Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH SENI RUPA

DUNIA DAN INDONESIA

Nama : Alliana Lay Sukeiwan Pranoto


Kelas : X IPA 2
No Absen : 1

A. Sejarah Seni Rupa di Dunia

 Seni Lukis Zaman Prasejarah


Seni lukis terkait erat dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah
menunjukkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia
telah membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-
bagian penting dari kehidupan mereka.

 Seni Lukis Zaman Klasik


Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan mistisisme,
serta propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota Pompeii). Di
zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-
bentuk yang ada di alam.

 Seni Lukis Zaman Pertengahan


Akibat terlalu kuatnya pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis
menjadi jauh dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai
sihir yang bisa menjauhkan manusia dari pengabdian kepada Tuhan.
Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan realisme,
sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikategorikan
“bagus”. Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.

 Seni Lukis Zaman Renaissance


Berawal dari kota Firenze, setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli
sains dan kebudayaan (termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium
menuju ke daerah semenanjung Italia sekarang. Sains di kota ini tidak lagi
dianggap sihir, namun sebagai alat baru. Ilmu pengetahuan modern dan seni
membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap
kebudayaan baru Eropa. Perkembangan Seni Lukis di Indonesia

B. Sejarah Seni Rupa di Indonesia


Sejalan dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Seni rupa Islam
memberi sumbangsih tersendiri terhadap seni rupa Indonesia. Sebut saja seperti
Pahatan Kubur dan Masjid. Ada juga beberapa makam Islam tertua menggunakan
nisan bergaya islam. Batu nisan Hujarat ditemukan di Samudera Pasai dan Gresik.

Arsitektur masjid Indonesia pun berbeda dengan yang ada di negara Islam
lainnya. Bangunan lama mengikuti prinsip dasar bangunan kayu, serta memiliki
bangunan pendapa di bagian depan. Selain itu juga memiliki atap tumpang yang
memberikan ventilasi, dan penyangga berupa deretan tiang kayu.

Masjid-masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten, Demak, dan Kudus.


Bagian dalamnya berhias pola bunga, satwa, dan bangun berulang. Letak piring-
piring China, Vietnam, dan Thailand digunakan untuk menyamakan lantai berwarna
yang ditemukan di masjid Timur Tengah dan Moghul, India.

Salah satu yang menjadi unsur penting dalam seni hias Islam adalah kaligrafi
Islam atau Arab. Sementara itu, kaligrafi Indonesia sebagian besar mendapat
pengaruh seni kaligrafi Arab. Benda-benda upacara di istana-istana, seperti belati,
tombak, pedang, dan panji-panji banyak juga yang berhias kaligrafi.

Selain itu, hiasan kaligrafi juga terlihat pada lukisan kaca dan ukiran kayu
pada dinding-dinding istana. Tokoh dalam kesenian Wayang juga ada yang
diperindah dengan ragam hias kaligrafi untuk menyamarkan bentuk manusianya.

Periode Seni Rupa Modern


Seni rupa modern bisa bermakna seni rupa pembaruan dengan hasil kreativitas sebagai
upaya penciptaan karya baru yang di dalamnya meliputi estetika, karakter, inovasi, dan
originalitas. Terdapat beberapa periode perkembangan untuk seni rupa modern di
Indonesia, sebagai berikut :

Periode Perintis (1826-1880)


Bermula dari pelukis Raden Saleh yang merintis kemunculan seni rupa modern berbekal
pengalaman belajar melukis di luar negeri seperti di Belanda, Jerman dan Perancis.
Sebagian besar karyanya memiliki corak romantis dan naturalis.

Periode Indonesia Jelita / Indie Mooi (1878-1900an)


Periode ini sebagian besar pelukisnya menggambarkan kemolekan dan keindahan
obyek alam. Ini merupakan lanjutan dari periode perintis yang sempat vakum
sepeninggalnya Raden Saleh.

Dalam periode ini muncul seniman Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-
anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis
Indonesia yang lain di antaranya adalah Pirngadi, Henk Ngantung, Suyono, Suharyo,
Wakidi, dll.

Periode Persagi (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia)


Periode masa pergolakan dan perjuangan Indonesia untuk mendapatkan hak yang
sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Pergolakan terjadi di segala bidang tidak terkecuali
bidang kesenian. Dalam periode ini bisa kita jumpai nama pelukis S. Sudjojono sebagai
pelopor pendirian PERSAGI.

Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari corak
Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan
sekedar kecakapan melukis melainkan melukis dengan tumpahan jiwa.
Karya-karya S. Sudjojono (Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan, Bunga
kamboja), karya Agus Jayasuminta (Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman
Nirwana), karya Otto Jaya (Penggodaan, Wanita impian).

Periode Pendudukan Jepang


Kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam kelompok Keimin Bunka Shidoso.
Tujuannya adalah untuk propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya.
Pendirinya adalah tentara Dai Nippon dalam pengawasan seniman Indonesia, seperti
Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung, dll.

Untuk kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-
tokoh yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno,
Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur.

Khusus yang menangani seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang
bergabung dalam PUTRA adalah Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll. Pada
masa ini para seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya
dari Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Otto
Jaya, dll.

Periode Akademi (1950)


Pengembangan seni rupa melalui pendidikan formal. Lembaga pendidikan yang
bernama ASRI yang berdiri tahun 1948. Pada tahun 1950 lembaga tersebut mulai
membuat rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-seniman dan calon guru gambar.
Pada tahun 1959 di Bandung di buka jurusan seni rupa ITB, kemudian di buka jurusan
seni rupa di semua IKIP di seluruh Indonesia.

Periode Seni Rupa Baru


Pada sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis di Indonesia.
Kelompok ini menampilkan corak baru dalam seni lukis Indonesia yang mencoba
membebaskan diri dari batasan-batasan yang telah ada sebelumnya.
Konsepnya adalah tidak membedakan disiplin seni dan menghilangkan sikap seseorang
dalam mengkhususkan penciptaan seni. Mereka mendambakan kreatifitas baru dan
membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan serta bersifat
eksperimental.

Anda mungkin juga menyukai