sudah meninggal dengan cara melakukan dan
memberikan sebuah sesajen. Tetapi kenduri secara praktis tidak hanya dilakukan
dilapangan saja, yaitu dilakukan di lapangan seperti halnya yang diajarkan oleh agama
islam jawa juga. Selain itu berbeda kan dengan kenduren agama lain yang dilakukan
dengan cara mengganti doadoa seperti dzikir atau dengan bacaan al-quran, maupun
doa-doa yang diajarkan menurut ajaran islam. kenduren merupakan budaya yang
sudah dilakukan oleh masyarakat secara turun-temurun .Dari sejarah diatas
masyarakat desa Poncowati bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara kenduren
merupakan pengambilan dari penyerasian yang di sebar kepada orang jawa. Dan pada
intinya kenduri juga merupakan mekanisme sosial untuk merawat dan menjaga
kebersamaan. Kenduri juga menjadi alat kontrol bagi masyarakat desa Poncowati
untuk menjaga arah gerak dan menjadi apa yang telah dicita-citakan bersama. Ada
banyak alasan juga dan pendapat yang diberikan oleh setiap orang. Masing-masing
tentu punya sudut pandang sendirisendiri.maka dari itu kata Bapak Baruno sebagai
Ketua rt di desa Poncowati masing-masing pendapat itu tentu benar. (Hasil
wawancara dengan Bapak baruno di desa Poncowati kecamatan Terbanggi besar pada
tanggal 19 september 2021
4.3 Apa manfaat kenduri bagi masyarakat desa Poncowati

a. Kenduren dapat membantu masyarakat desa Poncowati menampung banyak


kepentingan dari sekian banyak kepentingan bisa dileburkan dan dijadikan satu tujuan.

b. Kenduren bisa menciptakan kerukunan bagi masyarakat desa Pare-lor dan berbagi
berkat dari nasi atau tumpeng yang baru didoakan kepada sesama.

c. Kenduren menurut masyarakat juga dapat mempersatukan banyak hal, contonya


tidak hanya kepentingan seorang individu atau masingmasing tetapi juga untuk bersama.

d. Kenduren juga untuk merawat dan menjaga kebersamaan, kemudian dengan cita-
cita yang diinginkan dan dapat diteguhkan kembali.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sejarah awal dari kenduri memang masih sangat kabur, karena hal ini atas dasar
kurangnya sumbersumber terpercaya. Tetapi didesa Poncowati ini ada ketua rt yang mengerti
tentang budaya-budaya jawanya. Budaya Kenduren pada zaman sekarang dan zaman dahulu
sangatlah berbeda. Awal mula dari adanya acara kenduri adalah berasal dari upacara
peribadatan nenek moyang pada zaman dulu. Dari upacara tersebut masayarakatnya
melaksanakan kenduri sebagai bentuk penghormatan dan mendoakan roh atau arwah orang
yang sudah meninggal dengan cara melakukan dan memberikan sebuah sesajen. Tetapi
kenduri secara praktis tidak hanya dilakukan dilapangan saja, yaitu dilakukan di lapangan
seperti halnya yang diajarkan oleh agama islam jawa juga. Selain itu berbedakan dengan
kenduri agama lain yang dilakukan dengan cara mengganti doadoa seperti dzikir atau dengan
bacaan al-quran, maupun doa-doa yang diajarkan menurut ajaran islam. Kenduren merupakan
budaya yang sudah dilakukan oleh masyarakat secara turun-temurun. Dari sejarah masyarakat
desa Poncowati bisa mengetahui bahwa sebenarnya acara kenduri merupakan pengambilan
dari penyerasian yang disebar kepada orang jawa. Dan pada intinya kenduren juga
merupakan mekanisme sosial untuk merawat dan menjaga kebersamaan. Kenduren juga
menjadi alat kontrol bagi masyarakat desa Poncowati untuk menjaga arah gerak dan menjadi
apa yang telah dicita-citakan bersama. Ada banyak alasan juga dan pendapat yang diberikan
oleh setiap orang. Masing-masing tentu punya sudut pandang sendirisendiri.maka dari itu
kata Bapak baruno sebagai Ketua rt di desa Poncowati masing-masing pendapat itu tentu
benar. Upacara kenduren merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi masyarakat
desa Poncowati Kecamatan Terbanggi besar Kabupaten Lampung tengah yang melibatkan
banyak masyarakat sekitar. Dan tradisi kenduri ini sekarang masih tetap dilakukan. Karena
kegiatan ini sebagai rasa syukur kepada yang Maha Kuasa, menjadi jembatan untuk
berkumpul dengan kerabat-kerabat dan tetangga sekitar, menghormati dan menghargai para
roh leluhur. Kemudian kenduri yang sengaja dilakukan itu dengan tujuan untuk mesyukuri
atas nikmat yang diberikan oleh yang Maha Kuasa, dan biasanya dilakukan secara berbeda
karena setiap beberapa daerah ada yang beda. Tetapi tujuannya sama. Dalam hal ini kenduri
mirip dengan tasyakuran. Acaranya bersifat personal. Undangan biasanya terdiri dari kerabat,
kawan sejawat, dan tetangga. Mereka berkumpul untuk berbagai suka. Suasana santai sambil
disertai dengan pembicaraan yang bermanfaat serta berbagai suri teladan yang bisa dicontoh.
Jenis-jenis bentuk kenduren yang menjadi salah satu corak budaya jawa yang pada umumnya
masih dilestarikan oleh orang jawa

5.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
pada penulisan makalah-makalah selanjutnya. Penulis berharap dengan membaca
makalah ini, pembaca mendapatkan pengetahuan dan wawasan terkait sejarah adanya
tradisi Kenduren , dan perspektif tokoh lokal Desa Poncowati tentang adanya tradisi
Kenduren tersebut, serta dapat menjadikan makalah ini sebagai sumber referensi materi
atau pembuatan media pembelajaran bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Ani Rostiyati, dkk. 1994. Fungsi Upacara Tradisional Bagi MasyarakatP
endukungnya.Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soekanto, Soerjono. 1990. Budaya dan Pengetahuan. Jakarta. Hlm 154.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Edi Sedyawati. 2006. Budaya Indonesia (Kajian Arkeologi Seni dan Sejarah). Jakarta: Raja
Grafiondo Persada.

Nursid Sumaatmadja. 2003. Manusia dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan Hidup.
Bandung: Alfabeta.

Sri Suhandjati. 2000. Islam & Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: GAMA MEDIA.

Peter Worsley. 1992. Pengantar Sosiologi Sebuah Perbandingan. Yogyakarta: Tiara Wacana

Iik Dian Ekayanti, “ Kenduri Dalam Perspektif Majelis (MTA) (Studi Kasus di Desa
Bringin Kecamatan Bringin Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang” Skripsi,
Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2016.

Jonathan Warsono, Metode Penelitian Kualitatif dan Bambang Irawan, “ Internalisasi


Nilai- Nilai Pendidikan Tauhid Melalui Menu Sajian Tradisi Kenduri Di Desa Wukirsari,
Cangkringan, Sleman, Yogyakarta”, Skripsi, Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta,2014.
LAMPIRAN
Tradisi kenduren di desa poncowati

Draft wawancara

Pewawancara : Avip andreansyah

Informan : bapak rt baruno

Pekerjaan informan : rt 36

Usia informan : 61

Lokasi wawancara : poncowati rt 36 rw 07

Kabupaten : lampung tengah

Hari dan tanggal : 19 september 2021

Jam : 16:00:17:00
HASIL WAWANCARA

(Informan : bapak RT baruno )

1. Identitas diri

Nama : Baruno

Jenis kelamin : laki-laki

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Rt 36 rw 07

Usia : 61

Alamat : poncowati rt 36 rw 07

Hari : Minggu

Tanggal : 19 september 2021

Daftar pertanyaan dan jawaban

Avip : Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,Selamat sore bapak izin


meminta sedikit waktu bapak untuk mewancarai bapak tentang tradisi kenduren di
poncowati pak.

Bapak baruno :Walaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh,Selamat Sore boleh.

Avip : Apakah dalam masyarakat poncowati masih sering melaksanakan tradisi


kenduren?

Bapak baruno : masih le

Avip : Sejak kapan masyarakat Poncowati melaksanakan tradisi kenduren?

Bapak baruno : kalau secara pastinya saya kurang tahu le karena sejak saya lahir
kenduren itu sudah ada yang jelas sejak nenek moyang kita ada maka kenduren itu
juga ada.

Avip : Kapan dan dimana biasanya tradisi ini dilakukan?

Bapak baruno : Biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu yang dianggap sakral.
Terkait tempat pelaksanaan kalau dulu seringnya di makam, di tempat-tempat keramat
tetapi sekarang banyak orang yang percaya pada aliran agama jadi mereka lebih
sering melakukannya di rumah sendiri maupun di masjid.

Avip : Bagaimana serangkaian prosesi pelaksanaan tradisi kenduren?


Bapak baruno : rangkaiannya ya dari mengolah masakan dulu kemudian setelah
masakan matang mengundang tetangga maupun saudara untuk menghadiri kenduren
yang terakhir ya acara kenduren itu sendiri.

Avip : Apa bahan dan alat yang diperlukan dalam tradisi kenduren

tersebut?

Bapak baruno : Bahan dan alat yang digunakan ini menyesuaikan dengan keperluan
kenduren le. Antara kenduren orang meninggal dengan kenduren orang yang
melahirkan itu berbeda. Alat dan bahan yang digunakan untuk kenduren saat ada
orang yang melahirkan atau hamil itu ada urab-uraban (kulupan), jenangjenangan,
ketupat, nasi tumpeng, sedangkan kenduren saat ada orang yang meninggal alat dan
bahannya seperti ingkung, nasi tumpeng, asahan, golong, pisang raja satu pasang.

Avip : Apa arti dari tiap-tiap simbol yang ada dalam kenduren?

Bapak baruno : semua sesaji atau makanan yang ada di dalam kenduren memiliki
makna bersyukur dan meminta keselamatan kepada Gusti Allah.

Avip : Apa makna tradisi ini bagi anda sendiri?

Bapak baruno : maknanya itu ya mencari keselamatan tadi le supaya kehidupan di


dunia maupun besok kalau sudah meninggal itu jauh dari aral melintang.

Avip : Siapa saja yang terlibat dalam perayaan tradisi kenduren ini?

Bapak baruno : pemilik hajat, ada pemimpin kenduren (kalau zaman saya itu yang
memimpin ya mbah kaum tetapi sekarang kayak mbah modin, orang yang pintar
dalam hal agama itu yang menjadi pemimpinnya) dan masyarakat sekitar serta
keluarga terdekat yang diundang untuk menghadiri undangan kenduren.

Avip : Dahulu siapa yang berperan menurunkan/mengajari kebiasaan ini kepada


masyarakat?

Bapak baruno : para leluhur nduk

Avip : Bagaimana sejarah Poncowati ini melakukan tradisi kenduren?

Bapak baruno : untuk lebih jelasnya saya kurag tahu le karena semenjak saya lahir
kenduren itu sudah ada. Yang saya pahami bahwa awal mula Dukuh Poloyo itu
mengadakan kenduren karena memang sudah menjadi tradisi yang diajarkan oleh
nenek moyang secara turun temurun. Sampai sekarangpun tradisi tersebut mendarah
daging dan masih dilaksanakan.

Avip : Apakah tujuan dari dilaksanakannya tradisi kenduren?

Bapak baruno : agar wilujeng, untuk memperoleh keselametan, tidak ada godaan
Avip : Apakah semua kalangan masyarakat masih mempercayai dan melakukan
tradisi kenduren?

Avip : masih tetapi tidak semuanya m. Perubahan-perubahan apa saja yang terjadi
dalam pelaksanaan tradisi kenduren?

Bapak baruno : yang jelas perubahannya itu terlihat pada kegiatan kenduren yang ada
di Poncowati yang menjadi dua aliran, yang pertama itu yang masih percaya kejawen
(kenduren dengan aturan Jawa) yang kedua kenduren yang berdasarkan agama.
Padahal dulu yang namanya kenduren itu macamnya ya hanya satu dan itupun
dilakukan secara seragam, baik tata cara maupun tempat pelaksanaannya.

Avip : Sejak kapan terjadi adanya perubahan-perubahan tersebut?

Bapak baruno : sejak warga sini sering ke masjid dan mulai ada pengajian-pengajian
rutin.

Avip : Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan perubahan tradisi kenduren di


Dukuh Poloyo?

Bapak baruno : salah satunya ya agama tadi terus yang kedua mungkin bahan-bahan
untuk kenduren itu mahal jadi jika ingin melakukan kenduren masyarakat pikir-pikir
dulu.

Avip : Apakah masyarakat menghendaki perubahan itu?

Bapak baruno : ada yang menghendaki ada yang tidak

Avip : Adakah dampak perubahan itu bagi masyarakat?

Bapak baruno : dampaknya kenduren menjadi sepertti terpecah-pecah yang dahulu


hanya terdapat satu aliran saja, tetapi sekarang karena banyak orang yang sudah
mengenal kegiatan keagamaan maka mereka beralih ke kegiatan kenduren yang
menggunakan patokan keagamaan.

Avip : Manfaat apa saja yang diperoleh dari pelaksanaan tradisi kenduren?

Bapak baruno : manfaatnya banyak salah satunya yaitu shodaqoh.

Avip : Bagaimana upaya mempertahankan nilai-nilai dan makna yang terkandung


dari tradisi kenduren tersebut?

Bapak baruno : untuk mempertahankan sebenarnya dengan cara yang mudah, dengan
masih melaksanakan tradisi kenduren itu saja dapat mempertahankan nilai & makna
dari kenduren itu sendiri.

Avip : Bagaimana upaya yang dilakukan dalam mempertahankan kebudayaan


tradisional ini seiring dengan perkembangan zaman?
Bapak baruno : sama dengan cara yang dilakukan untuk mempertahankan nilai tadi
yaitu dengan tetap melaksanakan taradisi kenduren.

Avip : Apakah ada pro dan kontra dari masyarakat terkait adanya tradisi kenduren di
masa modern ini?

Bapak baruno : kalau untuk pro dan kontra sebenarnya ada namun pro dan kontra di
sini terlihat bukan seperti adu mulut atau adu fisik. Pro dan kontra yang terlihat adalah
ada masyarakat yang melaksanakan kenduren dengan ajaran Jawa tetapi ada juga
yang melaksanakan kenduren berdasarkan ajaran agama. Jadi pro dan kontra dalam
kenduren itu terlihat dari adanya perbedaan pelaksanaan kenduren di satu desa.

Avip : Terimakasih bapak,atas informasi yang telah bapak berikan,mohon maaf


apabila ada kesalahan jika bertanya, Saya akhiri wawancara pada sore hari ini
wassalamualaikum warahmatullahiwabarakatuh.

Bapak Baruno : Walaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

FOTO DOKUMENTASI WAWANCARA

Anda mungkin juga menyukai