Anda di halaman 1dari 10

PROPOSAL PENELITIAN

TRADISI GAMELAN SEKATEN KESULTANAN CIREBON

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah penelitian Sejarah

Dosen pengampu: Dr. Maharsi, M.Hum.

Oleh:

Mohamad Ali Usman (21101020070)

PROGAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2023

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dinamika sejarah kebudayaan manusia dari masa ke masa selalu terjadi,


meninggalkan jejak budaya yang mencerminkan kehidupan pada masanya. Mengamati dan
memanfaatkan nilai-nilai budaya masa lalu, akan tiba saatnya kita mampu mempertahankan
jati diri kita sebagai sebuah bangsa besar. Kebudayaan sendiri merupakan tradisi atau adat
istiadat suatu masyarakat dalam kegiatan tertentu yang rutin dilakukan dari hasil pikiran,
kreasi, perasaan dan inisiatif maka lahirlah budaya.

Sebagai Jalur perdagangan di Pulau Jawa banyak sekali para perantau yang pindah ke
Cirebon untuk menjalankan usaha dan menetap dalam jangka waktu yang lama. Arus budaya
yang ada semakin banyak dan saling melengkapi satu sama lain. Budaya China, Arab, Jawa
dan Sunda juga berbaur satu sama lain di kota ini. Walaupun ada juga beberapa budaya yang
bersinggungan secara langsung, tidak menjadikan satu sama lain kehilangan karakter maupun
identitas. Dengan banyaknya interaksi antar budaya maupun tradisi membuat Cirebon
mempunyai ciri khasnya tersendiri sebagai kota multikultur.

Tradisi di Cirebon tentu saja tidak lepas dari peradaban Islam di tanah Jawa. Salah
satu kota yang mempunyai sosok wali yang menjadi panutan bagi Masyarakat terutama umat
muslim ini menjadikan tradisi pada masa itu dijadikan sebagai sarana dakwah hingga saat ini
masih tetap terjaga keberadaanya, termasuk tradisi menabuh gamelan sekaten yang ada di
keraton Cirebon. Walaupun kesenian ini sudah beratus-ratus tahun lamanya, hingga saat ini
pun masih terjaga keberadaanya masih diwariskan secara turun-temurun di kalangan
Masyarakat ataupun kerabat keraton.1 Namun pengertian gamelan sendiri adalah salah satu
jenis alat musik tradisional yang dikenal di beberapa daerah di Indonesia. 4 Pemahaman
secara umum, gamelan pada dasarnya adalah alat musik tradisional Jawa, Bali, dan Sunda
yang menggunakan tampilan slendro dan pelog. Laras ialah susunan nada yang di dalam satu
oktaf intervalnya sudah tertentu. Di dalam karawitan ada dua laras, yaitu: laras slendro dan
laras pelog.2

Sebagai bentuk kesenian tradisional, gamelan sangat berpengaruh dalam kebudayaan


indonesia. Dalam kebudayaan Indonesia, setiap kebudayaan mempunyai bentuk dan ciri khas
yang berbeda-beda. Pandangan hidup orang Jawa yang diungkapkan dalam musik gamelan

1
Gevi Novianti, Gamelan Sekaten Dalam Ritus Masyarakat Trusmi Cirebon. Doctoral dissertation, Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, 2016
2
Subkhan, Gamelan Sekaten Kesultanan Kanoman cirebon ( Kajian Sejarah, Seni Dan Budaya Islam ), Institut
Agama Islam syekh Nurjati, 2016, Cirebon, hlm. 03
yaitu kehidupan jasmani, rohani, dan keselarasan ucapan ataupun dalam tindakan serta
mewujudkan toleransi asal sesama. Dari segi arsitektur yang ada dikeraton, terlihat bahwa
terdapat kesenian yang berkembang. Peran seni dan tradisi juga cukup berpengaruh dalam
perkembangan agama Islam di pulau Jawa yang dikembangkan oleh para wali, salah satunya
yaitu dengan pertunjukan gamelan. Dalam menyebarkan agama Islam para wali selalu
menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menyukai musik
gamelan ataupun tradisi lainya.

Gamelan sekaten kesultanan Cirebon tidak begitu saja dimainkan, melainkan hanya
dimainkan pada saat acara peringatan hari besar Islam seperti Maulid Nabi. Berdasarkan dari
tradisi keraton Cirebon yang hanya memainkan Gamelan pada saat perayaan “Muludan”
saja. Kegiatan ini lebih mengingat pada Upaya perjuangan syiar Islam oleh Sunan Gunung
Jati melalui pendekatan seni dan budaya. Di setiap daerah, penyelenggaraan tradisi sekaten
selalu menggunakan gamelan dalam rangkaian acaranya. Menariknya pada saat konsep acara
yang digelar sama, namun mempunyai makna atau nilai-nilai tersendiri pada setiap daerah
melalui tradisi kesenian gamelan.

Kurangnya perhatian dari berbagai kalangan baik itu dari pemerintah, budayawan,
sejarawan dan Masyarakat sekitar terhadap pelestarian kebudayaan Cirebon menarik
perhatian penulis untuk melakukan penelitian terhadap Tradisi Gamelan Sekaten di
Kesultanan Cirebon. Selain itu penulis juga ingin mengetahui bagaimana Sejarah dan
perkembangan Gamelan Sekaten yang memiliki peranan penting dalam menggambarkan
kebudayaan Masyarakat.3

3
Subkhan, Gamelan Sekaten Kesultanan Kanoman Cirebon (Kajian Sejarah, Seni dan Budaya Islam), Cirebon,
IAIN Syekh Nurjati Cirebon, 2016, hlm. 05-06
B. Rumusan Masalah

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada latar belakang di atas, terdapat beberapa
pokok permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian “Tradisi Gamelan Sekaten
Kesultanan Cirebon” di bawah ini permasalahan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah Gamelan Sekaten Kesultanan Cirebon ?


2. Bagaimana perkembangan Gamelan Sekaten Kesultanan cirebon ?
3. Seperti apa pengaruh Gamelan Sekaten kesultanan Cirebon terhadap Kebudayaan
Islam ?
C. Tujuan Penelitian

Seperti apa yang dijelaskan pada rumusan masalah di atas, tentu saja ada beberapa
tujuan masalah yang harus dijawab dalam pembahasan yaitu:

1. Mengetahui sejarah Gamelan Sekaten Kesultanan Cirebon.


2. Mengetahui perkembangan Gamelan Sekaten Kesultanan cirebon.
3. Mengetahui pengaruh Gamelan Sekaten kesultanan Cirebon terhadap Kebudayaan
Islam.

D. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini, penulis memerlukan referensi untuk memperkaya penelitian


tentang gamelan sekaten yang terdapat dalam sumber-sumber pustaka. Sumber yang tertulis,
seperti buku-buku ataupun jurnal yang relevan dengan obyek penelitian sebagai landasan
teori dan informasi yang bisa digunakan dalam penelitian ini akan memberikan pengetahuan
dasar dalam memahami sejarah gamelan sekaten kesultanan Cirebon. 4 Berkenaan dengan
adanya penelitian ini terdapat beberapa sumber-sumber buku ataupun artikel berdasarkan
pengetahuan penulis adalah sebagai berikut:

Pertama, Gevi Novianti dalam artikel ini yang berjudul “Gamelan Sekaten Dalam
Ritus Masyarakat Trusmi Cirebon”5 dalam artikel ini memberikan analisis rinci tentang
struktur dan bentuk musik Gamelan Sekaten, termasuk penggunaan instrumen, ritme, dan
melodi yang berbeda. Digali juga peran Gamelan Sekaten dalam berbagai ritual dan upacara.
Kemudian artikel ini juga membahas konteks sosial dan budaya Gamelan Sekaten, termasuk
4
Ibid. hlm. 08
5
Gevi Novianti, Gamelan Sekaten Dalam Ritus Masyarakat Trusmi Cirebon. Doctoral dissertation, Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, 2016
hubungannya dengan bentuk kesenian lain dan dampaknya terhadap masyarakat setempat.
Secara keseluruhan, artikel ini menawarkan eksplorasi Gamelan Sekaten di Trusmi Cirebon
yang komprehensif dan mendalam, memberikan pembaca pemahaman dan apresiasi yang
lebih mendalam terhadap kekayaan budaya unik tersebut.

Kedua, Fariz hananto dalam artikelnya yang berjudul “Gamelan Sebagai Simbol
Estetis Kebudayaan Masyarakat Jawa”6 Secara keseluruhan, artikel ini memberikan
pemahaman komprehensif mengenai tradisi gamelan Sekaten dan estetika simboliknya.
Kajian tersebut menyoroti pentingnya melestarikan dan mempromosikan tradisi gamelan
Sekaten sebagai warisan budaya masyarakat Jawa. Namun, kelemahanya kurang berfokus
dalam meneliti gamelan sekaten di Cirebon sehingga perlu mencari sumber lain.

Ketiga, Joko Daryanto dalam tulisannya yang berjudul ”Gamelan Sekaten dan
Penyebaran Islam di Jawa”7 menjelaskan bahwa gamelan Sekaten merupakan salah satu
sarana pendukung penyebaran Islam di Pulau Jawa. Sebelumnya, masyarakat Jawa telah
memeluk agama Hindu dan Budha, sehingga para wali mengalami kesulitan dalam
menyebarkan agama Islam. Namun, dengan menggunakan gamelan Sekaten sebagai daya
tarik awal, para penyiar agama Islam di Jawa berhasil menarik perhatian masyarakat dan
menghasilkan perubahan dan transformasi kebudayaan sesuai dengan aspirasi budaya Jawa
tetapi mengakar pada sumber otentik ajaran Islam. Oleh karena itu, gamelan Sekaten menjadi
benda peninggalan sejarah yang menunjukkan bahwa agama dan kebudayaan dapat bersinergi
hingga proses pengislaman Jawa tidak mengalami kesulitan.

Keempat, dalam artikel jurnal of Social Sciences yang berjudul Cultural System of
Cirebonese People: Tradition of Maulidan in the Kanoman Kraton,cc8 yang ditulis oleh Deny
Hamdani menjelaskan dalam tulisanya tentang sistem kebudayaan masyarakat Cirebon dan
tradisi Maulidan di Keraton Kanoman. Buku ini mengeksplorasi aspek sejarah dan sosial dari
ritual tersebut, signifikansinya dalam memperkuat otoritas keagamaan Sultan. Artikel
tersebut juga membahas berbagai unsur dan makna yang terkandung dalam perayaan
Maulidan, seperti slametan, pelal alit, panjang jimat, asyrakalan, dan gamelan sekaten. Selain
itu, kajian ini mengkaji makna spiritual dan simbolik dari musik yang dimainkan selama
ritual dan perannya dalam memediasi penonton untuk merenung tentang Yang Esa.
6
Fariz Hananto, Representamen, Gamelan Sebagai Simbol Estetis Kebudayaan Masyarakat Jawa, Pasca
Sarjana Institut Seni Indonesia Surakarta Penciptaan dan Pengkajian Musik, 2020.
7
Joko Daryanto, Gamelan Sekaten Dan Penyebaran Islam Di Jawa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2015
8
Deny Hamdani, Indonesian Journal of Social Sciences, Cultural System of Cirebonese People:Tradition
ofMaulidanin the Kanoman Kraton.
Beberapa penelitian di atas merupakan bukti bahwa tradisi ataupun budaya sangatlah
berpengaruh bagi penyebaran agama Islam maupun perkembangan masyarakat dalam
mengenal tradisi yang ada di pulau Jawa. Serta bagaimana pengaruh pada gamelan sekaten
kesultanan Cirebon terhadap budaya Islam, adapun tambahan spesifikasi dari penelitian ini
yaitu sejarah dan perkembangan dalam gamelan sekaten kesultanan Cirebon.

E. Kerangka Pemikiran

Mengenai penelitian tentang Tradisi Gamelan Sekaten di Kesultanan Cirebon


merupakan penelitian dengan kategori Sejarah kebudayaan lokal. Kebudayaan menurut
Koenjtaraningrat memiliki unsur kebudayaan yang memiliki tiga wujud, pertama sebagai
suatu konteks dari ide, gagasan, nilai-nilai norma peraturan dan sebagainya, kedua sebagai
aktivitas perilaku terstruktur orang-orang dalam suatu komunitas, dan budaya. ketiga sebagai
benda buatan oleh manusia.9 Sejarah kebudayaan dapat dipelajari dengan menggunakan
berbagai pendekatan tergantung pada topik penelitiannya. Penelitian ini meneliti tentang
Sejarah kebudayaan dengan menggunakan pendekatan arkeologis. Pendekatan arkeologis
merupakan kajian melalui artefak, semua jenis benda buatan manusia yang digunakan untuk
keperluan hidup mereka termasuk kegiatan keagamaan. 10 Pendekatan ini digunakan untuk
meninjau dan menganalisis secara lebih mendalam bagaimana Tradisi Gamelan Sekaten di
Kesultanan Cirebon.

Konsep yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan konsep
kebudayaan. Kebudayaan menurut Sir Edward Burnett Tylor ialah “ Culture or Civilization...
is that complex which includes knowledge, belief, art, morals, law, custom, and many other
capabilities and habits acquired by man as a member of society.” (Kebudayaan atau
Peradaban... adalah satuan kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, akhlak, hukum, adat, dan banyak kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-
kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat).11 Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kebudayaan berarti hasil kegiatan manusia dan penciptaan batin (akal
budi), seperti kepercayaan, seni, dan adat istiadat. Kebudayaan juga merupakan totalitas

9
koentjaraningrat, KEBUDAYAAN, MENTALITAS DAN PEMBANGUNAN, Cetakan kedua belas (Jakarta: PT
Gramedia, 1985), hlm. 5
10
Hanif Andrian, Pendekatan Arkeologis
11
Nurdien Harry Kistanto, “TENTANG KONSEP KEBUDAYAAN,” E-Journal UNDIP, diakses 24 November
2023, https://ejournal.undip.ac.id/index.php/sabda/article/download/13248/10033 .
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial, yang membantu kita memahami lingkungan
dan pengalaman kita, serta memandu tindakan atau tingkah laku kita.12

Kemudian untuk mendukung penelitian ini penulis memilih teori difusi merupakan
salah satu jenis perpindahan unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain.
Peleburan budaya yang dibawa oleh masyarakat dengan budaya yang sudah berkembang di
suatu masyarakat tertentu. Dalam teori difusi ini terdapat kutipan W. Schmidt yang
membahas tentang agama. Difusi budaya ini juga merupakan dampak dari globalisasi
teknologi yang berkembang pesat di dunia dan menurunnya ilmu pengetahuan manusia. Dua
penulis pertama teori difusi inovasi adalah G. Elliot Smith dan W.J. Perry, keduanya adalah
antropolog Inggris.13

F. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengumpulan data dan Pustaka, yang
dimana penulis dapat mencari sumber-sumber yang diperoleh untuk digunakan sebagai
penelitian Tradisi Gamelan Sekaten di Kesultanan Cirebon. Adapun penelitian Pustaka
berfungsi untuk membantu peneliti dalam memperoleh informasi yang sejenis serta
memperdalam kajian teoritis guna menunjukan kebaruan penelitian juga sebagai data
tambahan. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian Sejarah.

Metode penelitian Sejarah merupakan seperangkat aturan dan prinsip sistematis guna
mengumpulkan sumber-sumber Sejarah secara efektif, menialinya secara kritis, dan
mengajukan sintesa dari hasil-hasil yang dicapai dalam bentuk tulisan. 14 Tujuan dari
penelitian tersebut ialah merekontruksi peristiwa masa lampau secara sistematis dan objektif.
Metode penelitian Sejarah yang akan digunakan dalam penelitian ini mencakup empat
tahapan yaitu heuristic (pengumpulan data), verifikasi (kritik sumber), interpretasi
(penafsiran), dan historigrafi (penulisan sejarah).15

Pertama, Heuristik, merupakan tahap mecari, menemukan, menangani atau


mengkalsifikasi sumber Sejarah serta informasi-informasi yang relevan dalam penelitian.
Langkah paling awal yang dapat digunakan adalah mencari penelitian terlebih dahulu yang

12
Diakses dari https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/kebudayaan pada 7 Desember 2023 pukul 22:46 WIB.
13
Rima Ayu Dewati, kajian Religi Menurut Teori Evolusi, Difusi, dan Fungsionalisme, Semarang, 2017
14
Dudung Abdurrahman, Metodologi Penelitian Sejarah Islam (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm. 103.
15
Ibid., hlm. 104.
terkait dengan topik penelitian. Dalam tahap ini peneliti akan menggunakan sumber sekunder
berupa buku, artikel, ataupun skripsi terdahulu yang berkaitan dengan pembahasan. Adapun
jenis materi sejarahnya, materi sejarah terbagi menjadi dua kategori, yaitu materi ilmiah yang
meliputi makalah penelitian, buku, jurnal, dan literatur terkait lainnya. Bersama dengan teks
non-terjemahan, terdapat ilustrasi (bisa berupa gambar, artikel) dan sumber tertulis.

Kedua, Verifikasi, Setelah sumber sejarah di beberapa kategori, langkah selanjutnya


adalah verifikasi atau langkah kritis untuk menentukan sumber keabsahan. Sehubungan
dengan itu dilakukan uji keabsahan mengenai sumber keasliannya (autentisitas) yang tertentu
oleh kritik eksternal dan keabsahan dalam keaslian sumber (kredibilitas) yang ditelusuri oleh
kritik intern.16 Kritik penulis eksternal menyoroti perlunya data yang lebih akurat mengenai
kapan, di mana, dan oleh siapa dokumen tersebut diterjemahkan. Setelah menentukan interval
waktu terpenting antara dua titik waktu, kritik eksternal juga dilakukan untuk memverifikasi
validitas dunia eksternal atau fisik. Sebaliknya, kritikus internal bekerja keras untuk menilai
kredibilitas suatu sumber dengan menggunakan sumber apa pun yang tersedia. Selanjutnya
peneliti melakukan pengumpulan data, analisis data, dan interpretasi data sekunder.
Selanjutnya dilakukan analisis kembali sebagai sarana untuk mengidentifikasi kekurangan
analisis.

Ketiga, Interpretasi, melibatkan analisis fakta yang telah dikumpulkan dari berbagai
sumber ilmiah, mencari hubungan antara satu fakta dengan fakta lainnya untuk menciptakan
rangkaian fakta yang logis. Dalam hal ini, analisis dan sintesis terlibat; analisis artinya
membuat penilaian, sedangkan sintesis artinya membuat pernyataan. Kemudian peneliti
menggunakan pendekatan arkelogis dengan teori difusi sebagai alat utama dalam
menganalisis fakta.

Keempat, Historiografi, merupakan tahapan terakhir dalam metode penelitian


Sejarah. Historiografi adalah suatu metode merangkum, menganalisis, atau menyajikan hasil-
hasil penelitian sejarah sebelumnya. Pada Kali ini, peneliti akan mengkonfirmasi bahwa
penelitian tersebut berasal dari latar belakang Tradisi Gamelan Sekaten di Kesultanan
Cirebon, serta sejarah Gamelan Sekaten di Kesultanan Cirebon. Selanjutnya akan dijelaskan
bagaimana perkembangan Gamelan Sekaten setelah berada di Kesultanan Cirebon. Kemudian
yang terakhir yaitu bagaimana pengaruh Gamelan Sekaten Kesultanan Cirebon terhadap
penyebaran islam atau sebagai sarana dakwah.

16
Soebani Ahmad Beni, Metode Penelitian (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008), hlm. 68
G. Sistematika Pembahasan

Untuk memastikan bahwa pembahasan dalam teks ini dapat dipahami dan diterapkan
secara metodis, pembahasan dalam teks ini akan dibagi menjadi lima bagian. Bab I
merupakan pendahuluan yang mencakup latar belakang, batasan dan rumusan masalah, serta
tujuan. dan penerapan metodologi penelitian, tinjauan pustaka, kerangka pemikiran,
metodologi penelitian, dan sistematisasi penelitian. Bab I dimaksudkan untuk menjadi
pengantar untuk bayi berikutnya.

Bab II memaparkan tentang bagaimana Sejarah awal masuknya Gamelan Sekaten di


Kesultanan Cirebon. Dalam bab ini penulis hanya menjelaskan tentang awal mula pembuatan
gamelan dan dari mana asal Gamelan tersebut sehingga bisa sampai di Kesultanan Cirebon.
Kemudian bab ini hanya menjelaskan tentang gamelan jawa karena lebih dekat kaitanya
dengan Gamelan yang akan dijadikan objek penelitian.

Bab III membahas mengenai tentang perkembangan Gamelan Sekaten di Kesultanan


Cirebon. Dalam bab ini menjelaskan bagaimana perkembangan dan prosesi pelaksanaan
Gamelan Sekaten setelah berada di Kesultanan Cirebon.

Bab IV membahas mengenai bagaimana fungsi atau pengaruh dari Gamelan Sekaten
di kesultanan Cirebon terhadap kebudayaan islam maupun pengaruh penyebaran islam yang
dilakukan oleh para wali.

Bab V merupakan bagian penutup yang memuat seluruh saran dan kesimpulan.
Kesimpulan mengacu pada pengetahuan yang diperoleh dari permasalahan sebelumnya.
Sedangkan Saran mengacu pada peneliti kepada peneliti selanjutnya yang akan mengkaji
topik serupa serta kepada masyarakat umum.

Daftar Pustaka
Abdurrahman, D. (2011). Metodologi Penelitian Sejarah Islam. 103.

Beni, S. A. (2008). Metode Penelitian Sejarah. 68.

Daryanto, J. (2015). Gamelan Sekaten Dan Penyebaran Islam Di Jawa.

Dewati, R. A. (2017). Kajian Religi Menurut Teori Evolusi, Difusi, Dan Fungsionalisme.

Hamdani, D. (2012). Cultural System of Cirebonese People: Tradition of Muludan the


Kanoman Kraton. Journal of Social Science.

Harnanto, F. (2020). Gamelan Sebagai Simbol Estetis Kebudayaan Masrakat Jawa .


Representamen.

Kistanto, N. H. (2023). Tentang Konsep Kebudayaan. E-Journal Undip.

Koentjaraningrat. (1985). Kebudayaan, Mentalitas, Dan Pembangunan. 05.

Novianti, G. (2016). Gamelan Sekaten Dalam Ritus Masyarakat Trusmi. Doctoral


Dissertation.

Subkhan. (2016). Gamelan Sekaten Kesultanan Kanoman Cirebon (Kajian Sejarah, Seni dan
Budaya Islam). 03.

Anda mungkin juga menyukai