Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Kearifan lokal kirab kebo kyai slamet

Disusun oleh:
Dory arta c
(1920100093)

SEKOLAH MENENGAH ATAS TERPADU


KRIDA NUISANTARA
BANDUNG
2022

1|Page
Lembar pengesahan

Tujuan makalah:
Makalah ini disetujui oleh:

Guru geografi guru sosiologi

Endang dwiyono S.pd M.TT Ai wiwin widiansyah S.pd


NIK 53.07.174 NIK 53.01.092

2|Page
kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah kearifan lokal tepat
waktu.
Makalah kearifan disusun guna memenuhi tugas guru pada bidang sosiologi
dan geografi di krida nusantara. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang kearifan lokal kirab kebo
kyai slamet.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu selaku
guru mata pelajaran. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

3|Page
Daftar isi

Bab 1:pendahuluan 5

Latar belakang 5

Rumusan masalah 6

Tujuan dan manfaat 7

Bab 2 :kajian pustaka 8

Kearifan lokal 8

Bentuk kearifan lpokal 9

Keragaman kearifan lokal 10

Bab 3 :pembahasan masalah 11

Kajian wilayah kearifan lokal 11

Jawaban rumusan masalah 12

Bab 4 :kesimpulan dan saran 14

kesimpulan 14

saran 15

daftar pustaka 16

4|Page
Bab 1

pendahuluan
A.Latar belakang
Menurut sejarah sejak kepindahannya dari wilayah Kartasura (1745), Keraton Kasunanan
Surakarta diramalkan hanya akan berlangsung hingga 2 abad lamanya. Selama melalui
perjalanan panjang dan membuahkan berbagai peradaban selama dua abad, tercatat 9 raja
bertahta (Hadisiswoyo, 2009: 264). Peradaban budaya berkembang secara dinamis, sebagai hasil
dari proses komunikasi lisan yang disebarkan dari mulut ke mulut. Saat ini Keraton Kasunanan
Surakarta berada di bawah pemerintah Indonesia, secara sistem sudah tidak ada kerajaan lagi.
Raja sekarang hanya memiliki posisi simbolis, sebagai pemangku budaya dan adat istiadat serta
tradisi yang berlaku di lingkungan keraton, sebagai bagian dari budaya nasional (Susanto, 2010:
47). Keraton Kasunanan Surakarta merupakan keraton tertua di nusantara yang masih utuh tata
cara kehidupan budaya keratonnya, serta mempunyai pengaruh di sebagian besar masyarakat
(Tim Penulis Solopos, 2004: 16). Peristiwa Malam Satu Suro bagi masyarakat Jawa memiliki
makna pergantian tahun, atau tahun baru menurut kalender Jawa. Tradisi peringatan Satu Suro
atau Suran, dicanangkan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo raja Mataram terdahulu.
Penyelenggaraanya dari waktu ke waktu terus berkembang di Jawa, tata caranya bersifat dinamis
sehingga dapat disesuaikan dengan kecenderungan daerah masing-masing. Keraton
mengkomunikasikan melalui ritual tentang sifat tradisi Suran yang prihatin, melatih kesiagaan
lahir batin, mawas diri, pengendalian diri, dan berserah diri kepada Tuhan. Salah satu bentuknya
adalah menyiagakanpusaka, di Surakarta hal ini dilakukan dengan tradisi kirab, yang baru
berkembang sekitar pertengahan abad 20. Kirab dilakukan oleh Keraton Kasunanan Surakarta
dan Pura Mangkunegaran bersama masyarakatnya masing-masing (Bratasiswara, 2000: 367).
Keraton membentuk berbagai simbol dengan pusaka keraton menjadi komponen utama, diikuti
para masyarakat keraton yang lengkap dengan pakaian beskap hitam, blangkon, dan kain untuk
pria. Sedangkan para wanita mengenakan kebaya hitam, kain, dan rambut yang disanggul.
Mereka yang bertugas membawa pusaka, wajib memakai Sumpingan Gajah Oling rangkaian
bunga melati yang dipasang di telinga. Bagi yang tidak bertugas membawa pusaka, mereka

5|Page
membawa lentera dan obor untuk menerangi rombongan kirab. Uniknya pada kelompok barisan
pertama ditempatkan pusaka berupa sekawanan kerbau albino yang diberi nama Kebo Bule Kyai
Slamet yang selalu menjadi pusat perhatian tersendiri bagi masyarakat. Keberadaan Kebo Kyai
Slamet di Kirab Malam 1 Suro menyebabkan munculnya fenomena budaya yang tidak sesuai
dengan ajaran keraton. Kebo Bule Kyai Slamet adalah simbol keselamatan, namun maknanya
dilebih-lebihkan oleh masyarakat di luar keraton sehingga menimbulkan perilaku yang
berlebihan pada saat kirab. Sebagai hewan yang istimewa, Kebo Bule diyakini oleh sebagian
masyarakat yang percaya, mempunyai kekuatan gaib yang mampu mendatangkan berkah.
Efeknya, banyak orang yang ngalap berkah (mencari berkah) denganberebut semua hal yang
berhubungan dengan kebo bule, mulai dari sisa makanan, minuman, bunga melati yang jatuh dari
kalungnya, bahkan kotorannya. Dalam skripsi ini akan menyajikan penelitian tentang “Tradisi
Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta : Sejarah Dan Pemaknaannya Dalam
Perspektif Masyarakat dan Semiotika C.S. Pierce” hal yang akan dibahas antara lain adalah
sejarah kirab kebo kyai slamet dan pemaknaan kirab melalui pandangan masyarakat Surakarta
dan pandangan ilmu pengetahuan tentang kirab kebo kyai slamet yang sebenarnya

B.Rumusan masalah

1.Bagaimana sejarah tradisi kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta serta apa
maksud dan tujuannya?

2.bagaimana awal mula adanya kirab kebo?

3.bagaimana respon masyarakat mengenai kirab kebo kyai slamet?

6|Page
C.Tujuan dan manfaat
Dalam komunitas masyarakat baik yang ada di kota maupun di desa tentu memiliki cara yang
berbeda dalam melaksanakan suatu upacara tradisi walaupun tujuannya sama. Dalam prosesi
pelaksanaan upacara tradisi kirab di Surakarta tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan
upacara tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

a. Memperingati tahun baru (1 Suro) dalam penanggalan Jawa sekaligus memohon kepada Tuhan
Yang Maha Esa supaya diberi limpahan berkat.

b. Melaksanakan tradisi para leluhur yang sudah berlangsung lama karena kalau upacara tradisi
tidak dilaksanakan takut terjadi sesuatu dikemudian hari.

c. Dalam menjaga pusaka yang didapat dengan susah dan cerita yang berbau mistis dengan olah
tapa dan lain sebagainya maka untuk menjaga kesaktian dan keampuhan dari pusaka tersebut
maka dilakukan prosesi pembersihan pusaka pusaka yang dimiliki.

7|Page
bab 2

kajian pustaka

A.pengertian kearifan lokal


Kearifan lokal adalah pandangan hidup dan pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang
berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal. Pengetahuan ini untuk menjawab
berbagai masalah dalam memenuhi kebutuhan mereka.
Dalam modul "Sosiologi SMA Kelompok Kompetensi I" yang diterbitkan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, sistem pemenuhan kebutuhan meliputi seluruh unsur kehidupan,
yaitu agama, ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi, organisasi sosial, bahasa dan komunikasi,
serta kesenian.

Kearifan lokal dipandang sangat bernilai dan mempunyai manfaat tersendiri dalam kehidupan
masyarakat. Kearifan lokal menjadi bagian dari cara hidup untuk memecahkan segala
permasalahan hidup.

Konsep kearifan lokal atau kearifan tradisional atau sistem pengetahuan lokal (indigenous
knowledge system) adalah pengetahuan yang khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu
yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik antara manusia
dengan lingkungannya.

8|Page
B.Bentuk kearifan lokal

Secara umum kearifan lokal dikategorikan dalam dua aspek, yaitu yang dapat dikenali dengan
mudah atau tampak dengan indera dan kearifan lokal yang tidak berwujud.

Kearifan Lokal yang Berwujud Nyata (Tangible)

1. Tekstual: berupa sistem nilai, tata cara, dan ketentuan khusus yang dituangkan dalam bentuk
tulisan. Beberapa contohnya adalah primbon dan prasi.

2. Bangunan/Arsitektur: Setiap rumah adat di Indonesia memiliki keunikan masing-masing


yang mencerminkan budaya mereka, termasuk bagaimana cara mereka beradaptasi dengan
lingkungan. Salah satu contohnya adalah rumah gadang dari Sumatera Barat. Rumah yang
berbentuk panggung sengaja dibuat sebagai proteksi terhadap gangguan.

3. Benda Cagar Budaya/Karya Seni: Benda cagar budaya ini bisa berupa patung, senjata, alat
musik, dan tekstil. Contohnya adalah batik, kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi. Tidak
hanya itu, setiap motif batik juga memiliki makna tersendiri.

Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud (Intangible)

Kearifan lokal yang tidak berwujud berupa petuah yang berisi nilai-nilai tradisional. Kearifan ini
disampaikan secara verbal dan diwariskan secara turun temurun.

9|Page
C.Keragaman kearifan lokal

Kirab malam 1 Suro menjadi tradisi tahunan Keraton Kasunanan Surakarta saat pergantian
tahun baru hijriah. Kirab ini menjadi bentuk rasa syukur dan penuh harap untuk kehidupan yang
lebih baik sari sekarang. Tidak sedikit orang-orang yang menyaksikan berharap memperoleh
berkah dari percikan air dari pusaka, hingga kebo bule yang menjadi cucuk lampah dari pusaka
tersebut.

kirab diawali dengan doa-doa dan penebaran sesajen di dengan Kori Kamdandungan oleh para
abdi dalem keraton sambil menanti datangnya kebo bule. Kerbau-kerbau keramat itu akan dilepas
dan dibiarkan berjalan sendiri. Tidak boleh ada paksaan pada kerbau.

Setelah itu raja dan keturunannya, beserta abdi dalem, akan mengikuti di belakang kerbau dengan
barisan yang rapi. Tidak lupa pembesar keraton lain yang berjumlah 10 orang turut mengiringi
sembari membawa pusaka.

Pusaka-pusaka ditutup rapi memakai kain yang telah disematkan kalung yang berisi untaian
bunga melati. Selama menjalankan kirab, semua peserta tidak boleh berbicara meski hanya satu
kata. Larangan berbicara dimaksudkan agar peserta merenung dengan berbagai hal yang telah
diperbuatnya selama ini dalam kehidupan sehari-hari

10 | P a g e
BAB 3

Pembahasan masalah

A.Kajian Wilayah Kearifan local

Kota Surakarta mempunyai letak yang strategis sebagai jalur utama transportasi antara Kota
Semarang – Jogja – Surabaya serta kota-kota di sekitarnya sehingga menyebabkan kota ini
menampung arus lalu lintas pengangkutan barang dan penumpang yang cukup padat, baik
sebagai tempat transit maupun sebagai kota tujuan akhir. Pergerakan penduduk di Kota Surakarta
melalui sistem transportasinya mencerminkan adanya interaksi dengan wilayah lain yang
mempunyai intensitas yang cukup tinggi. Dari data Dinas Pekerjaan Umum Kota Surakarta
didapatkan data perkembangan panjang jalan Kota Surakarta dalam kurun waktu tahun 1999 –
2007 terjadi peningkatan dari 536,100 km menjadi 675,86 km atau meningkat sebesar 139,76
km. Sedangkan dari BPS Kota Surakarta didapatkan data jumlah penduduk Kota Surakarta tahun
2008 mencapai 564.920 jiwa dengan tingkat kepadatan 14.596 jiwa/km2 dengan luas wilayah
44,04 km2 .

tingkat kepadatan Kota Surakarta rata-rata adalah 14.596 jiwa/km2 . Hal ini dapat
menggambarkan bahwa adanya tingkat kepadatan yang tinggi menyebabkan kebutuhan akan
sarana transportasi juga meningkat. Data dari Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya Kota
Surakarta (DLLAJR) didapatkan bahwa pada tahun 2007 di Kota Surakarta terdapat 26 Trayek
utama dan cabang, 16 trayek ranting. Untuk trayek utama dan cabang tingkat kebutuhan
kendaraan angkutan penumpang sebanyak 463 kendaraan (26 seat) dan hanya tersedia 274
kendaraan atau terdapat kekurangan sekitar 189 kendaraan. Sedangkan pada trayek ranting
kebutuhan kendaraan angkutan umum sebesar 644 kendaraan (angkot) dan hanya tersedia 417
kendaraan atau terdapat kekurangan armada sebanyak 227 kendaraan. Hal ini menggambarkan
bahwa Kota Surakarta merupakan kota yang mempunyai fungsi kegiatan dalam berbagai skala
pelayanan baik dalam lingkup kota dan regional, yaitu sebagai kota perdagangan, industri,
pendidikan, pariwisata serta penyedia fasilitas sosial lainnya.

11 | P a g e
B.jawaban rumusan masalah
1.Kebo atau kerbau dianggap menjadi binatang pembawa berkat dalam tradisi masyarakat Jawa.
Binatang ini sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Selain digunakan untuk
transportasi, kerbau juga bisa digunakan untuk membajak sawah.Berbagai makna lain dari
kerbau ternyata juga diyakini oleh leluhur dari keluarga keraton. Binatang ini rupanya sangat
erat hubungannya dengan budaya Jawa. Hingga sekarang, Keraton memiliki setidaknya 17
Kerbau Bule.Tradisi Kebo Bule tidak menggunakan semua kerbau yang dimiliki oleh keluarga
Keraton. Hanya beberapa kerbau tertentu saja yang akan mengikutinya. Kirab dilakukan dan
dimulai dari halaman keraton.Binatang ini akan diiringi dengan pawangnya masing-masing.
Para pawang akan menggunakan pakaian khas mereka. Mereka akan menggunakan pakaian
dengan warna putih, celana hitam, menggunakan ikat kepala, summing gajah ngoling lengkap
dengan bunga melati, serta Samir.Kerbau yang dianggap keramat dan akan mengikuti kirab
tersebut lantas akan memakan sesaji yang telah dihidangkan hingga meminum kopi. Semua
sesaji serta kopi sudah disajikan oleh para abdi dalem sebelumnya.Ketika kerbau tersebut
sudah selesai memakan hidangan dan pergi meninggalkan makanan tersebut, lantas semua
warga akan langsung maju. Warga maju tanpa dikomando untuk memperebutkan sisa sesaji
yang sudah dimakan kerbau keturunan dari Kyai Slamet

2.asal usul hewan Kebo Bule di Surakarta, menunjukkan bahwa Kebo Bule yang sering disebut
dengan Kyai Slamet di keraton Surakarta merupakan kenangkenangan dari Adipati Ponorogo
yang bernama Surobroto. Hewan tersebut berwarna coklat kemerahmerahan dan dijadikan
sebagai pengawal Kanjeng Sunan Pakubuwono II dari Ponorogo menuju ke keraton Kartosuro
pada tahun 1742. Secara singkat sejarah perjalanan Sunan Pakubuwono II ke Ponorogo dan
sejumlah peristiwa yang terjadi dan dilakukan Kanjeng Sunan selama di Ponorogo hingga
kembali ngluruk ke keraton Kartosuro

3.Kerbau Bule keramat Kiai Slamet berada di barisan terdepan, mengawal pusaka keraton Kiai
Slamet yang dibawa para abdi dalem Keraton. Menariknya prosesi ini, Masyarakat lokal dan
pendatang yang mengikuti prosesi malam 1 suro berjalan mengikuti kirab, dan saling berebut

12 | P a g e
berusaha menyentuh atau menjamah tubuh Kerbau Bule keramat Kiai Slamet ini. Tidak cukup
menyentuh Kerbau Bule keramat Kiai Slamet ini, orang-orang terus berjalan di belakang kerbau,
menunggu sekawanan kebo bule buang kotoran. Begitu kotoran jatuh ke jalan, orang-orang pun
saling berebut mendapatkannya. Tidak masuk akal memang. Tapi mereka meyakini bahwa
kotoran sang Kerbau Bule keramat Kiai Slamet akan memberikan berkah, keselamatan, dan rejeki
berlimpah. Mereka menyebut kotoran tersebut sebagai tradisi ngalap berkah atau mencari berkah Kyai
Slamet.

13 | P a g e
Bab 4

Kesimpulan dan saran


kesimpulan

Pelaksanaan upacara tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton Kasunanan Surakarta yang
dilaksanakan di lingkungan istana Kasunanan Surakarta merupakan tradisi yang sudah lama
dilakukan. Pada awalnya tradisi ini bertujuan untuk memperingati datangnya tahun baru dalam
penanggalan Jawa dengan berbagai macam kegiatan. Misalnya kungkum di sungai atau
sendang. tirakatan tidak tidur semalam suntuk. Berpuasa dan lain sebagainya.
Kirab yang dilaksanakan di Keraton Kasunanan Surakarta juga memiliki cara yang
berbeda. Keraton melakukan Kirab Kebo Bule yang sering disebut Kebo Kyai Slamet. Kerbau
tersebut bagi masyarakat keraton dan masyarakat setempat diyakini mempunyai kekuatan sakral
yang sudah diturunkan oleh Kyai Slamet. Selain itu tata cara yang berbeda juga dimiliki Keraton
Kasunanan Serakarta dalam melakukan Kirab. Mulai dari cara perarakan, peralatan yang
digunakan, sampai adanya upacara Ngalap Berkah kotoran Kebo Kyai Slamet. Bagi masyarakat
tradisi ngalap berkah merupakan momen yang ditunggu – tunggu dalam upacara Kirab Kebo
Kyai Slamet. Sebagian masyarakat percaya dengan mengikuti upacara Ngalap Berkah, mereka
akan mendapatkan berkah dan diberi kelimpahan rejeki.
Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet merupakan sebuah tradisi yang dihasilkan dari kepercayaan
masyarakat. Maka dari itu didalamnya pun terdapat maksud dan tujuan kenapa diadakan
Kirab. Masyarakat mempunyai tujuan tersendiri mengikuti upacara kirab. Selain sebagai tradisi
yang sudah turun temurun diwariskan, upacara kirab ini juga sudah menjadi suatu ikon
kebudayaan tersendiri bagi masyarakat Surakarta.

Selain dari masyarakat setempat, pemaknaan Tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet juga dapat dilihat
dari sudut pandang keilmuan. Melalui teori Semiotika C.S Pierce, dengan membongkar tanda –
tanda semiotika C.S Pierce tentang Ikon, Indeks, dan Simbol yang terdapat dalam tradisi
Kirab. Melalui teori ini dapat dilihat tiga hal tersebut. Ikon yang ada dalam Upacara Kirab Kebo
Kyai Slamet adalah Seekor Kerbau Bule atau Kerbau Albino yang sering disebut Kebo Kyai
Slamet. Binatang ini menjadi Ikon karena memiliki peranan sentral dalam upacara Kirab

14 | P a g e
sehingga menjadi sebuah Ikon dan menjadi sebuah nama dalam pelaksanaan Upacara Kirab di
Keraton Kasunanan Surakarta.

Saran

Keraton Kasusanan Surakarta memahami benar bahwa tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet
mengandung makna dan nilai yang bersifat adi luhur. Makna dan nilai tersebut dianggap sesuatu
yang berharga dan penting dalam hidup serta dijadikan pedoman untuk bersikap dan berperilaku.
Oleh karena itu, semoga keraton selalu berusaha mempertahankan tradisi Kirab Kebo Kyai
Slamet ditengah-tengah masyarakat. Selain itu semoga pihak keraton dapat memberikan edukasi
kepada masyarakat tentang pemaknaan kirab. Supaya makna dan nilai historis kirab yang kurang
tersampaikan secara utuh kepada masyarakat tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda dan
membentuk persepsi masyarakat yang berlebihan. Dampaknya adalah masyarakat dalam
memaknai tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet hanya berdasarkan persepsi mereka masing-masing
tanpa mengerti dan memahami makna sebenarnya dari tradisi Kirab Kebo Kyai Slamet Keraton
Kasunanan Surakarta.

15 | P a g e
Daftar putaka

134114009_full.pdf (usd.ac.id)

Tradisi Malam 1 Suro di Keraton Solo: Kirab Kebo Bule Kyai Slamet (tirto.id)

JURNAL riza.pdf (jurnalkommas.com)

Komunikasi Antar Budaya : Tradisi Kirab Kerbau Kyai Slamet | Zen (mariazenn.blogspot.com)

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai