Anda di halaman 1dari 27

Seni Rupa Tradisional Indonesia

Browse » Home » Seni » Perkembangan Seni Rupa di Indonesia

Perkembangan Seni Rupa di Indonesia

A. Seni Rupa Tradisional Indonesia

Perkembangan seni rupa tradisional Indonesia sudah dimulai sejak zaman prasejarah. Meskipun tidak
ada orang yang tahu secara pasti kapan dimulainya zaman prasejarah. Periodesasi zaman prasejarah di
Indonesia di bagi menjadi beberapa periode di antaranya : zaman batu dan zaman logam. Kedua zaman
prasejarah ini, sama-sama memiliki karya seni rupa ( tradisional ) hal itu dapat di buktikan dengan
adanya peninggalan-peninggalan yg berupa karya seni rupa yg bersipat tradisional seperti kapak
genggam, gelang, kalung, tembikar bahkan ada lukisan.

Khusus mengenai lukisan tersebut, pertama kali di temukan di gua leang-leang sulawesi dan lukisan
tersebut berupa penjiplakan telapak tangan pada dinding gua. Selain lukisan telaapak tangan,juga
terdapat gambar binatang berupa gambar babi yang sedang meloncat dengan kondisi leher terluka.

1. Zaman Batu /Seni Rupa Zaman Batu

a. Seni Rupa Zaman Poleolitikum( Batu Tua )

Karya peninggalanya :

• Kapak gengam ( chopper )

• Batu berwarna ( Chalcedon )

• Lukisan tangan dan babi

b. Seni Rupa Zaman Meseolitikum ( Batu tengah)


Karya peninggalannya :

• Mata panah

• Batu penggiling

• Kapak batu

c. Seni Rupa Zaman Neolitikum ( Batu Muda/Dasar Kebudayaan Bangsa Indonesia)

Karya peninggalannya :

• Kapak persegi

• Kapak lonjong

• Gelang

• Kalung

• Cincin dari batu berwarna

• Tembikar ( pengaruh masuknya bangsa cina ke Indonesia

d. Seni Rupa Zaman Megalitikum( Batu Besar )

Karya peninggalannya :

• Menhir

• Dolmen Kubur batu

• Keranda batu (sarcopagus)

• Punden berundak

• Arca batu

2. Seni Rupa Zaman Logam


Zaman logam di Indonesia dimulai sejak tahun 500 SM, yaiitu sejak kebudayaan indo-cina masuk ke
Indonesia. Kebudayaan logam di Indonesia hanya mengalami zaman perunggu. Berikut adalah beberapa
peninggalan seni rupa zaman perunggu :

• Gendering perunggu

• Kapak perunggu

• Bejana perunggu

• Ragam hias

Dari peninggalan benda-benda di atas, maka jelas sejak zaman prasejarah orang Indonesia sudah
mengenal seni rupa meskipun masih sangat sederhana. Seni rupa tradsional Indonesia khususnya zaman
prasejarah, selain untuk keperluan bertahan hidup, benda-benda karya seni mereka cenderung
digunakan untuk kepentingan pemujaan (magis), seperti lukisan telapak tangan di gua leang-leang.

Lukisan telapak tangan tersebut diduga sebagai lambang rasa duka cita atas meninggalnya keluarga
mereka. Kemudian lukisan babi yang terluka diartikan sebagai lambang pengharapan agar perburuan
mereka berhasil.

3. Seni Rupa Zaman Hindu-Budha.

Zaman Hindu-Budha merupakan babak baru periodesasi kebudayan di Indonesia. Zaman ini juga di
katakana sebagai akhir dari zaman prasejarah dan menjadi awal zaman sejarah. Hal ini di buktikan
dengan adanya penemuan tulisan. Masa inipun sering dikatakana sebagai masa klasik. Peninggalan
karya seni rupa pada masa Hindu-Budha yaitu prasasti dan candi. Prasasti adalah batu yang berisi
sebuah tulisan tentang sesuatu peristiwa atau upacara tertentu yang dilakukan oleh orang-orang di
lingkungan kerajaan.

Pada zaman Hindu-Budha,banyak sekali kerajaan yang berdiri, mulai dari kerajaan kecil sampai kerajaan
besar. Hampir semua kerajaan memiliki peninggalan yang berupa prasasti. Berikut adalah beberapa
prasasti peninggalan kerajaan-kerajaan pada masa Hindu-Budha.

1. Prasasti ciaruteum yang bergambar telapak kaki (Kerajaan Tarumanegara)

2. Prasasti kedukan bukit ( 683),menyebutkan kemenangan Raja Dapunta hyang (Kerajaan Sriwijaya)
3. Prasasti canggal di Gunung Wakir (732), menyebutkan Banga Sanjaya membangun sebuah lingga di
daerah Kunjara Kunya di jawa Dwipa (Kerajaan Mataram Kuno)

4. Prasasti tukmas di lereng Gunung Merbabu,menyebutkan adanya mata air dari sumber yang dapat di
samakan dengan sungai gangga (Kerajaan Kaling)

Selain prasasti yang di sebutkan di atas, masih banyak lagi peninggalan kerajaan yang berkembang pada
masa Hindu-Budha. Candi merupakan peninggalan zaman Hindu-Budha yang paling megah dan agung,
karena orang zaman klasik membangunnya untuk tujuan yang agung yaitu untuk kegiatan spiritual.

Candi berasal dari kata” Candika Gerha” yang artinya rumah dewi candika. Dewi Candika disebut juga
Dewi Durga atau Dewi Maut. Orang membangun candi dengan harapan mendapat pertolongan dari
dewi durga dalam kematianya sehingga candi kebanyakan berfungsi sebangai kuburan raja-raja. Pada
perkembangan selanjutnya, Fungsi candi menjadi bermacam-macam di antaranya sebangai berikut :

1. Sebagai hiasan (Candi Sari)

2. Sebagai kuburan Abu Jenazah (Candi Budha)

3. Sebagai Pemujaan (Candi penataran)

4. Sebagai tempat Semedi (Candi Jalatunda)

5. Sebagai Pemandian (Candi Belahan)

6. Sebagai Gapura (Candi Bajang Ratu)

Seperti halnya zaman Hindu-Budha, zaman Islam juga memiliki peninggalan karya seni rupa yang cukup
megah. Hasil karya seni rupa zaman Islam berupa arsitektur dan seni hias

Seni Arsitektur meliputi

• Masjid

• Makam

• Istana

Seni hias meliputi


• Seni ukir

• Seni kaligrafi (arab)

• Seni wayang

• Seni batik

• Seni lukisSeni Rupa Moderen

Seni rupa moderen merupakan babak baru dalam perkembangan seni rupa. Menurut konsepnya, karya
seni rupa tidak lagi menjadi simbol-simbol kehidupan yang kaku, namun ia lebih cenderung menjadi
pengungkap ekspresi dan nilai seorang seniman secara bebas. Perkembangan seni rupa Indonesia
modern terbagi dalam beberapa babak / periodesasi.

a. Masa Raden Saleh (Perintisan)

Raden Saleh Syariep Bustaman adalah putra seorang bangsawan. Ketika umurnya 10 Tahun (1817)
beliau di serahkan oleh pamannya kepada belanda untuk dididik menjadi pegawai. Pada tahun 1826,
beliau mendapat pelajaran menggambar dari A.A.J. Payen, seorang pelukis dari Belgia. Payen meminta
Jendral V. Der Capelen untuk memberi izin kepada Raden Saleh untuk meneruskan pelajaran di negeri
Belanda. Cornelius Krusemen dan pelukis pemandangan yang bernama Andrean Schelf Vernet menjadi
guru beliau.

Raden Saleh tinggal di kota Dresden (Jerman) selama 5 tahun dan lukisanya banyak disukai oleh orang-
orang di sana dan beliaupun dikenal sebagai pelukis ‘potret’ yang handal. Setelah 10 tahun berkelana di
Eropa, Raden Saleh kembali ke Indonesia bersama istrinya Ny.Winkelman pada tahun 1851. Raden Saleh
Syarief Bustaman merupakan orang Indonesia yang pertama merintis jalan menuju seni rupa indonesia
moderen meskipun corak lukisanya romantis, naturalis dan bergaya Barat.

Beberapa Karya Raden Saleh :

a. Antara hidup dan mati (pertarungan seekor banteng dengan seekor singa)

b. Berburu banteng di jawa


c. Merapi yang meletus

d. Banjir

e. Perkelahian dengan singa,dll

b. Masa Indonesia Jelita (Indie Mooi) 1878

Beberapa pengamat seni menilai bahwa masa Indie Mooi menghasilkan karya-karya lukisan yang
bersifat turistik, dengan “Gaya Denting” yaitu melukis dengan merekam langsung obyek-obyek
pemandangan di sekitarnya dengan pelukisan naruralistik. Dan romatik. Lukisan-lukisan era Indie Mooi
hanya menyenangkan secara visual, serba indah namun miskin kreativitas dan tidak menghayati subyek
yang di lukisnya, karena mereka terkena getah kesuraman seni lukis Belanda yang diakibatkan oleh
peperangan Napoleon di Eropa yang tak kunjung padam.

Tokoh seniman dari masa Indie Mooi adalah Abdullah Soro Subroto, putra dari Dr.Wahidin Sudiro
Husodo. Abdullah Soro Subroto dikenal dengan sebutan Abdullah S.R yang kemudian diikuti oleh anak-
anaknya untuk menjadi seniman di antaranya Sujono Abdullah, Basuki Abdullah, Tijito
Abdullah,sedangkan pelukis lainnya ada Pirngadi, Henk Ngantung,Lee Man Fong, dll.

Beberapa lukisan masa Indie Mooi:

1. Pemandangan di sekitar gunung merapi(Abdullah S.R)

2. Pelabuhan ratu(pirngadi)

3. Balik ke alam (Basuki Abdullah)

4. Gadis Thailand

5. Gadis solo

c. Masa Cita Nasional


Pada masa ini, kesenian indonesia sedang berusaha untuk mencari ciri khas kesenian Nasional. S.
Sudjojono adalah figur yang meledak-ledak dibakar rasa Nasionalisme dan tidak puas dengan kehidupan
seni rupa.

Pada masa Indie Mooi semua lukisan serba indah, karena hal ini, dianggap mengingkari kenyataan yang
ada di Indonesia. S.Sudjono bersama rekan-rekanya mendirikan sebuah organisasi yang bernama
PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia) dan diketuai oleh Agus Jayasuminta.

Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di kalangan bangsa Indonesia dengan mencari gaya
indonesia asli. Kelompok pelukis Persagi lebih mementingkan penumpahan jiwa dan isi hati pada karya
bukan teknik dan bahan seperti yang diutamakan oleh para pelukis masa Indie Mooi.

Berikut adalah beberapa karya lukisan Masa Cita Nasional :

a. Karya Sudjono

• Di depan kelambu terbuka

• Sayang saya bukan anjing

• Bunga kamboja

b. Karya Agus Jayasuminta

• Barata yudha

• Arjuna wiwaha

• Dalam taman nirwana, dll.

c. Karya Otto Jaya

• Wanita impian

• Penggodaan, dll
d. Masa Pendudukan Jepang

Pada masa ini di dirikan sebuah kelompok lukis oleh jepang yang bernama Keimin Bunka Shidoso dengan
sebagai propaganda pembentuk ke kaisaran Asia Timur Raya. Pada masa ini juga berdiri sebuah
organisasi yang di bentuk oleh 4 serangkai yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Kihajar dewantara, KH. Mas-
mansur.Perkumpulan ini bernama PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat) dan di tangani oleh S.Sudjojono dan
Affandi tetapi organisasi ini di bubarkan oleh jepang pada tahun 1944 dan S.Sudjojono mengajar di
keimin Bunka Shidoso.

e. Masa Sesudah Kemerdekaan

Pada masa ini banyak sekali organisasi yang bergerak di bidang seni rupa (lukis) bermunculan di
antaranya SIM (Seniman Indonesia Muda), Pelukis rakyat, Taman Siswa dll. Semua organisasi ini
mencetuskan sebuah organisasi baru yang bernama ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia).

f. Masa Pendidikan Formal

Masa Pendidikan Formal, Indonesia banyak meresmikan pusat pendidikan seni rupa untuk mencetak
para seniman di antaranya ASRI, Balai Perguruan Tinggi ,Guru Gambar, ITB, dll.

g. Masa Seni Rupa Baru Di Indonesia

Masa Seni Rupa Baru di Indonesia di mulai pada tahun 1974 dengan munculnya kelompok baru dari
kalangan seniman muda
Seni Rupa Modern

1. Pengertian Seni Rupa Modern

Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah,
namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa. Seni rupa modern adalah suatu
karya seni rupa yang merupakan hasil kreativitas untuk menciptakan karya yang baru atau dengan kata
lain karya seni rupa pembaruan.

Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga standar nilai estetik yang kini sedang terancam oleh
metode permasalahan Seni modern dengan melahirkan Conceptual Art atau Seni Konseptual merupakan
gerakan dalam menempatkan ide, gagasan atau konsep sebagai masalah yang utama dalam seni.
Sedangkan bentuk, material dan objek seninya hanyalah merupakan akibat/efek samping dari konsep
seniman.

2. Ciri-ciri dan Unsur Modernisme (Desain dan Seni Rupa)

1) Ciri-ciri seni modern (Desain dan Seni Rupa)

Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi, tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya
tidak terbatas.

Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu.

Minimalis

Rasionalitas/Rationality

Dominan bentuk-bentuk geometris

Tidak ada unsur ornament

Universal

Fungsionalitas diprioritaskan

Orisinalitas/kemurnian/purity

Penguatan dalam konsep

Kreativitas
Memutus hubungan dengan sejarah

2) Unsur-unsur Modernisme

Eksperimen

Pembaruan (Inovation)

Kebaruan (Novelty)

Orisinalitas

3. Fungsi dan Tujuan Seni Modern

1) Memberi warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara fisik maupun psikis

Fisik :

Munculnya bentuk-bentuk desain arsitektur yang baru dan desain-desain lainnya seperti alat-alat
transportasi, fashion dll

Psikis :

Mengurangi kejenuhan penikmat karya seni, karena muncul berbagai aliran baru seperti pada seni lukis
dan cabang seni lainnya.

2) Meningkatkan popularitas para seniman, karena seni modern selalu menyertakan nama
senimannya pada setiap karya yang diciptakan.

3) Memberikan kemudahan masyarakat, karena banyak penemuan-penemuan baru dari hasil


eksperimen para seniman modern.

4. Sejarah Seni Rupa Modern


Pada perkembangan seni lukis modern dengan pengekspresian karya seni lukis secara estetis inilah
karya seni menjadi sangat produktif dan kreatif, sedangkan tokoh-tokohnya sangat banyak baik di
Indonesia maupun dimanapun tempat di dunia ini. Abad ke 19 merupakan periode pertama yang penuh
arti dalam sejarah seni lukis modern. Pada masa itu bermunculan berbagai macam corak dan gaya seni
lukis yang secara tidak langsung membedakan dengan sebelumnya. Yang menjadi pusatnya mula-mula
adalah Perancis dengan kota Parisnya. Kemudian Amerika Serikat dengan New York-nya juga memegang
peranan penting.Bila dipakai periodisasi sejarah seni rupa modern barat menurut Canaday, mulai dari
David dengan aliran neoklasikisme, romantisisme kelompok Barbinson, realisme, impresionisme.
Kemudian disusul dengan munculnya aneka ragam gaya lukisan abad ke 20 seperti fauvisme, Die Bruke,
Der Balu Reiter, kubisme, suprematisme, obyektivitas baru, optical art, neo-dadaisme, dan sebagainya.

Kemudian di Inggris dan Amerika Serikat lahir pop-Art, yakni untuk menyebut kecendrungan
internasional diantara pelukis dan pematung yang mengembalikan ide-ide mereka ke dunia obyek yang
bisa diraba, sebagai reaksi terhadap semua jenis yang abstrak.Kadang juga pop-art disebut realisme
baru.Aliran ini menggambarkan kecendrungan menggunakan benda-benda seperti boneka, mesin-
mesin, botol dan kaleng minuman serta barang rongsokan.

Ditinjau dari penggunaan material atau media pengungkapan nilai-nilai ide ekspresi estetis, sesuai denga
tuntutan zamannya.Seniman-seniman kreatif telah memanfaatkan dan mengeksploitasi bahan dan
teknik-teknik baru hasil kemajuan ilmu dan teknologi abad ke 20. Seni lukis modern merupakan ekspresi
estetis dari segala macam ide yang bisa diwujudkan oleh pelukis dalam bentuk-bentuk yang kongkrit
dimana kebebasan serta sikap bathin pelukis sangat menentukan proses pembuatan lukisan.

Sesudah pop-art, berkembang pula aliran baru yang dikenal dengan nama environtment-art dan
happening-art, sebagai penemuan dan pembaharuan akibat perkembangan teknologi yang mau tidak
mau membawa pengaruh besar di bidang seni rupa.

Di Indonesia

Pada waktu Eropa dilanda pergolakan melawan tradisi, Indonesia masih dalam suasana perjuangan
melawan penjajah, sehingga sulit mencari tanda kelahiran seni lukis modern, ada yang menganggap
bahwa seni lukis modern Indonesia dimulai dari Raden Saleh, karena ia merupakan pelukis yang
mendapat pendidikan di barat dan dipengaruhi pelukis romantik Perancis Delacroix. Jadi sesudah
zamannya David yang merupakan permulaan seni lukis modern.

Lukisan bertema keindahan Indonesia (Mooi Indie) berlangsung sekitar 1920-1938 bisa dianggap sebagai
seni lukis modern dalam sejarah senirupa Indonesia. Lukisan-lukisan bertema pemandangan dengan
teknik dan perspektif yang berkesan tiga dimensi tidak dikenal dalam senilukis yang ada sebelumnya.

Periode berikutnya, lukisan karya pelukis yang terhimpun dalam Persatuan Ahli Gambar Indonesia atau
disingkat Persagi (1932-1947). Lukisan mereka dianggap sebagai senilukis modern. Tokoh yag sangat
dikenal dalam perhimpunan ini adalah pelukis Sudjojono, yang dijuluki sebagai bapak senilukis modern
Indonesia. Karya mereka merupakan ekspresi pribadi, mengungkapkan kreativitas dan kebaruan.

Pelukis zaman Jepang (1942-1945) pelukis zaman Jepang juga dianggap sebagai karya senilukis modern.
Karya para pelukis zaman ini banyak digunakan untuk propaganda perang, namun corak dan temanya
merupakan ekspresi pribadi yang memuat nilai kebaruan dan kreativitas pelukisnya.

Pelukis era Sanggar (1945-1950) yang banyak muncul setelah Indonesia merdeka juga mengekspresikan
ide-ide pribadi pelukisnya. Mereka adalah pelukis otodidak yang belajar di sanggar-sanggar, pada zaman
itu belum didirikan sekolah tinggi seni. Lukisan-lukisan mereka memuat kebaruan dan kreativitas
sehingga bisa dikategorikan sebagai lukisan modern.

Pelukis Akademis (1950) adalah pelukis yang telah belajar di perguruan tinggi seni. Setelah tahun
1950an berdiri Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Yogyakarta dan Departemen Seni Rupa di ITB
Bandung. Para pelukis lulusan sekolah seni mengekspresikan gagasan-gagasan individu pelukisnya.
Mereka mengekspresikan kebaruan dan kreativitas. Kecenderungan waktu itu, para pelukis Yogyakarta
cenderung menciptakan lukisan realis. Adapun pelukis Bandung cenderung melukis abstrak atau
bertema keagamaan (kaligrafi).

Daya dorong kearah perkembangan ekspresi estetis yang kreatif dan orisinal dimulai sejak tahun
1922.Para perintisnya adalah Sudjojono, Basuki Reksobowo, Rusli, Abas Alibasyah. Corak lukisannya
bermacam-macam sesuai dengan dinamika kreatifitasnya. Dimasa kini, bila seorang pelukis melihat
suatu obyek, maka lukisan yang dihasilkan tidak mesti obyek yang menimbulkan ide.Ia bebas mengolah
menurut kreatifitasnya, menurut ekspresi estetisnya.
Pada masa kini seni lukis modern Indonesia bercorak abstrak. Namun perlu dijelaskan bahwa untuk
disebut modern sebuah lukisan tidak harus abstrak. Berbagai gejala yang timbul di Indonesia sebetulnya
bagaikan refleksi yang telah terjadi di barat, walaupun dari segi isi atau temanya berbeda.
Perkembangan seni lukis Indonesia ditandai dengan beberapa periodisasi, dimana sebetulnya pada masa
pertentangan ideologi sudah banyak pelukis yang melukis dengan objek-objek lukisan abstrak.

Seni lukis modern di Indonesia kini berkembang pesat. Sejumlah lukisan berhasil memenangkan
kompetensi senilukis tingkat internasional. Patron seni lukis modern adalah para kolektor lukisan,
pedagang lukisan atau pecinta lukisan dari masyarkakat biasa.Kini seni lukis modern memberi
kemungkinan yang tak terbatas, demikian pula material hasil industri teknologi yang banyak
mempengaruhi ekspresi estetis seniman dalam perkembangan seni lukis modern.

5. Aliran-aliran Seni Rupa

1) Aliran Neo-Klasik

Pecahnya revolusi Perancis pada tahun 1789, merupakan titik akhir dari kekuasaan feodalisme di
Perancis yang pengaruhnya terasa juga ke bagian-bagian dunia lainnya. Revolusi ini tidak hanya
perubahan tata politik dan tata social, tetapi juga menyangkut kehidupan seni. Para seniman menjadi
bebas dalam memperturutkan panggilan hati masing-masing, dimana mereka berkarya bukan karena
adanya pesanan, melainkan semata-mata ingin melukis saja.

Maka dengan demikian mulailah riwayat seni lukis modern dalam sejarah yang ditandai dengan
individualisasi dan isolasi diri. Jacques Louis David adalah pelukis pertama dalam babakan modern. Pada
tahun 1784, David melukiskan “SUMPAH HORATII”. Lukisan ini menggambarkan Horatius , bapak yang
berdiri di tengah ruangan sedang mengangkat sumpah tiga anak laki-lakinya yang bergerombol di kiri,
sementara anak perempuannya menangis di sebelah kanan.

Lukisan ini tidak digunakan untuk kenikmatan, melainkan untuk mendidik, menanamkan kesadaran
anggota masyarakat atas tanggung jawabnya terhadap Negara. J.L. David merupakan pelopor aliran
Neo-Klasik, dimana lukisan Neo-Klasik bersifat Rasional, objektif, penuh dengan disiplin dan beraturan
serta bersifat klasik.

Ciri-ciri Lukisan Neo-Klasik :


a.Lukisan terikat pada norma-norma intelektual akademis.

b.Bentuk selalu seimbang dan harmonis.

c.Batasan-batasan warna bersifat bersih dan statis.

d.Raut muka tenang dan berkesan agung.

e.Berisi cerita lingkungan istana.

f.Cenderung dilebih-lebihkan.

Tokoh penerus J.L. David dalam Neo-Klasik adalah JEAN AUGUAST DOMINIQUE INGRES (1780-1867)

2) Aliran Romantik

Aliran Romantik merupakan pemberontakan terhadap aliran Neo-Klasik, dimana Jean Jacques Rousseau
mengajak kembali pada alam, sebagai manusia yang tidak hanya memiliki pikiran tetapi juga memiliki
perasaan dan emosi.

Lukisan-lukisan romantik cenderung menampilkan :

Hal yang berurusan dengan perasaan seseorang (sangat ditentang dalam aliran Neo- Klasik)

Eksotik, kerinduan pada masa lalu


Digunakan untuk perasaan dari penontonnya

Kecantikan dan ketampanan selalu dilukiskan

Ciri-ciri aliran Romantis :

a.Lukisan mengandung cerita yang dahsyat dan emosional.

b.Penuh gerak dan dinamis.

c.Warna bersifat kontras dan meriah.

d.Pengaturan komposisi dinamis.

e.Mengandung kegetiran dan menyentuh perasaan.

f.Kedahsyatan melebihi kenyataan.

Tokoh-tokohnya antara lain :Eugene Delacroix, Theodore Gericault, Jean Baptiste, Jean Francois Millet

Tokoh yang betul-betul pemberontak dan pertama kali menancapkan panji-panji romantisme adalah
Teodore Gericault (1791-1824) dengan karyanya yang berjudul “RAKIT MENDUSA”. Romantisme berasal
dari bahasa Perancis “Roman” (cerita), sehingga aliran ini selalu melukiskan sebuah cerita tentang
perbuatan besar atau tragedy yang dahsyat.

3. Aliran Realisme
Realisme merupakan aliran yang memandang dunia tanpa ilusi, mereka menggunakan penghayatan
untuk menemukan dunia. Salah seorang tokoh Realisme yang bernama “Courbet” dari Perancis
mengatakan :

“TUNJUKANLAH KEPADAKU MALAIKAT, MAKA AKU AKAN MELUKISNYA, artinya ia tidak akan melukis
sesuatu yang tidak ditunjukkan kepadanya (sesuatu yang tidak real/nyata). Aliran Realisme selalu
melukiskan apa saja yang dijumpainya tanpa pandang bulu dan tanpa ada idealisasi, distorsi atau
pengolahan-pengolahan lainnya. Gustave Courbet (1819-1877) memandang bahwa lukisan itu pada
dasarnya seni yang kongkrit. Lukisan-lukisan Courbet selalu menampilkan kenyataan hidup yang pahit
seperti “Lukisan Pemecah Batu” dll.

Tokoh : Jean Francois, Millet dan Honore Daumier.

4. Aliran Naturalisme

Aliran Naturalisme adalah aliran yang mencintai dan memuja alam dengan segenap isinya. Penganut
aliran ini berusaha untuk melukiskan keadaan alam, khususnya dari aspek yang menarik, sehingga
lukisan Naturalisme selalu bertemakan keindahan alam dan isinya. Monet merupakan salah satu tokoh
pelukis Naturalisme, tetapi terkadang lukisannya mendekati Realisme. Meskipun lukisan Naturalistiknya
Monet yang mendekati Realisme, tetapi sangat berbeda dengan lukisan Gustave Courbert sebagai tokoh
realisme.

Realismenya Courbert bersifat sosialistik yang moralitasnya cukup tinggi, sedangkan realismenya Monet
cenderung melukiskan yang indah-indah dan amoral, karena prinsip Monet adalah “seni untuk
kepentingan seni, bukan untuk apapun. Para pelukis Naturalisme sering dijuluki sebagai pelukis
pemandangan. Tokoh Naturalisme yang berasal dari Inggris adalah Thomas Gainsbrough (1727-1788).

Tokohnya antara lain John Constable, William Hogart, Frans Hall.

5. Aliran Impresionis
Apabila ada orang mendengar istilah Impresionisme, maka asosiasi mereka biasanya tertuju pada
lukisan-lukisan yang impresif, yaitu lukisan yang agak kabur dan tidak mendetail. Claud Monet bukan
tokoh impresionisme, tetapi aliran impresionisme banyak diilhami oleh penemuan-penemuan Claud
Monet dalam setiap lukisannya. Seorang tokoh impresionisme dari Prancis bernama Piere Auguste
Renoir (1841-1919).

Pelukis ini sangat gemar melukis wanita, baik dalam kondisi berpakaian maupun tanpa busana. Lukisan
impresionis sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, karena melukis dilakukan di luar studio. Lukisan
impresionis biasanya tidak mempunyai kontur yang jelas dan nampak hanya efek-efek warna yang
membentuk wujud tertentu.

Tokohnya : Eduard Manet, Claude Monet,Auguste Renoir, Edward Degas dan Mary Cassat.

6. Aliran Ekspresionisme

Pada tahun 1990-an, para pelukis mulai tidak puas dengan karya yang hanya menonjolkan bentuk-
bentuk objek. Mereka mulai menggali hal-hal yang berhubungan dengan batin, sehingga muncullah
aliran ekspresionisme. Vincent Van Gogh (1850) adalah tokoh yang menjadi tonggak kemunculan aliran
ekspresionisme dan tokoh lain yang mengikuti adalah Paul Cezanne, Paul Gauguin, Emil Nolde dan di
Indonesia yaitu Affandi. Ekspresionisme merupakan aliran yang melukiskan aktualitas yang sudah
didistorsikan ke arah suasana kesedihan, kekerasan ataupun tekanan batin.

Pelopornya adalah Vincent Van Gogh, Paul Klee, Emile Nolde, W . Kandinsky, dan Edvard Munch.

7. Aliran Fauvisme

Nama fauvisme berasal dari bahas Prancis “Les Fauves”, yang artinya binatang liar. Aliran fauvisme
sangat mengagungkan kebebasan berekspresi, sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras
dengan aslinya seperti pohon berwana 0ranye/jingga atau lainnya. Lukisan-lukisan fauvis betul-betul
membebaskan diri dari batasan-batasan aliran sebelumnya.
Pelukis fauvisme cenderung melukis apa yang mereka sukai tanpa memikirkan isi dan arti dari sebuah
lukisan yang dibuat. Maurice De Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme yang banyak terinspirasi oleh
goresan warna Vincent Van Gogh, sampai-sampai ia berkata,” Saya lebih mencintai Van Gogh dari pada
Ayah saya.”

Tokoh-tokohnya antara lain Henry Matisse, Andre Derain, Maurice de Vlaminc.

8. Aliran Kubisme

Aliran kubisme dilatar belakangi oleh konsep Paul Cezanne yang mengatakanbahwa bentuk dasar dari
segala bentuk adalah silinder , bola, balok dan semua bentuk yang ada di dalam di pengaruhi oleh
perspektif, sehingga bidang tertuju pada satu titik tengah. Karya Picasso menjadi insfirasi kemunculan
karya- karya kubisme, karena motif geometris digunakan oleh Picasso.

Lukisan kubisme mengedepankan bentuk-bentuk germetris. Tokoh kubisme yang sangat terkenal adalah
Picasso dan Paul Cezanne, tetapi di samping kedua tokoh ini masih banyak tokoh lain yg menganut
Kubisme seperti Juan Gris dll.

9. Aliran Abstraksionisme

Aliran Abstraksionime adalah aliran yg berusaha melepaskan diri dari sensasi-sensasi atau asosiasis
figuratif suatu obyek. Aliran Abstraksionis di bedakan menjadi dua yaitu.

1) Abstrak kubistis, yaitu abstrak dalam bentuk geometrik murni seperti lingkaran kubus dan segi
tigaTokoh aliraran ini berasal dari Rusia yaitu Malivich [1913]

2) Abstrak Nonfiguratif, yaitu abstrak dalam arti seni lukis haruslah murni sebagai ugkapan perasaan, di
mana garis mewakili garis ,warna mewakili warna dan sebagainya. Bentuk alami ditinggalkan sama
sekali. Tokohnya adalah Wassily kadinsky, Naum Goba.
10. Aliran Futuris

Aliran Futuris muncul di Itali pada tahun 1909, sebagai reaksi terhadap aliran kubisme yang dianggap
dinamis penuh gerak, karena itu temanya cenderung menggambarkan kesibukan-kesibukan
seperti,pesta arak-arakan, perang dll.

Tokoh aliran ini antara lain Carlo Carra, Buido Severini, Umbirto Boccioni, F.T Marineti

11. Aliran dadaisme

Aliran dadaisme merupakan pemberontak konsep dari konsep aliran sebelumnya. Aliran ini mepunyai
sikap memerdekakan diri dari hukum-hukum seni yg telah berlaku. Ciri aliran ini sinis, nihil dan berusaha
meleyapkan ilusi. Aliran ini dilatar belakangi oleh perang dunia pertama yg tak kunjung berhenti.

Perang yg tak kunjung padam memberi kesan hilangnya nilai sosial dari nilai estetika di muka bumi,
sehinga pandangan dadaisme tidak ada estetika dalam karya seni. Tokoh Dadisme adalah Paul klee,
Scwitters Tritan Tzara, Maron Janco dll.

12. Aliran Surealisme

Aliran surealis banyak di pengaruhi oleh teori analisis psikologis. Sigmund Freud mengenai ketidak
sadaran dalam anatomisme dan impian. Surealisme sering tampil tidak logis dan penuh fantasi, seakan-
akan melukis dalam mimpi.

Tokoh surealis yaitu Salvador Dali, Maxt Ernest, Jona Mirod

5. Seniman Seni Rupa Modern Indonesia

1) Affandi Koesoema
Lukisan Affandi yang menampilkan sosok pengemis ini merupakan manifestasi pencapaian gaya
pribadinya yang kuat. Lewat ekpresionisme, ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan empati
yang tumbuh lewat proses pengamatan dan pendalaman. Setelah empati itu menjadi energi yang
masak, maka terjadilah proses penuangan dalam lukisan seperti luapan gunung menuntaskan gejolak
lavanya. Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis lukisanya memunculkan energi yang meluap juga
merekam penghayatan keharuan dunia bathinnya.

Dalam lukisan ini terlihat sesosok tubuh renta pengemis yang duduk menunggu pemberian santunan
dari orang yang lewat.Penggambaran tubuh renta lewat sulur-sulur garis yang mengalir, menekankan
ekspresi penderitaan pengemis itu.Warna coklat hitam yang membangun sosok tubuh, serta aksentuasi
warna-warna kuning kehijauan sebagai latar belakang, semakin mempertajam suasana muram yang
terbangun dalam ekspresi keseluruhan.

Namun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-goresan yang
menggambarkan gerak sebagian figur lain. Dalam konfigurasi objek-objek ini, komposisi yang
dinamis.Dinamika itu juga diperkaya dengan goresan spontan dan efek-efek tekstural yang kasar dari
plototan tube cat yang menghasilkan kekuatan ekspresi.

Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada kehidupan
masyarakat bawah.Affandi adalah penghayat yang mudah terharu, sekaligus petualang hidup yang
penuh vitalitas.Objek-objek rongsok dan jelata selalu menggugah empatinya. Oleh karenanya, ia sering
disebut sebagai seorang humanis dalam karya seninya.

Dalam berbagai pernyataan dan lukisannya, ia sering menggungkapkan bahwa matahari, tangan dan
kaki merupakan symbol kehidupannya. Matahari merupakan manifestasi dari semangat hidup.Tangan
menunjukkan sikap yang keras dalam berkarya dan merealisir segala idenya.Kaki merupakan ungkapan
simbolik dari motivasi untuk terus melangkah maju dalam menjalani kehidupan. Simbol-simbol itu
memang merupakan kristalisasi pengalaman dan sikap hidup Affandi, maupun proses perjalanan
keseniannya yang keras dan panjang. Lewat sosok pengemis dalam lukisan ini, kristalisasi pengalaman
hidup yang keras dan empati terhadap penderitaan itu dapat terbaca.

2) Raden Saleh (1807 – 1880)


Lukisan Raden Saleh yang berjudul “Badai” ini merupakan ungkapan khas karya yang beraliran
Romatisme.Dalam aliran ini seniman sebenarnya ingin mengungkapkan gejolak jiwanya yang
terombang-ambing antara keinginan menghayati dan menyatakan dunia (imajinasi) ideal dan dunia
nyata yang rumit dan terpecah-pecah.Dari petualangan penghayatan itu, seniman cenderung
mengungkapkan hal-hal yang dramatis, emosional, misterius, dan imajiner.Namun demikian para
seniman romantisme sering kali berkarya berdasarkan pada kenyataan aktual.

Dalam lukisan “Badai” ini, dapat dilihat bagaimana Raden Saleh mengungkapkan perjuangan yang
dramatis dua buah kapal dalam hempasan badai dahsyat di tengah lautan.Suasana tampak lebih
menekan oleh kegelapan awan tebal dan terkaman ombak-ombak tinggi yang menghancurkan salah
satu kapal.Dari sudut atas secercah sinar matahari yang memantul ke gulungan ombak, lebih
memberikan tekanan suasana yang dramatis. Walaupun Raden Saleh berada dalam bingkai
romantisisme, tetapi tema-tema lukisannya kaya variasi, dramatis dan mempunyai élan vital yang tinggi.

Karya-karya Raden Saleh tidak hanya sebatas pemandangan alam, tetapi juga kehidupan manusia dan
binatang yang bergulat dalam tragedi.Sebagai contoh adalah lukisan “Een Boschbrand” (Kebakaran
Hutan), dan “Een Overstrooming op Java” (Banjir di Jawa), “Een Jagt op Java” (Berburu di Jawa) atau
pada “Gevangenneming van Diponegoro” (Penangkapan Diponegoro).

3) Kartono Yudhokusumo

Kartono merupakan pelopor untuk genre lukisan dekoratif di Indonesia.Perkembangan itu dimulai dari
lukisan-lukisan realismenya yang menggunakan warna-warna bebas.Dalam karya “Melukis di Taman”,
1952 ini, terlihat bagaimana corak dekoratif itu benar-benar menjadi jiwa. Semua objek dalam
pemandangan itu digambarkan dengan rincian detail, baik yang ada di depan maupun di latar belakang
yang jauh. Berbagai warna cerah pada objek juga lebih mencerminkan intuisi pelukis dari pada
kenyataan yang ada di alam. Hal lain sebagai ciri genre lukisan ini adalah penggunaan perspektif udara
(aerial perspective) yang memungkinkan cakrawala terlihat ke atas dan bidang gambar menjadi lebih
luas, sehingga objek-objek lebih banyak dapat dilukiskan.

Dalam lukisan ini terungkap romantisme pelukis dengan membayangkan dunia utuh dan ideal. Wanita-
wanita berkebaya yang bercengkrama dan berkasihan, menjadi bagian penting diantara pohon-pohon
dan binatang dalam taman yang penuh warna. Hal menarik lagi yaitu, pada sudut depan terlihat seorang
laki-laki melukis model wanita dengan pakaian lebih modern di antara kerumunan wanita lain dalam
pakaian kebaya. Selain hal itu menunjukkan setting sosial yang berkaitan dengan gaya hidup, juga bisa
menjelaskan romantisisme pada pelukisnya. Dalam bawah sadarnya seorang romantis selalu
menghadirkan dunia ideal dari kontradiksi atau berbagai kenyataan yang terpecah-pecah.

Besar kemungkinan tokoh sentral dalam karya-karyanya adalah manifestasi dunia ide yang
dimunculkan.Namun demikian dalam kebanyakan genre corak dekoratif, ada kesadaran bahwa alam
adalah kosmos dan manusia hanya merupakan titik bagian dari padanya. Oleh karena itu, dalam lukisan
ini ego sang pelukis yang begitu ideal pun hanya diletakkan dalam bagian kecil, dari sudut lukisan yang
sarat dengan objek dan kaya warna.

4) Mooi Indie ( Hindia Molek)

Pengertian :

Mazhab atau cara pandang kolonialisme Belanda atas negeri jajahannya yaitu Hindia Belanda (
Indonesia ) yang diasumsikan sebagai alam pedesaan yang damai, adem ayem dan harmonis. Tema seni
lukis Mooi Indie ini yaitu Lanskap / Pemandangan Alam.

Latar Belakang :

1) Munculnya usaha dari pemerintah kolonial Hindia Belanda untuk menciptakan Hindia Belanda
yang adem ayem tanpa pemberontakan.

2) Adanya pengaruh penelitian Wallace yang mengatakan nusantara adalah negeri yang tidak cepat
berubah.

3) Ketertarikan seniman-seniman eropa pada keindahan alam Indonesia.

4) Adanya usaha dari pemerintah Hindia Belanda dan pelukis-pelukis asing untuk mengeksploitasi
keindahan alam nusantara untuk dijual kepada para turis.
Ciri-ciri Seni Lukis Mooi Indie :

1) Objek lukisan didominasi oleh unsur gunung, sawah, dan pepohonan, kadang juga air.

2) Cahaya dan warna-warni alam dilukis / digambarkan semirip aslinya.

3) Suasana keindahan alam dilebih-lebihkan.

Tokoh-tokoh Pelukis Mooi Indie :

1) A AJ Payen 5) R. Abdullah Suryosubroto

2) Arie Smith 6) Mas Pirngadi

3) Raden Saleh 7) Wakidi

4) Van Dick

Pengaruh Mooi Indie :

1) Melahirkan seniman-seniman bercorak naturalis dan realis, seperti R. Basuki Abdullah dan RM
Sayid

2) Melahirkan corak lukisan Sokaraja Banyumas.

3) Memperkaya corak seni lukis Bali.

4) Menimbulkan penentangan terhadap Mooi Indie yang di pelopori oleh S.Sudjojono yang pada
akhirnya melahirkan PERSAGI ( Persatuan Ahli gambar Indonesia ).
5) PERSAGI

Masa Cita Nasional Bangkitanya kesadaran nasional yang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada tahun
1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli
Gambar Indonesia). Perkumpulan pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian
asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari
dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.

Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :

1) Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana

2) S. Sudjojono : Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.

3) Otto Djaya : Penggodaan, Wanita Impian

Hasil karya mereka mencerminkan :

Mementingkan nilai-nilai psikologis

Tema perjuangan rakyat

Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata

Memiliki kepribadian Indonesia

Didasari oleh semangat dan keberanian

6) Achmad Sadali (1924 -1987)


Lukisan Achmad Sadali, “Gunungan Emas”, 1980 ini merupakan salah satu ungkapan yang mewakili
pencapaian nilai religiusitasnya. Sebagai pelukis abstrak murni Sadali memang telah lepas dari
representasi bentuk-bentuk alam. Namun demikian, dalam bahasa visual semua bentuk yang dihadirkan
seniman dapat dibaca dengan berbagai tingkatan penafsiran. Dalam usian peradaban yang ada, manusia
telah terbangun bawah sadarnya oleh tanda-tanda yang secara universal bisa membangkitkan spirit
tertentu.

Warna-warna berat, noktah dan lubang, serta guratan-guratan pada bidang bisa mengingatkan pada
citra misteri, arhaik, dan kefanaan. Tanda segi tiga, konstruksi piramida memberikan citra tentang
religisitas. Lebih jauh lagi lelehan emas dan guratan-guratan kaligrafi Al Qur’an dapat memancarkan
spiritualitas islami. Semua tanda-tanda tersebut hadir dalam lukisan-lukisan Sadali, sehingga ekspresi
yang muncul adalah kristalisasi perenungan nilai-nilai religius, misteri dan kefanaan.

MASA INDONESIA JELITA (Indie Mooi) 1878

Hallo temen-temen semua…..selamat datang di seni rupa indonesia periode INDONESIA JELITA! Yups ini
merupakan salah satu pekembangan periode seni rupa yang bakal kami bahas kali ini.

Ini dia….” MASA INDONESIA JELITA “adalah salah satu periode seni rupa yang berkembang di Indonesia
setelah masa perintisan. Masa INDONESIA JELITA ini muncul pada tahun 1800an sampai 1900an di
indonesia.

Pada masa INDONESIA JELITA ini pelukis-pelukis lebih menonjolkan pada keindahan alam yang ada di
Indonesia. Mungkin itulah sebabnya kenapa periode ini disebut juga sebagai periode HINDIA
MOLEK.Konsep ini sangat berbeda dengan konsep-konsep pada periode-periode sebelumnya yang tidak
begitu mempertimbangkan objek alam secara utuh dalam lukisannya.
Pada periode ini juga ditandai dengan datangnya seniman-seniman luar negeri yang sangat antusias
melukis pemandangan di Indonesia.

Inilah beberapa Tokoh seniman dari masa Indie Mooi :Abdullah Soro Subroto(1878-1941), Mas Pirngadi
(1875 – 1936), Wakidi,Sanento Yuliman, Henk Ngantung, Lee Man Fong, Ruddolf Bonnet, Walter Spies,
Romuldo Locatelli, Lee Mayer,W G Hofker.

“Iyakan banyak seniman luarnya!!.Itu hanya sebagian kecil temen-temen. Masih banyak lagi tokoh-
tokoh dan karya lukisan yang terkenal.”

Setelah kita sedikit mengulas tentang masa periodenya, selanjutnya kita ulas sedikit tentang salah satu
karya pada periode INDIE MOoI ini. Salah satuya yaitu lukisan karya Wakidi.

Yups that is Mountain Landscape. Ini dia gambarnya !!!!

Judul :Mountain Landscape,

karya :Wakidi,

media : Cat minyak diatas kanvas,

ukuran :139.5 x 197 cm

Yups guys….sekarang kami akan membahas lukisan “ Mountain Landscape “ karya Wakidi ini. Di dalam
lukisan ini kita bisa menemukan keindahan alam sebagai objeknya. Lukisan inipun hanya menyenangkan
secara visual dan tidak ada kreativitas-kreativitas baru untuk menonjolkan makna dari lukisan ini. Jadi,
ini merupakan lukisan yang turistik yaitu lukisan yang langsung menggambar pemandangan alam secara
natural serta mempertimbangkan perspektifnya(ruang). Lukisan Wakidi juga menggunakan cat minyak
agar karya lukisannya berwarna mencolok tapi naturtal. Lukisan itupun dilukis secara natural tanpa
adanya penembahan atau pengurangan unsur-unsur tertentu supaya menonjolkan makna naturalnya. O
ya pada periode ini dalam kemahiran teknik melukisnya tidak di dibarengi dengan penonjolan nilai
spiritual. So, hanya seperti ini lukisannya.

Tapi dalam lukisan ini kita benar-benar dibawa pada keindahan alam yang disuguhkan Indonesia. Sangat
elok dan mengagumkan (menurut kami..).Lukisanya begitu alami dan natural (alami..natural..apa
bedanya???).

Ini juga sebagai imbas dari penjajahan di masa Belanda sehingga pelukis hanya menggambar mengenai
keindahan-keindahan alam yang ada di zaman belanda. Selain itu, para pemesan lukisan hanya
menginginkan karya mengenai keindahan penampakan di Indoneisa. Sehingga ini melatarbelakangi
lukisan pada zaman Indonesia Jelita yang lebih dominan mengenai penggambaran keindahan alam di
Indonesia. Dan sangat jarang terlihat adanya lukisan dengan bertemakan mengenai tindak anti
penjajahan pada zaman Indonesia Jelita atau mungkin pemerintah Belanda mengekang para pelukis dan
hanya diperbolehkan untuk menggambar gambar-gambar yang tidak memiliki nilai simbolik. Maka dari
itu lukisan ini tidak mencerminkan jiwa merdeka.

“Sekian dulu ya temen-temen pembahasan kami tentang masa INDONESIA JELITA. Semoga tulisan kami
ini bermanfaat buat kalian semua. Kami juga mengharapkan banyak usulan-usulan atau saran yang
membangun. Jika ada kesalahan dalam penulisannya mohon maaf….”

Anda mungkin juga menyukai