Anda di halaman 1dari 8

Bab 1

Pendahuluan
a.latar belakang
dalam kehidupan budaya melayu,seni dan estetika mereka diwariskan oleh orang tua
nya secara turun temurun . sehingga seni dan estetika masih ada dan terjaga pada saat ini
.tetapi seni dan estetika dalam budaya melayu banyak sekali keanekaragaman.terjadinya
keanekaragaman itu seperti terjadi dalam kehidupan sosial budaya orang melayu ,disebabkan
perbedaan dalam lingkungan yang dihadapi oleh masing-masing masyarakat.pada garis
besarnya ada dua macam variasi yang mendasar ,yaitu kesenian yang hidup dan berkembang
didaratan pulau sumatera da yang hidup dan berkembang didaerah riau kepulauan .variasi ini
juga dapat dilihat dari kesenian yang ada didaerah perkotaan dan perdesaa. Perbedaan-
perbedaan dalam status sosial yang ada dalam lingkungan masyarakat melayu setempat juga
menghasilkan ungkapan-ungkapan kesenian yang bervariasi. Sebenarnya ,variasi dalam
ungkapan-ungkapan itu mencerminkan adanya nilai-nilai melayu yang pada dasarnya sama
,akan tetapi berbeda dalam hal-hal yang khusus.
Ungkapan keanekaragaman itu terungkap dalam bentuk-bentuk kesenian yang ada
disuatu daerah, tetapi tidak terdapat didaerah lain.keanekaragaman itu tercermin pula dalam
ungkapan-ungkapan seninya, walaupun sama bentuk dan coraknya keseniannya . bentuk-
bentuk seniyang dikenal diriau adalah sastera, musik ,lagu, tari. Silat, dan teater
B. Rumusan Masalah
Di dalam makalah ini penulis akan membahas tentang
1. Apa itu kesenian melayu ?
2. Bagaimana kesenian melayu ?
C. TUJUAN
Adpun tujuan penulisan makalh ini adalh untuk memenuhi tugas matakuliah Isalm
dan Tamadun Melayu. Selain dari pada itu juga untuk mengetahui kesenian yang berada di
kebudayaan melayu





Bab II
Pembahasan
Kesenian dan estetika melayu
A. teori tentang seni dan estetika
seni dan estetika merupakan suatu hasil budaya manusia yang amat khas
kedudukannya , sehingga identefikasi segi budaya ini cukup sulit untuk disusun. Seni begitu
banyak cabang nya ,sehingga pancaran keindahannya juga beragam. Seni hampir tak pernah
memperlihatkan diri nya bersendirian ,tetapi selalu mengundang kegadiran seni lainnya,
sepetti penampilan seni suara yang selalu didampingi oleh seni gerak atau tari , lalu diikuti
oleh seni musik.
Konsep seni terus berkembang sejalan berkembangnya kebudayaan dan kehidupan
masyarakat yang dinamis.
Aristoteles mengatakan seni adalah kemampuam membuat sesuatu dalam
hubungannya dengan upaya mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan oleh gagasan
tertentu
Kihajar dewantara berpendapat seni adalah indah ,menurutnya seni adalah segala
perbuatan manusia yag timbul dan hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat
menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya
Thomas aquino mengatakan yang disebut indah aialah segala sesuatu yang mampu
memberikan kepuasan. Untuk menentukan suatu indah atau tidak, thomas aquino bertumpu
kepada ordo ( aturan, susunan ), dimana ada aturan disitu dapat diperoleh
keindahan,berdasarkan hal tersebut ,aquino kemudian memberikan tiga syarat yang harus
dipenuhi untuk memperoleh keindahan,yaitu; pertama, keutuhan atau kesempurnaan, kedua,
selarasan bentuk atau keseimbangan, dan ketiga sinar kejelasan
Sebagaian ahli lain memandang seni dalam hubungan dengan kejiwaan. Mereka
memandang karya seni wujud oleh manusia karena ada gangguan menimpa jiwa manusia.
Review rusu menyatakan bahwa karya seni wujud karena manusia mengalami kesedihan.
Kesedihan itu menyebabkan manusia mencari semacam jalan untuk mengatasinya, agar dia
dapat kembalai kepada ketentaraman atau keseimbangan. Maka, jalan yang adapat dilalui
ialah melalui seni, karena dapat melepaskan orang dari rasa kesedihannya.sejalan dengan
pendapat ini, f.jsnyman memandang seni timbul oleh emosi manusia yang tertekan oleh
beban hidupnya.jadi kesenian telah lahir sebagai akibat oleh jiwa tertekan.schopenhauer juga
menyatakan pendapat yang serupa, menurutnya senu telah lahir karena penderitaan yang
dialami manusia.dengan membuat atau menikmati seni, manusia mendapat jalan kelauar dari
penderitaannya.
Pandangan ini ternyata tidak sepenunya menjelaskan dan berlaku dalam semua
keadaan, sehingga masih dperlukan lagi semacam teori atau pandangan yang melengkapinya.
Manusia berbuat ternyata tidak hanya sebagai akibat dari keadaan dikuar dirinya, tetapi juga
lahir dari keinginannya sendiri. Keinginan untuk berbuat atau melakukan sesuatu tentu lah
cukup banyak ragam nya karena tekanan dari luar, karena pengalaman masa silam, karena
memandang masa depan, atau memang tahu-tahu timbul dari lubuk hatinya
Sementara itu coling wood melihat keindahan hanya bisa ujud dalam suatu hubungan
antara seniman dengan masyarakat yang mau menikmati karya seni.menurutnya keindahan
itu ialah suatu hasil imajinasi yang koheren daris eorang seniman dengan pihak yang mau
menikmati keindahan itu. Jadi bukan hanya seniman saja yang dituntut mempergunakan
imajinasi untuk melahirkan karyanya yang indah, tetapi siapa pun yang mau menikmati karya
senimjuga dituntut mempergunakan imajinasinya.mengimajinasi sesuatu obyek,kata
collingwood, tidak berarti memikirkan realitas sesuatu obyek itu. Kegiatan berimajinasi
langsung tidak memperdulikan realitas sesuatu obyek. Dari konsep keindahan serupa itu
sampailah collingwood kepada nilai karya seni.
B. pandangan tentang estetika dalam dunia melayu
Dari berbagai ragam manifestasi estetika dalam dunia melayu yang paling menarik adalah
pantun. Ada beberapa alasan untuk memilij pantu sebagai representasi dari estetika melayu,
yaitu; pertama,pantun telah lama menjadi obyek kajian para peneliti, baik leh sarjana eropa
maupun sarjana melayu. Menurut hoeseindjajaningrat (1933)bahwa pantun.bahwa pantun
telah sejak tahun 1688 menarik perhatian para peneliti barat.sedikitnya 20-an tulisan para
peneliti barat yang dibicarakan djajaningrat itu cenderung keliru dalam memahami
pantun,karena semata-mata ukuran yang digunakannya tidak lain dari persajakan barat. Cara
pandang barat yang kemudian keliru menempatkan pantun juga dikemukakan intojo(1952). Ia
menolak anggapan bahwa tidak lebih dari hasil improviasi (karangan dadakan) dan isinya
amoreus ( berhubungan dengan percintaan). Belakangan , Hasan junus (2002 : viii) juga
mencermati kesilapan yang dilakukan oleh francois-rene daille yang salah dalam
menterjemahkan beberapa baris pantun.hal ini terjadi karena para sarjana barat memahami
pantun terlepas dari pemikiran, ukuran atau sudut pandang itu sendiri dan juga lingkungan
sosial budaya yang melahirkannnya. Begitu ramainya peneliti barat terjerat oleh pesona
pantun yang membuktikan ada sesuatu disebaliknya. Begitu banyak kekayaan yang
tersembunyi yang memang sepantas nya unntuk diperbincangkan.
Kedua, dibanding dengan jenis kesenian lain yang lahir di alam melayu, pantunn
relatif tidak terikat oleh batasan usia, jenis kelamin, stratifikasi sosial dan hubungan dara.
Disana ada pantun kanak-kanak.contoh pantun kanak-kanak.
beringin ditepi kolam
buaya bersarang dibawahnya
hati ingin hendak belajar
orang tua sayang melepaskannya
pantun remaja ,contohnya
padang hijau berjalur-jalur
tempat bermain anak pelanduk nakal
ingat kekasih menjelang tidur
air mata basahi bantal
, pantun dewasa,
Buah cempedak sibuah rambai
Buah peria dibuat ulam
Kalau hendak berbini ramai
Buatlah 'kerja' siang dan malam.
dan pantun-pantun tua yang secara langsung terpecah pula kepada kategori-kategori tertentu,
seperti pantun usik mengusik, pantun jenaka , pantun pengajaran, pantun pendidikan , dan
berbagai kategori lainnya ( bakar,1984:4).ini menunjukkan bahwa pantun dapat dimainkan,
dipahami dan berlakiu untuk semua usia, semua golongan, semua kelas, bahkan semua
bangsa.
Ketiga, pantun dapat digunakan sembarang tempat, dalam berbagai suasana,
atau dalam kegiatan apa pun. Ketika sedih atau gembira orang dapat melantunkan pantun.
Seseorang pejabat dalam pidatonya dapat menyelipkan pantun, seorang khatib dalam
khotbah keagamaannya dapat pula pula memasukkan pantun diantara fatwa dan ceramah
agamany, demikian pula dalam upacara perkawinan. Dengan begitu, pantun telah menjadi
bagian yang tidak terpsisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat melayu
Sejumlah ahli bahasa dan antropolog berpendapat bahwa pantun merupakan
lanjutan dari pertumbuhan peribahasa dan perumpamaan
Sebuah ungkapan lama yang berbunyi kerbau tahan palu, manusia tahan kias
nampaknya memang hendak menyimpulkan bahwa pantun ialah alat untuk membuat kias.
Hal tersebut terutama disebabkan karena pantun adalah hasil kesusahteraan yang pandai
mencubit dengan lembut tanpa menimbulkan rasa sakit. Kias yang dibiaskan oleh
pantun langsung mencapai sasaran atau pokok permasalahan tanpa menjatuhkan marwah
orang yang dituju.
C. muatan konsep estetika dalam dunia melayu
mencari muatan muatan atau unsur-unsur yang diperhatikan oleh seniman
dalam membuat karya seni bukan hanya begittu saja. Meskipun keindahan dan karya seni
boleh dikatakan dapat dijumpai dalam setiap masyarakat, tetapi unsur keindahan yang dianut
oleh setiap suku atau etnis tidaklah dapat disamakan begitu saja. Hal ini disebabkan yang
terpancar dari karya seni dalam suatu masyrakat berhubungan erat dengan kondisi-kondisi
kebudayaan serta sudut pandang yang terbentuk oleh sejarah setiap masyarakat,karena dunia
estetika mempunyai hubungan yang erat dengan alam pikiran yang membentuk pandangan
hidup suatu masyarakat, maka tentulah faktor kesejarahan memainkan peranan yang penting
dalam bentuk nilai-nilai keindahan. Pada masyarakat melayu, paling tidak ada 3 babak
kesejarahan yang cukup besar maknanya bagi agama ,budaya, dan kehidupan mereka, yaitu ;
pertama , ialah masa awal-awal daripada masyarakat melayu yang menganut tradisi melayu
nusantara, yang bermuatan alam pikiran animisme dan dinamisme. Kedua, masa setelah
orang melayu berkenalan dengan agama hindu dan budha, dan yang ketiga masa orang
melayu menrima agama islam dalam kehidupannya dan menjadikan islam sebagai identitas
diri mereka.
Menurut uu.hamidy (1991 : 54) ada beberapa unsur yang terkandung dalam karya seni
orangg melayu , yaitu
1. Pesan, pedoman dan teladan tentang jalan yang benar
2. Sindiran yang halus untuk pergaulan sosial
3. Jalan nasib manusia sebagai hamba atau fakir dalam liku-liku suka dukanya
4. Cinta sebagai sentuhan batin , bukan sentuhan jasmani kasar.
5. Alam sebagai lambang dan kiasan hidup.
6. Keseimbangan dunia akhirat, lahir batin bentuk dengan isi.
7. Perulangan pola atau bingkai

D. kesenian melayu
Masyarakat Melayu memiliki kesenian yang terdiri dari berbagai cabang seni seperti
musik, tari, teater, rupa, arsitektur, dan lainnya. Setiap cabang seni ini terdiri dari berbagai
genrenya masingmasing. Misalnya di dalam tarian Melayu ada genre tari Anak Kala,
Serampang Dua Belas, Hadrah, Mak Inang Pulau Kampai, Zapin Serdang, Zapin Deli, Zapin
Bunga Hutan, Selabat Laila, dan lain lain. Kesenian Melayu adalah ekspresi dari kebudayaan
masyarakat Melayu. Di dalamnya terkandung sistem nilai Melayu, yang dijadikan pedoman
dan tunjuk ajar dalam berkebudayaan. Kesenian Melayu menjadi bahagian yang integral dari
institusi adat. Kesenian Melayu juga meluahkan filsafat hidup dan konsep-konsep tentang
semua hal dalam budaya, seperti ketuhanan, kosmologi, globalisasi,akulturasi, inovasi,
enkulturasi, dan lain-lainnya. Kesenian Melayu dalam rangka mengisi zaman yang dilalui
pastilah mengalami kesinambungan (kontinuitas) dan disertai dengan perubahan.
Kesinambungan adalah meneruskan apa-apa yang telah diciptakan sebelumnya, dan
mengaplikasikannya secara fungsional di masa seni itu hidup. Kesinambungan seni ini bisa
berupa gagasan yang terkandung di dalamnya, atau boleh juga dalam kenyataan
sesungguhnya seperti genre yang diteruskan. Selain itu, kesenian Melayu juga mengalami
perubahan-perubahan sesuai dengan masa ia hidup. Seni Melayu tumbuh dari masa animisme
dan dinamisme, diteruskan ke masa Budha dan Hindu, sampai datangnya Islam secara masif
abad ketiga belas.
Kesenian Melayu menyumbangkan berbagai nilai kepada perkembangan budaya
secara nasional dan transnasional, khususnya di kalangan negeri-negeri rumpun Melayu. Seni
budaya Melayu juga memiliki peran strategis dalam konteks pembangunan dalam skala
daerah (provinsi, kabupaten, kecamatan, dan pedesaan), juga dalam lingkup nasional, dan
Dunia Melayu. Dalam memungsikan seni Melayu pada pembangunan, tentulah diperlukan
berbagai strategi kebudayaan. Di antaranya adalah bahwa orang-orang Melayu mestilah dapat
membaca tanda-tanda zaman. Oleh karenanya perlu melakukan polarisasi budaya secara
benar di bawah bimbingan Allah. Masyarakat Melayu ini memiliki kebudayaan yang relatif
sama. Bahkan dalam realitas politik, mereka berada dalam berbagai negara bangsa, yang
memiliki sistem pemerintahan dan ideology nasional yang agak berbeda. Walau demikian
mereka menyadari kesamaan dalam kebudayaan dan sejarah. Termasuk juga dalam bidang
kesenian. Berikut ini akan diuraikan kesinambungan dan perubahan kesenian Melayu
Sebelum datangnya pengaruh seni bertipe Hindu, Islam, dan Barat, sebenarnya etnik Melayu
telah memiliki konsep-konsep tersendiri tentang tangga nada atau ritme. etnik Melayu
memiliki konsep musik, baik yang diteruskan dari tradisinya, yang disebut bunyi-bunyian
atau yang diambil dari Barat. Sebelum datangnya agama Hindu dan Islam ini, dapat dilihat
dari kajian sistem musik Melayu yang menggunakan suara dengan sebutan seperti mersik,
garau, garau alang, dan pekak. Sebuah ide yang mencakup pengertian nada dengan
karakteristik tertentu. Termasuk unsur pelarasan alat musik, yang dalam hal ini biasanya
dihubungkan dengan biola dan rebab, serta sistem modus. Para pemusik dan pencipta lagu
Melayu masa dahulu kala juga telah mengenal konsep-konsep improvisasi, baik melodi atau
ritme. Dalam improvisasi dikenal istilah-istilah: (1) cengkok yang berarti suatu ide
improvisasi dengan teknik mengayunkan nada-nada, yang dalam musik Barat seperti teknik
sliding pitch, gerenek, yang berarti satu ide improvisasi dengan menggunakan nada-nada
yang berdensitas rapat, mendekati konsep tremolo di dalam musik Barat, patah lagu, yang
berarti suatu ide improvisasi melodi dengan memerikan tekanan-tekanan (aksentuasi) pada
nada-nada tertentu, terutama pada nada down beat, Konsep tentang ritme, pada masa sebelum
Hindu dan Islam, seacra umum disebut rentak, yang mengandung pengertian pola-pola ritme,
durasi, onomatopeik/tiruan bunyi oleh suara manusia pada berbagai tipe gendang, ostnato,
dan lainnya, yang juga dapat dikaitkan dengan konsep-konsep hitungan, atau gerak tari yang
diiringi rentak ini. Umumnya struktur tari mempunyai kesinkronan dengan konsep-konsep
rentak musik. Di Pesisir Timur Sumatera Utara, pada umumnya hitungan pertama ritme
bukan pada jatuhnya pukulan gong/tetawak, tetapigong/tetawak dianggap sebagai akhir dari
rangkaian siklus musik dan tarinya. rangkaian siklus musik dan tarinya. Menurut Nasuruddin
(1977:162) musik Melayu awalnya berasal dari musik masyarakat primitive yang memiliki
religi animisme. David J. Goldsworthy (1979:42-43) mengklasifikasikan musik ini kepada
musik pra-Islam. Lebih lanjut, menurut Nasuruddin, musik yang berasal dari masa animism
ini, dipergunakn untuk mengiringi teater-teater tradisional Melayu, di antaranya untuk teater
wayang kulit, makyong, menhora, mendu, bangsawan, dan lainnya. Unsur-unsur religi
animisme yang terkandung dalam kebudayaan musikal etnik Melayu antara lain dapat
dipantau dari penggunaannya pada masyarakat, seperti musik dalam wayang kulit, dimainkan
seusai menuai padi, sebagai rasa terima kasih etnik Melayu kepada kuasa-kuasa ghaib, yang
telah mengaruniai hasil padi yang melimpah-ruanh. Alat-alat musik pada teater ini, sebelum
dipergunakn terlebih dahulu diberi jampi (mantera) yang berciri animisme. Begitu juga
repertoar lagu, seperti Lagu Bertabuh, bertujuan untuk menyatakan rasa perdamaian dengan
kuasa ghaib, seperti: hantu, jembalang tanah, jembalang laut, jin, puaka, mambang, dan lain-
lain (Nasuruddin 1977:162). Sebenarnya pernyataan yang dikemukakan Nasuruddin ini, tidak
semuanya benar, karena pada teater wayang kulit, instrumentasi atau materi wayang, dan
cerita yang disajikan, terdapat pula pengaruh pengaruh kebudayaan Hindu, bukan animisme.

Anda mungkin juga menyukai