Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga modul ajar ini dapat diselesaikan. Modul ajar ini disusun dengan tujuan
untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai sejarah seni rupa kepada para
pembaca, khususnya para siswa dan praktisi seni rupa.
Sejarah seni rupa merupakan salah satu aspek penting dalam menciptakan karya seni
rupa. Melalui modul ini, diharapkan pembaca dapat memperoleh pemahaman yang komprehensif
mengenai sejarah seni rupa.
Modul ini juga dilengkapi sejarah serta perbedaan seni rupa di Indonesia dan Eropa, serta
latihan-latihan yang dirancang untuk menguji pemahaman pembaca terkait dengan materi yang
disampaikan. Dengan demikian, diharapkan modul ini dapat menjadi panduan yang bermanfaat
dalam pengembangan pemahaman dan keterampilan seni rupa.
Penulis menyadari bahwa modul ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan modul
selanjutnya.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan modul ini,
terutama kepada para pembimbing dan pihak-pihak lain yang telah memberikan dukungan dan
motivasi.
Semoga modul sejarah seni rupa ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi para
pembaca, khususnya para siswa dan praktisi seni rupa dalam pengembangan pemahaman dan
keterampilan seni rupa, terutama dalam hal sejarah seni rupa yang ada di Indonesia dan Eropa.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN
II. PENGERTIAN SENI RUPA
III. SEJARAH SENI RUPA DI INDONESIA
IV. SEJARAH SENI RUPA DI EROPA
V. PERBEDAAN SENI RUPA DI INDONESIA DAN EROPA

RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
TENTANG PENULIS
I PENDAHULUAN
A. Petunjuk Penggunaan Modul
Modul ini disusun untuk dipelajari secara mandiri dan berurutan, namun tidak menutup
kemungkinan untuk dipelajari secara tidak berurutan. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan modul ini adalah :
1. Bacalah modul pembelajaran Sejarah Seni Rupa ini dengan cermat sehingga dapat memahami
materi yang disajikan pada masing-masing unit.
2. Untuk dapat memahami dan menguasai materi modul “Sejarah Seni Rupa”, kerjakan tugas
dan latihan yang tersedia pada setiap unit.
3. Disarankan menggunakan berbagai referensi , Daftar Pustaka, Glosarium yang mendukung
atau terkait dengan materi pembelajaran.
4. Meminta bimbingan apabila mengalami kesulitan dalam memahami modul pembelajaran.
B. Tujuan yang diharapkan
1. Mengetahui bagaimana sejarah seni rupa yang ada di Indonesia dan Eropa
2. Mengetahui jenis-jenis karya seni rupa yang ada di Indonesia dan Eropa
3. Mengetahui perbedaan karya seni yang ada di Indonesia dan Eropa
C. Profil Pelajar Pancasila
Profil pelajar pancasila terdapat enam karakter/ kompetensi dirumuskan sebagai dimensi
kunci. Keenamnya saling berkaitan dan menguatkan, sehingga upaya mewujudkan Profil Pelajar
Pancasila yang utu membutuhkan berkembangnya keenam dimensi tersebut secara bersamaan,
tidak parsial. Keenam dimensi tersebut :
1. Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia
2. Berkebhinekaan global
3. Bergotong-royong
4. Mandiri
5. Bernalar kritis
6. Kreatif
II. PENGERTIAN SENI RUPA
Seni dapat diekspresikan dalam berbagai jenis. Seni menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) merupakan karya yang diciptakan dengan keahlian yang luar biasa. Hal ini bisa berupa
seni musik, tari, atau seni rupa.
Seni rupa memilik arti sebuah cabang seni yang diungkapkan dan diciptakan melalui media rupa
(visual), yang pasti dapat dilihat secara kasat mata dan dapat dirasakan melalui indra peraba.
Berikut ini definisi Seni Rupa Menurut beberapa ahli :
1. Menurut Aristoteles, pengertian seni rupa adalah hasil karya berdasarkan peniruan
terhadap alam namun memiliki sifat yang ideal.
2. Menurut La Mery seni rupa adalah penglihatan yang dilakukan secara simbolis dengan
bentuk yang lebih tinggi dan juga lebih indah. Dengan kata lain, seni rupa adalah sesuatu
yang menekankan pada keindahan.
3. Menurut Haukin, pengertian seni rupa adalah bagian dari ekspresi jiwa manusia yang
diimajinasikan dan diterapkan ke dalam sebuah benda. Seni rupa adalah seni yang juga
untuk dipamerkan atau dipertunjukkan di depan orang banyak.
4. Pengertian seni rupa menurut Coorie Hartong adalah sebuah cara untuk mengekspresikan
diri dan emosi, sehingga orang lain bisa ikut menikmatinya. Seni rupa adalah suatu pesan
keindahan yang harus disampaikan kepada penikmatnya.
5. Pengertian seni rupa menurut Sussane K Langer adalah bentuk hasil karya manusia yang
memiliki keindahan dan bisa dinikmati oleh orang lain. Dengan kata lain, seni rupa
adalah proses penciptaan keindahan yang tujuannya untuk dinikmati.
6. Drs. Sudarmaji menyatakan pengertian seni rupa adalah semua hal yang memiliki unsur
manifestasi batin serta pengalaman estetis dengan menggunakan media berupa bidang,
garis, warna, tekstur, volume dan gelap terang.
7. Kumala Devi Chattopadhayaya menyatakan pengertian seni rupa adalah sebuah luapan
ekspresi yang disampaikan dari seorang seniman kepada para penikmatnya. Dengan kata
lain, seni rupa adalah suatu jembatan untuk membuat orang lain paham dengan apa yang
dirasakan oleh seniman.
III. SEJARAH SENI RUPA DI INDONESIA
a. Sejarah Seni Rupa di Indonesia
Sejarah seni rupa yang ada di Indonesia dimulai sejak jaman prasejarah.
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber – sumber atau
dokumen – dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya
berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua dan Melayu Muda.
Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai
media upacara (bersifat simbolisme) Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas:
 Jaman Batu
Pada zaman batu, karya seni rupa yang biasa ditemukan berupa serpihan batu dan alat-
alat tulang. Kemudian, pada zaman batu tengah (Mesolitik), karya seninya berupa lukisan
di gua, kapak pendek, dan serpihan batu yang sudah halus. Sedangkan pada zaman batu
muda (Neolitik), karya seninya berupa tembikar, kapak persegi, dan kapak lonjong. Salah
satu hasil seni rupa murni pada zaman prasejarah adalah batu yang dipecahkan dan tulang
binatang yang diasah. Pada masa itu, batu dan tulang biasa digunakan untuk berburu dan
menggali. Lebih lanjut, manusia purba pada zaman praaksara juga mulai mengenal
lukisan yang ditemukan pada dinding-dinding gua. Lukisan tersebut berupa motif tangan,
telapak kaki, gambar manusia sederhana, dan gambar binatang.
 Jaman logam
Seni Rupa Jaman Logam Jaman logam di Indonesia dikenal sebagai jaman perunggu,
Karena banyak ditemukan benda – benda kerajinan dari bahan perunggu seperti
ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik
mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak.
Jaman Hindu-Budha
Pada zaman Hindu-Buddha, kebudayaan telah mengalami perkembangan di berbagai wilayah di
Indonesia. Hal ini lantas turut mendorong berkembang pesatnya seni rupa. Dalam
perkembangannya, seni rupa mengalami akulturasi kebudayaan India dan Indonesia. Prasasti
dengan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta pun menjadi bukti adanya masa Hindu di Indonesia.
Lalu, di Pulau Jawa, prasasti Hindu juga ditemukan pada masa kerajaan Mataram Kuno bernama
Prasasti Canggal yang berisi bait-bait untuk memuliakan Dewa Siwa. Agama Buddha aliran
Mahasanghika (Mahayana) dari India masuk ke wilayah Jawa Kuno sekitar abad ke-8 hingga
abad ke-10 M. Adanya kedua agama ini lantas menghasilkan banyak karya seni religi berupa
arca, relief, dan arsitektur bangunan suci.
Adapun sejumlah ragam hias yang ditemukan pada zaman Hindu-Buddha berupa hiasan
bangunan suci Arsitektur candi (Candi Prambanan dan Candi Borobudur)
Jaman Islam
Masuknya agama Islam di Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat, India.
Kedatangan mereka bukan hanya menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga memperkenalkan
budaya masing-masing, sehingga mempengaruhi motif-motif pada karya seni yang sudah ada.
Sebelum Islam masuk, motif karya seni yang berkembang berupa binatang dan kepercayaan.
Namun, setelah Islam datang, motif berubah menjadi ragam pola hias geometris dan bentuk-
bentuk alam. Ragam motif banyak dijumpai pada pola batik yang sudah ada di wilayah
Nusantara. Selain itu, pengaruh Islam juga terlihat pada pahatan makam dan arsitektur. Pada
pahatan makan ditemukan kaligrafi Islam dan pada arsitektur dapat dilihat dari bangunan masjid
dan makam. Masjid kuno dibangun dengan prinsip dasar bangunan kayu disertai dengan
pembangunan pendopo di bagian depan masjid.
Jaman Modern
Seni Rupa Indonesia Modern Istilah “modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu bentuk dan
perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam
perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari
penjajahan.
a. Masa Perintis Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880),
seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia
menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis
seni lukisan modern.
b. Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 – 1938)
Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie
Smite, R. Locatelli dan lain – lain. Ada beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah /
teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan Wahid Somantri
c. Masa PERSAGI (1938 – 1942)
PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh
Agus Jaya Suminta dan sekretarisnya S. Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam,
Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama Indonesia). PERSAGI bertujuan agar
para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan Indonesia
d. Masa Pendudukan Jepang (1942 – 1945)
Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan Keimin
Bunka Shidoso. Para seniman yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll.
Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan POETRA (Pusat tenaga
Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur
e. Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 – 1950).
Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok – kelompok diantaranya: Sanggar
seni rupa masyarakat di Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun,
oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI) Djajengasmoro, Himpunan Budaya
Surakarta (HBS) dll.
f. Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal
Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang
namanya menjadi STSRI (Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ.
Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru Gambar (sekarang menjadi
Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja.Selanjutnya LPKJ (Lembaga
Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan – jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan
sekarag pada tingat SLTA.
g. Masa Seni Rupa Baru Indonesia
Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak,
seperti Jim Supangkat, S. Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll.
Penugasan
1. Tugas
Mengidentifikasi contoh seni rupa di Indonesia pada setiap perkembangan zaman
2. Tujuan Anda diharapkan mampu :
Mengidentifikasi contoh seni rupa di Indonesia pada setiap perkembangan zaman
3. Media
Alat Tulis, Kertas, Lembar Kerja
4. Langkah-langkah
Baca dan amati apa saja yang termasuk contoh seni rupa di Indonesia berdasarkan
perkembangan pada setiap zaman.
IV. SEJARAH SENI RUPA DI EROPA
Perjalanan sejarah seni rupa modern di Eropa atau Barat memiliki benang merah yang jelas
dan tegas. Alur dan bentangannya memperlihatkan satu kesatuan yang saling berhubungan. Gaya
atau aliran yang satu muncul sebagai akibat menentang (mereaksi) aliran/gaya sebelumnya.
Penentangan atau reaksi tersebut didasari argumentasi atau konsepsi senimannya yang sangat
kuat. Pada dasarnya perjalanan atau perkembangan seni rupa Barat tidak lepas dari perjuangan
terhadap nilai kebebasan dan kreativitas. Nilai kebebasan gaya yang satu ditentang oleh nilai
kebebasan gaya yang lainnya, baik kebebasan segi pemilihan tema, estetika maupun teknik dan
proses kreatifnya. Orientasi yang fundamental dari seni rupa Barat adalah seni klasik Yunani dan
Romawi.
Kebudayaan klasik Yunani yang dilanjutkan oleh bangsa Romawi menjadi tenggelam
ratusan tahun karena orientasi berpindah ke ajaran Kristiani, dan abad gemilang menjadi abad
kegelapan. Namun kemudian abad pertengahan tersebut dilawan atau didobrak oleh para
seniman karena dianggap tidak memberikan kebebasan dalam berkarya. Untuk mewujudkan cita-
cita budaya yang bebas secara kemanusiaan, maka orientasi berkarya seniman kembali kepada
seni klasik kuno (Yunani-Romawi) yang naturalistis idealis dan didasari filsafat humanismenya.
Penggalian kembali kaidah-kaidah klasik tampak semakin digalakkan. Tradisi berkarya seni rupa
(khususnya seni lukis dan patung) kembali pada aturan-aturan seni klasik yang pernah berjaya.
Gerakan kelahiran kembali ideal klasik ini dinamakan Renaissance (bahasa Perancis, dan renaitre
dalam bahasa Itali, dan rebirth dalam bahasa Inggris). Gerakan ini menggema bukan hanya
dalam bidang seni lukis dan patung, tetapi juga arsitektur dan semua lapangan budaya. Sejak
Renaissance inilah akan terlihat perjalanan yang sangat jelas dari sejarah seni rupa Barat.
Sehingga kita bisa menemukan sebab akibat dari gerakan seni modern.
Konsep seni rupa modern di Barat menunjukkan beberapa ciri yang mengarah pada
pengertiannya. Sarah Newmeyer (1959:7) dalam bukunya Enjoying Modern Art menyebutkan di
awal tulisannya, “Modern art may be a picture of a bison scartched twenty thousand years ago on
a wall of the Lascaux caves in southern France. Or may be a picture painted by Picasso only this
morning.” Penggunaan istilah modern tidak dalam hubungannya dengan kronologi sejarah
melainkan ditujukan untuk menamai sesuatu kelompok karya seni yang memiliki sifat-sifat
tertentu. Sifat-sifat yang dimaksudkan adalah ciri-ciri yang menunjukkan karya seni yang
berbeda dengan kebiasaan sebelumnya sehingga memperlihatkan hal yang baru. Beberapa kamus
mengartikan modern sebagai ―the present‖ atau ―just now‖. Namun pengertian ini tidaklah
sepenuhnya sejalan. Sebab tanda-tanda kebaruan sangatlah relatif, tergantung sikap batin yang
mendasari seniman berkarya.
Kata modern secara umum dapat diartikan sebagai sikap atau cara berpikir serta bertindak
sesuai dengan tuntutan zaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989 : 589).
Cara berpikir modern adalah pemikiran tentang sesuatu yang baru dan biasanya dipertentangkan
dengan yang lama. Maka dalam bidang seni, khususnya seni rupa, pengertian modern bisa juga
diartikan sebagai suatu seni yang baru, yang didasari pola penciptaan yang baru dengan sikap
dan watak yang kreatif. djat Sakri (1989:3-4), dalam bukunya Seni Rupa Abad Kesembilan Belas
menjelaskan Teori tentang kemajuan masyarakat, yang tumbuh pada zaman itu bertentangan
dengan kenyataan karena kaum bangsawan dan kaum pendeta masih diberi hak istimewa dalam
bidang perekonomian, sementara bangsa yang terjajah di Afrika, Asia dan Amerika diperas
kekayaannya. Standar kesehatan yang baru, yang dilandasi ilmu, bertentangan dengan keadaan
yang sebenarnya; industri berjalan dalam lingkungan yang buruk, dan kaum buruh tinggal di
perumahan yang kumuh. Di bidang kebudayaan , kemajuan berhadapan dengan... Semuanya itu
mengawali kelahiran watak kehidupan modern yang semakin cer Bukan saja bentuk lahir yang
berubah, tetapi cara berpikir juga berubah. Kebutuhan mutlak untuk memperoleh laba yang besar
dengan cepat agar mesin pabrik dapat berputar.
Dalam tulisan tersebut, Adjat Sakri menegaskan bahwa sikap para seniman yang terus
menerus berusaha mencari gaya-gaya baru di tengah kehadiran gaya lama di tempat seniman itu
sendiri, dan gaya masa kini di rantau orang. Mereka ingin menemukan wahana yang cocok untuk
mengungkapkan gejolak batin yang kuat, seniman yang mengutamakan kebebasan beralih
mencari bentuk yang lain.
Di antara usaha para seniman abad kesembilan belas itu, menurut Adjat sakri bukan hanya
bercermin kepada hasil-hasil seni masa lalu yang dianggap sebagai master piece‟ tetapi juga
belajar kepada seni-seni lainnya seperti Jepang dan China, seni Afrika, seni kepulauan
Samudera, dan seni kebudayaan primitif yang lain. Semua bentuk itu dan berbagai ragamnya
cocok dengan kebutuhan pelukis, pematung, grafikus, dan desainer pada akhir abad
kesembilanbelas dan keduapuluh.
a. Abad Ke-19
1. Klasisisme
Suasana abad ke-19 ini adalah suasana abad mesin uap. Kegemuruhan mesin-mesin dengan
suara buruh pabrik, kesibukan tambang, dan lalulintas kapal laut dan kereta api, telegraf, dan alat
potret. Dan sebagaiannya menjadi tentangan bagi perkembangan seni rupa.
Para seniman-seniman pada abad ke-19 ini menyadari tantangan abad baru ini. Namun para
seniman tidak menentang tetapi mengintegrasikan diri sambil mempertahankan bidang seni rupa
supaya tidak terlindas dan lenyap dilanda akibat kebangkitan abad yang dasyat ini.
Seni patung pada permulaan abad ini belum terlalu mengalami perubahan seperti seni bangunan.
Namun setelah akhir perempatan abad ini , seni patung mulai mendapat napas baru, karna
munculnya aliran-aliran baru seperti impresionisme, Realisme, dan lain-lain telah memberikan
gaya baru bagi para seniman patung atau pematung
2. Romantic
Aliran Romantik ditandai dengan cahaya yang tegas, kaya warna, dan komposisi yang hidup.
Perbedaan Romantik dengan klasisisme pada pengambilan tema, selain itu juga aliran romantic
penuh dengan khayalan, prasaan, pertualang tentang tejadian-kejadian masa kuno dan tentang
negeri-negeri timur yang fantastis.
3. Impresionisme
Mpresionisme sebenarnya adalah sebuah kata ejekan pada lukisanClaude Monen (1840-1926)
yang di pertunjukan pada ppameran di paris tahun 1874. Lukisan itu menggambarkan tentang
bunga teratai dengan suasana pagi hari, dengan warna yang lembut, bentuk-bentuknya tidak
tegas.
4. Neo Impresionisme
Pada dasarnya aliran impresonisme lebih mengutamakan cahaya, oeh karna itu dapat dilihat
karya-karya impresionisme belanda, kebanyakan memperlihatkan efek cahayanya mendung
seperti cuaca mendung belanda.
5. Realisme
Realisme dalam seni rupa abad ke-19 merupakan gerakan yang menolak tema Neo-
Klasikisme dan Romantikisme. Seniman Realis tidak mendasarkan karyanya pada tema mitologi
Yunani dan Romawi atau tema dari Timur Dekat, tetapi tema “di sini dan kini”. Mereka
mendasarkan tema lukisan mereka pada pengamatan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa
terdapat pertentangan dianatara kaum Neoklasikisme dengan Romantisisme, namun pada
hakekatnya mereka hanya berurusan dengan hal yang tidak tidak nampak mata, yaitu rasio dan
emosi, mereka adalah kaum idealisme yang tidak menerima kenyataan apa adanya.
6. Simbolisme dan Monumentalisme
Masyarakat beranggapan bahwa agama tidah hanya sebatas penting saja tetapi menjadi
faktor penting dalam seni, sehingga mulai meresapi jiwa para seniman. Maka muncullah ide
untuk mewujudkannya dalam bentuk karya seni yang dinamakan aliran simbolis.
Karya simbolis ini pada umumnya menggambatkan pergolakan batin atau tentang perasaan
seperti kegelisahan, pesimisme, dan kemurungan. Simbolisme yang dibawa menjadi bentuk-
bentuk yang lebih sederhanan yang mewujudkan hiasan dan pelambangan. Hal tersebut
dinamakan juga dengan momumentalisme. Simbolisme lebih mengutamakan unsur-unsur
kerohanian
b. Abad Ke-20
Abad ke-20 merupakan masa berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada awal
abad itu Wright bersaudara menemukan pesawat terbang. Beberapa tahun kemudian Albert
Einstein mengejutkan dunia dengan penemuaanya tentang materi, waktu, dan ruang. Di sela-sela
itu, terjadi dua perang dunia yang mengakibatkan keterpurukan ekonomi di seluruh dunia dan
ancaman serius bagi kemanusiaan. Atom berhasil dibelah dan senjata atom pun diciptakan.
Menjelang Perang Dunia II abad itu juga ditandai dengan pengembangan alat komunikasi
melalui radio dan munculnya televisi. Selama periode itu muncul bentuk-bentuk seni rupa baru
dan konsep-konsep seni rupa yang menentang nilai-nilai tradisi masa lampau. Gaya seni rupa
dalam periode secara keseluruhan itu disebut dengan nama “Modernisme”. Istilah Modernisme
digunakan untuk menunjukkan perkembangan yang meninggalkan naturalisme menunju
abstraksi dan nonrepresentasi.
1. Seni Patung
Salah satu ciri khas yang membedakan seni rupa abad ke-20 dengan periode seni rupa
yang lain adalah pergeseran dari naturalisme menjadi abstraksi dan nonrepresentasi. Dalam seni
patung kecenderungan pokok yang muncul adalah abstraksi formalis, yaitu abstraksi yang
didasarkan pada pendekatan pemikiran rasional tentang hubungan-hubungan visual yang
terstruktur. Pada awal abad ke-20 Ekspresionisme bukan merupakan trend yang penting dalam
seni patung.
Tokoh perintis patung moderen adalah Constantin Brancusi (1876-1957). Brancusi
adalah pematung kelahiran Rumania yang datang di Paris pada tahun 1904. Dengan
penyederhaan bentuk yang abstrak, ia melangkah melampaui Rodin dan Mailol, mengawali seni
patung modern.
2. Fauvisme dan Ekspresionisme
Istilah Ekspresionisme digunakan untuk menunjukkan seni rupa yang mengungkapkan
perasaan emosional. Gerakan ini berkembang pada awal abad ke-20 berdasarkan seni rupa Post-
Impresionisme. Di Eropa seni rupa Ekspresionisme dapat dibedakan menjadi Ekspresionisme
Jerman dan Ekspresionisme Perancis. Ekspresionisme di Perancis lebih dipenuhi oleh struktur
dan komposisi formal dan kurang mengandung emosi yang mendalam. Di Jerman
ekspresionisme lebih merupakan curahan situasi psikologis dan perasaan yang mendalam.
3. Kubisme
Kubisme adalah gaya abstrak formalistik yang pertama-tama berkembang seiring dengan
Ekspresionisme sebelum Perang Dunia I. Istilah Kubisme dapat digunakan secara umum untuk
menunjukkan semua gaya abstrak geometrik pada abad ke-20 atau secara terbatas menunjukkan
gerakan-gerakan awal khususnya Kubisme Analitik dan Kubisme Sinthetik. Tokoh Kubisme
adalah Pablo Picasso dan Georges Braque.
4. Seni Patung Kubunisme
Konsep Kubisme meluas sampai pada seni patung. Karya Picasso Guitar (1912) meninggalkan
tradisi seni patung, karena karya itu tidak dikerjakan dengan teknik membentuk, teknik pahat,
atau teknik cor, tetapi berupa konstruksi lempengan logam dan kawat.
5. Kubisme dan Arsitektur
Kubisme juga memberikan tantangan bagi para arsitek untuk meninjau kembali pendapat
tradisional tentang bentuk dalam ruang tiga dimensional. Arsitektur abad ke-20 menekankan
bentuk-bentuk geometrik dan rasional, dan bukan bentuk-bentuk organik dan emotif.
6. Futurisme Itali
Pada tahun 1909, penyair Itali Filippo Thommaso Marinetti menulis Manifesto Futuris yang
mendukung perubahan radikal dalam dunia kesenian, dengan mencerminkan dinamisme abad
yang baru. Para Futuris menghendaki seni rupa yang mengagungkan mesin dan konsep
dinamisme secara umum. Dalam karya mereka, gerak dan mekanisasi merupakan tema yang
penting. Secara ironis, banyak di antara tokoh Futuris yang tewas dalam Perang Dunia I, oleh
mesin penghancur yang mereka agungkan dalam karyanya. Lukisan Futuris sering ditandai
dengan penggunaan gambar ganda (multiple images) untuk mengesankan gerak benda atau
manusia dalam ruang dan waktu. Efek yang dicapai mirip dengan pengamatan film bioskop
dari frame ke frame. Gambar ganda ini juga dikaitkan dengan perkembangan fotografi
eksperimental, misalnya pada karya Muybridge.
7. Suprematisme Konstruktivisme Di Rusia
Sebelum Perang Dunia I dan selama Revolusi Rusia terjadi perkembangan besar dalam seni
rupa moderen di Rusia. Perkembangan seni rupa advant-garde ini berlangsung hingga sekitar
tahun 1920. Seniman moderen Rusia menerapkan konsep dasar Kubisme dan Futurisme. Mereka
juga mengembangkan lebih lanjut gagasan konstruksi Picasso dalam seni patung dan mencapai
keunggulan dalam cabang seni rupa ini.
8. Seni patung
Di Rusia seni patung Konstruktivisme dikembangkan oleh sekelompok seniman yang
menerapkan prinsip-prinsip Kubisme dalam bentuk tiga dimensional. Seniman Konstruktivisme
menolak pandangan tradisional tentang seni patung sebagai volume yang dibatasi oleh massanya.
Sebaliknya, mereka beranggapan bahwa seni patung sebagai susunan ruang positip dan ruang
negatif. Para pematung Konstruktivisme tidak menggunkan teknik tradisional (misalnya teknik
pahat atau membentuk), tetapi dengan cara merakit berbagai jenis bahan (seperti kayu, logam,
plastik, dan tanah liat). Kadang-kadang mereka juga menggunakan cara mengikat atau
memasang bahan-bahan tertentu pada suatu tempat dengan teknik-teknik nontraditional. Sering
kali karya mereka bersifat kinetik, dengan bagian-bagian yang dapat bergerak untuk menekankan
konsep dinamisme.
Penugasan
1. Tugas
Mengidentifikasi contoh seni rupa di Eropa pada setiap perkembangan zaman
2. Tujuan Anda diharapkan mampu :
Mengidentifikasi contoh seni rupa di Eropa pada setiap perkembangan zaman
3. Media
Alat Tulis, Kertas, Lembar Kerja
4. Langkah-langkah
Baca dan amati apa saja yang termasuk contoh seni rupa di Eropa berdasarkan
perkembangan pada setiap zaman.
IV PERBEDAAN SENI RUPA INDONESIA DAN EROPA
Karakteristik seni rupa Eropa adalah budaya Barat, seperti Renaissance, Impresionisme,
Ekspresionisme, dan seni kontemporer. Karya seni rupa Eropa sering menggunakan teknik
seperti perspektif, penggunaan cahaya dan warna yang realistis, serta pendekatan yang
berorientasi pada individualisme dan eksplorasi pribadi.
Karakteristik seni rupa Indonesia umumnya terkait erat dengan kehidupan masyarakat, nilai-nilai
tradisional, dan cerita rakyat. Seni ini beragam, berkisar dari seni ukir, lukisan, sulam, hingga
seni kriya. Seni rupa Indonesia juga mencerminkan nilai-nilai religius dan spiritual yang kuat
dalam budaya setempat.
Bentuk seni rupa Indonesia sering kali memiliki makna simbolis atau sakral, dan
menggabungkan ragam motif yang unik, seperti motif batik, ukiran, atau wayang. Teknik yang
sering digunakan dalam seni rupa Indonesia antara lain teknik ukir, tenun, pembuatan keramik,
serta teknik lukis dan sulam yang adopsi dari tradisi lokal.
RANGKUMAN
Perbedaan antara seni rupa Eropa dan seni rupa Indonesia terletak pada pengaruh budaya,
karakteristik, dan teknik yang digunakan. Seni rupa Eropa lebih dipengaruhi oleh budaya Barat
dan mengadopsi teknik yang cenderung realistis dan individualistik. Sementara itu, seni rupa
Indonesia terkait erat dengan tradisi dan nilai-nilai lokal, dengan bentuk seni yang sering kali
memiliki makna simbolis dan sakral serta menggunakan teknik tradisional.
Seni rupa Eropa dan seni rupa Indonesia memiliki keunikan sendiri dan memberikan sudut
pandang yang berbeda dalam karya seni. Kedua bentuk seni tersebut penting untuk dipelajari dan
diapresiasi dalam memperkaya pengetahuan dan pengalaman dalam seni rupa
DAFTAR PUSTAKA
Prihatin, Purwo. (2017). Seni Rupa Indonesia dalam Perspektif Sejarah. Padang Panjang: Institut
Seni Indonesia Padangpanjang.

Anda mungkin juga menyukai