Anda di halaman 1dari 21

KARYA TULIS ILMIAH

"EKSISTENSI TARI LENGGANG SURABAYA DI


KALANGAN PENDUDUK KOTA SURABAYA"

Dibuat Oleh :

SHAFFA AUDY AZAHWA PRASETYA

SMA NEGERI 11 SURABAYA

Email penulis : shapaudy@gmail.com

1
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kehidupan masyarakat Indonesia saat ini cenderung berubah dari


masyarakat tradisional agraris ke masyarakat modern teknologis. Alam pikiran
dan pandangan hidup manusia pun mengalami perkembangan secara terus-
menerus. Hal ini tidak dapat disangkal atau dihindari, perkembangan pikiran dan
pandangan hidup manusia itu mengakibatkan terjadinya pergeseran, perubahan
dan perkembangan kebudayaan. Salah satu dorongan kondisi manusia di samping
mempertahankan kehidupan juga menikmati keindahan, contohnya adalah
keindahan buatan yang merupakan objek suatu keindahan dari hasil budi manusia.
Hal tersebut dapat berbentuk filsafat, sastra dan kesenian.

Disebutkan dalam tujuan pendidikan nasional, antara pendidikan dan


kesenian terdapat hubungan yang sangat erat, karena pada hakekatnya pendidikan
kesenian adalah pendidikan yang bertujuan untuk membentuk kepribadian yang
mempunyai nilai estetis, luhur dan kreatif. Kesenian tradisional bersifat turun
temurun sehingga mengakibatkan kesenian tradisional selalu mengalami
perubahan dan perkembangan. Sesuai dengan perubahan-perubaahan yang terjadi
dalam masyarakat, kesenian rakyat oleh sebagian masyarakat di Indonesia
diabadikan serta dikembangkan untuk kepentingan masyarakat yang memiliki
tujuan tertentu seperti mendatangkan keselamatan, kemakmuran dan
kesejahteraan bagi masyarakat.

Tari Lenggang Surabaya berasal dari kata Lenggang dan Surabaya.


Lenggang artinya gerak yang indah, manis, dan tertata dengan rapi, sedangkan
Surabaya adalah nama kota yang merupakan ide garap serta tempat pembuatan
Tari Lenggang Surabaya. Tari Lenggang Surabaya merupakan salah satu tarian
yang masih bertahan keberadaannya dari beberapa tarian yang ada, tarian ini harus
2
berjuang untuk bertahan ditengah-tengah banyaknya tarian modern yang saat ini
menjadi perhatian semua orang, baik pemerintah daerah setempat, penikmat seni
tari bahkan pelaku seni itu sendiri. Dengan kesadaran betapa beratnya menjaga
dan melestarikan budaya daerah khususnya Tari Lenggang Surabaya ditengah
pergeseran peminat masyarakat akan seni. Saat ini dibutuhkan kerjasama dari
seluruh kalangan supaya Tari Lenggang Surabaya sebagai suatu seni tari
tradisional yang menjadi ikon Kota Surabaya ini tidak punah.

Hal inilah yang melatarbelakangi terbentuknya kesenian tari asal Surabaya,


Jawa Timur yaitu Tari Lenggang Surabaya. Tari Lenggang Surabaya merupakan
tarian yang diciptakan oleh Dimas Pramuka Admaji pada tahun 1995 sebagai
tarian yang menceritakan tentang Kota Surabaya. Pada saat itu masih belum ada
tarian yang menceritakan tentang Kota Surabaya, lalu Walikota Surabaya yang
menjabat pada saat itu yaitu Bapak Soenarto Soemoprawiro meminta kepada para
pegiat tari untuk menciptakan sebuah tarian yang mengkisahkan tentang Kota
Surabaya itu sendiri. Tari Lenggang Surabaya telah mengalami banyak perubahan
yang mengiringi perkembangannya hingga saat ini. Eksistensi dari tarian ini yang
masih terjaga sampai sekarang membuat penulis tertarik untuk meneliti dan
mendeskripsikan tentang perkembangannya.

B. Tujuan penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini, penulis memiliki beberapa tujuan yaitu sebagai
berikut :

1. Untuk memperoleh penjelasan lebih jauh mengenai eksistensi tari lenggang


berdasarkan pengetahuan penduduk kota Surabaya.
2. Untuk memberikan pemahaman kepada para pembaca mengenai sejarah
terbentuknya tari lenggang Surabaya.
3. Untuk mendeskripsikan bentuk penyajian kesenian Tari Lenggang Surabaya
kepada para pembaca.

3
4. Sebagai upaya melestarikan seni tari lokal asal Surabaya melalui pembelajaran
tertulis.

C. Manfaat penulisan

Selain tujuan yang diungkapkan diatas, penelitian ini diharapkan memberikan


manfaat sebagai berikut :

1. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk meningkatkan apresiasi
dan menambah wawasan tentang seni tradisional kerakyatan khususnya
kesenian Tari Lenggang Surabaya, agar keberadaan kesenian tersebut dapat
diketahui secara luas oleh masyarakat dan dapat menambah wawasan apresiasi
daerah dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya nasional.
2. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi penulis sebagai generasi muda
untuk dapat menumbuhkan semangat melestarikan kesenian daerah. Selain itu,
hasil penelitian ini dapat memberikan informasi secara tertulis mengenai
budaya lokal Surabaya maupun dijadikan kajian budaya tradisional di Kota
Surabaya yang jarang diketahui khalayak umum.

4
BAB 2

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu


menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan tipe penelitian deskriptif.
Penelitian yang bersifat deskriptif diharapkan dapat menjelaskan dan memaparkan
mengenai Eksistensi Tari Lenggang Surabaya di Kalangan Penduduk Kota
Surabaya secara lebih jelas dan mendalam. Umumnya penelitian yang bersifat
deskriptif menjelaskan permasalahan berdasarkan fakta yang ada seperti yang
telah diamati oleh peneliti. Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif dengan berupa kata-kata atau lisan dari orang atau
informan yang perilakunya diamati (Taylor, 1975).

B. Batasan masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, agar pembahasan


dalam penelitian yang akan dilakukan lebih terfokus maka penelitian ini hanya
dibatasi pada eksistensi Tari Lenggang Surabaya di kalangan penduduk Kota
Surabaya, baik penduduk asli maupun penduduk pendatang. Eksistensi yang
dimaksud adalah apakah keberadaan tari lenggang Surabaya pernah mereka lihat
ataupun dengar sebelumnya, pernahkah mereka mengetahui sejarah terbentuknya
tari lenggang Surabaya, dan upaya apa saja yang akan mereka lakukan dalam
melestarikan kesenian daerah khas Kota Surabaya tersebut.

5
BAB 3

LANDASAN TEORI

A. Landasan teori dan konsep yang relevan

Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang mempunyai ciri khusus yang


menunjukan sifat-sifat kedaerahan yang berbeda dari daerah satu dengan daerah
lainnya. Kesenian merupakan salah satu bagian dalam kehidupan manusia dan
kesenian menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan gagasan-gagasan atau
pemikiran. Dalam kegiatan berkesenian manusia mengekspresikannya melalui
beberapa media antar lain melalui media gerak yaitu tari.

Menurut Soedarsono (1972: 4), Seni tari merupakan salah satu cabang
kesenian untuk melengkapi kebutuhan kondrati manusia. Seperti cabang kesenian
lainnya, seni tari lahir dan hidup semenjak manusia hidup di dunia. Seni tari
sebagai peninggalan budaya nenek moyang bangsa Indonesia secara mendasar
menduduki posisi yang amat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Baik sebagai sarana upacara, pendidikan moral material, hiburan dan karya seni.

Seni tari merupakan karya manusia yang digunakan untuk mengungkapkan


segala rasa keindahan melalui bahasa gerak. Hal ini seperti dikemukakan
Soedarsono (1978 : 3) bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan
melalui gerak ritmis yang indah. Tari yang substansi bakunya adalah gerak,
merupakan alat komunikasi yang mengandung pesan-pesan terselubung yang
hendak disampaikan penciptanya. Dengan demikian tari bukan hanya berperan
sebagai sarana kepuasan estetis saja, tetapi lebih dalam lagi dapat digunakan
sebagai media pendidikan bagi masyarakat.

Eksistensi adalah mengada atau keberadaan, contohnya manusia ialah


makhluk eksistensial. Disebut makhluk eksistensial karena selalu menjadi dan
ketika ia sudah mati, ia menjadi sebuah esensi (Soren Kierkegaard, 2001). Jadi

6
ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang dicita-
citakan atau apa yang menjadi angan-angan. Manusia selalu berkembang dan
berproses. Kesadaran akan diri merupakan kata kunci, karena melalui kesadaran
akan dirinya inilah manusia berproses ke arah yang lebih baik, tetapi manusia
berproses tidak selalu menjadi lebih baik, ada juga yang menjadi lebih buruk.
Kesadaran akan diri sendiri muncul apabila manusia memiliki kebebasan untuk
menentukan.

Konsep yang relevan dengan penelitian ini ialah konsep perubahan


kebudayaan. Menurut William A. Haviland (1999) menjelaskan bahwa setiap
kebudayaan pasti akan mengalami suatu perubahan, entah disebabkan oleh apa.
Salah satu penyebab berubahnya kebudayaan dikarenakan kebudayaan tersebut
bersifat adaptif yang menuntut perubahan lingkungan. Dalam konteks yang
dimaksud disini bisa menyangkut lingkungan sosial maupun lingkungan alam.
Perubahan kebudayaan yang dimaksud mencakup semua bagian dari kebudayaan,
termasuk ilmu pengetahuan, filsafat, teknologi, kesenian, bahkan aturan-aturan
organisasi sosial. Konsep perubahan kebudayaan lebih luas dan pastinya
mencakup unsur-unsur kebudayaan yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat
sekitar. Namun setiap adanya perubahan kebudayaan tidak harus mempengaruhi
sistem sosial masyarakat yang sudah ada sebelumnya. Ruang lingkup perubahan
kebudayaan lebih memfokuskan pada ide-ide yang mencakup perubahan dalam
hal aturan dan norma yang sudah dijadikan sebagai dasar berperilaku dalam
masyarakat. Sedangkan perubahan sosial lebih memfokuskan ke perubahan
struktur dan pola hubungan sosial, yang mencakup sistem kekuasaan, politik, dan
status, hubungan-hubungan dalam keluarga, dan persebaran penduduk. Melihat
analisis perubahan tersebut dapat dimengerti mengapa perubahan kebudayaan
memerlukan waktu lebih lama dibanding dengan perubahan sosial.

B. Pendapat terdahulu

7
Penelitian terdahulu yang dijadikan acuan oleh peneliti adalah kajian dari
Permatasari (2016) yang berjudul“Kesenian Tari Remo (Studi Deskriptif tentang
Eksistensi Tari Remo di Sanggar Laboraturium Remo Surabaya)”. Kesimpulan
dari penelitian ini adalah Tari Remo yang dulunya hanya digunakan sebagai tarian
pembuka pertunjukan ludruk kini sudah tidak lagi menjadi tarian pembuka saja.
Akan tetapi, Tari Remo saat ini sudah berkembang sebagai suatu tarian yang bisa
digunakan sebagai pementasan, perlombaan, bahkan sebagai hiburan. Strategi
yang dilakukan oleh Sanggar Laboraturium Remo ialah menggunakan metode
pengajaran yang tepat, yaitu melakukan pendekatan terhadap muridnya,
penyampaian materi tarian, pembentukan gerak dan pengulangan gerak, hitungan,
dan berkumpul setelah melakukan latihan tari. Selain itu mereka juga membayar
iuran bulanan, melakukan promosi, dan mengikuti perlombaan atau pementasan.
Kendala internal yang dihadapi oleh Sanggar Laboraturim Remo adalah ketidak
seriusan murid-murid untuk latihan dan kurangnya tempat latihan yang tersedia.

Penelitian terdahulu yang kedua adalah kajian dari Azhari (2014) yang
berjudul “Eksistensi Wayang Orang (Studi Deskriptif Eksistensi Kelompok
Wayang Orang Sriwedari Surakata, di Surakarta)”. Kesimpulan yang diperoleh
dari penelitian ini adalah masih banyak wisatawan yang menyaksikan Kelompok
Wayang Orang Sriwedari. Hal ini terbukti pada tahun 1986-1987 memang
mengalami penurunan penonton, akan tetapi diatas tahun 2000-an mengalami
peningkatan penonton. Strategi yang dilakukan oleh kelompok kesenian Wayang
Orang Sriwedari yaitu adanya dukungan dari pemerintah daerah setempat yang
memiliki peran penting dalam perkembangan Wayang Orang Sriwedari, serta
pelakunya juga terus berinovasi dan terus mengembangkan kreatifitasnya dalam
bidang pewayangan. Lalu adanya kendala internal yang dihadapi oleh Kelompok
Wayang Orang Sriwedari adalah minimnya regenerasi, kurangnya promosi,
terbatasnya ide-ide baru, dan kurangnya prasarana. Kendala eksternal yang
dihadapi oleh Kelompok Wayang Orang Sriwedari adalah berkembangnya
teknologi, adanya hiburanhiburan lain yang dianggap lebih menarik daripada
Wayang Orang, dan faktor cuaca.

8
BAB 4

HASIL PENELITIAN

Tari Lenggang adalah salah satu tarian selamat datang yang khas dari
Surabaya, Jawa Timur. Tarian ini dimainkan oleh beberapa penari wanita yang
menari dengan gerakan yang indah dan anggun. Tari Lenggang Surabaya ini
merupakan adaptasi pengembangan dari kesenian sebelumnya yaitu Tari
Tanda’an/ Ledek Tayub dan Sandur Madura.Tarian ini pertama kali dipentaskan
pada acara hari jadi kota Surabaya di kediaman walikota Surabaya. Pada acara
tersebut dihadiri oleh tamu-tamu besar, baik dalam negeri maupun mancanegara.
Dari situlah awal kemunculan Tari Lenggang yang hingga kini dijadikan sebagai
salah satu tarian selamat datang untuk tamu besar yang datang ke Surabaya.

Musik pengiring dalam pertunjukan Tari Lenggang ini biasanya


menggunakan iringan gamelan jawa dengan laras slendro yang menjadi ciri khas
musik Gamelan Jawa Timur. Gendhing yang di gunakan biasanya merupakan
Gendhing Jawa Timuran seperti walang kekek, jaranan, jula juli dan lain – lain.
Selain musik juga terdapat tambahan seperti gaya vocal tanjung perak yang
menjadi identitas kota Surabaya dan merupakan pengembangan dari Sandur
Madura dan Remo putri.

Untuk busana Tari Lenggang ini merupakan pengembangan dari busana


Tari Tanda’an, Tari Sandur Madura, dan Ning Surabaya yang dikemas dengan
penuh warna. Selain itu berbagai aksesoris sebagai pemanis seperti bokongan,
sampur, sabuk/ ebog, giwang, cundhuk, dan konde pada bagian kepala. Selain itu
didukung dengan tata rias yang di sesuai kan dengan warna busana yang
digunakan sehingga terlihat ekspresif dan cantik. Berikut contoh eksistensi Tari
Lenggang Surabaya dalam beberapa acara besar di Surabaya.

1. Sebagai tari penyambutan tamu di Kediaman Walikota (sampai sekarang)

Memasuki Gedung Keuangan Negara (GKN) I Surabaya Menteri Keuangan


Agus Martowardojo beserta rombongan disambut meriah oleh keluarga besar
9
Kementerian Keuangan di lingkungan Kanwil Surabaya, Bali dan Nusa
Tenggara. Acara penyambutan semakin meriah dengan persembahan tari
Lenggang Surabaya yang dibawakan oleh gabungan pegawai Kementerian
Keuangan pada kunjungan kerja Kementerian Keuangan Wilayah Jawa Timur,
Bali, dan Nusa Tenggara yang diselenggarakan 5 April 2013 di GKN I
Surabaya itu.

2. Tari Lenggang Surabaya pernah menyambut Presiden Megawati di Sangrila


hotel pada tahun 2004.

3. Sebagai tari dalam acara Closing ceremony of Surabaya Cross Cuulture


Festival 2012 in Surabaya City Hall area, Park Surya, Surabaya.

4. Ditunjuk untuk tampil dalam peresmian kapal perang baru yang diberi nama
KRI Surabaya. Peresmian dilakukan di Koarmatim, Ujung, Surabaya, 2008

5. Tari lenggang Surabaya pernah menunjukkan eksistensinya dalam Indonesia


Forum International Poet (FPII) pada tahun 2012.

6. Pernah ikut serta sebagai pengisi acara dalam perjamuan tamu INDIA dan
perjamuan penandatanganan kesepakatan Jawa Timur dan Kalimantan Selatan
di Gedung Grahadi tahun 2013.

7. Sebagai penampil dalam resepsi kenegaraan di Istana Negara pada tanggal 17


Agustus 2005 dengan 100 penari Lenggang Surabaya.

8. Pada tahun 2000, Tari Lenggang Surabaya menjadi Peserta Koreografi Award
Gedung Kesenian Jakarta.

9. Tari Lenggang Surabaya juga kerap sebagai salah satu tari Misi kesenian ke
Manca Negara.

10
BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tari Lenggang Surabaya ini merupakan salah satu ikon Surabaya yang
banyak dikenal oleh masyarakat Surabaya. Tarian ini terinspirasi dari kesenian
tayub/tanda’an dan kesenian Sandur Madura, seiring dengan perkembangan
zaman yang ada banyaknya budaya asing masuk ke masyarakat secara tidak
langsung membuat beberapa masyarakat lebih tertarik dengan budaya asing
dibandingkan dengan budayanya sendiri. Tari Lenggang Surabaya ini masih
tergolong sebagai tarian yang eksis, hal ini dibuktikan dengan adanya permintaan
menari pada saat hari jadi Kota Surabaya, masih ada permintaan dari kantor-
kantor BUMN, tarian ini juga pernah menyambut Presiden Megawati di Surabaya,
bahkan Tari Lenggang Surabaya pernah ditarikan di Istana Kepresidenan Jakarta.

B. Saran

Saran penulis dalam penelitian ini ditunjukan kepada seniman, dan


masyarakat. Penulis merasa semua pihak tersebut harus memiliki pandangan dan
tekat yang sama dalam memperhatikan sebuah kekayaan lokal dan perkembangan
seni tari khususnya di kota Surabaya. Diperlukan kepeduliaan dan upaya
pelestarian terhadap kesenian local daerah oleh masyarakat sekitar agar
keberagaman seni dapat terjaga hingga anak cucu kita nanti.

11
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Deasy Mutiara. (2014). Eksistensi Wayang Orang (Studi Deskriptif


Eksistensi Kelompok Kesenian Srimulat Demi Mempertahankan
Eksistensinya Sebagai Kesenian Tradisional). Surabaya: Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Haviland, W. A. 1999. Edisi Keempat Antropologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Kayam, U. 1981. Seni, Tradisi, Masyarakat. Jakarta: SInar Harapan.

Koentjaraningrat. 1987. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Raneka Cipta.

Martin, Vincent. 2001. Filsafat Eksistensialisme (Kierkegaard, Sartre, Camus).


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryaeni. 2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Malang: PT Bumi Aksara

Moleong, L. J. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Permatasari, Malinda Ayu. (2016). Kesenian Tari Remo (Studi Deskriptif tentang
Eksistensi Tari Remo di Sanggar Laboratorium Remo Surabaya).Surabaya:
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga.

Spradley, J. P. 2006. Metode Etnografi.Yogyakarta: Tiara Wacana.

Taylor, B. d. 1975. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif: Suatu Pendekatan


Fenomenologis terhadap Ilmu-Ilmu Sosial diterjemahkan oleh Arief
Furchan.Surabaya : Usaha Nasional.

12
BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap


Zalwa Salingkat, lahir di
kota Palu pada
tanggal 12 Desember tahun
2002, terlahir sebagai anak
ketiga dari 3
bersaudara dan Penulis
memulai pendidikan dari
Sekolah Dasar Inpres
6 Lolu, Kecamatan Palu
Selatan Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah

13
pada tahun 2010 dan tamat
pada tahun 2015 dan pada
tahun yang sama
penulis melanjutkan
pendidikan ke SMP Negeri
Model Terpadu Madani
dan tamat pada tahun 2018.
Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA
Negeri 2 Palu dan tamat
pada tahun 2021, setelah
lulus penulis
melanjutkan pendidikan ke
Universitas Tadulako

14
melalui jalur seleksi
mandiri dan diterima
sebagai mahasiswa
Fakultas Pertanian Progam
Studi Agribisnis
Penulis bernama lengkap
Zalwa Salingkat, lahir di
kota Palu pada
tanggal 12 Desember tahun
2002, terlahir sebagai anak
ketiga dari 3
bersaudara dan Penulis
memulai pendidikan dari
Sekolah Dasar Inpres

15
6 Lolu, Kecamatan Palu
Selatan Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah
pada tahun 2010 dan tamat
pada tahun 2015 dan pada
tahun yang sama
penulis melanjutkan
pendidikan ke SMP Negeri
Model Terpadu Madani
dan tamat pada tahun 2018.
Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA
Negeri 2 Palu dan tamat
pada tahun 2021, setelah
lulus penulis
16
melanjutkan pendidikan ke
Universitas Tadulako
melalui jalur seleksi
mandiri dan diterima
sebagai mahasiswa
Fakultas Pertanian Progam
Studi Agribisnis
Penulis bernama lengkap
Zalwa Salingkat, lahir di
kota Palu pada
tanggal 12 Desember tahun
2002, terlahir sebagai anak
ketiga dari 3

17
bersaudara dan Penulis
memulai pendidikan dari
Sekolah Dasar Inpres
6 Lolu, Kecamatan Palu
Selatan Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah
pada tahun 2010 dan tamat
pada tahun 2015 dan pada
tahun yang sama
penulis melanjutkan
pendidikan ke SMP Negeri
Model Terpadu Madani
dan tamat pada tahun 2018.
Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMA
18
Negeri 2 Palu dan
tamat pada tahun
2021, setelah lulus
penulis
melanjutkan
pendidikan ke Universitas
Tadulako melalui jalur
seleksi mandiri dan
diterima
sebagai mahasiswa
Fakultas Pertanian Progam
Studi Agribisnis
Penulis bernama lengkap Shaffa Audy Azahwa Prasetya, lahir di kota Surabaya
pada tanggal 13 Mei 2006, terlahir sebagai anak pertama dari 3 bersaudara.
Penulis memulai Pendidikan dari Taman Kanak-kanak Syafira Plus kemudian
masuk Sekolah Dasar Kandangan I, Kecamatan Benowo, Surabaya pada tahun
2010. Selanjutnya penulis melanjutkan Pendidikan ke SMP Negeri 26 Surabaya
pada tahun 2016 dan tamat pada tahun 2020. Saat ini penulis masih menduduki
bangku Sekolah Menengah Atas Negeri 11 Surabaya dan akan lulus pada tahun

19
2024 nanti. Penulis tinggal bersama kedua orangtua di Jalan Kandangan 2 No. 20,
Kelurahan Kandangan, Kecamatan Benowo, Kota Surabaya.

No. telp : 0881036789989 / 089614518266

Email : shaffaaudy2018@gmail.com atau shapaudy@gmail.com

LAMPIRAN

20
21

Anda mungkin juga menyukai