Anda di halaman 1dari 12

Seni Rupa Tradisional Indonesia

1.

Seni Rupa Prasejarah


Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap oleh mata dan dirasakan

dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volulme, warna, tekstur dan pencahayaan
dengan acuan estetika. Seni rupa dapat dibedakan menjadi 3 macam yakni Seni rupa murni, seni rupa kriya dan seni rupa design.
Seni rupa murni meliputi seni lukis, grafis, patung, instalasi, pertunjukan, keramik, film, koreografi dan fotografi. Seni
rupa design kriya meliputi seni arsitektur, design grafis, design interior, design busana dan design produk. Sedangkan seni rupa
kriya meliputi tekstil, kayu, keramik dan rotan.

Sifat Sifat Umum Seni Rupa Indonesia


a.

Bersifat tradisional/statis

Dengan adanya kebudayaan agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada suatu kaidah yang turun temurun
b.

Bersifat Progresif

Dengan adanya kebudayaan maritim. Kesenian Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di padukan dan
dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa Indonesia sendiri
c.

Bersifat Kebinekaan

Indonesia terdiri dari beberapa daerah dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga melahirkan bentuk ungkapan
seni yang beraneka ragam
d.

Bersifat Seni Kerajinan

Dengan kekayaan alam Indonesia yang menghasilkan bermacam macam bahan untuk membuat kerajinan
e.

Bersifat Non Realis

Dengan latar belakang agama asli yang primitif berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat perlambangan / simbolisme

2. Perkembangan Seni Rupa Di Indonesia


Seni Rupa Prasejarah Indonesia
Jaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumber sumber atau dokumen dokumen tertulis mengenai
kehidupan manusia. Latar belakang kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua
dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara
(bersifat simbolisme).

Jaman prasejarah Indonesia terbagi atas:


Seni Rupa Jaman Batu
Jaman batu terbagi lagi menjadi: jaman batu tua (Paleolitikum), jaman batu menengah (Mesolithikum), Jaman batu muda
(Neolithikum), kemudian berkembang kesenian dari batu di jaman logam disebut jaman megalithikum (Batu Besararkofaq), meja
batu dll.

Seni Rupa Zaman Poleolitikum( Batu Tua )


Karya peninggalanya :

- Kapak gengam ( chopper )


- Batu berwarna ( Chalcedon )
- Lukisan tangan dan babi

Seni Rupa Zaman Meseolitikum (Batu tengah)


Karya peninggalannya :
- Mata panah
- Batu penggiling
- Kapak batu
Seni Rupa Zaman Neolitikum (Batu Muda/Dasar Kebudayaan Bangsa Indonesia)
Karya peninggalannya :
- Kapak persegi
- Kapak lonjong
- Gelang
- Kalung
- Cincin dari batu berwarna
- Tembikar ( pengaruh masuknya bangsa cina ke Indonesia)
Seni Rupa Zaman Megalitikum( Batu Besar )
Karya peninggalannya :
- Menhir- Dolmen Kubur batu
- Keranda batu (sarcopagus)
-Punden berundak
- Arca batu

Seni Rupa Jaman Logam


Zaman logam di Indonesia dimulai sejak tahun 500 SM, yaitu sejak kebudayaan indo-cina masuk ke Indonesia. Kebudayaan
logam di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu.disebut zaman perunggu karena banyak ditemukan benda benda kerajinan
dari bahan perunggu seperti ganderang, kapak, bejana, patung dan perhiasan, karya seni tersebut dibuat dengan teknik mengecor
(mencetak) yang dikenal dengan 2 teknik mencetak:
- Bivalve ialah teknik mengecor yang bisaa di ualng berulang
- Acire Perdue ialah teknim mengecor yang hany satu kali pakai (tidak bisa

diulang)

Seni Rupa Hindu Budha


Masuknya agama Hindu-Budha di Indonesia membawa pengaruh yang kuat bagi susunan masyarakatnya. Agama tersebut lahir
ratusan tahun yang sebelum masehi. Ajaran Hindu-Buddha mengajarkan etika hidup layaknua menjadi seorang yang suci yang
lepas dari hawa nafsu keduniawian. Agama ini hanya berkembang di negara-negara Asia. Di negara-negara Eropa maupun Amerika
agama ini kurang pengaruh bagi masyarakat. Di Indonesia agama inilah yang menjadi pelopor terbentuknya kerajaan tua. Kerajaan

tua yang dipengaruhi oleh ajaran Hindu-Buddha adalah Kutai, Tarumanegara,Kalingga, Sriwijaya, Mataram Jawa Tengah,
Kahuripan, Kediri, Singosari, Majapahit, Sunda dan Bali.

Pengaruh Kebudayaan Hindu-Buddha Terhadap Masyarakat di Indonesia


Kebudayaan Hindu-Buddha yang dibawa oleh orang-orang India lambat laun diadopso oleh masyarakat Indonesia. Sudah barang
tentu kemudian mempengaruhi tatanan kehidupan masyarakat Indonesia secara umum. Sebelum datangnya orang India Indonesia
sebenarnya juga memiliki kebudayaan asli yang berkembang dan tumbuh di kalangan masyarakat. Datangnya orang-orang India ke
Indonesia menyebabkan bertemunya dua kebudayaan yang berlatar belakang berbeda. Pertemuan inilah yang disebut dengan
akulturasi budaya, yaitu bertemunya dua kenudayaan yang kemudian menjadi budaya baru yang dipengaruhi oleh kedua budaya
yang bertemu. Bertemunya dua kebudayaan ini menghasilkan unsur-unsur kebudayaan baru yang dianut oleh masyarakat
Indonesia. Tetapi pada kenyataannya unsur kebudayaan India lebih mendominasi dari proses akulturasi budaya akibatnya
masyarakat Indonesia mulai terpengaruh dengan kebudayaan India dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Adapun hasil
akulturasi tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal.

Bangunan Candi
Bangunan candi sering ditemukan di daerah Jawa. Bangunan ini digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan peribadahan.
Candi adalah istilah yang digunakan untuk menyebut semua banginan peninggalan di Indonesia, terutama di Jawa tengah dan Jawa
Timur, yang dipengaruhi oleh arsitektur Hindu-Buddha. Dalam agama Hindu, candi adalah dijadikan sebagai semacam pemujaan
dewa belaka. Oleh karena itu, dalam candi Buddha di dalamnya tidak terdapat peti pripih dan arcanya tidak mewujudkan seorang
raja.

Seni Rupa
Seni rupa adalah suatu hasil cipta karya manusia yang bertujuan untuk menghibur masyarakat. Di Indoneisa ada banyak
seni yang berkembang, diantaranya adalah seni rupa, seni tari, dan seni teater. Tetapi seni yang dipengaruhi oleh kebudayaan
Hindu-Buddha adalah seni rupa Hindu-Buddha ditampilkan baik secara antropomorfik(pengenaan ciri-ciri manusia pada binatang,
tumbuhan, atau benda mati) maupun non-antropomorfik. Motif yang paling umum digunakan adalah teratai atau padma, yang
banyak dijumpai pada seni patung Hindu-Buddha.

Seni Patung
Pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha juga terlihat dari seni patung yang terdapat di Indonesia. Peninggalan patung di
Indonesia mencerminkan ajaran dari Hindu-Buddha. Peninggalan patung banyak dijumpai di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada
masa ini, pembuatan patung dikaitkan dengan candi. Jadi, patung-patung tersebut digunakan untuk melakukan pemujaan dan
mengabdi pada agama Hindu-Buddha.

Seni Sastra
Seni sastra adalah seni yang menjadi mendia hiburan bagi masyarakat Indonesia pada masa Hindu-Buddha. Banyak
pengaruh ajaran Hindu-Buddha yang mempengaruhi karya sastra Indonesia.

Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada
candi tersebut banyak menggambarkan suatu kisah/ceritayang berhubungan dengan ajaran agama Hindu ataupun Budha.

relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal
ini menunjukkan bahwa relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti yang terdapat dalam kitab
Lalitawistara.
Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil kisah yang terdapat dalam kepercayaan Hindu seperti
kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan ataupun candi Panataran
Kesenian klasik merupakan puncak perkembangan kesenian tertentu, yang mana tidak dapat berkembang lagi (mandeg).
Karya seni yang dianggap klasik memiliki kriteria sebagai berikut : (1) Kesenian yang telah mencapai puncak (tidak dapat
berkembang lagi), (2) merupakan standarisasi dari zaman sebelum dan sesudahnya, dan (3) telah berusia lebih dari setengah abad.
Selain dari ketentuan itu, suatu kesenian belum bisa dikategorikan seni klasik. Karya-karya seni klasik dapat dijumpai pada
bangunan-bangunan kuno Nusantara pada zaman Hindu-Budha dan bangunan-bangunan kuno di Yunani dan Romawi.

Rembesan Seni Rupa Masa Hindu-Budha


Seni rupa pada masa Hindu-Budha berkembang pesat. Seni rupa pada zaman ini mendapat pengaruh kuat dari India.
Setidaknya ada beberapa ciri dari seni rupa pada masa ini. Pertama adalah bersifat feodal, yaitu kesenian ini hanya berpusat di
istana sebagai media pengabdian raja atau pengkultusan raja. Kedua, bersifat sakral yang artinya kesenian sebagai alat untuk
upacara agama. Ketiga, bersifat konvensional, yaitu kesenian tersebut bertolak pada suatu pedoman pada sumber hukum dan
agama.

Seni rupa dari masa ini terdapat dalam bangunan-bangunan seperti candi, patung-patung dewa atau raja, dan hiasanhiasan, relief atau ornamen. Ciri bangunannya adalah atapnya yang meninggi seperti kerucut. Terlihat dari bangunan candi yang
semakin ke atas bentuk bangunannya semakin mengerucut. Pola ini mencirikan bahwa semakin ke atas, tingkatan tertentu
ditempati oleh sebagian kecil orang-orang suci. Konsep ini sesuai dengan kepercayaan agama Hindu-Budha yang mengenal konsep
Moksa, dan Nirwana.

Menurut Onghokham, ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan kesenian. Pertama, ungkapan kesenian
tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan alam pikiran penduduk setempat mengenai soal-soal spiritual seperti magis,
agama, mistik dan sebagainya. Kedua, seni sangat dipengaruhi oleh organisasi sosial atau politik dari masyarakat tersebut dalam
berbagai versinya. Terakhir, pengaruh luar yang mempengaruhinya. Seni rupa dari masa Hindu-Budha pun tentunya
mempengaruhi perkembangan seni rupa di Indonesia.

Pengaruh seni rupa masa Hindu-Budha terlihat pada masa sesudahnya, yatu masa Islam. Pada masa Islam, bangunanbangunan ibadah merupakan bangunan yang banyak mengambil filosofi bangunan masa sebelumnya. Seperti mesjid Demak yang
memiliki kubah yang arsitekturnya berundak. Konsep berundak ini terdapat seperti pada candi-candi. Juga makam-makam Islam.
Dibuatnya nisan dan makam yang di atasnya didirikan bangunan (astana) merupakan konsep perupaan yang terpengaruh dari masa
Hindu-Budha.

Seni Rupa Islam


Seni Rupa Indonesia Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran
Islam sekligus memperkenalkan kebudayaannya masing masing, maka timbul akulturasi kebudayaan.
Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa
(Raja/Sultan) kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para walipun berperan dalam mengembangkan seni di
masyarakat pedesaan, misalnya dawah Islam disampaikan dengan media seni wayang.
Ciri Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
a.

Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan

b.

Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)

Karya Seni Rupa Indonesia Islam


a.

Seni Bangunan

Mesjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas mesjid yang berbentuk limas bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali),
contohnya atap mesjid Agung Demak dan Mesjid Agung Banten.
Istana
Istana / keraton berfungsi sebagai tempat tinggal Raja, pusat pemerintahan. Pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek
istana bisaanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding keliling dan parit pertahanan.
Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni
prasejarah tampak pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh hindu tampak pada nisannya yang diberi
hiasan motif gunungan atau motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada makam yang beratap sungkup
b.

Seni Kaligrafi
Agama Islam masuk ke Indonesia abad VII Masehi yang dibawa oleh para saudagar Arab yang datang pertama kali di

Indonesia lewat pesisir utara Sumatera. Dari sinilah terbentuk cikal bakal komunitas muslim yang ditengarai dengan pendirian
Kerajaan Islam pertama di Aceh. Selanjutnya hampir semua corak seni budaya masyarakat Arab mempengaruhi budaya Indonesia,
yang mencakup semua aspek bentuk kesenian, seni suara, musik, sastra, lukis, arca, tari, drama, arsitektur dan lain-lain. Seni
kaligrafi menduduki posisi yang amat penting. Seni kaligrafi merupakan bentuk seni / budaya Islam yang pertama ditemukan di
Indonesia dan menjadi aset budaya Islam terdepan hingga kini. Kaligrafi Islam dibedakan menjadi dua yaitu tulisan dan lukisan.
Lukisan kaligrafi terbagi menjadi dua yaitu murni dan bebas, yang pertama i menggunakan bentuk huruf baku biasanya
dibuat oleh lulusan pondok pesantren, sedangkan yang kedua tidak menggunakan huruf baku yang dikerjakan oleh seniman
akademik. Aneka bentuk lukisan kaligrafi mengandung dua elemen, fisioplastis dan ideoplastis. Elemen fisioplastis berupa
penerapan estetis menyangkut unsur-unsur rupa, bentuk, garis, warna, ruang, cahaya dan volume. Elemen ideoplastis meliputi
semua masalah langsung/tidak yang berhubungan erat dengan isi atau cita perbahasaan bentuk.
Diangkatnya kaligrafi sebagai tema sentral dalam melukis, menjadi sejarah penting terbentuknya lukisan kaligrafi Indonesia.
Lukisan kaligrafi sangat diperhitungkan dalam kancah seni rupa Indonesia ketika muncul pendalaman-pendalaman spiritual,

penghayatan, perenungan yang mengarah ke kedalaman kemanusiaan dan keTuhanan. Sadali dan AD Pirous layak dicatat sebagai
pelopor lukisan kaligrafi Islam Indonesia tahun 1960-an. Selanjutnya seni lukis kaligrafi berkembang pesat dengan tokoh seni Amri
Yahya di Yogya, yang menggunakan medium batik, di Surabaya Amang Rahman menciptakan surealisme dengan mengambil
kekuatan kaligrafi Islam.
Momentum penting pameran seni rupa (seni lukis kaligrafi Islam) mulai marak di dalam maupun di luar negeri, antara lain pada
tahun 1975 pameran lukisan kaligrafi pertama pada MTQ Nasional XI di Semarang, pameran pada Muktamar pertama media masa
Islam sedunia tahun 1980 di senayan Jakarta, pada MTQ Nasional XII di Banda Aceh tahun 1981, kemudian pada pameran kaligrafi
Islam Balai Budaya Jakarta tahun Hijriyah 1405 (1984), disusul pada MTQ XVI di Yogyakarta tahun 1991. Sambutan masyarakat
yang mayoritas Islam terhadap pameran-pameran itu tak diragukan. Momentum penting lainnya ketika diselenggarakan festifal
Istiglal I (1991) dan II (1995) dengan tema utama seni lukis kaligrafi Islam, yang melibatkan para perupa di antaranya AD. Pirous,
Amri Yahya, Hendra Buana, Salamun Kaulam, dan Syaiful Adnan. Mereka menampilkan aneka bentuk, gaya dan ragamnya dari
tulisan hingga lukisan, dari ekspresi hingga transendensi illahi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk
simbolis dari rangkaian ayat ayat suci Al Quran. Berdasarkan fungsinya seni kaligrafi dibedakan menjadi, yaitu:
1.

Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi / hiasan

2.

Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar

3.

Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan seperti kaligrafi karya AD. Pireus dan Ahmad Sadeli

c.

Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan

stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh tumbuhan.


Seni Rupa Modern Indonnesia
Seni Rupa Indonesi Modern
Istilah modern dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat /
Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan.
a.

Masa Perintis

Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 1880), seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan
sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni
lukisan modern.
b.

Masa seni lukis Indonesia jelita / moek (1920 1938)

Ditandai dengan hadirnya sekelompok pelukis barat yaitu Rudolf Bonnet, Walter Spies, Arie Smite, R. Locatelli dan lain lain. Ada
beberapa pelukis Indonesia yang mengikuti kaidah / teknik ini antara lain: Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi dan
Wahid Somantri
c.

Masa PERSAGI (1938 1942)


PERSAGI (Peraturan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun 1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Suminta dan

sekretarisnya S. Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, Emira Sunarsa (pelukis wanita pertama
Indonesia). PERSAGI bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang kreatif dan berkepribadan
Indonesia
d.

Masa Pendudukan Jepang (1942 1945)

Pada jaman Jepang para seniman Indonesia disediakan wadah pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para seniman
yang aktif ialah: Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini, Kusnadi dll. Kemudian pada tahun 1945 berdiri lembaga kesenian dibawah naungan
POETRA (Pusat tenaga Rakyat) oleh empat sekawan: Soekarno, Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH. Mansur
e.

Masa Sesudah Kemerdekaan (1945 1950)


Pada masa ini seniman banyak teroragisir dalam kelompok kelompok diantaranya: Sanggar seni rupa masyarakat di

Yogyakarta oleh Affandi, Seniman Indonesia Muda (SIM) di Madiun, oleh S. Sujiono, Pusat Tenaga Pelukis Indonesia (PTPI)
Djajengasmoro, Himpunan Budaya Surakarta (HBS) dll.
f.

Masa Pendidikan Seni Rupa Melalui Pendidikan Formal


Pada tahun 1950 di Yogyakarta berdiri ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia) yang sekarang namanya menjadi STSRI

(Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia) yang dipelopori oleh RJ. Katamsi, kemudian di Bandung berdiri Perguruan Tinggi Guru
Gambar (sekarang menjadi Jurusan Seni Rupa ITB) yang dipelopori oleh Prof. Syafe Sumarja. Selanjutnya LPKJ (Lembaga
Pendidikan Kesenian Jakarta) disusul dengan jurusan jurusan di setiap IKIP Negeri bahkan sekarag pada tingat SLTA.
g.

Masa Seni Rupa Baru Indonesia


Pada tahun 1974 muncul para seniman Muda baik yang berpendidikan formal maupun otodidak, seperti Jim Supangkat, S.

Priaka, Harsono, Dede Eri Supria, Munni Ardhi, Nyoman Nuarta, dll.
Contoh Seniman :

Raden Saleh Syarif Bustaman

Mooi Indi

Persagi

Affandi

Ahmad Sadali

Ciri-ciri dan Unsur Modernisme (Desain dan Seni Rupa)


1. Ciri-ciri seni modern (Desain dan Seni Rupa)
-

Minimalis

Rasionalitas/Rationality

Dominant bentuk-bentuk geometris

Tidak ada unsur ornament

Univeesal

Fungsionalitas diprioritaskan

Orisinalitas/kemurnian/purity

Penguatan dalam konsep

Kreativitas

Memutus hubungan dengan sejarah

2. Unsur-unsur Modernisme
-

Eksperimen

Pembaruan (Inovation)

Kebaruan (Novelty)

Orisinalitas

Fungsi dan Tujuan Seni Modern


1. Memberi warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara fisik maupun psikis
-

Fisik :

Munculnya bentuk-bentuk desain arsitektur yang baru dan desain-desain lainnya seperti alat-alat transportasi, fashion dll
-

Psikis:

Mengurangi kejenuhan penikmat karya seni, karena muncul berbagai aliran baru seperti pada seni lukis dan cabang seni lainnya.
2. Meningkatkan popularitas para seniman, karena seni modern selalu menyertakan nama
senimannya pada setiap karya yang diciptakan
3. Memberikan kemudahan masyarakat, karena banyak penemuan-penemuan baru dari
hasil eksperimen para seniman modern.
Seniman seni rupa modern Indonesia

1.

Raden Saleh (1807 1880).

Nama lengkap Raden Saleh yaitu Raden Saleh Syarif Bustaman. Beliau merupakan salah satu seniman modern Indonesia, seni rupa
karyanya adalah berupa lukisan. Beliau pernah belajar seni lukis di Belanda. Melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda
terperangah. Raden Saleh merupakan seorang pelukis muda yangdapat menguasai teknik dan menangkap watak seni lukis Barat.
Oleh karena itu , melihat lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda terperangah. Lukisan-lukisannya yang dibuat Raden Saleh
menampilkan ekspresi, ini adalah bukti bahwa Raden Salehadalah seorang romantisis.

Lukisan Raden Saleh yang berjudul Badai ini merupakan ungkapan khas karya yang beraliran Romatisme. Dalam aliran ini
seniman sebenarnya ingin mengungkapkan gejolak jiwanya yang terombang-ambing antara keinginan menghayati dan menyatakan
dunia (imajinasi) ideal dan dunia nyata yang rumit dan terpecah-pecah. Dari petualangan penghayatan itu, seniman cenderung
mengungkapkan hal-hal yang dramatis, emosional, misterius, dan imajiner. Namun demikian para seniman romantisme sering kali
berkarya berdasarkan pada kenyataan aktual.
Dalam lukisan Badai ini, dapat dilihat bagaimana Raden Saleh mengungkapkan perjuangan yang dramatis dua buah kapal dalam
hempasan badai dahsyat di tengah lautan. Suasana tampak lebih menekan oleh kegelapan awan tebal dan terkaman ombak-ombak
tinggi yang menghancurkan salah satu kapal. Dari sudut atas secercah sinar matahari yang memantul ke gulungan ombak, lebih
memberikan tekanan suasana yang dramatis.
Walaupun Raden Saleh berada dalam bingkai romantisisme, tetapi tema-tema lukisannya kaya variasi, dramatis dan mempunyai
lan vital yang tinggi. Karya-karya Raden Saleh tidak hanya sebatas pemandangan alam, tetapi juga kehidupan manusia dan
binatang yang bergulat dalam tragedi. Sebagai contoh adalah lukisan Een Boschbrand (Kebakaran Hutan), dan Een
Overstrooming op Java (Banjir di Jawa), Een Jagt op Java (Berburu di Jawa) atau pada Gevangenneming van Diponegoro
(Penangkapan Diponegoro). Walaupun Raden Saleh belum sadar berjuang menciptakan seni lukis Indonesia, tetapi dorongan hidup
yang diungkapkan tema-temanya sangat inspiratif bagi seluruh lapisan masyarakat, lebih-lebih kaum terpelajar pribumi yang
sedang bangkit nasionalismenya.

Noto Soeroto dalam tulisannya Bi het100 Geboortejaar van Raden Saleh(Peringatan ke 100 tahun kelahiran Raden Saleh), tahu
1913, mengungkapkan bahwa dalam masa kebangkitan nasional, orang Jawa didorong untuk mengerahkan kemampuannya sendiri.
Akan tetapi, titik terang dalam bidang kebudayaan (kesenian) tak banyak dijumpai. Untuk itu, keberhasilan Raden Saleh
diharapkan dapat membangkitkan perhatian orang Jawa pada kesenian nasional.
2.

Mooi Indie

Seni Lukis Masa Mooi Indie ( Hindia Molek)


Penjelasan seni lukis karya Mooi Indie diatas :
A. Pengertian :
Mazhab atau cara pandang kolonialisme Belanda atas negeri jajahannya
yaitu Hindia Belanda ( Indonesia ) yang diasumsikan sebagai alam pedesaan
yang damai, adem ayem dan harmonis.

B.

Latar Belakang.

1. Munculnya usaha dari pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk


menciptakan Hindia Belanda yang adem ayem tanpa pemberontakan.
2. Adanya pengaruh penelitian Wallace yang mengatakan nusantara adalah
negeri yang tidak cepat berubah.
3. Ketertarikan seniman-seniman eropa pada keindahan alam Indonesia.
4. Adanya usaha dari pemerintah Hindia Belanda dan pelukis-pelukis asing
untuk mengeksploitasi keindahan alam nusantara untuk dijual kepada para
turis.

C.

Tema Seni Lukis Mooi Indie

1. Lanskap / Pemandangan Alam.

D.

Ciri-ciri Seni Lukis Mooi Indie

1. Objek lukisan didominasi oleh unsur gunung, sawah, dan pepohonan, kadang
juga air.
2. Cahaya dan warna-warni alam dilukis / digambarkan semirip aslinya.
3. Suasana keindahan alam dilebih-lebihkan.

E.

Tokoh-tokoh Pelukis Mooi Indie

1. A AJ Payen.
2. Arie Smith.
3. Raden Saleh
4. Van Dick.

5. R. Abdullah Suryosubroto
6. Mas Pirngadi.
7. Wakidi.
F.

Pengaruh Mooi Indie

1. Melahirkan seniman-seniman bercorak naturalis dan realis, seperti :


a. R. Basuki Abdullah
b. RM Sayid
2. Melahirkan corak lukisan Sokaraja Banyumas.
3. Memperkaya corak seni lukis Bali.
4. Menimbulkan penentangan terhadap Mooi Indie yang di pelopori oleh
S.Sudjojono yang pada akhirnya melahirkan PERSAGI ( Persatuan Ahli gambar
Indonesia ).
3. PERSAGI

Masa Cita Nasional Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono,
Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan pertama di Jakarta
ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern.
PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.Karya-karya seni
lukis masa PERSAGI antara lain :

a.) Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana
b.) S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.
c.) Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian
Hasil karya mereka mencerminkan :
d.) Mementingkan nilai-nilai psikologis;
e.) Tema perjuangan rakyat ;
f.) Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata;
g.) Memiliki kepribadian Indonesia ;
h.) Didasari oleh semangat dan keberanian;
1.

Affandi

Affandi dilahirkan di Cirebon pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di Ciledug, Cirebon.
Dari segi pendidikan, ia termasuk seorang yang memiliki pendidikan formal yang cukup tinggi. Bagi orang-orang segenerasinya,
memperoleh pendidikan HIS, MULO, dan selanjutnya tamat dari AMS, termasuk pendidikan yang hanya diperoleh oleh segelintir
anak negeri.
Namun, bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang telah menjadikan
namanya tenar sama dengan tokoh atau pemuka bidang lainnya.
Semasa hidupnya, ia telah menghasilkan lebih dari 2.000 karya lukis. Karya-karyanya yang dipamerkan ke berbagai negara di
dunia, baik di Asia, Eropa, Amerika maupun Australia selalu memukau pecinta seni lukis dunia. Pelukis yang meraih gelar Doktor

Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974 ini dalam mengerjakan lukisannya, lebih sering menumpahkan langsung
cairan cat dari tube-nya kemudian menyapu cat itu dengan jari-jarinya, bermain dan mengolah warna untuk mengekspresikan apa
yang ia lihat dan rasakan tentang sesuatu.
Dalam perjalanannya berkarya, pemegang gelar Doctor Honoris Causa dari University of Singapore tahun 1974, ini dikenal sebagai
seorang pelukis yang menganut aliran ekspresionisme atau abstrak. Sehingga seringkali lukisannya sangat sulit dimengerti oleh
orang lain terutama oleh orang yang awam tentang dunia seni lukis jika tanpa penjelasannya. Namun bagi pecinta lukisan hal
demikianlah yang menambah daya tariknya.
Kesederhanaan cara berpikirnya terlihat saat suatu kali, Affandi merasa bingung sendiri ketika kritisi Barat menanyakan konsep dan
teori lukisannya. Oleh para kritisi Barat, lukisan Affandi dianggap memberikan corak baru aliran ekspresionisme.
Kopi dari lukisan diri yang dibuat oleh pelukis Affandi sendiri.
Saat ini, terdapat sekitar 1.000-an lebih lukisan di Museum Affandi, dan 300-an di antaranya adalah karya Affandi. Lukisan-lukisan
Affandi yang dipajang di galeri I adalah karya restropektif yang punya nilai kesejarahan mulai dari awal kariernya hingga selesai,
sehingga tidak dijual.
Sedangkan galeri II adalah lukisan teman-teman Affandi, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal seperti Basuki
Abdullah, Popo Iskandar, Hendra, Rusli,Fajar Sidik, dan lain-lain. Adapun galeri III berisi lukisan-lukisan keluarga Affandi.
Di dalam galeri III yang selesai dibangun tahun 1997, saat ini terpajang lukisan-lukisan terbaru Kartika Affandi yang dibuat pada
tahun 1999. Lukisan itu antara lain "Apa yang Harus Kuperbuat" (Januari 99), "Apa Salahku? Mengapa ini Harus Terjadi" (Februari
99), "Tidak Adil" (Juni 99), "Kembali Pada Realita Kehidupan, Semuanya Kuserahkan KepadaNya" (Juli 99), dan lain-lain. Ada pula
lukisan Maryati, Rukmini Yusuf, serta Juki Affandi.

2.

Achmad Sadali (1924 -1987)

Dilahirkan di Garut Wetan, 29 Juli 1924. Ia menempuh pendidikan seni rupa di ITB, di bawah bimbingan Ries Mulder. Ia kemudian
memperoleh beasiswa dari Rockefeller Foundation untuk belajar ke Amerika Serikat.
Lukisan Achmad Sadali, Gunungan Emas, 1980 ini merupakan salah satu ungkapan yang mewakili pencapaian nilai religius

Hasil wawancara
Pada tanggal 26 februari 2013 kami wawancara ke musium mpu tantular
Pertanyaan 1
Guide

: bagaimana pembagian zaman kebudayaan di indonesia??

: diindonesia seni budaya dibagi menjadi beberapa tahapan atau zaman, yang pertama zaman prasejarah lalu zaman

hindu-budha, zaman peralihan, zaman penjajahan, zaman kemerdekaan, dan samai kezaman modern saat ini. Di musium ini
mempunyai beberpa koleksi pada zaman hindu-budha, zaman penjajahan, sampai zaman modrn. Kalau pada zaman pra sejarah
contohnya seperti lukisan lukisan pada gua.
Pertanyaan 2 : contoh hasil kebudayaan setiap zaman itu apa saja??
Guide

: kalau disini pada zaman hindu-budha ada patung-patung atau arca lalu perhiasan-perhiasan kerajaan, kitab-kitab dan

lain sebagainya. Kalau pada zaman penjajahan itu ada seperti meriam dan lain sebagainya; pada zaman peralihan itu sama dengan
zaman kerajaan kerajaan islam jadi peninggalan zaman peralihan yaitu seperti masjid, musik atau lagu lalu alat-alat musik lainnya,
dan pada zaman modrn yaitu seperti lukisan-lukisan musik-musik modern yang kita liat sehari-hari.
Pertanyaan 3 : pembagian seni itu apa saja??

Guide

: secara garis besar seni itu ada 2 jenis yaitu seni terapan dan seni murni, seni murni itu seperti seni lukis dan seni pahat,

kalau seni terapan seperti kesenian gerabah, seni cetak dan lain sebagainya.
Pertanyaan 4 : kalau batik itu termasuk seni apa??
Guide

: tentu termasuk seni terapan, kalau wayang itu bisa disebut seni murni dan seni terapan sehingga wayang itu

dikategorikan sebagai seni campuran.


Kami

: kalau begitu terima kasih bapak atas waktunya, sekian saja wawancara kami.

Guide

: iya sama sama.

PENUTUPAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Kirimkan Ini lewat Email

Anda mungkin juga menyukai