Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

SEJARAH SENI RUPA DAN KEBUDAYAAN INDONESIA

Disusun untuk memenuhi Ujian Akhir Semester (UAS) Ganjil Mata Kuliah
Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia
Dosen Pengampu: Putri Sekar Hapsari, S.Sn., M.A.

Disusun oleh:

Fazar Adriyansyah
221501026

JURUSAN DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA SURAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia ini dengan sebaik mungkin.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para
Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. Tidak
lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Putri Sekar Hapsari, S.Sn., M.A.
selaku dosen mata kuliah Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan Indonesia.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dalam materi pembahasan maupun
dengan teknik penulisan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 12 Januari 2023


Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan Perumusan.....................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORI......................................................................................3
2.1. Perkembangan Sejarah Seni Rupa.............................................................3
2.1.1. Jenis Seni Rupa..................................................................................3
2.1.2. Sifat-Sifat Umum Seni Rupa Indonesia.............................................4
2.2. Seni Rupa Prasejarah Indonesia................................................................5
2.2.1. Seni Rupa Masa Paleolithikum..........................................................6
2.2.2. Seni Rupa Masa Mesolithikum..........................................................6
2.2.3. Seni Rupa Masa Neolithikum............................................................7
2.2.4. Peninggalan-Peninggalan Seni Rupa Zaman Batu.............................7
2.3. Perkembangan Seni Rupa Masa Tradisional (Purba)................................8
2.3.1. Seni Rupa Indonesia Hindu................................................................8
2.3.2. Seni Rupa Indonesia Budha.............................................................10
2.4. Seni Rupa Indonesia Periode Madya (Islam)..........................................11
2.5. Seni Rupa Kontemporer (Modern)..........................................................13
2.5.1. Masa Perintisan................................................................................14
2.5.2. Masa Mooi Indie/Hindia Molek (1920-1938)..................................15
2.5.3. Masa PERSAGI (1938-1942)..........................................................16
2.5.4. Masa Pendudukan Jepang Sampai Masa Kemerdekaan..................19
BAB III KESIMPULAN.....................................................................................22
3.1. Kesimpulan..............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman
dan keunikannya. Masing-masing suku bangsa memiliki keanekaragaman
seni budaya tersendiri. Di setiap seni budaya tersebut terdapat nilai-nilai yang
tinggi. Pada kondisi saat ini seni dan kebudayaan mulai ditinggalkan, bahkan
sebagian masyarakat Indonesia malu akan seni budaya Indonesia secara
perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar dan karakter
masyarakat Indonesia yang suka meniru.
Seni dapat menyampaikan perasaan-perasaan terdalam kepada kita, seni
dapat memberi kenikmatan, seni dapat menemani kita dikala berduka, seni
dapat menghibur, seni seringkali digunakan untuk memikat dan meyakinkan
kita dengan macam cara. Seni memiliki nilai estetis yang disukai oleh
manusia dan mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas.
Cara mengekspresikan seni bisa menggunakan berbagai media. Banyaknya
media yang bisa digunakan dalam pengungkapan seni sehingga seni bisa
dinikmati dan dipahami dalam berbagai bentuk seperti seni rupa.
Seni rupa merupakan segala bentuk ekspresi pengalaman estetis yang
dilakukan secara sadar oleh manusia dengan melalui media titik, garis,
bentuk, warna, tekstur, dan ruang. Banyak sekali ragam karya seni rupa di
Indonesia yang perlu kita ketahui dengan sejarah awal mula dari seni rupa itu
sendiri.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kebudayaan seni rupa Indonesia?
2. Bagaimana sejarah seni rupa pada masa prasejarah?

1
3. Bagaimana perkembangan sejarah seni rupa masa tradisional, madya,
kontemporer dan kebudayaan Indonesia?

1.3. Tujuan Perumusan


Adapun tujuan dari perumusan ini untuk:
1. Mengetahui latar belakang, ruang lingkup, dan tinjauan umum seni
rupa Indonesia;
2. Mengetahui sejarah seni rupa masa prasejarah (paleolithikum,
mesolithikum, dan neolithikum) beserta karakter, pola pikir dan
contoh karyanya;
3. Mengetahui perkembangan sejarah seni rupa masa tradisional (Hindu
dan Budha), madya (Islam), dan kontemporer (modern).

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1. Perkembangan Sejarah Seni Rupa


Sejarah seni rupa memberikan gambaran tahap demi tahap atau masa
demi masa peristiwa terjadinya penciptaan karya visual dahulu dan sekarang.
Sudah barang tentu tidak hanya menyangkut masalah bentuk yang diciptakan,
tetapi juga latar belakang atau harapan masyarakat pencipta seni rupa pada
waktu itu.
Kajian sejarah seni rupa menunjuk bahwa seni rupa suatu bangsa tidak
dapat berkembang kalau tidak mendapat pengaruh dari luar. Perkembangan
selalu menunjukan sebagai suatu pertumbuhan dari awal kemudian tumbuh,
akhirnya mencapai titik puncak atau dengan istilah seni klasik. Oleh karena
itu di dunia ini tidak ada yang abadi, maka pencapaian puncak inipun akan
mengalami saat terakhirnya, pada suatu saat akan mengalami kelahirannya
kembali (renaissance). Jadi dapat dikatakan bahwa sejarah seni rupa adalah
suatu catatan peristiwa terjadinya ciptaan seni visual dua atau tiga
dimensional dari waktu ke waktu.
Sementara itu, yang dimaksud dengan seni rupa adalah kreasi seni yang
utamanya diapresiasi melalui penglihatan dengan media yang tampak dan
memiliki wujud fisik (dapat diraba) atau hanya disajikan sebagai pertunjukan.
Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan sebuah karya seni rupa akan
menggabungkan indera lain untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Oleh karena itu, seni rupa dapat disebut juga cabang seni yang utamanya
diciptakan untuk keindahan visualnya tetapi tetap memperhatikan nilai estetik
indera lain seperti pertunjukan, dan lain sebagainya.
2.1.1. Jenis Seni Rupa
1. Seni Rupa Murni
Seni rupa murni adalah seni rupa yang mengutamakan segi
keindahan dan juga keunikan yang ada di dalam hasil karyanya.

3
Sebuah karya murni juga bisa digunakan untuk sarana
meningkatkan kebahagiaan seseorang dengan menggunakan
unsur keindahan ataupun unsur estetika di dalam suatu karya
seni rupa. Contoh seni rupa murni yaitu seni lukis, seni grafis,
seni fotografi, seni koreografi, seni kaligrafi, seni pahat, seni
ukir, seni keramik, dan seni mozaik. Jika dilihat dari wujud dan
bentuk seni rupa murni dibagi menjadi 2 (dua) yaitu seni murni
dua dimensi dan seni murni tiga dimensi.
2. Seni Rupa Terapan
Seni rupa terapan adalah salah satu jenis karya seni rupa yang
diciptakan dengan tujuan utama memberi nilai fungsi atau nilai
guna sebagai benda dibandingkan nilai estetisnya. Seni rupa
terapan mempunyai 2 (dua) fungsi yaitu fungsi individual dan
fungsi. Fungsi individual dalam unsur fisik dapat berupa
pemenuhan kebutuhan seperti pakaian, peralatan makan, rumah,
transportasi, dan sebagainya. Sedangkan fungsi individual dalam
unsur psikis atau emosional dapat berupa kenyamanan dan
kesenangan saat menggunakan benda seni tersebut. Sedangkan
fungsi sebagai sarana bermanfaat banyak orang atau lingkungan
tertentu, seperti sebagai rekreasi atau hiburan, sarana
komunikasi dan lain-lain. Contoh seni rupa terapan yaitu desain,
arsitektur, kriya terapan, pakaian dan perlengkapan busana,
gambar ilustrasi, dan patung terapan.

2.1.2. Sifat-Sifat Umum Seni Rupa Indonesia


Adapun sifat-sifat umum seni rupa Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Bersifat Tradisional/Statis yaitu dengan adanya kebudayaan
agraris mengarah pada bentuk kesenian yang berpegang pada
suatu kaidah yang turun temurun.

4
2. Bersifat Progresif yaitu dengan adanya kebudayaan. Kesenian
Indonesia sering dipengaruhi kebudayaan luar yang kemudian di
padukan dan dikembangkan sehingga menjadi milik bangsa
Indonesia sendiri.
3. Bersifat Kebinekaan, Indonesia terdiri dari beberapa daerah
dengan keadaan lingkungan dan alam yang berbeda, sehingga
melahirkan bentuk ungkapan seni yang beraneka ragam.
4. Bersifat Seni Kerajinan yaitu dengan kekayaan alam Indonesia
yang menghasilkan bermacam-macam bahan untuk membuat
kerajinan.
5. Bersifat Non Realis yaitu dengan latar belakang agama asli yang
berpengaruh pada ungkapan seni yang selalu bersifat
perlambangan/simbolisme.

2.2. Seni Rupa Prasejarah Indonesia


Zaman prasejarah adalah zaman sebelum ditemukan sumber-sumber atau
dokumen-dokumen tertulis mengenai kehidupan manusia. Latar belakang
kebudayaan berasal dari kebudayaan Indonesia yang disebarkan oleh bangsa
Melayu Tua dan Melayu Muda. Agama asli pada waktu itu animisme dan
dinamisme yang melahirkan bentuk kesenian sebagai media upacara (bersifat
simbolisme). Zaman prasejarah Indonesia terbagi atas zaman batu dan zaman
logam.
1. Seni Rupa Zaman Batu
Zaman batu terbagi menjadi zaman batu tua (palaeolithikum), zaman
batu menengah (mesolithikum), zaman batu muda (neolithikum),
kemudian berkembang kesenian dari batu di zaman logam disebut zaman
megalithikum (batu besar).
2. Seni Rupa Zaman Logam
Zaman logam di Indonesia dikenal sebagai zaman perunggu, karena
banyak ditemukan benda-benda kerajinan dari bahan perunggu seperti

5
gendering, kapak, bejana, patung dan perhiasan. Karya seni tersebut
dibuat dengan teknik mengecor (mencetak) yang dikenal dengan 2 (dua)
teknik mencetak:
a. Bivalve, adalah teknik mengecor yang bisa diulang;
b. Acire Perdue, adalah teknik mengecor yang hanya satu kali pakai
(tidak bisa diulang).

2.2.1. Seni Rupa Masa Paleolithikum


Zaman batu tua (Paleolithikum) dikenal sebagai periode dimana
manusianya hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering)
dan hidup berpindah-pindah. Terdapat dua kebudayaan yang menjadi
patokan berkembangnya masyarakat ini pada zaman prasejarah di
Indonesia, yaitu:
1. Kebudayaan Pacitan (Pithecanthropus);
2. Kebudayaan Ngandong, Blora (Homo Wajakensis dan Homo
Soloensis).
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat pada masa ini masih
menggunakan perkakas dari batu yang masih terlihat kasar karena belum
di asah. Perkakas yang dihasilkan pada masa itu muncul dalam bentuk
kapak perimbas, alat-alat pemotong benda lain dari tulang binatang atau
tanduk rusa. Kemudian ada juga alat untuk mengupas makanan yang
disebut flakes yang terbuat dari batu chalcedon. Penemuan alat serpih di
Indonesia dilakukan oleh Ralph von Koenigswald pada tahun 1934. Lokasi
penemuan alat ini berada di situs Trinil, Sangiran, dan Ngandong.

2.2.2. Seni Rupa Masa Mesolithikum


Zaman batu tengah (Mesolithikum) di Indonesia dapat ditemukan
pada tiga bagian penting kebudayaan yaitu:
1. Kebudayaan pebble;
2. Kebudayaan bone;
3. Kebudayaan flakes atau kebudayaan alat serpih dari Abris Sous Roche.

6
Manusia pendukung kebudayaan batu tengah ini adalah bangsa Papua
Melanosoid. Masyarakatnya masih hidup berpindah dengan sebagian
peralatan hamper sama persis dengan manusia pada zaman batu tua.
Perkakas yang dihasilkan pada masa ini berupa kapak genggam (pebble),
kapak pendek (hache courte), batu penggiling, dan kapak dari batu-batu
kali yang dibelah. Di samping itu juga ditemukan mata panah yang terbuat
dari batu sebagai alat untuk berburu dan menangkap ikan. Selain dari batu,
mata panah ini juga ada yang terbuat dari tulang.

2.2.3. Seni Rupa Masa Neolithikum


Zaman batu muda (Neolitikum) ditandai dengan kehadiran
perkakas yang telah mulai halus penggarapannya. Perkakas sudah mulai
diasah atau polis dan kelihatan lebih indah. Beberapa perkakas yang sering
ditemukan antara lain kapak persegi dalam bentuk beliung, pacul, dan
torah yang banyak ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara,
Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan. Uniknya pada masa ini juga
ditemukan kapak persegi berleher dari Minahasa. Sementara itu ditemukan
juga gelang dan kalung dari batu indah di daerah Jawa. Diyakini pada
masa itu masyarakat telah menggunakan pakaian yang terbuat dari kulit
kayu. Perkakas lain yang ditemukan sebagai penanda masa ini adalah
tembikar (periuk belanga). Manusia pendukung kebudayaan zaman batu
muda ini adalah Austronesia (Austria) dan Austro-Asia.
Artefak peninggalan zaman batu muda ini antara lain, pahat segi
Panjang, kapak persegi, kapak lonjong, kapak bahu, perhiasan, pakaian
dari kulit kayu, dan tembikar (periuk belanga).

2.2.4. Peninggalan-Peninggalan Seni Rupa Zaman Batu


1. Seni Bangunan
Manusia paleolitikum belum memiliki tempat tinggal tetap,
mereka hidup mengembara (nomaden) dan berburu atau
mengumpulkan makanan (food gathering). Tanda-tanda adanya

7
karya seni rupa dimulai dari zaman mesolithikum. Mereka
sudah memiliki tempat tinggal di goa-goa. Seperti goa yang
ditemukan di Sulawesi Selatan dan Irian Jaya, juga berupa
rumah-rumah panggung di tepi pantai, dan ditemukan bukit
ambing (kjokkenmoddinger) di pantai Sumatera Timur sebagai
sisa-sisa sampah dapur para nelayan. Kemudian zaman
neolithikum, manusia sudah bisa bercocok tanam dan berternak
serta bertempat tinggal di rumah kayu.
2. Seni Patung
Seni patung berkembang pada zaman neolithikum, berupa
patung-patung nenek moyang dan patung penolak bala, bergaya
non realistis, terbuat dari kayu atau batu.
3. Seni Lukis
Dari zaman mesolithikum ditemukan lukisan-lukisan yang
dibuat pada dinding gua seperti lukisan gua di Sulawesi Selatan
dan Pantai Selatan Irian Jaya. Tujuan lukisan untuk keperluan
magis dan ritual, seperti adegan perburuan binatang, nenek
moyang, dan cap jari.

2.3. Perkembangan Seni Rupa Masa Tradisional (Purba)


2.3.1. Seni Rupa Indonesia Hindu
Kebudayaan Hindu berasal dari India yang menyebar di Indonesia
sekitar abad pertama Masehi melalui kegiatan perdagangan, agama,
dan politik. Pusat perkembangannya di Jawa, Bali, dan Sumatera
yang kemudian bercampur (akulturasi) dengan kebudayaan asli
Indonesia (kebudayaan istana dan feodal). Proses akulturasi
kebudayaan India dan Indonesia berlangsung secara bertahap
dalam kurun waktu yang lama, yaitu dengan proses:
1. Proses peniruan (imitasi);
2. Proses penyesuaian (adaptasi);

8
3. Proses penguasaan (kreasi).
Ciri-ciri seni rupa Indonesia Hindu yaitu:
a. Bersifat feodal, yaitu kesenian berpusat di istana sebagai media
pengabdian Raja (kultus Raja);
b. Bersifat sakral, yaitu kesenian sebagai media upacara agama;
c. Bersifat konvensional, yaitu kesenian yang bertolak pada suatu
pedoman pada sumber hukum agama;
d. Hasil akulturasi kebudayaan India dengan Indonesia.

Karya seni rupa Indonesia Hindu:


1. Bangunan Candi
Candi berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu
Dewa kematian (Durga). Karena candi selalu dihubungkan
dengan monument untuk memuliakan Raja yang meninggal
contohnya Candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati,
selain itu candi pula berfungsi sebagai:
a. Candi Stupa: didirikan sebagai lambang Budha, contoh
candi Borobudur;
b. Candi Pintu Gerbang: didirikan sebagai gapura atau pintu
masuk, contohnya candi Bajang Ratu;
c. Candi Balai Kambang / Tirta: didirikan didekat / ditengah
kolam, contoh candi Belahan;
d. Candi Pertapaan: didirikan di lereng – lereng tempat Raja
bertapa, contohnya candi Jalatunda;
e. Candi Vihara: didirikan untuk tempat para pendeta
bersemedi contohnya candi Sari.
2. Bangunan Pura
Pura adalah bangunan tempat Dewa atau arwah leluhur yang
banyak didirikan di Bali.

9
3. Bangunan Puri
Puri adalah bangunan yang berfungsi sebagai pusat
pemerintahan dan pusat keagamaan.
4. Patung
Patung dalam agama Hindu merupakan hasil perwujudan dari
Raja dengan Dewa penitisnya.

2.3.2. Seni Rupa Indonesia Budha


Seni rupa periode Budha adalah seni rupa yang dipengaruhi
ajaran Agama Buddha. Karya seni ini meliputi beberapa media
seperti, arca, relief, dan lukisan yang menampilkan Buddha,
bodhisattva, dan entitas lainnya, tokoh-tokoh Buddhis yang
terkenal, baik tokoh sejarah ataupun tokoh mitologis, adegan kisah
kehidupan para tokoh Buddhis, benda-benda yang dikaitkan
dengan praktik ritual Buddha seperti warja, genta, dan stupa.
Seni rupa Buddha berasal dari India namun secara
penggayaan visual lebih banyak dipengaruhi oleh China. Agama
Buddha berdasarkan sejarah kisah kehidupan dan ajaran Siddhartha
Gautama. Agama Buddha pertama kali masuk ke Nusantara sekitar
pada abad 5 Masehi jika dilihat dari peninggalan prasasti-prasasti
yang ada. Diduga pertama kali dibawa oleh pengelana
dari China bernama Fa Hsien. Kerajaan Buddha pertama kali yang
berkembang di Nusantara adalah Kerajaan Sriwijaya yang berdiri
pada abad ke-7 sampai ke tahun 1377. Kerajaan Sriwijaya pernah

10
menjadi salah satu pusat pengembangan agama Buddha di Asia
Tenggara. Berikut adalah peninggalan kerajaan sriwijaya.

Gambar Candi Muara Takus

Contoh Karya seni periode Buddha:

Gambar Candi Borobudur dan Relief Buddha

2.4. Seni Rupa Indonesia Periode Madya (Islam)


Agama Islam ke Indonesia sekitar abad ke 7 M oleh para pedagang dari
India, Persia dan Cina. Mereka menyebarkan ajaran Islam sekaligus
memperkenalkan kebudayaannya masing-masing, maka timbul akulturasi
kebudayaan. Seni rupa Islam juga dikembangkan oleh para empu di istana-
istana sebagai media pengabdian kepada para penguasa (Raja/Sultan)
kemudian dalam kaitannya dengan penyebaran agama Islam, para wali pun

11
berperan dalam mengembangkan seni di masyarakat pedesaan, misalnya
dakwah Islam disampaikan dengan media seni wayang.
Ciri-ciri seni rupa Indonesia Islam yaitu:
1. Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media
pengabdian kepada Raja / sultan;
2. Sangat dipengaruhi dari kesenian pra Islam (Hindu – Budha);
3. Berfungsi sebagai media dakwah (penyebaran agama Islam).

Karya seni rupa Indonesia Islam:

1. Masjid
Pengaruh hindu tampak pada bagian atas masjid yang berbentuk limas
bersusun ganjil (seperti atap Balai Pertemuan Hindu Bali), contohnya
atas Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Banten.

2. Istana
Istana/keraton berfungsi sebagai tempat tinggal raja, pusat
pemerintahan, pusat kegiatan agama dan budaya. Komplek istana
biasanya didirikan di pusat kota yang dikelilingi oleh dinding dan
parit pertahanan.
3. Makam
Arsitektur makam orang muslimin di Indonesia merupakan hasil
pengaruh dari tradisi non muslim. Pengaruh seni prasejarah tampak
pada bentuk makam seperti punden berundak. Sedangkan pengaruh
hindu tampak pada nisannya yang diberi hiasan motif gunungan atau
motif kala makara. Adapun pengaruh dari Gujarat India yaitu pada
makam yang beratap sungkup.

12
4. Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian
Islam menggunakan Bahasa Arab. Sebagai bentuk simbolis dari
rangkaian ayat-ayat suci Al Quran. Berdasarkan fungsi seni kaligrafi
dibedakan menjadi, yaitu:
a. Kaligrafi terapan berfungsi sebagai dekorasi/hiasan;
b. Kaligrafi piktural berfungsi sebagai pembentuk gambar;
c. Kaligrafi ekspresi berfungsi sebagai media ungkapan perasaan
seperti karya AD Pireus dan Ahmad Sadeli.

5. Seni Hias
Seni hias Islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup
secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya
(digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh-
tumbuhan.

2.5. Seni Rupa Kontemporer (Modern)


Periode seni rupa modern adalah suatu masa berkembangnya karya seni
rupa yang mengacu pada (conceptual art) atau seni konseptual. Conceptual
art adalah suatu usaha menempatkan ide, konsep, dan gagasan sebagai
masalah yang utama dalam menciptakan karya seni. Adapun bentuk objek
dan material yang menjadi unsur seni rupa hanya dianggap sebagai efek
samping dari konsep tersebut. Seni rupa modern lahir dari bentuk dan
perwujudan seni yang terjadi akibat pengaruh dari kaidah dan teknik seni rupa
barat yang diawali oleh seniman Raden Saleh.

13
Karakteristik dan nilai-nilai seni rupa kontemporer Indonesia:

1. Memiliki gairah moralistic yang berkaitan dengan matra sosial dan politik
sebagai tesis;
2. Mengutamakan jenis media seni baru seperti instalasi, performance art,
dan video;
3. Tidak mendiskriminasi dan menerima karya populer sebagai wujud seni.

2.5.1. Masa Perintisan


Dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807-
1880), seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian di Eropa
dan sekembalinya di Indonesia menyebarkan hasil pendidikannya.
Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni
lukisan modern.
Corak lukisannya beraliran romantis dan naturalis. Aliran
romantisnya menampilkan karya-karya yang bercerita dahsyat,
penuh kegetiran seperti tentang perkelahian dengan binatang buas.
Gaya naturalisnya sangat jelas tampak dalam melukis potret.
Disebut sebagai zaman perintis karena merupakan awal dari
perkembangan seni lukis modern di Indonesia.
Raden Saleh membawa pengaruh besar pada dunia seni
rupa di Indonesia baik dari segi teknik dan bahan maupun ide,
konsep, dan pemaknaan secara eksplisit dari karya lukisan yang
dihasilkan secara komprehensif.

14
Gambar: Lukisan karya Raden Saleh “Penangkapan Pangeran
Diponegoro”

2.5.2. Masa Mooi Indie/Hindia Molek (1920-1938)


Mooi Indie yang dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai
Hindia Elok, Hindia Jelita, Hindia Molek. Mooi Indie adalah aliran seni
lukis yang berkembang di Hindia Belanda pada abad ke-19. Aliran seni
lukis yang dibawa oleh orang-orang Eropa khususnya orang-orang
Belanda ke tanah jajahan ini mampu hidup dan berkembang di tanah
dengan baik. Keindahan pemandangan di tanah jajahan ini menjadi cikal
bakal kelahiran aliran Mooi Indie.
Ciri-ciri Mooi Indie atau ciri khas lukisan Mooi Indie dapat
diketahui dari objek-objek lukisannya, antara lain:
1. Pemandangan alam, seperti sungai, gunung, dan hutan;
2. Menggambarkan wanita-wanita di Hindia Belanda yang juga eksotik.
Umumnya wanita timur ini digambarkan sedang menari atau
melakukan kegiatan sehari-hari, maupun dalam keadaan setengah
berbusana;
3. Laki-laki pribumi juga sering muncul sebagai objek lukisan, biasanya
sebagai orang desa, penari atau bangsawan;
4. Menggunakan pilihan warna yang teduh, terang, dan damai.

Pelukis yang beraliran Mooi Indie dapat terbagi menjadi empat


kelompok besar, yaitu:
1. Orang asing: yang datang dari luar negeri yang jatuh cinta pada
keindahan Hindia Belanda dan menemukan objek-objek yang menarik
di tanah Hindia. Misalnya F.J du Chattel. Manus Bauer, Nieuwkamp,
Isaac Israel, PAJ Moojen, Carel Dake, Romualdo Locatelli.

15
2. Orang Belanda: kelahiran Hindia Belanda, misalnya Henry van
Velthuijzen, Charles Sayers, Ernest Dezebtje, Leonard Eland, Jan
Frank.
3. Orang pribumi: yang berbakat melukis dan mendapat keterampilan dari
dua kelompok di atas, misalnya Raden Saleh, R. Abdullah
Suriosubroto, Basoeki Abdullah, Wakidi, Mas Pirngadi.
4. Orang Tionghoa; yang muncul pada dasawarsa ketiga abad 20,
khususnya Lee Man Fong, Oey Tiang Oen dan Biau Tik Kwie.

Contoh karya seni rupa masa Mooi Indie, karya R. Abdullah


Suriosubroto.

2.5.3. Masa PERSAGI (1938-1942)


PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia) didirikan tahun
1938 di Jakarta yang diketuai oleh Agus Jaya Sumita dan sekretarisnya S.
Sujoyono, sedangkan anggotanya Ramli, Abdul Saham, Otto Jaya S,
Tutur, Emira Sunarsa (Pelukis wanita pertama Indonesia). PERSAGI
bertujuan agar para seniman Indonesia dapat menciptakan karya seni yang
kreatif dan berkepribadian Indonesia.

Ciri khas periode PERSAGI antara lain, yaitu:

1. Mengedepankan nilai psikologi;


2. Mengangkat tema perjuangan;
3. Tidak terikat objek alam;

16
4. Mengedepankan kepribadian Indonesia;
5. Dilandasi semangat keberanian.

Beberapa tokoh dalam periode PERSAGI yaitu:

1. S. Sudjojono
Sudjojono adalah seorang seniman, kritikus, pemikir, penulis, politisi,
organisator, dan pendidik. Contoh karyanya sebagai berikut:

Karya S. Sudjojono “Ibuku Menjahit”

2. Agus Djaya Suminta


Setelah mengikuti pendidikan seni di Jakarta dan Amsterdam, Agus
mulai mengajar menggambar serta mata pelajaran lain pada tahun
1934. Agus bekerja sama dengan Sudjojono membentuk Persagi pada
tahun 1938-1942, dan menduduki posisi sebagai ketua. Hal tersebut
membuatnya dianggap menjadi salah satu pencetus seni lukis
Indonesia modern. Berikut ini contoh karyanya:

17
Karya Agus Djaya Suminta “Laki-laki bermain seruling”
3. Otto Djaja
Otto Djaja adalah adik dari Agus Djaja Sejak masa Persagi Otto Djaja
kerap terlibat pameran bersama di dalam maupun luar negeri dengan
sejumlah rekan pelukis lainnya.

Karya Otto Djaja “Pertemuan”


4. Emiria Soenassa
Emiria merupakan anak dari Sultan Tidore dan tidak banyak informasi
yang diketahui mengenai Emira tersebut.

Karya Emiria Soenassa “Potret wanita tua”

5. Abdul Salam
Abdul Salam adalah seorang priyayi sekaligus pionir ilustrasi seni
grafis masa awal seni rupa Indonesia. Semasa hidupnya Abdul Salam

18
pernah bekerja di Statistik Pasir Baru Batavia dan bergabung dengan
banyak seniman antara lain S. Soedjojono, S. Tutur, dan Agus Djaya
mendirikan Persagi. Karya Abdul Salam “Potret Diri”

2.5.4. Masa Pendudukan Jepang Sampai Masa Kemerdekaan


2.5.4.1. Seni Rupa Pendudukan Jepang (1942-1945)
Pada zaman Jepang para seniman Indonesia disediakan
wadah pada balai kebudayaan Keimin Bunka Shidoso. Para
seniman yang aktif adalah Agus Jaya, Otto Jaya, Zaini,
Kusnadi dan lain-lain. Kemudian pada tahun 1945
berdirilah Lembaga kesenian dibawah naungan POETRA
(Pusat Tenaga Rakyat) oleh empat sekawan yaitu Soekarno,
Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur.
Ciri-ciri fisik seni rupa Indonesia zaman Jepang:
1. Mementingkan nilai psikologis;
2. Bertema perjuangan rakyat;
3. Tidak terikat pada objek alam yang nyata.;
4. Memiliki kepribadian Indonesia;
5. Didasari oleh semangat dan keberanian.

Contoh karya seni rupa pendudukan Jepang karya Fujita


Tsuguharu yang merupakan seniman terpenting di Jepang
pada paruh pertama abad 20.

19
(Nu couché à la toile de Jouy)
Reclining Nude with Toile de Jouy, 1922

2.5.4.2. Seni Rupa Revolusi Indonesia


Pada masa revolusi fisik yang memperjuangkan pengakuan
kemerdekaan bangsa antara tahun 1945 – 1949, seniman-
seniman seni rupa terkemuka dari Jakarta dan Bandung
turut pindah ke Yogyakarta, sehingga pada tahun 1946
dapat berdiri “Seniman Masyarakat” dipimpin oleh Affandi
sebagai perkumpulan seni lukis pertama yang potensial.
Ciri fisik dan nilai kandungan seni rupa dalam revolusi
Indonesia:
1. Persatuan dan kesatuan;
2. Rela berkorban dan tanpa pamrih;
3. Cinta tanah air;
4. Saling pengertian dan saling menghargai;
Contoh karya seni rupa pada saat revolusi Indonesia beserta
tokohnya:

Poster perjuangan “Boeng, Ajo boeng” karya Affandi tahun 1945.

20
2.5.4.3. Seni Rupa Setelah Kemerdekaan Indonesia
Indonesia yang telah merdeka mempunyai hak penuh dalam
mengelola keseniannya. Berbagai aliran seni telah lahir dan
berkembang pada masa ini. Pelukis-pelukis kenamaan dari
Jawa dan Bali telah hadir dan memberi warna segar dalam
perkembangan seni di tanah air. Basuki Abdullah dan
Afandi adalah nama-nama orang besar dalam
perkembangan seni di nusantara.
Ciri fisik seni rupa setelah kemerdekaan yaitu:
1. Banyaknya karya seni instalasi;
2. Sistem komputerisasi pada pengolahan karya seni rupa;
3. Berkembangnya karya seni rupa kontemporer;
4. Munculnya karya seni video art.
Contoh karya seni rupa setelah kemerdekaan dan tokohnya;

Self Portrait on Kusamba Beach, 1983, Affandi, oil on


canvas, 149.5 x 130.0

21
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Seni rupa adalah kreasi seni yang utamanya diapresiasi melalui
penglihatan dengan media yang tampak dan memiliki wujud fisik (dapat
diraba) atau hanya disajikan sebagai pertunjukan. Sifat umum seni rupa
Indonesia yaitu (1) tradisional/statis; (2) progresif; (3) kebhinekaan; (4) seni
kerajinan; (5) non realis. Seni rupa prasejarah dibagi menjadi 2 (dua) yaitu
zaman batu dan zaman logam. Seni rupa Indonesia juga tidak luput dari
perkembangan sejarah agama Hindu, Budha, dan juga Islam. Disamping itu
sejarah seni rupa Indonesia melewati banyak fase dari tradisional sampai
dengan kontemporer (modern) dari mulai periode perintisan, mooi indie,
PERSAGI, pendudukan Jepang sampai dengan Indonesia mengalami
kemerdekaan. Banyak sekali peninggalan karya-karya dari masa ke masa
beserta tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam sejarah seni rupa Indonesia.

22
DAFTAR PUSTAKA

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah Seni Rupa dan Kebudayaan


Indonesia.2017. https://sipadu.isi-ska.ac.id/sidos/rpp/20171/rpp_98941.pdf

Sandra, Yofita dkk. 2021. Buku Ajar Sejarah Seni Rupa Nusantara. PT.
Nasya Expanding Management: Pekalongan.

INTERNET
https://books.google.co.id/books/about/
SENI_RUPA_INDONESIA_DALAM_PERSPEKTIF_SEJ.html?
id=KeBjDwAAQBAJ&redir_esc=y
https://serupa.id/sejarah-seni-rupa-indonesia-prasejarah-hingga-modern/
https://www.gramedia.com/literasi/seni-rupa-murni/
https://www.gramedia.com/literasi/seni-rupa-terapan/

https://salihara.org/seni-rupa-indonesia-pada-era-pendudukan-jepang-dan-
aspek-materialitas-di-balik-aspirasi-ketimuran/

https://id.scribd.com/document/366024625/Seni-Rupa-Masa-Kedudukan-
Jepang

https://salihara.org/seni-rupa-indonesia-pada-era-pendudukan-jepang-dan-
aspek-materialitas-di-balik-aspirasi-ketimuran/

https://www.scribd.com/document/542558059/Seni-rupa-masa-revolusi-
kemerdekaan

https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/Vredeburg/diorama-gerakan-seniman-
dalam-revolusi-diorama-ii-museum-benteng-vredeburg-yogyakarta/

23

Anda mungkin juga menyukai