Anda di halaman 1dari 4

UJIAN SEMESTER GASAL 2020/2021

Nama : Galih Sulistiya Ningsih

NIM : 19407141034

Prodi/Kelas : Ilmu Sejarah 2019/A

Mata Kuliah : Apresiasi Seni Budaya


Prodi : Ilmu Sejarah
Dosen : Drs. HY. Agus Murdiyastomo, M.Hum.
Sifat : Open Book

Petunjuk :
Bacalah soal dengan cermat, kemudian jawab pertanyaan dengan singkat tapi lengkap. Hindari
copy-paste, gunakan kalimat sendiri. Cantumkan bahan baca yang digunakan untuk menjawab
(Catatan Kaki dan Daftar Pustaka). File jawaban dikirim melalui email saya
agus_murdiyastomo@uny.ac.id, selambat-lambatnya hari ini pukul 11.00 WIB.

Soal :

1. Tari Bedhaya merupakan Tari tradisi Istana yang biasanya tampil dengan pola lantai
dan gerak yang sangat symbolis, Jelaskan symbol apa yang dimaksud?
Sebagai negara yang multikultural, Indonesia memiliki seni budaya yang beragam. Salah
satu dari seni itu yaitu seni tari. Seni tari merupakan suatu bentuk kesenian yang
menitikberatkan pada keindahan gerakan tubuh seseorang (tarian seseorang). Fungsi seni tari
sendiri biasanya sebagai hiburan, edukasi, atau ritual keagamaan. Selain itu, seni tari juga
terdapat banyak simbol-simbol dalam setiap gerakannya, terlebih pada tarian Jawa Klasik. Hal
itu juga terlihat dalam Tarian Bedhaya yang termasuk dalam tari klasik Jawa yang dianggap
sakral. Tari Bedhaya merupakan jenis tarian yang berasal dari lingkungan keraton. Dalam tari
Bedhaya mengandung gerakan-gerakan yang memiliki simbol filosofis Jawa. Tari Bedhaya
memiliki konsep ke-adiluhung-an, mengandung nilai estetik, filosofis, religius, eduktif, dan
ritual tertentu yang diwujudkan dalam simbol atau lambang.1
Dalam pola lantai Tari Bedhaya memiliki makna atau simbol tertentu yang terkait dengan
kehidupan manusia. Simbol-simbol tersebut antara lain terdapat dalam pola lantai, (1) Rakit
lajur,sebagai pola lantai awal dan pokok. Empat penari bedhaya dalam rakit lajur (apit
ngajeng, apit wingking,endhel wedalan ngajeng, endhel wedalan wingking), yang tidak
termasuk lajur atau baris lurus tengah, adalah serimpi. Lalu lima penari yang berada di tengah
sebagai bedhaya. Hal ini sebagai simbol yang memiliki makna yang dalam antara lain dalam
1
Enis Niken Herawati, “Makna Simbolik dalam Tata Rakit Tari Bedhaya”, (Tradisi: Junal Seni
dan Budaya, Vol. 1, No. 1, November 2010), hlm. 85.
kehidupan manusia, berbagai macam etnis dan agama tetapi merupakan satu kesatuan yang
utuh sehingga bila terjadi perbedaan pendapat dalam kehidupan sosial segera dipadukan agar
tetap merupakan satu kesatuan yang utuh seperti halnya tubuh manusia yang utuh. (2) Rakit
ajeng-ajengan, (tiga penari berhadapan dengan enam penari) penggambaran dari hati/batin
dan kepala/pikiran, saling berhadapan. Simbol ini memiliki maksud bahwa dalam kehidupan
sosial terdapat dikotomi, misalnya baik dihadapkan dengan yangjahat, siang dan malam, besar
dan kecil, indah dan tidak indah, dan sebagainya. Keberadaan hal ini memang wajar bila
kedua-duanya berjalan dengan seimbang atau tidak saling menonjol, sehingga tercapai
keharmonisan. (3) Rakit tiga-tiga, adalah manifestasi dari batin yang didalamnya kekuatan
(otak, hati, dan rongga perut). Tiga-tiganya harus bersatu menjadi simbol telu-teluning
atunggal (trimurti: air, angin, api) sehingga menghasilkan kekuatan. (4) Mlebet Lajur,
dihubungkan dengan gerak ngancap. Dimana sembilan penari menghadap satu arah dengan
penari kunci batak yang paling depan. Batak (simbol pikiran) sebagai pemimpin dan endhel
pajeg (simbol kehendak) serta yang lain mengikutinya. Dalam kehidupan sosial ada kalanya
pikiran menduduki posisi yang paling kuat hingga menonjol dan sangat berperan. Oleh sebab
itu kehendak selalu mengikuti jalan pikiran sehingga tidak menonjol atau kurang berperan. (5)
Iring-iringan, merupakan simbol dari pertentangan antara hati dengan pikiran yang sebaiknya
seimbang dan diaplikasikan secara halus, lembut, sesuai dengan etika keutamaan jawajika
diaplikasikan dalam kehidupan sosial, simbol ini memiliki makna untuk menciptakan suatu
keharmonisan. (6) Rakit gelar, dimana manusia tinggal memetik buah dari perilaku hidupnya
untuk mencapai pemahaman mengenai jumbuhing kawula-Gusti atau curiga manjing
warangka.2

2. Batik pesisiran amat kaya motif, seperti motif banji, buroq, dan buketan mengapa
demikian beri alasan.
Batik pesisir adalah batik yang dibuat di luar Solo dan Yogyakarta. Batik pesisir
merupakan julukan untuk produksi batik di pesisir Pantai Utara Jawa seperti Cirebon dan
lainnya. Batik pesisir memang memiliki motif yang beragam dan memiliki motif yang
menarik. Keberagaman dari motif batik pesisiran ini dikarenakan letaknya yang berada di
pesisir pantai. Dimana pada zaman dahulu, daerah pesisir terutama di pesisir utara Jawa
merupakan tempat peberhentian kapal-kapal perdagangan dari bangsa lain. Dimana para
pedagang atau saudagar tak hanya transit saja, namun menetap dalam jangka yang lama.
Dengan adanya hal itu, tentu akan menimbulkan interaksi dengan masyarakat setempat yang
kemudian akan membawa pengaruh dalam hal kebudayaan. Salah satu pegaruhnya yaitu
dalam motif batik yang terdapat pengaruh dari Arab, China, ataupun India. Salah satu daerah
pesisir yang meendapat pengaruh itu yaitu Cirebon. Hubungan Cirebon sebagai daerah
pelabuhan dengan daerah-daerah lainnya dengan para pendatang dari berbagai negeri yang
membawa tata-nilai seni budaya telah membuat seni dan budayanya mengalami pembauran
dengan budaya luar. Perpaduan budaya tersebut pada akhirnya telah membuahkan corak-
2
Prawhita Adi Putri, “Makna Simbolis Pola Lantai Tari Bedhaya Luluh Karya Siti Sutiyah
Sasmintadipura”, (Yogyakarta: Pendidikan Seni Tari UNY, 2015), Hlm. 47-49.
corak cultural yang beragam pada kebudayaan Cirebon umumnya. Dimana Batik Cirebon
terdapat keunikan dan kekuatan dalam penggambaran desain motifnya yang telah diakui
masyarakat pencinta batik. Batik Cirebon sendiri termasuk golongan batik Pesisir, namun
sebagian lain juga termasuk dalam kelompok batik Keraton. Apabila dilihat dari sisi ragam
hiasnya, maka batik Cirebon memiliki dua ragam hias, yakni batik pesisiran yang dipengaruhi
Cina dan batik Keraton yang banyak dipengaruhi oleh agama Hindu dan Islam.3

3. Batik pedalaman seperti batik Vorstenlanden, menghasilkan motif batik klasik yang
penuh arti filosofi, berilah contoh dan jelaskan apa maknanya.
Dalam Batik Vorstenlanden memilik berbagai macam motif ang didalamnya terdapat
makna tertentu. Pertama yaitu ada motif batik Ceplok dan motif batik Kawung. Ceplok atau
Ceplokan memiliki arti kuntum-kuntum bunga, atau sesuatu yang diibaratkan sebagai satuan
hiasan. Motif batik Kawung merupakan motif kuno yang sudah ada sejak berabad-abad yang
lalu, bahkan sejak prasejarah. Motif ini adalah ekspresi prinsip mandala yaitu komposisi
empat arah mata angin dengan satu  pusatnya.
4. Seni lukis modern Indonesia diawali dengan munculnya Raden Saleh yang belajar ke
Eropa, dan apa yang dihasilkan olehnya?
Saat seniman Eropa mendominasi dunia seni di Netherland East Indies, seorang seniman
pribumi dari gaya klasik Barat, Raden Saleh Sjarif Bustaman (1807-1880) mendapat
kesempatan untuk belajar seni lukis di Belanda tahun 1929, Ia kemudian berkelana keliling
Eropa hingga suatu saat mendapatkan julukan Prince of Java karena gaya aristokrat Raden
Saleh yang ditunjukkan dengan cara berpakaian formal pangeran Jawa. karya –karya yang
dihasilkan dari Raden Saleh antara lain “Antara Hidup dan Mati”, “Pangeran Diponegoro”,
Gunung Merapi” merupakan karya master piece.4

5. Menurut saudara bagaimana kita harus bertindak agar seni tradisi baik music, tari,
kriya, dan lukis tetap hidup hingga generasi mendatang apat mewarisinya.
Sebagai generasi muda, selayaknya kita harus menjaga kelestarian seni dan budaya yang
telah diwariskan oleh pendahulu kita. Cara agar seni tradisi itu bisa sampai generasi yang
akan datang salah satunya yaitu dengan melestarikannya, seperti membuat sanggar khusus
untuk tari ataupun seni lainnya yang telah diwariskan secara turun temurun. Selain itu,
pelestarian budaya tradisional juga bisa melalui lembaga pendidikan dengan dijadikan mata
pelajaran wajib agar para generasi muda tak terseret oleh budaya luar dan meninggalkan
tradisi bangsa sendiri.
Daftar Pustaka
Enis Niken Herawati. 2010. Makna Simbolik dalam Tata Rakit Tari Bedhaya. Tradisi: Junal Seni
dan Budaya, Vol. 1, No. 1, November 2010.
3
Wuri Handayani, “Bentuk, Makna dan Fungsi Seni Kerajinan Batik Cirebon”, Jurnal Atrat
V6/N1/01/2018, hlm. 59-60.
4
Setianingsih Purnomo, “Seni Rupa Masa Kolonial: Mooi Indie vs Persagi”, Vol. V, NO.01,
September 2014, hlm 9-11.
Prawhita Adi Putri. 2015. Makna Simbolis Pola Lantai Tari Bedhaya Luluh Karya Siti Sutiyah
Sasmintadipura. Yogyakarta: Pendidikan Seni Tari UNY.

Wuri Handayani. 2014. Bentuk, Makna dan Fungsi Seni Kerajinan Batik Cirebon. Jurnal Atrat
V6/N1/01/2018.
Setianingsih Purnomo. 2014. Seni Rupa Masa Kolonial: Mooi Indie vs Persagi. Vol. V, NO.01,
September 2014.

Anda mungkin juga menyukai