Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH TENTANG KEBUDAYAAN LOKAL,

KEBUDAYAAN NASIONAL, DAN KEBUDAYAAN


INTERNASIONAL

Dosen Pengampu : Mawar Sari, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Annisa Fitria
NPM : 2002090234
Kelas : PGSD E4 PAGI
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami ucapkan kepada Allah swt atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini berjudul “Kebudayaan Lokal, Kebudayaan Nasional,
dan Kebudayaan Internasional Berdasarkan Teori Konsep, Tujuan,
Pelestarian Kebudayaan, dan Penyimpangan Kebudayaan”.
Makalah ini merupakan tugas Mata Kuliah Pendidikan Kebudayaan
Derah. Penulis berharap melalui makalah ini dapat menambah wawasan
kami khususnya dan juga para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna , oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang
bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Dengan makalah ini semoga bisa kita ambil pelajaran untuk kita
terapkan dalam kehidupan kita yang sebenarnya .

Penulis

Annisa Fitria
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………
BAB I……………………………………………………………...
PENDAHULUAN…………………………………………………
 Latar Belakang……………………………………………….
 Rumusan Masalah……………………………………………
 Tujuan………………………………………………………..
BAB II……………………………………………………………..
PEMBAHASAN…………………………………………………..
A. KEBUDAYAAN LOKAL…………………………………..
 Kebudayaan Lokal ACEH…………………………………..
 Tari Saman…………………………………………….
 Pelestarian Tari Saman………………………………..
 Penyimpangan Tari Saman……………………………

B. KEBUDAYAAN NASIONAL………………………………
 Kebudayaan Nasional
 Reog Ponorogo…………………………………………
 Pelestarian Reog Ponorogo…………………………….
 Penyimpangan Reog Ponorogo………………………….
C. KEBUDAYAAN INTERNASIONAL……………………….
 Kebudayaan Korea Selatan……………………………..
 Cara Pelestarian Kebudayaan Korea Selatan……………
 Penyimpangan Kebudayaan Korea Selatan…..…………
PENUTUP…………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………..

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sanskerta yaitu
Buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari bhuddi (budi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengam budi dan
akal manusia. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan
dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur
yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kebudayaan lokal, nasional, dan Internasional?
2. Bagaimana cara masyarakat melestarikan kebudayaan lokal,
nasional, dan internasional?
3. Apa penyimpangan yang ada di kebudayaan lokal, nasional, dan
internasional?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja kebudayaan lokal, nasional, dan
internasional
2. Untuk mengetahui cara agar tetap melestarikan kebudayaan
lokal, nasional, dan Internasional
3. Untuk mengetahui penyimpangan apa saja yang terdapat di
kebudayaan lokal, nasional, dan internasional

BAB II
PEMBAHASAN

1. Kebudayaan Lokal
 Kebudayaan Lokal Aceh
Aceh atau yang juga dikenal dengan Nanggroe Aceh
Darussalam merupakan suku pribumi yang memiliki akar
sejarah istimewa bagi Indonesia. Aceh juga mendapatkan
julukan Serambi Mekkah, hal ini dikarenakan aceh memiliki
nilai ideologis Islam yang melekat dan begitu kental dalam
kehidupan masyarakatnya.

 Tari Saman
Tari Saman merupakan suatu tarian adat msyarakat
suku Gayo di Provinsi Aceh yang mengandalkan gerakan
tangan, badan, dan kepala penari dengan tempo yang cepat
tanpa adanya iringan musik. Tarian ini biasanya ditarikan
untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad ataupun pada
acara penting tertentu. Dalam tari saman sendiri, terdapat
banyak nasehat dan dakwah yang terkandung pada syair yang
dinyanyikan oleh para penari saman sehingga tari saman ini
memiliki fungsi keagamaan ataupun dakwah. Tidak hanya
itu, tari saman juga memiliki fungsi hiburan, adat istiadat,
integrasi sosial, pelestarian budaya, ekonomi, dan kreativitas.
Uniknya, asal usul tari saman ini masih belum dapat
dipastikan. Ada yang mengatakan bahwa tari saman sudah
ada sebelum Belanda datang ke Indonesia, di sisi lain
dikatakan bahwa nama tari saman diambil dari seorang ulama
bernama Syekh Saman yang berhasil mengembangkan agama
Islam dengan menggunakan tari saman sebagai medianya.
Selain sejarah, keunikan tari saman juga tidak kalah
menariknya untuk diketahui. Dulunya, tari saman hanya
boleh ditarikan oleh kaum pria berjumlah 10 orang saja,
namun seiring perkembangan zaman, tari saman juga
dimainkan oleh kaum wanita. Dalam mekanisme tari saman,
terdapat 3 bagian gerakan yang ditarikan secara urut, yaitu
gerakan pembuka, inti, dan penutup dimana di dalam bagian
tersebut terdapat berbagai gerakan lainnya, seperti gerakan
tunduk, memukul dada, angguk, singkih, langak, dan
sebagainya. Masing-masing gerakan tersebut juga
mengandung makna yang dalam, seperti penghormatan
kepada sesama, ungkapan kebahagiaan, pengucapan salam
dan doa kepada Allah dengan penuh hormat, sekaligus
menjadi pengingat manusia untuk berzikir kepada tuhan
dengan penuh hormat, sekaligus pengingat manusia untuk
berzikir kepada tuhan.

 Cara pelestarian Tari Saman


Sebagai generasi penerus, sudah seharusnya kita ikut
melestarikan dan mengembangkan seni tari, salah satunya
tari saman. Apalagi Indonesia memiliki beragam khazanah
kebudayaan.
Ada beberapa cara Untuk melestarikan tari saman :
1. Membuat Pertunjukan tari saman di tempat terbuka
Melestarikan tari saman dapat dilakukan dengan cara
mengembangkan seni tari dengan membuat pertunjukan di
tempat terbuka atau publik. Pertunjukan tari dapat
menambahkan rasa cinta akan budaya, jangan lupa untuk
memberikan apresiasi berupa membeli tiket apabila
pertunjukan itu bersifat komersial.

2. Membuka sanggar tari dan buat komunitas

Anda dan para pegiat seni tari dapat membuat sanggar.


Kumpulkan para seniman tari dari berbagai komunitas.
Supaya dapat saling bertukar informasi mengenai
perkembangan seni tari tersebut.
Manfaat lainnya, saat sanggar Anda menggelar pagelaran,
teman-teman penari dari komunitas lainnya dapat ikut
menyaksikan.
3. Memodifikasi Gerakan dan Membuat Tari lebih
Menarik
Seni tari kontemporer juga bersifat dinamis. Gerakan-
gerakan pada tarian dapat dimodifikasi menjadi lebih
menarik. Hal itulah yang membuat para pemula seni tari
senang mempelajari gerakan-gerakan. Namun apabila tari
itu tidak boleh diubah, maka generasi penerus harus
menerima dan tetap mempelajarinya. Jangan sampai
zaman modern menggerus warisan tari dari nenek
moyang. Menanamkan rasa cinta generasi penerus bangsa
pada kebudayaan – kebudayaan Indonesia
Selain membuat wadah kreativitas berupa sanggar, Anda
dapat membuat regenerasi pada komunitas.
Sehingga seni tari dapat terus lestari dan berkembang.
Gandenglah komunitas penari pemula. Ajaklah mereka
berdiskusi mengenai perkembangan seni tari.
Jika sudah bergabung, segera membentuk tim tersendiri
untuk dapat mengubah gerakan tari kontemporer.

 Penyimpangan Tari Saman


Penyimpangan pada tari saman ialah dalam Islam tarian tidak
diperbolehkan. Masyarakat aceh yang dikenal sangat kental
keislamannya, justru memperbolehkan tarian apalagi
dilakukan oleh wanita dan untuk memperingati maulid nabi.

REFERENSI
https://edukasi.okezone.com/read/2022/02/16/624/2548062/
bagaimana-cara-melestarikan-dan-mengembangkan-tari-yang-ada-
di-indonesia
https://www.google.com/search?
q=penyimpangan+tari+saman+terhadap+tradisi+asalnya&oq=peny
impa&aqs=chrome.1.35i39l2j69i57j0i433i512j0i512l3j0i433i512l3.66
19j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
2. Kebudayaan Nasional
 Kebudayaan Reog Ponorogo
Reog merupakan salah satu seni budaya yang berasal
dari jawa timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap
sebagai kota Asal Reog yang sebenarnya. Reog adalah tarian
tradisional dalam arena terbuka berfungsi sebagai hiburan
rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang
berkepala singa dengan hiasan bulu merak, ditambah
beberapa penari bertopeng dan berkuda lumping.
Reog salah satu budaya Indonesia yang masih sangat
kental dengan hal-hal yang berbau mistis dan ilmu kebatinan
yang kuat. Ada dua ragam bentuk Reog Ponorogo yang
dikenal saat ini, yakni Reog Obyog dan Reog Festival. Reog
modern biasanya dipentaskan dalam beberapa acara seperti
pernikahan, khitanan, dan hari-hari besar nasional. Seni Reog
Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian
pembukaan. Reog Obyog sering pentas di pelataran atau jalan
tanpa mengikuti pakem tertentu. Biasanya mengisi acara
hajatan, bersih desa, hingga pementasan semata untuk
menghibur. Sedangkan Reog Festival sudah mengalami
modifikasi dan ditampilkan sesuai pakem dalam acara
tahunan Festival Reog yang diadakan pemerintah Kota
Ponorogo sejak 1997.
BARONGAN harimau berhiasa bulu merak yang
tengah mengembang terus berputar-[utar. Terkadang bulu-
bulu itu seperti dikibas-kibaskan. Dibelakangnya ada
sepasukan prajurit berkuda (jathil) yang seolah sedang
berangkat perang. Tampak pula penari topeng pujangganong,
penari kelana sewandana, dan penabuh alat-alat gamelan.
Sementara berjalan di depan laksana pemimpin adalah para
warok, laki-laki berbadan gempal berseragam hitam dengan
bagian dada terbuka, wajahnya sangar, dengan kumis dan
jambang yang lebat. Mereka berjalan beriringan sambil
menari dengan lincah mengikuti suara gamelan dan teriakan-
teriakan “Hok’e..hok’e…Haaaaa..”

kata “reyog” mungkin berasal dari kata “angreyok” yang ditulis


pujangga Prapanca dalam Nagarakertagama. “Angreyok” berkaitan
dengan dorongan semangat prajurit, pertunjukan tari reog, perang-
perangan, dan mungkin berhubungan dengan pengetahuan militer kuno.

“Meskipun dapat dipastikan bahwa sebagian besar elemen dari reyog


Ponorogo memang sudah sangat tua, rujukan paling awal yang diketahui
tentang bentuk-bentuk seni yang menyerupai itu terkandung dalam Serat
Cabolang, sebuah tembang yang mungkin ditulis di Surakarta pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19,” catat Kartomi.

Serat Cabolang antara lain mengisahkan pengembaraan Cabolang, putra


seorang kiai, di Ponorogo. Dia menyaksikan dan ambil bagian dalam
sebuah pertunjukan yang mengisi acara sunatan. Pertunjukan itu
dimeriahkan 20 penari jaran kepang, lima gendruwon (sebutan lain
Pujangganong) –semuanya warok– dengan tiga anak laki-laki kemayu
(jathil) di tengah. Pertunjukan diiringi orkes srunen yang terdiri dari
slomprit, angklung, kendang, kenong, dan kempul.
Kesenian reog bertahan melintasi waktu. Beberapa penyesuaian
dilakukan sesuai perkembangan zaman. Jathil, misalnya, yang semula
ditarikan oleh gemblak, lelaki berparas ayu, digantikan penari putri.
Gerakannya pun menjadi lebih halus, lincah, dan feminin.

Karena kesenian berusia tua, asal-usul reog Ponorogo punya banyak


versi. Ada yang mengaitkannya dengan kepercayaan animisme
mengenai adanya roh penjaga dan pelindung suatu wilayah. Karena
Ponorogo masih hutan belantara, wujudnya adalah roh harimau.
Masyarakat juga meyakini roh harimau mampu mengusir roh jahat atau
menolak bala (mengusir wabah penyakit). Untuk mendatangkannya,
mereka melakukan upacara adat dengan mengenakan topeng sambal
menari. Di kemudian tradisi ini diabadikan dalam bentuk kesenian reog.

Selain itu, ada beragam versi asal-usul reog Ponorogo berlatar kerajaan.
Ada dua versi yang popular. Pertama, versi Wengker. Menceritakan Ki
Ageng Kutu (Demang Suryongalam), abdi Kerajaan Majapahit,
mendirikan padepokan di Wengker serta menciptakan kesenian reog
sebagai sindiran dan perlawanan kepada Raja Brawijaya V. Kedua, versi
Bantarangin. Mengisahkan lamaran Kelana Sewandana, raja
Bantarangin, kepada putri Kediri, Dewi Sanggalangit. Salah satu syarat
lamaran adalah dibuatkan gamelan model baru dan manusia berkepala
harimau.

“Dua versi kerajaan tersebut mempunyai konsekuensi terhadap tafsir


seni drama para pelaku seni reyog Ponorogo,” catat Jusuf Harsono
dalam “Hegemoni Negara terhadap Seni Reyog Ponorogo” di jurnal
Aristo Vol. 7 No. 2, Juli 2017.
Ada dua ragam bentuk reog Ponorogo yang dikenal saat ini, yakni Reog
Obyog dan Reog Festival. Reog obyog, yang hidup di pedesaan, sering
pentas di pelataran atau jalan tanpa mengikuti pakem tertentu. Biasanya
mengisi acara hajatan, bersih desa, hingga pementasan semata untuk
menghibur. Sedangkan Reog Festival sudah mengalami modifikasi dan
ditampilkan sesuai pakem dalam acara tahunan Festival Reog yang
diadakan Pemerintah Kota Ponorogo sejak 1997.

“Masing-masing ragam memiliki ciri atau kekhasan, terutama terletak


pada aspek seni pertunjukan atau pementasannya,” kata Rido Kurnianto
dalam Seni Reyog Ponorogo.

Kendati demikian, dari segi perangkat umumnya sama. Ada perangkat


barongan yang terdiri dari dadak merak dan caplokan. Dadak merak
merupakan bagian atas barongan terbuat dari bulu-bulu burung merak.
Sedangkan caplokan merupakan bagian bawah barongan terbuat dari
kulit harimau. Perangkat gamelan meliputi kendang, ketipung, ketuk,
kenong, kempul (gong), angklung, dan slompret. Sementara busananya
meliputi busana warok tua, busana warok muda, busana jatil, busana
pujangganong, dan busana kelana sewandana.

Perkembangan reog Ponorogo cukup menggembirakan. Ia menjadi


media pembelajaran siswa sekolah dasar hingga menengah atas. Muncul
pula “reog santri” di kalangan pesantren yang diwarnai simbol dan nilai-
nilai islami.

Menurut Rido, seni reog Ponorogo bukan hanya bernilai seni atau
estetika, tapi juga mengandung nilai-nilai luhur. Nilai-nilai itu di
antaranya budi pekerti mulia sebagaimana disimbolkan melalui burung
merak, keberanian membela kebenaran (harimau), 
patriotisme/kepahlawanan (tari jathil), optimisme (tari pujangganong),
dan kepemimpinan (tari kelana sewandana).

Hingga kini masyarakat Ponorogo terus melestarikan kesenian reog


sebagai warisan leluhur.*

 Cara Melestarikan Reog Ponorogo


Di era globalisasi seperti ini semakin banyak masyarakat
yang menganggap kesenian khas daerah yang dalam hal ini
adalah reog Ponorogo hanya sebuah kesenian masa lalu.
Yang di anggap kesenian dengan aura mistis memanggil
setan. 

Dalam kenyataannya semakin banyak masyarakat yang


melupakan warisan kebudayaan daerah, dalam hal ini adalah
reog Ponorogo karena semakin majunya hiburan.

Reog Ponorogo merupakan kesenian khas daerah Ponorogo


yang pada akhirnya akan luntur apa bila tidak ada campur
tangan pemerintah dan seluruh elemen masyarakat dalam
melestarikan kesenian tersebut. 

Masalah pelestarian seni budaya tersebut menjadi tanggung


jawab bersama, baik pelaku seni, masyarakat,dan juga
pemerintah. Jangan sampai terulang seperti dulu warga
negara lain yang bukan merupakan kesenian khas daerah
mereka malah mau melestarikan budaya masa lalu itu. Semua
itu tadi berdampak munulnya kontroversi kalau negara
tetangga mulai mengakui kesenian khas daerah kita.
Beredarnya klaim dari Negri Jiran tersebut membuat warga
Ponorogo dan instansi pemerintahan sempat kaget dan
kecewa. Sebagai warga dan pecinta reog kita akan berjuang
mempertahankan warisan budaya nasional, 

Pasalnya pemerintah kabupaten Ponorogo telah mendaftarkan


reog sebagai hak cipta milik Kabupaten Ponorogo dengan
nomor 026377 pada 11 februari 2004. Hak cipta ini di
ketahui langsung oleh Yusril ihza Mahendra selaku Mentri
Hukum dsn Hak Asasi Manusia saat itu.

Dengan kejadian Reog Ponorogo di klaim oleh negara


tetangga itu bisa menjadi pelajaran penting dan
mengingatkan kita sebagai pewaris budaya reog agar terus
menjaga, melindungi dan melestarikannya. Bupati Ponorogo
Ipong Muchlissoni dalam upaya melestarikan budaya
mewajibkan setiap desa untuk menggelar tari reog pada
tanggal 11 setiap bulannya. 

Ide Bupati menggelar pertunjukan seni reog setiap tanggal 11


di setiap kelurahan dan desa di Ponorogo untuk melestarikan
seni reog dan menarik minat wisatawan datang ke Ponorogo
adalah ide cemerlang agar ponorogo tidak kehilangan
identitasnya.
Bupati menyampaikan bantuan dana kesenian yang diberikan
pemkab mencapai Rp1 miliar untuk satu tahun. Bantuan
keuangan ini diberikan kepada sekitar 50 desa. Bantuan
tersebut sudah diberikan berjalan lima tahun terakhir. Ipong
menilai selama ini pengembangan seni reog masih stagnan.
Bahkan bisa dikatakan tidak ada perkembangan sama sekali. 
 Penyimpangan Reog Ponorogo
Reog Ponorogo sangat terkenal dengan kekentalan serta nilai
magisnya. Menurut ajaran islam reog ponorogo merupakan
salah satu kegiatan yang menjerumuskan dalam kemusyrikan
karena masih percaya dengan nilai-nilai luhur yang sangat
bertentangan dengan nilai islam.

REFERENSI
https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/reog-
ponorogo/
https://www.kompasiana.com/
tri92969/5d4157690d82301bb86c7882/melestarikan-dan-
melindungi-reog-ponorogo
https://www.eramuslim.com/konsultasi/konspirasi/sikap-
kita-terhadap-reog-dan-tari-pendet.htm#.Ylzg1ihBzIU
3. Kebudayaan Internasional
 Kebudayaan Korea Selatan

Mengkonsumsi Kimchi

Kimchi merupakan irisan sayur kubis yang difermentasi dan dipadukan


dengan saus cabai merah. Menu ini dilengkapi dengan pasta ikan teri
yang lezat dan memiliki rasa pedas dan asam. Orang Korea sangat
menyukai Kimchi dan makanan ini selalu dikonsumsi berdampingan
dengan hidangan lainnya, seperti ayam goreng pedas, bibimbap, maupun
nasi goreng.
Terlebih, kimchi termasuk makanan sehat. Makanan ini mengandung
probiotik, terutama lactobacilli yang berkhasiat untuk melancarkan
sistem metabolisme tubuh. Bumbu cabai yang digunakan untuk
membuat kimchi pun kaya akan nutrisi seperti vitamin A dan vitamin C.
Tak heran, kimchi menjadi salah satu warisan budaya oleh Organisasi
Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
 
Pakaian Hanbok

Pakaian hanbok merupakan salah satu khasnya budaya Korea Selatan!


Hanbok adalah pakaian tradisional masyarakat Korea yang pada
umumnya memiliki warna cerah, dengan garis sederhana serta tidak
memiliki saku. Biasanya Hanbok yang digunakan oleh keluarga kerajaan
atau keturunan bangsawan akan beda modelnya dengan rakyat biasa.
Namun sekarang ini, Hanbok tidak lagi menggunakan sistem itu. 
Pakaian tradisional ini digunakan untuk acara-acara khusus, seperti
pernikahan, ulang tahun, dan perayaan ulang tahun ke-61. Selain
menggunakan Hanbok, akan ada hiasan tambahan yang biasanya
digunakan bersamaan. Untuk wanita, biasanya akan menggunakan tusuk
rambut atau yang disebut sebagai binyeo dan alas kaki tradisional yang
bentuknya hampir seperti flat-shoes. Sedangkan pria biasanya
mengenakan topi maupun rompi sebagai hiasan tambahan untuk
dikenakan.
 
Hanok

Kebanyakan dari kita pasti pernah melihat rumah tradisional Korea baik
itu dari foto maupun saat menonton film Korea. Hanok adalah sebutan
untuk rumah tradisional Korea Selatan. Rumah ini memiliki tampilan
unik dan artistik dari segi arsitekturnya. Desain Hanok mencerminkan
hubungan spiritual antara manusia dengan alam. Struktur bangunannya
membawa kita kembali pada kehidupan yang lebih sederhana dan
tenang.
Meski tidak banyak lagi bangunan di Korea Selatan yang mengusung
konsep rumah Hanok, tetapi rumah jenis Hanok masih tetap ada hingga
saat ini. Untuk melindungi budaya tersebut, Pemerintah Korea memugar
beberapa desa yang masih banyak terdapat bangunan rumah Hanok di
sana. Mereka menjadikannya sebagai desa tradisional dan
memanfaatkannya untuk kepentingan wisata.
 
Jajan Street-Food saat Dini Hari

Beberapa orang Korea memiliki aktivitas ataupun hang-out hingga di


pagi hari. Dengan aktivitas tersebut, mereka dapat merasakan lapar
sehingga jajanan di pinggir jalan bisa menjadi salah satu tujuan mereka.
Jajanan pinggir jalan di Korea Selatan biasanya dijual di mobil-mobil
terbuka, tenda-tenda, ataupun di rumah rumah kecil yang menyediakan
meja dan kursi. 
Makanan yang dijual juga tak kalah lezatnya dengan makanan utama.
Beberapa street food yang biasanya dijual seperti tteokbokki, panekuk
daun bawang (Pajeon), tempura, kimbap, bungeoppang, korean fry dog
hotteok, cumi-cumi dan gurita kering, dan masih banyak lainnya. Harga
street food juga bervariasi dan rata-rata ramah di kantong.
Boryeong Mud (Festival Lumpur)

Festival Boryeong Mud sudah ada sejak tahun 1998. Festival ini
diadakan setiap bulan Juli dan berjalan selama dua minggu. Karena
keunikannya, sudah banyak para wisatawan yang tertarik untuk
mengikuti festival lumpur ini. Di Korea Selatan bermain dengan lumpur
memang sudah menjadi kebiasaan dan tradisi. Masyarakat Korea Selatan
percaya dan meyakini bahwa lumpur berkhasiat bagus untuk kulit. 
Dalam festival ini kamu akan menemukan gulat lumpur, pijat lumpur,
akupuntur, hingga berenang di kolam renang lumpur! Karena
dampaknya yang positif dan menarik banyak peminat, Festival Lumpur
Boryeong ini sudah membantu meningkatkan perekonomian lokal dan
mengembangkan kawasan Pantai di Daecheon setiap tahunnya.

 Pelestarian Kebudayaan Korea Selatan


Budaya Korea Selatan yang khas dan unik membuat
masyarakatnya sangat menjaga akan pelestarian budayanya,
menghargai budaya yang ada pada Negara nya sendiri.

 Penyimpangan Kebudayaan Korea Selatan


Budaya populer lebih setuju disebut dengan budaya pop
adalah apapun yang terjadidi sekeliling kita setiap harinya.
Populer yang kita bicarakan disini tidak terlepas dari perilaku
konsumsi dan determinasi media massa terhadap publik yang
bertindak sebagai konsumen. Budaya populer atau yang biasa
disebut budaya pop merupakan sebuah budaya yang
menyenangkan atau yang banyak disukai orang. Budaya
populer merupakan karakteristik budaya yang sangat banyak
peminatnya. Peminat budaya pop ini sangat banyak bahkan
hingga melintasi budaya tradisional atau budaya luhur yang
telah mengakar lama dalam suatu masyarakat. Dampak difusi
budaya pop ini sangat luar biasa baik pada perubahan
perilaku suatu masyarakat maupun pada tingkat konsumsi
akibat munculnya budaya populer.

REFERENSI
https://suneducationgroup.com/news-id/apa-saja-
yang-menjadi-khas-budaya-korea-selatan/
https://www.google.com/search?
q=+upaya+pelestarian+kebudayaan+korea+selatan&s
xsrf=APq-WBven_2F7E40CTmdbqubtqmPvvaW7A
%3A1650255254490&ei=luVcYrzQHdSgseMPjqOI
WA&ved=0ahUKEwi88-
3x35z3AhVUUGwGHY4RAgsQ4dUDCA0&uact=5
&oq=+upaya+pelestarian+kebudayaan+korea+selatan
&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBwgjELACECdKBAh
BGAFKBAhGGABQjAhY0A5gixFoAXAAeACAAf
oBiAGHCpIBBTAuMS41mAEAoAEBwAEB&sclien
t=gws-wiz
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Budaya merupakan suatu asset yang dimiliki oleh setiap daerah,
bahkan budaya merupakan sebuah asset Negara. Setiap daerah di
Indonesia memiliki budaya yang berbeda, budaya-budaya ini
hendaknya di pelihara dan dilestarikan oleh masyarakat karena
budaya merupakan identitas Negara. Peran masyarakat sangatlah
penting dalam melestarikan budaya, namun pada kenyataannya saat
ini hanya sebagian kecil masyarakat yang peduli terhadap budaya,
hal ini disebabkan adanya budaya-budaya asing yang masuk ke
Indonesia dan sangat di gandrungi oleh pemuda-pemudi yang ada di
Indonesia. Budaya asing semakin gencar mempengaruhi generasi
muda Indonesia hal ini dikarenakan adanya internet yang
mempermudah mereka mendapatkan informasi. Gaya ala harajuku,
k-pop style saat ini menjadi sedang marak dikalangan muda
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai