Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN SENI BUDAYA NUSANTARA

Kompetensi Dasar

3.5. Menganalisa perkembangan seni budaya Nusantara

4.5. Merumuskan perkembangan seni budaya Nusantara


Tujuan Pembelajaran :

∙ Mendeskripsikan perkembangan seni budaya nusantara


∙ Menjelaskan ciri khas hasil karya seni setiap zaman dari setiap karya seni ∙
Menyebutkan hasil karya seni dari setiap zamannya
∙ Menganalisis perkembangan seni budaya nusantara
∙ Merumuskan perkembangan seni budaya nusantara

MATERI
A. Perkembangan Seni Rupa Nusantara
Dunia seni rupa muncul dan berkembang seiring perjalanan hidup manusia yaitu
sejak zaman batu, zaman klasik, dan zaman indonesia baru.
1. Zaman Batu
Sejak zaman batu, manusia mulai memahami mengenai seni rupa dengan
diketemukannya beberapa peninggalan karya seni rupa.
a. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
Pada hakikatnya manusia praaksara di zaman dahulu sebenarnya mulai
memahami senu rupa.yaitu dipertemukannya lukisan kuno digua leang leang (sulawesi
selatan)berupa objek lukisan di gua berupa telapak tangan dan tubuh manusia
Manusia praaksara juga sudah mulai menciptakan karya seni yang memiliki
fungsi pakai,yang bisa membantu dalam kehidupannya seperti membuat kapak
genggam. Benda berupa kapak genggam ditemukan dipacitan (jawa
timur),Parigi(Sulawesi),gombong(Jawa Tengah),Sukabumi(Jawa Barat). Selama n itu
juga banyak ditemukan alat alat dari batu,selanjutnya ditemukan pula flakes dan peraltan
dari tulang (bone culture) di wilayah papua diketemukan lukisan berupa binatang dari
cipratan darah yang dicampur dengan lemak.
b. Zaman Batu Tengah (Mezolithikum)
Pada zaman ini, sudah mulai menunjukan perkembangannya. Bisa dibuktikan
dengan ditemukannya ujung panah, flakes, batu penggiling, pipisan, kapak batu dan alat
alat dari tanduk rusa. Nenek moyang manusia yang hidup pada zaman ini diperkirakan
sudah mulai menetap. Bisa dibuktikan dengan adanya penemuan tumpukan kulit kerang
setinggi 7m dipantai timur sumatera dan juga sudah ditemukan pecahan tembikar dari
tanah liat.
c. Zaman Batu Muda (Neolithikum)
Pada zaman ini nenek moyang kita sudah tinggal menetap serta mulai bercocok
tanam. Pada periode ini seni rupa mulai berkembang dibuktikan dengan ditemukannya
kapak lonjong dan persegi. Kapak persegi itu ditemukan di Lahat, Bogor, Sukabumi,
Karawang, Pacitan, Tasikmalaya dan Lereng Gunung Ijen sedangkan kapak lonjong
ditemukan diPapua, Minahasa, Serawak, dan Kepulauan Tanimbar. Selain itu ddizaman
ini seni rupa selangkah lebih maju dengan diketemukan tembikar dari tanah liat yang
sudah diberi motiv hiasan yang bersifat magis, perhiasan cincin, kalung, gelang dari
batu dan pakaian dari kulit kayu.
d. Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Di zaman ini sudah mulai dibangun monumen monumen batu sebagai upacara
keaagamaan yang memiliki nilai seni. Unsur seni dizaman megalithikum, diantaranya
sbb:
1) Dolmen sejenis meja dari batu berukuran besar yang fungsinya untuk meletakkan
sesaji diatasnya dan juga sebagai tanda bahwa dibawahnya ada kuburannya. 2)
Menhir berupa sebuah bangunan yang menyerupai tubuh sebagai tanda
bersemayamnya roh roh dan kekuatan ghaib, menurut kepercayaan kuno. 3)
Kuburan batu atau sarcophagus ,sejenis peti dari batu untuk menyimpan orang
mati 4). Punden berundak berupa sebuah batu yang disusun berundak menyerupai
candi
dan arca batu

2. Zaman Logam
Merupakan zaman mengalami peningkatan dalam bidang karya seni karena
manusia sudah mulai bisa menciptakan berbagai benda dari bahan logam. Pada zaman
ini ditandai masuknya kebudayaan Indo-China ke Indonesia sekitar 500 SM.
Peninggalan pada zaman ini berupa kapak perunggu, genderang perunggu, candrasa,
benda hias dari perunggu.

3. Zaman Klasik
Candi Prambanan merupakan peninggalan seni rupa pada zaman klasik. Zaman
klasik merupakan periode kerajaan-kerajaan di Nusantara, dimana zaman tersebut
dikelompokkan menjadi dua, yaitu masa Hindu-Budha dan masa perkembangan Islam.
Pada masa kerajaan Hindu-Budha seni rupa Nusantara berkembang pesat hal tersebut
dapat dibuktikan dari peninggalan candi-candi diwilayah Nusantara, seperti Candi
Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi Singasari, Candi Mendut, Keraton
Ratu Boko, dan candi-candi lainnya. Sedangkan pada masa kerajaan Islam banyak
meninggalkan seni bangunan seperti masjid dan makam, bangunan, keraton, kaligrafi,
dan ragam hias bercirikan khas Islam.
4. Zaman masuknya Islam di Indonesia
Kebudayaan Islam berdiri di Indonesia sekitar abad ke 13, ditandai dengan
munculnya kerajaan Samudra Pasai, dan kerajaan Aceh. Hal tersebut berdampak
membentuk suatu sintesis budaya baru yang berpadu secara harmonis. Diterimanya
kebudayaan Islam di Indnesia ditandai dengan banyaknya karya seni yang sering kita
jumpai. Karya seni tersebut diantaranya adalah :

a. Masjid
Masjid pada zaman ini memiliki ciri ciri khusus yang berbeda dengan masjid yang
dibangun dimasa setelahnya. Masjid peninggalan zaman masuknya islam di
Indonesia memiliki ciri sebagai berikut, diantaranya adalah :
• Tidak menggunakan kubah untuk atapnya
• Masjid memiliki atap tumpang bersusun yang berjumlah ganjil
• Kubah masjid berbentuk limas
• Denah masjid berbentuk bujur sangkar
• Lantai masjid dibuat berundak undak

b. Seni Hias Seni hias pada masa ini terbatas pada seni ukir saja. Hal tersebut
dikarenakan agama islam melarang penggambaran dari bentuk mahluk hidup,
terutama manusia. Seni hias ini biasa menghiasi masjid masjid kuno yang berupa
kaligrafi dan tokoh pewayangan

5. Zaman Indonesia Baru


Pada periode ini seni rupa Nusantara mulai dipengaruhi oleh budaya barat,
karena masa ini negeri kita dijajah oleh kolonialisme barat, kolonialisme Jepang sampai
masa kemerdekaan. Pada zaman Indonesia baru, seni rupa diklasifikasikan sebagai
berikut :
a. Masa Perintisan
Terdapat lukisan perkelahian dengan singa. Lukisan tersebut yang melukis
Raden Saleh. Karya Raden Saleh banyak sekali antara lain sebagai berikut:
1. Antara hidup dan mati
2. Penangkapan Diponegoro
3. Perkelahian dengan binatang buas
4. Perburuan
5. Hutan terbakar
6. Banjir
7. Harimau dan mangsanya
8. Merapi yang meletus
b. Masa Mooyindie
Sepeningggal Raden Saleh di Indonesia mengalami kekosongan disebut masa
mooyindie. Lalu bermunculan muncul pelukis-pelukis ternama, Abdullah
Suryohusodo disekolahkan ke luar negeri keturunan bangsawan Solo, Abdulloh
Suryohusodo disekolahkan ke luar negeri, yaitu di akademi Kesenian di Eropa
kemudian setelah pulang ke tanah air mulai mengembangkan lukisannya di
Indonesia denagan gaya yang berbeda. Gaya Abdulloh Suryosubroto menekankan
keelokan dan keindahan alam di Indonesia. Pada perkembangan selanjutnya pada
masa ini muncul pelukis-pelukis terkenal lainnya adalah Wakidi, Pirngadi, Basuki
Abdulloh, dan Wahdi.
c. Masa Cita Indonesia
Perbedaan karya lukisan antara S.Soedjojono dengan Abdulloh Suryosubroto
terletak pada karyanya. Dimana keindahan yang dibuat oleh Abdulloh
Suryosubroto tidak sesuai dengan kenyataan bangsa Indonesia yang melarat dan
menderita, pekukis S. Sudjoyono kemudian mempelipori lukisan yang bertolak
belakang dengan Mooy Indie yang sesuai dengan penderitaan bangsa Indonesia
pada masa penjajahan. Kemudian mendirikan perkumpulan ahli gambar
Indonesia (PERSAGI) yang anggotanya Agus Jayasuminta, I.Sutioso, Rameli,
Abdul Salam, Otto Jaya, S.Sudiarjo, dan lainnya karya S.Sudjoyono di antaranya
sebagai berikut; 1. Di Depan Kelambu Terbuka
2. Sayang Saya Bukan Anjing
3. Jongkatan
4. Cap Go Meh
5. Mainan Anak Anak Sunter
6. Bunga Kamboja dan Nyekar

d. Masa Pendudukan Jepang


Pada masa penjajahan Jepang pelukis yang bermunculan kebanyakan dari
golongan rakyat biasa seperti Affandi, Kartono Yudhokusumo, Nyoman Ngedon,
Hendra Gunawan, dan Henk Ngantung.

e. Masa Kemerdekaan
Kemerdekaan adalah masa bergeloranya bangsa Indonesia. Uforia kemerdekaan
juga menggelora dalam darah seni rupa tanah air. Pada masa kemerdekaan,
Affandi mendirikan perkumpulan Seniman Indonesia Muda disingkat SIM.
Anggotanya Affandi, Hendra Gunawan, Suromo, Surono, Abdul Salam, Sudibyo,
dan Trisno Sumarjo, para seniman tersebut menciptakan banyak karya seni berupa
lukisan yang sangat menarik dan indah. Pada perkembangan selanjutnya setelah
keluar dari perkumpulan Seniman Indonesia Muda, Affandi dan Hendra Gunawan
mendirikan Peloekis Rakyat.

f. Masa seni rupa baru


Pada masa ini, para pelukis sudah berani menampilkan corak baru dalam
penggarapannya. Para seniman muda baru mulai berusaha menciptakan karya seni
rupa yang baru yang tidak tergantung pada suatu media tertentu , dan sudah
menggunakan berbagai media untuk menghasilkan sesuatu yang berbeda.
Penerapan konsep-konsep yang tabu sudah di terapkan dalam lukisannya.
B. Perkembangan Seni Musik Nusantara

Seni musik di negeri kita itu sudah ada sejak zaman prasejarah jadi bukan hanya di
zaman modern saja. Pada pembahasan kali ini anda akan mempelajari mengenai
perkembangan seni musik Nusantara sejak awal kemunculannya sampai saat ini. Berikut
pemaparanya :
1. Zaman Prasejarah
Kalau perkembangan seni musik di Nusantara itu ternyata diawali sejak zaman
prasejarah (sebelum abad 1 Masehi), yaitu kira-kira 2500 sebelum Masehi dan abad ke-1
Masehi. Pada masa tersebut telah ditemukan berbagai perkembangan kesenian dan
kebudayaan termasuk musik sampai saat ini. Perkembangan musik Nusantara masa
prasejarah tersebut bisa kita lihat dari dua arus imigrasi besar pada masa tersebut, yang
dipaparkan berikut ini.
a. Imigrasi Pra-Melayu
Gelombang imigrasi Pra-Melayu ini terjadi antara tahun 2500 dan 1500
sebelum Masehi yaitu terjadi perpindahan bangsa dari Asia Tengah ke Asia
Tenggara. Imigran masa Melayu tersebut membawa keahlian dan berbagai unsur dari
Kaukasus dan Mongolia. Diantaranya mereka membawa kesenian kebudayaan
bambu serta teknik pengolahan ladang. Para imigran Pra-Melayu tersebut ketika
berada di Annam atau Tiongkok Selatan mulai memperkenalkan semacam lagu
pantun, yang dipraktikkan oleh remaja putra dan putri dengan bernyanyi secara sahut
menyahut. Saat itu juga sudah mengenal alat tiup bernama Khen. Alat musik
prasejarah khen ini terdiri dari 6 batang bambu, cara membunyikannya dengan ditiup
bersama dalam kelompok 3 nada. Alat musik khen ini ternyata juga sudah dikenal di
wilayah Cina Sheng jika di Nusantara disebut dengan alat musik kledi. Pada
perkembangan selanjutnya bermunculan berbagai alat musik dari bambu seperti
suling, angklung, dan sebagainya. Jika di wilayah Asia tenggara juga muncul alat
musik xylofon . Xylofon ini di berbagai negara namanya berbeda beda,
disebut/dinamai sebagai tatung di wilayah Annam, rangnat di negara Kamboja,
ranatdi negara Thailand, pattalar di negara Burma, gambang di pulau Jawa,
kolintang di Sulawesi dan Kalimantan. Xylofon ini kemudian diproduksi lalu
diekspor dari Asia Tenggara ke Afrika sekitar abad ke 5 Masehi, sehingga tersebar di
seluruh dunia.
b. Imigrasi Proto-Melayu
Perkembangan Seni Musik juga dapat kita lihat pada imigrasi Proto-Melayu
pada zaman perunggu yaitu sekitar abad ke-4 sebelum Masehi. Gelombang imigrasi
zaman perunggu ke Nusantara oleh bangsa Proto-Melayu ini terjadi pada zaman
perunggu, sehingga kedatangan mereka mempengaruhi perkembangan seni musik.
Masa tersebut alat musik dibuat dari bahan logam. Diperkirakan bahwa saat itu telah
diciptakan alat musik gong, karena berdasarkan penelitian para ahli di kawasan Asia
Selatan di ketemukan alat musik gong dari perunggu yaitu didekat Annam, pada
tahun 1930-an. Jadi dapat disimpulkan bahwa dari wilayah Annam inilah kesenian
dan budaya perunggu tersebar ke seluruh kawasan Asia Tenggara.
2. Zaman Hindu-Buddha abad ke 4-12 Masehi
Nusantara yang sekarang bernama Indonesia, negara kita ini dahulunya setelah
masa prasejarah kemudian berganti dengan masa Hindu-Buddha. Karena akibat
perdagangan. Para pedagang dari India, Arab, Tiongkok membawa kebudayaan mereka ke
Nusantara. Sehingga terjadilah akulturasi budaya. Berdasarkan hasil penelitian para ahli
ditemukan bahwa agama Buddha masuk ke pulau Indonesia, di wilayahSumatera pada
awal abad ke-7 Masehi. Sedangkan dalam kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Syailendra
sekitar tahun 750-850 Masehi. Seni budaya India yang disebarkan pedagang serta kaum
brahman tersebut membawa pengaruh semangat sangat besar bagi seni dan budaya di
Nusantara. Pada masa penyebaran Hindu-Buddha tersebut di wilayah Jawa berkembang
berupa seni musik dan tari, arsitektur dan seni rupa, pada masa itu juga dibangun candi
Borobudur dan candi Prambanan
Pada masa tersebut muncul tangga nada slendro yang diciptakan oleh seniman
pada masa dinasti Syailendra pada abad ke-8 Masehi. Dalam nada slendro ini satu oktaf
dibagi dalam interval yang sama (6/5 dari sekon besar) . Pada masa Hindu-Buddha ini seni
musik dan budaya Nusantara sangat dipengaruhi oleh drama Hindu dalam bahasa
sansekerta Ramayana. Berdasarkan dokumen penelitian ternyata waktu orang Hindu
datang ke Jawa mereka telah menemukan bermacam macam alat musik hasil seni imigrasi
bangsa Pra
Melayu dan Proto-Melayu.
3. Masa Islam
Setelah kemunduran kerajaan kerajaan Hindu-Buddha kerajaan Islam Nusantara
justru berkembang pesat, begitu juga dalam bidang seni budayanya. Perkembangan musik
masa Islam diawali sejak kerajaan Demak berdiri pada tahun 1500-1546. Bersamaan
masuknya agama Islam masuk pula alat musik Arab seperti rebana, rebab, dan gambus.
Cara penyebutan atau nama alat musik akulturasi Islam ini berbeda- beda di daerah
seluruh Nusantara. Cara bermainnya juga agak berbeda. Jika diwilayah Jawa, Bali,
Sulawesi Selatan, Sumba disebut rebab. Sedangkan di daerah Sumba rebab ini disebut
Dunggak roro karakteristinya memakai dua dawai. Kemudian di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi Utara, dan Maluku hanya memakai satu dawai. Berbeda lagi dengan di Aceh
yang memakai tiga dawai. Sedangkan untuk penyebutan nama alat musik rebana berbeda -
beda ada yang menyebut dengan nama terbang, trebang, robana, rabana. Seiring
perkembangan musik Islami dari masa ke masa muncul musik gambus. Jenis musik
gambus ini merupakan perpaduan antara alat musik gitar/mandolin, biola, akordeon,
gendang, seruling, bass.

4. Masa Kolonialisme
Nusantara ketika masuk dalam zaman penjajahan atau kolonialisme seni musik
mengalami perkembangan. Karena saat itu kaum kolonialisme seperti bangsa Portugis dan
Spanyol yang datang awal ke Nusantara mulai memperkenalkan berbagai alat musik dari
negeri mereka seperti biola, selo (cello), gitar, seruling (flute), dan ukulele. Kaum
kolonialisme ini ketika di tanah air memperkenalkan sistem solmisasi dalam berbagai
karya lagu. Sehingga masa itu walaupun negeri kita dijajah dan menderita namun dalam
bidang seni musik mengalami perkembangan pesat. Sehingga waktu itu disebut sebagai
masa masa perkembangan musik modern Indonesia. Kemudian, para musisi Nusantara
masa
penjajahan
mulai menciptakan sajian musik yang merupakan perpaduan musik Barat dan
musik Indonesia sajian musik itu dikenal sebagai musik keroncong.
5. Masa Kini
Setelah Indonesia merdeka sering perkembangan teknologi musik Nusantara semakin
berkembang sangat pesat. Banyak aliran musik luar negeri baik Asia dan Eropa masuk ke
tanah air, seperti populer, jazz, blues, rock, dan R&B dan yang terbaru ini adalah K-POP
Korea. Kalau negeri India musik bersamaan film menyatu sehingga banyak masyarakat
Indonesia menonton film India juga menikmati musik serta lagunya.
Untuk kemajuan bidang seni musik Nusantara maka pemerintah mendirikan institusi
seni seperti Sekolah Musik Indonesia (kemudian AMI,sekarang ISI), Yayasan Pendidikan
Musik (YMI) di Jakarta (terutama untuk piano), B.I.Guru Musik (kemudian IKIP, sekarang
UP) di Yogyakarta, Malang, Bandung, dan Jakarta.

C. Perkembangan Seni Tari Nusantara


Seni tari telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak jaman prasejarah. Bahkan jauh
sebelum masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia tarian telah
dilakukan oleh masyarakat prasejarah.
1. Masa Prasejarah
Zaman prasejarah adalah zaman sebelum sebelum masyarakat di Indonesia
mengenal tulisan. Pada masa ini penduduk nusantara telah mengenal aliran kepercayaan
animisme dan dinamisme. Seni gerak berirama yang kerap dilakukan dalam berbagai
acara oleh masyarakat prasejarah juga dikenal sebagai upacara magis guna berdoa dalam
pengharapan. Adapun berbagai tarian yang disinyalir dikenal oleh masyarakat prasejarah
adalah sebagai berikut Tari hujan, Tari kesuburan, Tari kebangkitan, Tari perburuan, Tari
perang, Tari eksorsisme.
2. Masa Hindu-Budha
Pada masa sejarah tepatnya setelah masuk dan berkembangnya agama Hindu dan
Budha perkembangan tari di Indonesia juga mengalami peningkatan. Selain digunakan
sebagai metode pemujaan biasanya tarian pada masa Hindu-Budha juga kerap disajikan
dalam mengajarkan nilai-nilai kehidupan dalam bermasyarakat. Adapun contoh tarian pada
masa kebudayaan Hindu-Budha antara lain sebagai berikut Tari Topeng Panji, Tari
Wayang Wong, Sendratari Ramayana, Sendratari Mahabharata. Beberapa contoh di atas
merupakan hasil kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia yang hingga kini masih terjaga
kelestarian nya.
3. Masa Islam
Pada masa masuk dan berkembangnya islam di nusantara perkembangan seni tari di
Indonesia memang sedikit banyak mengalami perubahan meskipun tidak secara signifikan.
Selain hal tersebut di atas, pada masa islam kostum dan busana yang dikenakan oleh
penari
perlahan dimodifikasi agar lebih tertutup dan meminimalisir tampaknya aurat para
penarinya. Sebagian lagi syair dan musik pengiring ada pula yang diganti lebih islami.
Adapun contoh tarian pada masa perkemangan islam di Indonesia ialah Tari Saman dan
Tari
Zapin. Kedua tari tersebut merupakan jenis tarian yang mengalami beberapa perubahan
dalam pertunjukan nya seperti alat musik pengiring yang diganti dengan alat musik khas
Persia seperti rebana. Syair yang terdapat dalam lagu pengiring juga ada yang
dikolaborasikan menggunakan syair dalam bahasa arab.
4. Masa Kemerdekaan Hingga Saat Ini
Setelah mengalami kevakuman pada masa penjajahan dunia seni Indonesia
khususnya seni tari kembali cerah pada masa kemerdekaan. Hal ini dapat dibuktikan
dengan banyaknya seniman tari bermunculan untuk unjuk diri. Kreatifitas-kreatifitas tak
terbatas membuat jenis kesenian yang mengutamakan gerak tubuh ini berkembang cukup
cepat.
Pada masa kemerdekaan seni tari tak lagi sekedar ditampilkan sebagai ritual adat
dan keagamaan semata melainkan keberadaannya telah meluas sebagai hiburan masyarakat
dalam berbagai acara baik acara formal maupun non formal. Modifikasi tari klasik yang
dikenal dari masa prasejarah kemudian menciptakan inovasi baru yang kini akrab disebut
sebagai seni tari modern atau gaya baru. Demikian alur pasang surut seni tari dari masa
prasejarah hingga sekarang.

D. Perkembangan Seni Teater Nusantara

1. Teater tradisional
Perkembangan seni teater tradisional Nusantara sudah dimulai sejak sebelum masa
perkembangan hindu. Ketika itu sudah mulai ada tanda-tanda penciptaan seni teater
tradisional yang fungsinya sebagai pendukung upacara ritual teater tradisional diciptakan
pada dasarnya sebagai bagian dari upacara adat istiadat dalam tatacara kehidupan
masyarakat di nusantara.
Beberapa teater tradisional Nusantara yang tercipta, diantaranya wayang kulit,
wayang wong, ludruk, lenong, randai, drama gong, arja, ubrug, ketoprak, dan sebagainya.
Salah satu teater tradisional adalah arja yang ada danasih diperankan dipulau Dewata Bali.
2. Teater transisi (modern)
Teater transisi merupakan sebutan bagi periode, dimana pada saat teater
tradisional mengalami penurunan akibat adanya pengaruh budaya lain. Perubahan dari
teater transisi dengan teater tradisional terletak pada cerita yang sudah mulai di tulis,
namun saat itu wujud ceritanya masih sangat ringkas outline story(cerita peradegan).
Mengenai cara penyajiannya mulai berubah, yaitu memakai panggung dan dekorasi. Ada
pun dalam teater transisi sudah di perhitungkan mengenai beberapa teknik yang bisa
memperindah dan menarik pertunjukan teaternya. Ciri masa atau periode transisi mulai
mengambil unsur unsur pertunjukan dari teater barat dan diabdosi dalam teater Nusantara.
3. Teater Indonesia tahun 1920an
Teater di Indonesia sekitar tahun 1920-an disebut dengan angkatan pujangga baru.
Teater pada masa angkatan pujangga baru kelebihannya cukup penting jika dilihat dari
sudut kesastraan sumbangsih angkatan pujangga baru yaitu drama drama sudah ditulis
sebagai ungkapan ketertekanan akibat penindasan pemerintahan Belanda. Pada masa
angkatan pujangga baru, berbentuk sastra drama sudah memakai bahasa kebangsaan, yaitu
bahasa Indonesia sedangkan cara penyusunannya model dialog antar tokoh dan berbentuk
sajak. Penulis lakon lainnya pada masa pujangga baru adalah sanusipane, hasil karyanya
berjudul Kertajaya pada tahun 1932 dan Sandyakalaning Majapahit ditulis pada tahun
1933. Lakon lakon tersebut ditulis untuk menyemangati perjuangan para pejuang
masyarakat Indonesia dalam melawan penjajah serta kritikan bagi kekejaman penjajahan.
4. Teater Indonesia tahun 1940-an
Teater Indonesia tahun 1940an adalah saat masa penjajahan Jepang pada waktu itu
semua unsur kesenian dan kebudayaan dipakai untuk mendukung pemerintahan Jepang.
Pada situasi penjajahan jepang, dua orang tokoh yaitu Anjar Asmara, dan Kamajaya,
memiliki gagasan supaya didirikan pusat kesenian Indonesia. Tujuannya adalah
menciptakan pembaharuan kesenian yang selaras dengan perkembangan jaman. Unsur
tersebut disetujui oleh bung Karno dan kaum nasionalis, tepatnya pada tanggal 6 Oktober
1942. Dirumah bungkarno dibentuklah badan pusat kesenian Indonesia. Pendirian badan
perusahaan kesenian Indonesia bermaksud menciptakan kesenian Indonesia baru,
diantaranya dengan jalan memperbaiki dan menyesuaikan kesenian daerah menuju
kesenian Indonesia baru.
Pada masa penjajahan Jepang segala bentuk seni hiburan yang berbau Belanda
dihapus dari Indonesia disebabkan pemerintah penjajahan Jepang Anti budaya barat
rombongan sandiwara saat itu kebingungan karena akan dihapus Jepang dan dilarang
keliling. Kemudian merubah cerita dengan mementaskan cerita dalam bahasa Indonesia ,
Jawa, maupun Sunda. Akhirnya Jepang kalah dalam perang dunia 2, disaat menjelang akhir
pendudukan Jepang tersebut muncul rombongan sandiwara yang melahirkan karya sastra
yang berarti, yaitu Penggemar Maya(1944) pimpinan Usmar Ismail, dan D.Djajakusuma.
jadi intinya teater tidak sebagai hiburan sematamata tetapi sebagai ekspresi kebudayaan
siswa kesadaran nasional dengan cita cita kemerdekaan republik indonesia.
5. Teater Indonesia 1950an
Masa ini adalah masa setelah roklamasi kemerdekaan republik indonesia, masa ini
tokoh teater merefleksikan perjuangan dalam teater dengan membentuk cerita bertemakan
kemerdekaan, kekecewaan, penderitaan, keberanian, dan nilai kemanusiaan, penghianatan,
kemunafikan, kepahlawanan tindakan pengecut, keikhlasan, pengorbanan,dll.
Pada masa ini untuk memajukan seni teater tanah air maka didirikan Akademi
Teater Nasional Indonesia(ATNI) Tepatnya pada tahun 1955 tokoh pendirinya adalah
Usmar Ismail dan Asrul sani. ATNI berusaha mewujudkan teater dengan mementaskan
lakon lakon terjemahan dari barat, contohnya dari karya Moilere, Gogol, chekof.
6.) Teater Indonesia tahun 1970-an
Perkembangan teater tahun 70-an ditandai dengan didirikannya pusat kesenian
Taman Ismail Marzuki oleh Gubernur DKI Jakarta yaitu Ali Sadikin. Berdasarkan catatan
sejarah perkembangan teater. Pusat kesenian Taman Ismail Marzuki telah berhasil
menerbitkan 67 judul lakon. Lakon tersebut ditulis oleh 17 pengarang drama teater.
Tokoh teater yang muncul tahun 1970an diantaranya D.Djajakusuma, Wahyu
Sihombing, Pramana Padmodarmaya (teater lembaga) , Ikranegara (teater saja) , Danarto
(teater tanpa penonton), Adi Kurdi (teater hitam putih) , Arifin C.Noor (teater kecil) , Putu
Wijaya (teater mandiri), N. Riantiarno (teater koma) ,dan Teguh Karya.
7.) Teater Indonesia tahun 1980 - 1990-an.
Pada masa tahun 1980 - 1990-an kondisi politik tanah air mencekam akibat
peristiwa Malari 1974. Sehingga pemerintah membuat kebijakan supaya dewan-dewan
mahasiswa ditiadakan,kegiatan teater kampus dilarang.Dalam kondisi tersebut kelompok
teater tetap muncul namun dalam bentyk festival teater,di beberapa daerah
Nusantara,diantaranya sebagai berikut Festival Teater di Jakarta dan Festival Drama Lima
Kota di Surabaya.
Pada masa itu juga lahir kelompok teater baru,diantaranya sebagai berikut :
a) Kelompok Teater di Kota Yogyakarta. Di kota gudeg Yogyakarta,pada masa
tahun 1980-1990-an muncul beberapa teater,antara lain sebagai berikut:
1. Teater Dynasti
2. Teater Jeprik
3. Teater Tikar
4. Teater Shima
5. Teater Gandrik
b) Kelompok Teater di Kota Solo ( Surakarta ) Masa itu di Solo juga ada Teater
Gidag gidig.
c) Kelompok Teater di Kota Bandung. Di kota Bandung muncul Teater Bel,
Teater Republik, dan Teater Payung Hitam.
d) Kelompok Teater di Kota Tegal Di Tegal lahir Teater RSPD.
e) Kelompok Teater di Kota Surabaya. kota Surabaya juga muncul beberapa teater,
diantaranya Teater Pavita,Teater Ragil,Teater Api,Teater Rajawali,Teater
Insmarang.
f) Di Semarang juga muncul Teater Lingkar.
g) Kelompok teater di kota Medan & Palembang. Di Medan muncul Teater Que dan di
Palembang muncul Teater Potlot. Di era tahun 80-an dan 90-an aktifitas teater
berkembang di universitas atau perguruan tinggi.Teater kampus yang terkenal
diantaranya: Teater Gajah Mada dari Universitas Gajah Mada ( UGM ) Yogyakarta.
Jurusan teater juga mulai di buka di Institud Seni Indonesia ( ISI ) Yogyakarta pada
tahun 1985. ISI menjadi satu-satunya perguruan tinggi seni yang memiliki program
Strata 1 untuk bidang seni teater pada saat itu.
8.) Teater Kontemporer Indonesia
Sejak munculnya eskponen 70 dalam dunia seni teater. Mulailah seni teater
kontemporer Indonesia. Eksponen 70 ini adalah cara berekspresi teater dengan gaya khas
masing-masing tidak dibatasi kreasinya. Lalu para seniman teater beraliran kontemporer
terus berkreasi sejak tahun 80-an sampai saat ini. Seni teater lainnya berkembang seperti
seni teater konvesional, yang tidak akan mati tetapi teater eksperimental terus tumbuh.
Dunia pentas teater semakin kaya jenisnya dan atraktif.

http://buratna.blogspot.com/2018/08/perkembangan-seni-budaya-nusantara.html
TUGAS INDIVIDU
Nama : Muhammad Aghla Hadaya
Kelas : X- BKP
No Absen : 11

1. Buatlah bagan mind maping perkembangan karya seni seni rupa, berdasarkan : zaman
dan hasil karyanya serta sebutkan ciri-cirinya / diskripsinya!
Jawab:
Paleolithikum, hasil karya : ..., ciri : ...
a. Seni Rupa
Zaman Batu

SENI RUPA Zaman logam , hasil ; ..., deskripi : ....

Zaman ... , hasil ; ..., deskripi : ....

Zaman ... , hasil ; ..., deskripi : .... Zaman ... , hasil ; ..., deskripi : ....
SELaMaT MENGErJaKaN

Anda mungkin juga menyukai