Anda di halaman 1dari 10

SEJARAH PERKEMBANGAN SENI RUPA

DISUSUN OLEH :
Aliffiyan
(03)
Ariyanto
(07)
Narwan F.
(24)
Mukti
(22)
Sahrul Alim M. (31)
Yusuf Nur Huda
(35)

SMP N 1 MOJOGEDANG
TAHUN AJARAN 2014 / 2015

PERIODESASI SENI RUPA MANCANEGARA

Seiring dengan waktu karya seni rupa terus berkembang mengikuti jaman , berikut
perkembangan seni rupa dimancanegara sesuai urutan jamannya;
1. SENI RUPA ZAMAN PRA SEJARAH/PRE-HISTORY
2. SENI RUPA ZAMAN KLASIK/SEJARAH(HISTORY)
3. SENI RUPA ZAMAN PERTENGAHAN ( periode agama nasrani )
4. SENI RUPA ZAMAN RENAISSANCE (kelahiran kembali )
1. Seni rupa zaman prasejarah.
Seni rupa dapat dikatakan sebagai bagian dari hasil kebudayaan, dalam hal tertentu karya seni
rupa sudah ada sejak manusia mengenal peradaban. Karya karya dimaksud ditemukan pada
masyarakat zaman prasejarah dari bukti peninggalannya seperti kapak, menhir, patung, lukisan
pada dinding goa, gerabah
dinamakan zaman prasejarah Menurut para ahli, adalah jaman yang merupakan rangkaian sejarah
yang belum ditulis manusia atau zaman yang belum ditemukan adanya bukti tulisan.
Ciri-ciri umum karya seni rupa prasejarah antara lain;
- tercipta bukan untuk keindahan, tapi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
kepercayaan
- karya seni rupa digunakan dalam upacara ritual
- bentuk karya seni rupa terkesan misteri/penuh rahasia, magic, dan makna lambang
- anonim
Ciri-ciri khusus pada karya seni rupa jaman prasejarah mancanegara;
tercipta penuh ekspresi, proporsi bentuk tidak sempurna, banyak mengalami distorsi, karya
tercipta apa adanya. Tema menceritakan kehidupan perburuan, bercocoktanam, objek manusia,
binatang, (byson/sapi hutan, banteng, rusa,) dan tumbuhan, menggunakan material bahan
sederhana dari alam seperti batu, tanah liat, pewarna dari getah tumbuhan yang dicampur
minyak binatang untuk lukisan, teknik yang digunakan untuk melukis adalah teknik
gores/cukil / jiplak seni rupa
Ragam peninggalan karya seni rupa prasejarah mancanegara;, antara lain;
- lukisan bison pada diding gua altamira di spanyol utara
- menhir, dolmen, sacrofagus, patung
- seni bangunan cromlech/stonehaange di inggris
- peralatan rumah tangga
Berikut contoh-contoh gambar hasil karya seni rupa mancanegara;

2. Zaman klasik/ sejarah.


Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin bentuk-bentuk yang ada di
alam. Hal ini sebagai akibat berkembangnya ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa
seni lukis mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata dalam banyak hal. Selain itu,
kemampuan manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran pentingnya
keindahan di dalam perkembangan peradaban.
Seni lukis zaman klasik kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan:
- Mistisme (sebagai akibat belum berkembangnya agama)
- Propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan kota pompeii)
Ciri-ciri seni rupa zaman klasik;
- diilhami masa sejarah/jaman kerajaan yang mendambakan keindahan, kemegahan,
kesempurnaan
- penggambaran serba sempurna termasuk objek manusia (laki-laki bertubuh
atletis, diberi atribut /senjata objek perempuan; sifat) kecantikan, busana penuh
hiasan)
- pada karya kriya/bangunan tampak mewah penuh hiasan
- proporsi sempurna
Berikut ini contoh karya seni peninggalan jaman klasik;

3. Zaman pertengahan
Seni rupa Abad Pertengahan adalah kumpulan karya dan konsep seni rupa yang muncul sejak
dimulainya abad pertengahan, dengan bersekutunya bangsa-bangsa Germania di bawah Raja
Charmelagne hingga dimulainya masa renaisansce.
Karya seni rupa pada zaman ini memiliki ciri khas, yaitu keterikatan atas otoritas gereja yang
mendominasi pemerintahan dan struktur sosial masyarakat. Ketaatan kepada gereja adalah
mutlak. bahkan tak jarang gereja ikut campur tangan dalam menentukan isi karya yang akan
dibuat.

Secara visual, karya seni rupa Abad Pertengahan terlihat datar, dengan pengolahan warna-warna
primer dan pose yang agak kaku. Konsep perspektif pada masa ini sangat jarang ditemukan, atau
kalau pun ada, hanya berupa pengolahan sederhana dengan banyak distorsi. Selain itu, tidak sulit
menemukan material cat emas, emas, batuan berharga, dan gading sebagai bahan utama karya.
Ukuran karya seni rupa pada masa ini kebanyakan besar. Tetapi, tidak seperti pada masa klasik
Romawi, ukuran yang besar tidak dimaksudkan untuk hal monumental, tetapi lebih sebagai
pengisi ruang arsitektur yang pada masa itu cenderung tinggi dan luas dan sebagai wujud
kebesaran Tuhan.
Berikut adalah contoh karya seni zaman pertengahan

4. Zaman renaissance
Berawal dari kota Firenze. Setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ilmuwan dan budayawan
(termasuk pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju daerah semenanjung Italia sekarang.
Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firenze terhadap ilmu pengetahuan
modern dan seni membuat sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan terhadap
kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam kelahiran kembali seni
zaman klasik. Sains di kota ini tidak lagi dianggap sihir, namun sebagai alat baru untuk merebut
kembali kekuasaan yang dirampas oleh Turki. Pada akhirnya, pengaruh seni di kota Firenze
menyebar ke seluruh Eropa hingga Eropa Timur.
Tokoh yang banyak dikenal dari masa ini adalah:
Tomassi,Donatello,Leonardo da Vinci,Michaelangelo,Raphael
Berikut adalah contoh-contoh karya seni zaman renaissance ( kelahiran kembali)

"SEJARAH SENI RUPA INDONESIA


Jauh sebelum dimulai perhitungan tahun masehi, dibeberapa tempat di daerah timur
sudah memperlihatkan suatu kebudayaan yang bermutu tinggi. Dan sangat berpengaruh baik di
timur maupun di daerah barat. Kesenian timur pada awal perkembangannya berpusat di Mesir,
Mesopotamia dan India (lembah sungai Indus). Ketiga daerah ini menampilkan bentuk seni yang
memiliki ciri khas masing masing sesuai dengan kepercayaan, pandangan hidup dan tradisinya.
Secara historis, seni rupa sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan
prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah
mulai membuat gambar pada dinding-dinding gua untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari
kehidupan. Sebuah lukisan atau gambar bisa dibuat hanya dengan menggunakan materi yang
sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya.
Salah satu teknik terkenal gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang gua adalah
dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu menyemburnya dengan kunyahan dedaunan
atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan berwana-warni di dinding-dinding
gua yang masih bisa dilihat hingga saat ini. Kemudahan ini memungkinkan gambar (dan
selanjutnya lukisan) untuk berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni
patung dan seni keramik.
Objek yang sering muncul dalam karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan
objek-objek alam lain seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang
digambar tidak selalu serupa dengan aslinya. Ini disebut citra dan itu sangat dipengaruhi oleh
pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar seekor banteng dibuat dengan
proporsi tanduk yang luar biasa besar dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling
mengesankan dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi
berbeda-beda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pada satu titik, ada orang-orang tertentu dalam satu kelompok masyarakat prasejarah
yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka
mulai mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa tertentu,
bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat daripada biasanya. Mereka
mulai menemukan semacam cita-rasa keindahan dalam kegiatannya dan terus melakukan hal itu
sehingga mereka menjadi semakin ahli. Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka
bumi dan pada saat itulah kegiatan menggambar dan melukis mulai condong menjadi kegiatan
seni.
Dalam dunia seni, seni rupa terbukti berdaya guna dan bertepat guna sebagai salah satu
sarana kreatifitas dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah seni rupa prasejarah Indonesia
harus dipelajari. Judul makalah ini sengaja dipilih karena menarik perhatian penulis untuk
dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang peduli terhadap seni rupa
prasejarah Indonesia.
A. SENI RUPA PRASEJARAH
Zaman prasejarah (Prehistory) adalah jaman sebelum ditemukan sumbersumber
atau dokumendokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaannya berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa Melayu Tua
dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan dinamisme yang melahirkan
bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat simbolisme).

a. Seni Bangunan
Manusia phaleolithikum belum meiliki tempat tinggal tetap, mereka hidup
mengembara (nomaden) dan berburu atau mengumpulkan makanan (food gathering).
Tandatanda adanya karya seni rupa dimulai dari jaman Mesolitik. Mereka sudah memiliki
tempat tinggal di goagoa. Seperti goa yang ditemukan di di Sulawesi Selatan dan Irian
Jaya yang dimana pada dinding goa-goa tersebut terdapat berbagai macam gambar tentang
kegiatan sehari ataupun cap tangan. Juga berupa rumahrumah panggung di tepi pantai,
dengan buktibukti seperti yang ditemukan di pantai Sumatera Timur berupa bukitbukit
kerang (Kjokkenmodinger) sebagai sisasisa sampah dapur para nelayan
Kemudian zaman Neolithik, manusia sudah bisa bercocok tanah dan berternak
(food producting) serta bertempat tinggal tinggal di rumahrumah kayu. Pada megalitik
banyak menghasilkan bangunanbangunan dari batu yang berukuran besar untuk keperluan
upacara agama, seperti punden, dolmen, sarkofag, meja batu dll
b. Seni Patung
Seni patung berkembang pada zaman Neolitik, berupa patung patung nenek
moyang dan patung penolak bala, bergaya non realistis, terbuat dari kayu atau batu.
Kemudian pada masa megalithik banyak ditemukan patung patung berukuran besar
bergaya statis monumental dan dinamis piktural.
c. Seni Lukis
Dari zaman Mesolithik ditemukan lukisan-lukisan yang dibuat pada dinding gua
seperti lukisan goa di Sulawesi Selatan dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk
keperluan magis dan ritual, seperti adegan perburuan binatang lambang nenek moyang dan
cap jari. Kemudian pada zaman neolithik dan megalithik, lukisan diterapkan pada
bangunan-bangunan dan benda-benda kerajinan sebagai hiasan ornamentik (motif
geometris atau motif perlambang).

Lukisan di dinding Ceruk Ida Malangi, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara


d. Seni Kriya
Kriya Seni, Kelahiran Dan Eksistensinya Ahmad Bahrudin Abstrak : Kriya atau
sering disebut dengan kerajinan dan dalam bahasa inggrisnya disebut dengan nama craft,
pada mulanya diciptakan sesuai dengan kebutuhan pada zamannya, yaitu sebegai
pemenuhan kebutuhan religi/beribadah pada lampau, dan kriya berkembang tidak lagi
sebagai pemenuhan kebutuhan religi tetapi sebagai pemenuhan kebutuhan pokok manusia,
pada umunya memiliki fungsi praktis/applied art pada masyarakat, maka kriya sekarang ini
sudah mencerminkan perubahan-perubahan dari masa lalu. Perubahan itu tidak lepas dari
pengaruh berbagai aspek dari waktu ke waktu seiring dengan kemajuan zaman yang sangat
cepat. Sehingga muncul dua istilah dalam kriya yaitu istilah seni kriya dan istilah kriya

seni, seni kriya bersifat pada pemenuhan kehidupan sehari-hari dan memiliki fungsi
praktis, sedangkan kriya seni muncul karena adanya keinginan kriyawan untuk
menambahkan ekspresi dalam karya kriyanya, sehingga lahir karya-karya kriya yang lebih
menekankan pada nilai.
B. SENI RUPA KLASIK
Pada galibnya suatu zaman dalam sejarah kebudayaan sesuatu bangsa dinamakan
Klasik apabila mempunyai dua ciri :
1. Masyarakat manusia dalam zaman itu telah menghasilkan tonggak-tonggak peradaban
pertama yang akan menjadi dasar perkembangan peradaban selanjutnya di masa yang lebih
kemudian, misalnya (mulai digunakan tulisan, sistem kalender, sistem kerajaan, konsep
kepahlawanan, mitologi dewa-dewa, dan lainnya lagi).
2. Banyak kaidah, aturan, konsep atau norma budaya yang berkembang dalam zaman tersebut
terus saja digunakan hingga masa sekarang, jadi di zaman sekarang seringkali masih
mengacu kaidah lama yang pernah berkembang sebelumnya di zaman awal kegemilangan
peradaban bangsa tersebut. Bagi bangsa Indonesia, zaman Klasik yang sesuai dengan
kedua syarat tersebut adalah masa perkembangan agama Hindu-Buddha di Nusantara, oleh
karena itu masa Hindu-Buddha kemudian dinamakan zaman Klasik Indonesia.
Berdasarkan berbagai tinggalan arkeologisnya, zaman klasik dibagi menjadi dua
periode, yaitu (a) zaman Klasik Tua yang berkembang antara abad ke-810 M, dan (b)
zaman Klasik Muda berkembang antara abad ke-1115 M. Kedua zaman itu berkembang di
berbagai wilayah Indonesia, termasuk di Sumatera dan Bali, namun banyak bukti arkeologi
dalam zaman Klasik Tua didapatkan di wilayah Jawa bagian tengah, oleh karena itu terdapat
kepustakaan yang menyatakan agak keliru dengan sebutan Zaman Jawa Tengah. Adapun
untuk zaman Klasik Muda disebut juga secara keliru dengan Zaman Jawa Timur, berhubung
banyaknya temuan arkeologi dari abad ke-1115 (sebenarnya baru mulai banyak sejak abad
ke-13) yang terdapat di wilayah Jawa bagian timur. Justru pembagian zaman Klasik yang
didasarkan kepada kronologi tersebut untuk memperluas cakupan kajian, jadi tidak melulu
bicara tentang tinggalan di Jawa bagian tengah atau timur belaka (Munandar 1995: 108).
Masa sejarah di Indonesia dimulai setelah ditemukannya bukti prasasti-prasasti awal
(bertarikh sekitar abad ke-4 M) ditemukan di wilayah Kutai, Kalimantan Timur yang
menyebut nama raja Mulawarmman dan Jawa bagian barat yang menyebutkan Kerajaan
Tarumanagara dengan rajanya Purnnawarmman. Prasasti-prasasti itu menggunakan aksara
Pallava dengan bahasa Sansekerta (Suleiman, 1974: 1415); sedangkan nafas keagamaan
yang terkandung dalam prasasti-prasasti tersebut bercorak Veda kuno, masih belum memuja
Trimurti. Dalam masa sejarah itulah pengaruh kebudayaan India mulai datang dan
berkembang secara terbatas di beberapa tempat di Nusantara.
Dalam masa selanjutnya pengaruh kebudayaan India awal yang menularkan ajaran
Veda-Brahmana tersebut agaknya tidak diminati lagi oleh masyarakat. Dengan
menghilangnya kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat tidak ada kerajaan lainnya yang
meneruskan ritual Veda Kuno yang didominasi oleh kaum Brahmana. Alih-alih kerajaan yang
muncul kemudian di wilayah Jawa bagian tengah dalam abad ke-8 M bernafaskan Hindu
Trimurti. Kerajaan itu adalah Mataram Kuno yang mengeluarkan Prasasti Canggal dalam
tahun 732 M, dalam prasasti itu dinyatakan nama raja yang menitahkan penerbitan prasasti,

yaitu Sanjaya. Nafas keagamaan yang cukup kentara dalam prasasti adalah Hindu-saiva,
karena bait-baitnya banyak memuliakan Siva Mahadeva (Poerbatjaraka 1952: 5355).
Bersamaan dengan masuknya pengaruh Hindu-saiwa, dalam masa yang hampir
bersamaan datang pula pengaruh agama Buddha dari aliran Mahasanghika (Mahayana) ke
tengah-tengah masyarakat Jawa Kuno. Dengan demikian di Jawa bagian tengah antara abad
ke-810 M berkembang 2 agama besar, yaitu Hindu-saiwa dan Buddha Mahayana yang
beraasal dari Tanah India. Dalam perkembangannya itu banyak dihasilkan berbagai bentuk
kesenian, seni yang masih bertahan hingga sekarang adalah bukti-bukti seni rupa yang berupa
arca dan relief serta dan kemajuan karya arsitektur bangunan suci. Demikianlah risalah
singkat ini memperbincangkan perihal zaman Klasik Tua yang berkembang di wilayah Jawa
bagian tengah, bukan di wilayah lainnya di Indonesia. Bukti arkeologis yang akan dijadikan
data, adalah penggambaran relief dan arca-arca dewa, baik yang dikembangkan dalam lingkup
kebudayaan India, dan juga arca dan relief yang dihasilkan oleh kebudayaan Klasik Tua di
masa Jawa kuno di Jawa tengah.

Salah satu bagian relief dari Candi Borobudur


Pada patung Hindu-Budha, ragam hias yang paling umum digunakan adalah padma
teratai. Padmamelambangkan tempat duduk dewa tertinggi, terbentuknya alam semesta,
kelahiran Budha, kebenaran utama, tempat kekuatan hayati dan suci bagi kaum Yogin), serta
rasa kasih. Bentuk hias yang lain adalh swastika (melambangkan daya dan keselarasan agad
raya), kalamakara (terdiri dari kala yang melambangkan waktu, dan makaramalambangkan
makhluk seperti buaya), serta kinnara yang berwujud setengah manusia dan burung (anggota
dari kelompok dewa penghuni langit).
Pengaruh zaman Hindu-Budha dalam bidang seni rupa sangat kental dalam bidang
arsitektur, khususnya arsitektur pada bangunan candi. Candi di Indonesia dibedakan menjadi
candi Hindu dan candi Budha.
a) Candi Hindu
Arsitektur candi Hindu Indonesia memiliki gaya yang sama dengan India Selatan. Candi
Syiwa Lara Jonggrang di Jawa Tengah, misalnya. Candi tersebut melukiskan penafsiran
setempat yang terperinci mengenai tempat pemujaan agama Hindu yang menunjukkan ciri
Syiwaisme.
b) Candi Budha
Bangunan candi Borobudur, tidak ada hubungan gaya dengan India. Borobudur terdiri atas
sepuluh tingkat konsentris. Enam tingkat paling bawah dirancang sebuah bidang persegi,
sementara empat tingkat di atasnya merupakan stupa utama berbentuk lingkaran.
C. SENI RUPA ISLAM
Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir hingga akhir
masa keemasan Islam. Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara,

Timur Tengah, dan Eropa sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga mulai mundurnya
kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya tersebar jauh lebih
luas daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang.
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa yang
memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal pada masa ini. Tetapi
perannya sendiri cukup besar di dalam perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam
pemunculan unsur kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam juga
memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias. Dekorasi di seni rupa Islam
lebih banyak untuk menutupi sifat asli medium arsitektur daripada yang banyak ditemukan
pada masa ini, perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque.
Pengaruh Islam terhadap seni Indonesia merupakan hasil perdagangan yang dimulai
sejak abd ke-11. Para pedagang dari Gujarat, India, membangun permukiman di sepanjang
Pantai Timur Sumatra dan Aceh. Selanjutnya pusat-pusat kebudayaan Islam dibangun secara
bertahap di Demak dan Jepara.
Pengaruh kebudayaan Islam terhadap seni rupa antara lain sebagai berikut.
a) Pahatan Kubur dan Masjid
Beberapa makam islam paling tua menggunakan nisan bergaya Islam. Batu nisan
gaya Gujarat ditemukan di Samudera Pasai (Aceh Utara) dan Gresik. Arsitektur masjid
Indonesia pun berbeda dengan yang ditemukan di negara Islam lainnya. Masjid lama
dibangun dengan mengikuti prinsip dasar bangunan kayu, dan disertai dengan
pembangunan pendapa di bagian depan.
Selain itu juga memiliki atap tumpang yang memberikan ventilasi, dan disangga
oleh deretan tiang kayu. Masjid-masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten, Demak, dan
Kudus. Bagian dalamnya dihiasi pola bunga, satwa, dan bangun berulang. Letak piringpiring China, Vietnam, dan Thailand digunakanuntuk menyamakan lantai berwarna yang
ditemukan di masjid Timur Tengah dan Moghul, India.
b) Kaligrafi
Kaligrafi Islam, khususnya kaligrafi Arab, merupakan unsur penting dalam seni
hias Islam. Begitu pula dengan seni kaligrafi Indonesia, sebagian besar mendapat pengaruh
dari seni kaligrafi Arab. Benda-benda upacara yang ada di istana-istana, seperti belati,
tombak, pedang, dan panji-panji sering dihiasi kaligrafi. Selain itu, hiasan kaligrafi juga
nampak pada lukisan kaca dan ukiran kayu pada dinding istana. Tokoh wayang juga ada
yang dihiasi oleh ragam hias kaligrafi untuk menyamarkan bentuk manusianya.
D. SENI RUPA MODERN
Seni Rupa Modern adalah suatu karya seni rupa yang merupakan hasil kreativitas
untuk menciptakan karya yang baru atau dengan kata lain karya seni rupa pembaruan.
Kreativitas dalam seni rupa di dalamnya terdapat estetika, karakter, inovasi, dan originalitas.
Peirode Perintis (1826-1880), perkembangannya diawali oleh pelukis Raden Saleh.
Berkat pengalamannya belajar menggambar dan melukis di luar negeri seperti di Belanda,
Jerman, Perancis, beliau dapat merintis kemunculan seni rupa Modern di Indonesia. Corak
lukisannya beraliran Romantis dan Naturalis. Aliran Romantisnya menampilkan karya-karya
yang berceritera dahsyat, penuh kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas.
Gaya Naturalisnya sangat jelas nampak dalam melukis potret.

Merapi karya Raden Saleh


Peiode Indonesia Jelita, masa ini merupakan kelanjutan dari masa perintisan setelah
pakum beberapa saat karena meninggalnya Raden Saleh. Kemudian munculah seniman
Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah
dan Trijoto Abdullah. Pelukis-pelukis Indonesia yang lain seperti Pirngadi, Henk Ngantung,
Suyono, Suharyo, Wakidi, dll.
Masa ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena pelukisnya melukiskan tentang
kemolekan/keindahan obyek alam. Pelukis hanya mengandalkan teknik dan bahan saja. Karya
Abdullah SR. (Pemandangan di sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa Tengah, Dataran
Tinggi di Bandung), karya Pirngadi (Pelabuhan Ratu), karya Basuki Abdullah (Telanjang,
Pemandangan, Gadis sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali, dll.)
Periode Persagi, pada masa ini di Indonesia sedang terjadi pergolakan. Bangsa
Indonesia berjuang untuk mendapatkan hak yang sejajar dengan bangsa-bangsa lain, terutama
hak untuk merdeka dari penjajahan asing. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, seperti
dalam bidang kesenian yang berusaha mencari ciri khas Indonesia. Pelopor masa ini yang
dikenal memilki semangat tinggi adalah S. Sdjojono, ia tidak puas dengan kehidupan seni
rupa Jelita yang serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang
melanda bangsa Indonesia.
Sebagai langkah perjuangannya maka S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama
kawan-kawannya mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi
bertujuan untuk mengembangkan seni lukis di Indonesia dengan mencari corak Indonesia asli.
Konsep persagi itu sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekedar kecakapan melukis
melainkan melukis dengan tumpahan jiwa. Karya-karya S. Sudjojono (Di depan kelambu
terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan, Bunga kamboja), karya Agus Jayasuminta (Barata Yudha,
Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana), karya Otto Jaya (Penggodaan, Wanita impian).
Peiode Pendudukan Jepang, kegiatan melukis pada masa ini dilakukan dalam
kelompok Keimin Bunka Shidoso. Tujuannya adalah untuk propaganda pembentukan
kekaisaran Asia Timur Raya. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan diawasi
oleh seniman Indonesia, Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung, dll.
Untuk kelompok asli Indonesia berdiri kelompok PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokohtokoh yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu Ir. Sukarno, Moh.
Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur.
Khusus yang menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis
yang ikut bergabung dalam Putra diantaranya Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll.
Pada masa ini para seniman memiliki kesempatan untuk berpameran, seperti pameran karya
dari Basuki Abdullah, Affandi, Nyoman Ngedon, Hendra Gunawan, Henk Ngantung, Otto
Jaya, dll.

Anda mungkin juga menyukai