Anda di halaman 1dari 5

Megalitikum

Berasal dari kata mega yang berarti besar dan litho yang berarti batu. disebut zaman batu besar
karena manusia dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu besar.
Kebudayaan ini berkembang sejak zaman neolitikum hingga zaman perunggu. Pada zaman ini
manusia mengenal kepercayaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan ini sudah mulai
meningkat. Hasil kebudayaan megalitikum seperti menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar
tempat memuja para arwah, dolmen meja batu yang digunakan untuk meletakan sesaji untuk para
leluhur, kuburan batu untuk menyimpan para mayat, waruga atau peti jenazah yang berbentuk
kubus, sarkofagus kubur batu yang terbuat dari batu utuh, arca patung yang menggambarkan
manusia atau hewan berfungsi sebagai penghormatan, punden berundak batuan yang disususn
dan berfungsi sebagai tenpat memuja roh nenek moyang.
Mesolitikum

Pada zaman batu tengah kehidupan manusia purba banyak dihabiskan di dalam gua yang
disebut abri sous roche. Alat yang digunakan menggunakan batu yang lebih halus. Dan panah
bergigi yang terbuat dari hewan digunakan untuk berburu. Ciri utama kehidupan pada zaman ini
adalah peninggalan sampah dapur yang disebut kjokkenmodinger. Sampah dapur tersebut
berasal dari cangkang kerang yang di tumpuk sehingga membatu. Sampah tersebut dapat
ditemukan di daerah sepanjang pantai timur sumatera. Hasil kebudayaan zaman ini adalah
Bascon-Hoabinh. Manusia pendukung pada zaman ini adalah papua melanosoide yang terdiri
dari suku irian di papua dan suku aborigin di australia.

Neolitikum

Disebut juga neolitik, merupakan fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah
yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang
diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar. Manusia telah
menjadi pendukung peradaban food producing atau dapat di sebut juga dengan masa
berburu dan mengumpulkan makanan. Manusia pada zaman ini sudah tinggal secara
menetap, bercocok tanam, dan berternak. Manusia pendukung zaman batu muda
adalah orang Proto Melayu yang terdisi dari suku Nias, Toraja, dan Dayak. Produk
kebudayaan yang mereka hasilkan adalah kapak bahu, perhiasan dari batu, kapak
persegi, dan kapak lonjong. Sebagian besar manusia pada jaman itu memiliki
campuran ras Paleo-Mongoloid.

Zaman Perunggu

(bahasa Inggris: "Bronze Age") adalah


periode perkembangan sebuah peradaban yang ditandai dengan penggunaan teknik melebur
tembaga dari hasil bumi dan membuat perunggu. Secara urut, zaman ini berada di antara Zaman
Batu dan Zaman Besi. Zaman Perunggu adalah bagian dari sistem tiga zaman untuk masyarakat
prasejarah dan terjadi setelah Zaman Neolitikum di beberapa wilayah di dunia. Di sebagian besar
Afrika subsahara, Zaman Neolitikum langsung diikuti Zaman Besi.

Sebagian besar perkakas perunggu yang tersisa adalah alat atau senjata, meskipun ada beberapa
artefak ritual yang tersisa.

Waktu dimulainya Zaman Perunggu berbeda-beda pada setiap kebudayaan, bergantung pada
perkembangan sejarah tulisan pertama. Berdasarkan bukti arkeologis, budaya di Mesir (hieroglif
Mesir), Timur Dekat (kuneiform), dan Mediterania menggunakan sistem penulisan yang masih
bertahan.
Biografi Raden Saleh Syarief Bustaman

Raden Saleh Syarief Bustaman dilahirkan tahun 1807 di Terbaya dekat Semarang, meninggal di
Bogor tanggal 23 April 1880. Ia mendapat didikan dasar menggambar dan melukis dari seorang
pelukis Belgia, A.A.J. Payen antara tahun 1817 dan 1820. Sebenarnya Raden Saleh dipersiapkan
oleh pemerintah Hindia-Belanda menjadi calon pegawai pada Badan Penyelidikan Ilmu
Pengetahuan dan Kesenian yang dikepalai oleh Prof. C.G.C. Reinwardt, di Bogor. Pada tahun
1829 Raden saleh mengiringi Inspektur Kesenian Belanda de Linge dalam perjalanannya ke
Belanda.

Ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, tinggal di daerah Terbaya, dekat Semarang. Sejak
usia 10 tahun, ia diserahkan pamannya, Bupati Semarang, kepada orang-orang Belanda
atasannya di Batavia. Kegemaran menggambar mulai menonjol sewaktu bersekolah di sekolah
rakyat (Volks-School).

Keramahannya bergaul memudahkannya masuk ke lingkungan orang Belanda dan lembaga-


lembaga elite Hindia-Belanda. Seorang kenalannya, Prof. Caspar Reinwardt, pendiri Kebun Raya
Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawadan pulau
sekitarnya, menilainya pantas mendapat ikatan dinas di departemennya. Kebetulan di instansi itu
ada pelukis keturunan Belgia, A.A.J. Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat
lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen di Belanda.
Payen tertarik pada bakat Raden Saleh dan berinisiatif memberikan bimbingan.
Biodata Pelukis Affandi dan beberapa karyanya 6:53 PM Art No comments Affandi lahir di Cirebon, Jawa
Barat, pada tahun 1907. Tanggal dan bulan kelahirannya tidak diketahui secara pasti. Ayahnya yang
bernama R. Koesoema adalah seorang mantri ukur pada pabrik gula di Ciledug. Affandi menempuh
pendidikan terakhir AMS-B di Jakarta. Pada umur 26 tahun, tepatnya pada tahun 1933, Affandi menikah
dengan Maryati, gadis kelahiran Bogor. Affandi dan Maryati dikaruniai seorang putri yang nantinya akan
mewarisi bakat ayahnya sebagai pelukis, yaitu Kartika. Sebelum mulai melukis, Affandi pernah menjadi
guru dan pernah juga bekerja sebagai tukang sobek karcis dan pembuat gambar reklame bioskop di
salah satu gedung bioskop di Bandung. Pekerjaan ini tidak lama digeluti karena Affandi lebih tertarik
pada bidang seni lukis. Sekitar tahun 30-an, Affandi bergabung dalam kelompok Lima Bandung, yaitu
kelompok lima pelukis Bandung. Mereka itu adalah Hendra Gunawan, Barli, Sudarso, dan Wahdi serta
Affandi yang dipercaya menjabat sebagai pimpinan kelompok. Kelompok ini memiliki andil yang cukup
besar dalam perkembangan seni rupa di Indonesia. Kelompok ini berbeda dengan Persatuan Ahli
Gambar Indonesia (Persagi) pada tahun 1938, melainkan sebuah kelompok belajar bersama dan
kerjasama saling membantu sesama pelukis. Pada tahun 1943, Affandi mengadakan pameran tunggal
pertamanya di Gedung Poetera Djakarta yang saat itu sedang berlangsung pendudukan tentara Jepang
di Indonesia. Empat Serangkai --yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur-- memimpin Seksi Kebudayaan Poetera (Poesat Tenaga Rakyat)
untuk ikut ambil bagian. Dalam Seksi Kebudayaan Poetera ini Affandi bertindak sebagai tenaga
pelaksana dan S. Soedjojono sebagai penanggung jawab, yang langsung mengadakan hubungan dengan
Bung Karno. Sebelum dan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
yang dikumandangkan Bung Karno dan Bung Hatta, Affandi aktif membuat poster-poster perjuangan
untuk membangkitkan semangat perjuangan rakyat Indonesia terhadap kaum kolonialisme Belanda
yang ingin kembali menjajah Indonesia. Kegiatan ini dilakukan bersama-sama dengan pelukis dan
seniman lain yang tergabung dalam Seksi Kebudayaan Poetera, antara lain: S. Soedjojono, Dullah,
Trubus, dan Chairil Anwar. Selanjutnya, Affandi memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan
mendirikan perkumpulan "Seniman Masyarakat" 1945. Perkumpulan ini akhirnya menjadi "Seniman
Indonesia Muda" setelah S. Soedjojono juga pindah ke Yogyakarta. Pada tahun 1947, Affandi mendirikan

Anda mungkin juga menyukai