Anda di halaman 1dari 80

UPAYA MENINGKATKAN RAGAM GERAK TARIAN TOTO MOLAS

KREASI ETNIS MANGGARAI MELALUI METODE IMITASI DAN


DRILL PADA MAHASISWA MINAT TARI SEMESTER IV
PENDDIKAN MUSIK UNWIRA KUPANG

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Sarjana Pendidikan

Oleh

Maria Vitria Astuti


Nim: 17118047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MUSIK


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA
KUPANG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seni tari merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan yang sudah cukup

lama keberadaanya atau telah hadir dari zaman dahulu dan berkembang hingga saat

ini. Pada zaman dahulu, seni tari menjadi bagian terpenting dari berbagai ritual

kehidupan masyarakat yang berkaitan dengan siklus hidup manusia dan

mempertahankan kelangsungan hidup manusia. Ritual dalam siklus hidup manusia

dilaksanakan sebagai ungkapan syukur, menolak ancaman bahaya gaib, baik dari

luar maupun lingkungan sekitar, dan sebagai pengakuan bahwa yang bersangkutan

telah menjadi warga baru dalam lingkungan sosialnya, misalnya tarian dalam ritual

kelahiran, khitanan, perkawinan dan kematian.

Tari adalah bagian dari kebudayaan manusia yang dapat kita jumpai

diberbagai daerah yang ada di Indonesia. Kebudayaan masyarakat tersebut

berkembang pada setiap daerah itu sendiri serta memiliki peran penting dalam

kehidupan manusia, karena bisa memberikan berbagai manfaat seperti hiburan dan

sarana komunikasi antara penonton/seniman.

Tari tradisi adalah tari yang lahir, tumbuh, dan berkembang pada suatu

masyaraka yang kemudian di turunkan atau di wariskan secara terus-menerus dari

generasi ke generasi serta sesuai adat kebiasaanya sendiri dan telah diakui oleh

masyarakat pendukungnya. Seiring perkembangan pemikiran dan kehidupan

manusia serta berubahnya selera, masyarakat dalam berkesenian, maka muncul

jenis-jenis tari yang tidak hanya untuk tujuan upacara keagamaan saja, tetapi tari-

1
tarian yang berfungsi sebagai hiburan maupun ungkapan keindahan. Selain itu

muncul juga karya-karya tari kreasi yang semakin memperkaya bangsa Indonesia.

Tari kreasi adalah jenis tari yang koreografinya merupakan perkembangan

dari tari tradisional atau pengembangan dari pola-pola tari yang ada. Salah satu

kebudayaan atau tradisi yang ada di Manggarai Flores NTT, yaitu terdapat salah

satu acara unik yang disebut Toto Molas. Toto artinya tunjuk atau menunjukan,

sedangkan molas artinya cantik. Acara Toto Molas (menunjukan kecantikan) ini,

biasaanya dilakukan sebelum seorang calon istri dihantar ke keluarga laki-laki.

Namun sebelum calon istri dipertemukan, terlebih dahulu akan ditunjukan

perempuan lain (biasanya saudara) sebagai tunangan atau istri bayangan.

Berdasarkan ilustrasi diatas peneliti menggarap tari Toto Molas pada acara

peminangan adat manggarai dalam tarian kreasi, untuk diterapkan kepada

mahasiswa minat tari semester IV Pendidikan Musik Unwira Kupang, sebagai

subjek dalam penelitian ini. Karena tarian ini masih baru bagi mahasiswa minat tari

semester IV Program Studi Pendidikan Musik, dan ragam gerak pada tarian Toto

Molas tersebut, hanya menggunakan bentuk gerak yang sama dan terkesan

monoton, sehingga jarang diminati oleh kaum muda, yang cenderung memilih

tarian-tarian modern, untuk dipentaskan pada saat mengisi acara ataupun dalam

kegiatan lainnya. Maka peneliti sekaligus sebagai pelatih akan menerapkan strategi

yang tepat agar mahasiswa minat tari menguasai ragam gerak dan pola lantai pada

tarian yang dikreasikan, dari ragam gerak asli tari Toto Molas dengan baik.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti menganggap bahwa hal ini

penting untuk diteliti, agar tarian tradisional ini semakin berkembang tidak hanya

dengan satu gerakan saja, maka peneliti berinisiatif untuk mengembangkan tarian

tradisional ini untuk dipelajari oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Musik.

Pentingnya tarian ini diajarkan kepada mahasiswa minat tari Program Studi

2
Pendidikan Musik yakni untuk memperluas wawasan mahasiswa minat tari tentang

kekayaan tarian etnik NTT.

Dalam hal ini peneliti tertarik untuk mengangkat judul ini, sekaligus sebagai

pemenuhan syarat tugas akhir yang dirancang dalam judul “Upaya Meningkatkan

Ragam Gerak Tarian Toto Molas Kreasi Etnis Manggarai Melalui Metode Imitasi

Dan Drill Pada Mahasiswa Minat Tari Semester IV Penddikan Musik Unwira

Kupang”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka permasalahan

dalam penelitian ini yaitu, bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan

ragam gerak tarian Toto Molas Kreasi Etnis Manggarai Melalui Metode Imitasi

Dan Drill Pada Mahasiswa Minat Tari Semester IV Penddikan Musik Unwira

Kupang.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang harus

dicapai adalah; untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam rangka

meningkatkan ragam gerak tarian Kreasi Toto Molas Etnis Manggarai Melalui

Metode Imitasi dan Drill Pada Mahasiswa Minat Tari Semester IV Penddikan

Musik Unwira Kupang

3
D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Jurusan Pendidikan musik, hasil penelitian ini dapat di jadikan bahan

acuan bagi mahasiswa untuk pembuatan karya ilmiah.

2. Bagi mahasiswa, untuk menumbuh kembangkan semangat dan mengikuti

pelajaran seni tari.

3. Bagi peneliti hasil penelitian ini akan dijadikan bahan penulisan tugas akhir

guna memperoleh gelar sarjana pada program studi Pendidikan Musik

UNWIRA Kupang. Selain itu dapat menambah wawasan peneliti dalam

bidang seni tari.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Seni Tari

Seni dalam Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih (KKBI, 1991: 915)

didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya. Kesenian diartikan sebagai perihal

seni, keindahan sejarah, sejarah tentang perkembangan seni.

Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dalam

bentuk gerak tubuh yang diperhalus dengan estetika (Mustika, 2012:21). Sebuah

seni tarian menurut kecermatan dan kesempurnaan yang dibebankan kepada

seorang penari dalam melakukan sebuah gerakan. Jadi, penari harus mapan dalam

penguasaan materi dan penjiwaan maknanya (Bernard H. M. Vlekke, 2007: 106).

Dalam hal ini tari berarti mengandung arti perpaduan gerakan-gerakan indah dan

ritmis yang disusun atau ditata sehingga dapat memberikan kesenangann dan

kepuasan bagi pelaku dan penikmatnya (Firmansyah dkk, 1996:2).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni merupakan usaha manusia

untuk menciptakan bentuk dengan menggunakan simbolisasi, perasaan dan

keindahan. Seni atau kesenian berhubungan erat dengan manusia, lingkungan dan

masyarakat. Seni berkembang dalam semua kalangan masyarakat, baik kalangan

atas, menengah ataupun bawah.

Seni tari sudah menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia dari

zaman ke zaman dari prasejarah hingga sekarang, keberadaaan seni sangat melekat

dalam setiap sendi kehidupan dan jiwa manusia sehingga tidak dapat terpisahkan

sampai saat ini. Dengan adanya ketertarikan antara seni dan manusia juga seni tari,

5
semakin menjadi suatu hal yang menarik bagi sebagian besar orang baik dari negara

dan suku manapun.

B. Konsep Tari

a. Pengertian Tari

Istilah tari Drs. Suharso dan Dra. Ana Retnoningsih (1991: 1011)

didefinisikan sebagai gerak badan (tangan dan sebagainya) yang berirama dan

biasanya diiringi bunyi-bunyian (musik, gamelan, dan sebagainya). Penari

diartikan sebagai orang yang pekerjaannya menari.

Jazuli (Soeryobrongto: 1987,12-34) mengemukakan bahwa tari adalah

gerak-gerak anggota tubuh yang selaras dengan bunyi musik. Irama musik sebagai

pengiring dapat digunakan ntuk mengungkapkan maksud dan tujuan yang ingin

disampaikan pencipta tari melalui penari.

Hawkins (1990: 2) menyatakan tari adalah ekspresi jiwa manusia yang

diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi

bentuk yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tari merupakan

ungkapan jiwa manusia yang dituangkan melalui gerak tubuh yang indah dan

harmonis dengan mengikuti iringan musik, sehingga sesuatu yang ingin

disampaikan dapat dikomunikasikan.

b. Jenis Tari

Menurut Zackaria dkk (2017: 35), beraneka seni tari yang ada di

Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:

6
1. Tari Tradisional

Tari Tradisional merupakan bentuk tarian yang sudah lama dan,

diwariskan secara turun temurun, serta biasanya mengandung filosofis, simbolis

dan religius. Semua aturan ragam gerak, formasi, busana dan riasnya hingga kini

tidak banyak berubah. Tarian tradisional terbagi atas dua yaitu tarian tradisional

klasik dan tarian tradisional kerakyatan.

a) Tari Tradisional Klasik

Tarian jenis tradisional klasik dikembangkan oleh penari kalangan

bangsawan istana. Aturan tarian biasanya baku atau tak boleh diubah lagi.

Gerakannya anggun dan busananya cenderung mewah. Tarian jenis ini

berfungsi sebagai sarana upacara adat untuk penyambutan tamu terhormat.

b) Tari Tradisional Kerakyatan

Tarian jenis ini biasa berkembang dikalangan masyarakat biasa.

Oleh karena itu geraknya cenderung mudah ditarikan bersama juga iringan

musik dan busananya relatif sederhana.

2. Tari kreasi

Tari kreasi merupakan tarian yang mengalami pengembangan namun

tidak menghilangkan esensi ketradisionalnnya.

3. Tari kontemporer

Gerakan tari kontemporer simbolik terikat dengan koreografi, bercerutu

dengan gaya unik, dan penuh penafsiran. Seringkali diperlukan wawasan khusus.

Berdasarkan pola garapannya tari dapat dibagi menjadi tari tradisional dan tari

kreasi baru Hadi (2007: 6). Tari tradisional adalah tarian yang telah mengalami

7
perjalanan sejarah yang cukup lama, yang bertumpu pada pola-pola tradisi yang ada,

sedangkan tari kreasi baru adalah tari yang mengarah pada kebebasan dalam

pengungkapan dan penggarapannya.

C. Fungsi Tari

Menurut Soedarsono (1972: 23) berdasarkan fungsinya tari dibedakan menjadi

tiga macam yaitu tari upacara, tari hiburan atau pergaulan dan tontonan atau

pertunjukan. Secara khusus, Hadi (2005: 13-26) menyoroti fungsi tari dari sudut

pandang sosiologis yakni tari yang terkait dengan kepentingan masyarakat pendukung

tari tersebut. Fungsi tersebut dijabarkan terdiri dari, (1) tari sebagai keindahan, (2) tari

sebagai kesenian, (3) tari sebagai sarana komunikasi, (4) tari sebagai simbol, (5) tari

sebagai supraorganik.

Kusudiarja (2000: 4) menjelaskan bahwa fungsi tari dapat dibagi menjadi tiga

unsur yaitu : (1) sebagai sarana dalam upacara adat dan ritual, menunjuk pada suatu

tarian persembahan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, berupa tari-tari

keagamaan yang sering dianggap suci, keramat, sakral, dan mempunyai daya magis

tertentu; (2) sebagai sarana pergaulan dan hiburan, lebih menekankan pada terjalinnya

komunikasi antara penari dan penonton. Tari ini banyak menggunakan gerakan-

gerakan yang mudah ditarikan untuk menciptakan kegembiraan dan suasana akrab; (3)

untuk kepentingan dunia seni itu sendiri, diciptakan dan dipertunjukan untuk apresiasi,

sehingga untuk menikmatinya diperlukan perenungan dan perhatian yang lebih

sungguh-sungguh dibandingkan menikmati seni tari yang sifatnya menghibur.

Jadi tari memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung jenis tarian itu sendiri,

misalnya tari untuk hiburan atau pergaulan, upacara adat, atau bahkan sebagai

tontonan.

8
D. Unsur-Unsur Tari

1. Unsur Utama

Atang Supriatna dan Rama Sastar Negara dalam buku Pendidikan Seni Tari

(2010: 101) menuliskan bahwa ada tiga unsur tari, yaitu gerak iringan dan ekspresi.

Unsur-unsur tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Gerak (Wiraga)

Unsur dasar tari adalah gerak tubuh manusia. Gerak tidak dapat dipisahkan

dari unsur ruang, tenaga dan waktu. Oleh karena itu, tari merupakan penjabaran dari

gerak, ruang, tenaga dan waktu. Menurut soedarsono, tari adalah seni gerak maka

yang terpenting dalam seni tari adalah bagaimana geraknya. Biasanya urutan

geraknya berhubungan dengan perpindahan dari satu gerak ke gerak berikutnya

(yang biasanya bersifat sesaat), juga termasuk indah atau tidak, penuh arti atau

tidak, dan efisien atau tidak.

Secara umum, melalui gerakan penari, penonton bisa menebak karakter yang

dimainkan. Misalnya gerak memutar pergelangan tangan pada tari yang dibawakan

oleh wanita memiliki arti keluwesan atau kelembutan. Begitu pula gerakan berdecak

pinggang pada tari yang dibawakan oleh pria bisa memiliki arti wibawa dan

kekuasaan.

Tanpa gerakan, sebuah seni tari tidak memiliki makna dan menjadi hampa

karena memang yang namanya tari harus ada unsur gerakan. Maka dari itu, wiraga

termasuk ke dalam unsur utama sebuah seni tari.

b. Wirama (irama)

Menurut Tim Abdi Guru (2007: 118) bentuk musik pengiring tari

disesuaikan dengan dari mana tarian tersebut tumbuh dan berkembang. Bisa berupa

9
seperangkat gamelan, angklung, rebana, gong, gendang, tifa, dan lain sebagainya.

Jadi musik pengiring tari tergantung dengan dari daerah asal tari tersebut.

Musik dapat mempengaruhi perasaan dan pikiran bagi setiap orang yang

mendengar atau menikmatinya, musik berfungsi sebagai unsur pendukung gerak dn

karakter didalam musik tersebut terdapat unsur utama (Yuyus Suherman, (2007:

78) dua unsur musik yang sering digunakan sebagai iringan tari yakni:

1) Melodi

Melodi adalah rangkaian susunan nada-nada berdasarkan tinggi

rendah yang teratur dan terarah sehingga didengar indah.

2) Ritme

Ritme adalah panjang pendeknya suara yang datang berulang- ulang

serta tersusun secara teratur.

Dalam seni tari kehadiran musik sangat penting karena sebagai penentu

irama. Selain sebagai pengiring tarian, musik berguna juga untuk memperkaya

gerak para penari, pemberi gambaran suasana, dan merangsang munculnya gerak

(Tim Abdi Guru, 2007: 118). Ada dua macam iringan dalam tari yaitu: iringan

internal dan iringan eksternal. Iringan internal adalah iringan tari yang langsung

dimainkan oleh penari, seperti tari samur, tari tifa, dan tari rebana. Iringan

eksternal adalah iringan yang berasal dari luar diri penari.

Musik berfungsi untuk mengiringi penari, dengan adanya musik suatu

gerakan akan lebih memiliki makna karena tercipta suasana tertentu. Seorang

penari harus bisa menari sesuai dengan irama, ketukan, dan tempo pengiringnya

sehingga bisa harmonis dan estetis di mata penonton. Selain itu, irama juga bisa

sebagai isyarat bagi penari kapan harus memulai atau mengganti sebuah gerakan.

10
Hal ini sangat berguna ketika sebuah tarian dibawakan oleh banyak penari

sehingga setiap penari tidak tergantung gerakannya pada penari lain tetapi bisa

menyamakan sendiri dengan irama pengiring.

Irama yang digunakan bisa berupa rekaman (biasa digunakan untuk

kepentingan pendidikan) ataupun iringan langsung dari instrumen musik (seperti

gamelan, kecapi, atau alat musik tradisional lain). Namun, tidak menutup

kemungkinan irama yang mengiringi tarian berupa tepukan tangan, hentakan kaki,

maupun nyanyian. Apapun bentuknya, irama digunakan sebagai pelengkap sebuah

gerakan tari. Meskipun berfungsi sebagai pengiring, irama juga termasuk ke dalam

unsur utama.

c. Wirasa (rasa)

Seni tari harus bisa menyampaikan pesan dan suasana perasaan kepada

penonton melalui gerakan dan ekspresi penari. Oleh karena itu, seorang penari

harus bisa menjiwai dan mengekspresikan tarian tersebut melalui mimik wajah dan

pendalaman karakter. Sebagai contoh, apabila karakter yang dimainkan adalah

gadis desa yang lembut maka selain gerakan yang lemah gemulai, penari juga harus

menampilkan mimik wajah yang mendukung.

Unsur ini akan makin menguatkan suasana, karakter, dan estetika sebuah

seni tari bila dikombinasikan dengan irama dan gerakan yang mendukung. Dengan

adanya rasa dalam sebuah tari, penonton bisa makin mudah menangkap maksud

tertentu yang ingin disampaikan oleh penari. Maka, unsur rasa ini tidak dapat

terlepas dari unsur esensial seni tari. Tanpa adanya rasa, makna tarian tidak akan

dapat tersampaikan kepada penonton.

11
2. Unsur Tambahan

a. Tata Rias

Dalam sebuah pertunjukan tarian tentunya tidak menampilkan penari

dengan riasan seadanya. Pasti ada riasan khusus yang sesuai dengan tarian dan

karakter yang dibawakan oleh penari. Unsur ini mendukung terciptanya suasana

tarian dan menyampaikan karakter serta pesan secara tersirat.

Tata rias artinya membentuk atau melukis wajah sesuai dengan tema atau

karakter tari yang dibawakan. Tata rias dalam pertunjukan kesenian mempunyai

fungsi untuk memberikan bantuan dengan jalan mewujudkan dandanan atau

perubahan-perubahan pada personil atau penari, sehingga tersaji pertunjukan sesuai

dengan tema tari yang dibawakan (Harymawan, 1988: 134-135).

b. Tata Busana

Tata busana adalah segala aturan atau ketentuan mengenai penggunaan

busana atau kostum dalam tari. Kostum adalah segala perlengkapan yang dikenakan

oleh seorang penari. Kostum pada tari tradisional bersifat sangat sederhana, namun

desain dan simbolisnya harus tetap dipertahankan (Soedarsono, 1976: 5). Dalam

memilih kostum suatu tarian harus diperhatikan segi estetikanya, namun pada

prinsipnya adalah bahwa kostum dalam suatu tarian harus nyaman dikenakan dan

tidak mengganggu penarinya. Pemilihan busana tari biasanya berdasarkan pada:

1) Busana tari hendaknya enak dipakai, dan indah dilihat penonton;

2) Disesuaikan dengan tema;

3) Tidak mengganggu gerakan;

4) Pemilihan warna hendaknya disesuaikan sehingga paduannya terlihat

harmonis.

5) Desain Dramatik

12
Dalam menggarap sebuah tari, baik yang berbentuk tari solo atau dramatik,

untuk mendapatkan keutuhan garapan harus diperhatikan desain dramatik. Satu

garapan tari yang utuh ibarat sebuah cerita yang memiliki pembuka, klimaks dan

penutup. Dari pembuka ke klimaks memiliki perkembangan dan dari klimaks ke

penutup terdapat penurunan.

1) Dinamika

Dinamika adalah kekuatan dalam yang menyebabkan gerak menjadi

hidup dan menarik. Dengan kekuatan lain, dinamika dapat diibaratkan

sebagai jiwa emosional dari gerak. Dari elemen-elemen tari yang paling

nyaman dirasakan adalah dinamika.

2) Komposisi Kelompok

Bentuk-bentuk desain kelompok/komposisi kelompok. Yaitu:

 Unisono atau serempak

 Balanced atau berimbang

 Broken atau berpecah

 Alternate atau selang-seling

 Canon atau bergantian.

3) Pola Lantai

Tarian akan indah apabila penari bisa menguasai pola lantai. Tidak

hanya berada di tengah panggung tapi juga bergerak kesana-kemari sehingga

tidak membuat penonton bosan karena monoton. Hal ini juga sangat penting

untuk tarian yang dibawakan oleh banyak penari supaya antar penari tidak

saling bertabrakan sehingga gerakan yang ditampilkan dapat selaras, kompak,

dan teratur.

Desain lantai atau floor design adalah garis-garis yang dilalui oleh

seorang penari atau garis-garis di lantai yang dibuat oleh formasi penari

13
kelompok. Secara garis besar ada dua pola garis dasar pada lantai, yaitu garis

lurus yang dapat memberikan kesan sederhana tetapi kuat sperti garis

horizontal, garis vertikal, dan garis diagonal. Sedangkan pengembangan dari

garis lurus dapat dibagi menjadi bentuk segitiga, dan garis zig-zag. Untuk

grais lengkung yang memberikan kesan lembut tetapi juga lemah seperti

lingkaran, setengah lingkaran, spiral, dan lengkung berganda (Soedarsono,

1976: 21).

4) Setting Panggung

Seni pertunjukan tari yang baik akan memperhatikan pengaturan

panggungnya. Hal ini penting karena dengan adanya panggung yang sesuai

tarian, tidak terlalu sempit, dan tertata rapi akan menimbulkan kesan pada

penonton. Setting panggung yang dimaksud juga termasuk pencahayaan.

Sekiranya, panggung sendratari tidak terlalu terang tetapi juga tidak terlalu

gelap. Intinya, penata ruangan harus bsa menyesuaikan dengan tari yang akan

dibawakan.

Panggung pertunjukan tradisional adalah tempat yang secara turun-

temurun dan telah menjadi kebiasaan pada sebuah komunitas atau

masyarakat etnis tertentu dalam mengekspresikan diri. Tempat pertunjukan

dapat menjadi simbol dari makna suatu karya tari.

5) Properti

Dalam tarian tertentu penari akan membawa properti, properti ini

merupakan alat pendukung seperti selendang, piring, payung, lilin dan masih

banyak properti lainnya. Meskipun memang tidak semua tarian menggunakan

properti, unsur ini juga perlu diperhatikan untuk mendukung visualisasi

tarian.

14
Dengan adanya aksesoris penunjang, penonton makin yakin bahwa

tarian yang dibawakan telah dipersiapakan sebaik-baiknya. Selain itu, juga

ada aksesoris penunjang yang memudahkan penonton untuk mengetahui

karakter tarian yang dibawakan.

E. Tari Kreasi atau Tari Garapan Baru

Tari kreasi baru adalah salah satu rumpun tari yang mengalami pembaharuan,

dapat pula dikatakan tari kreasi baru adalah inovasi dari seorang koreografer atau

pencipta tari untuk menciptakan tarian baru.

Selain itu, pengertian tentang tari kreasi baru juga dipaparkan oleh Arthur S.

Nalan sebagai berikut: hasil ciptaan-ciptaan tari yang muncul sekitar tahun 1950-an

kerap kali disebut dengan tari kreasi baru. Untuk lebih jelasnya tari kreasi baru

merupakan wujud garapan tari yang hidup relatif lebih muda, lahir setelah tari tradisi

yang berkembang cukup lama, serta tampak dalam garapan tariannya itu lebih ditandai

adanya pembaharuan-pembaharuan (1982:32).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan tari kreasi baru merupakan jenis tarian

yang memiliki kebebasan dalam penciptaanya. Dalam penciptaan tersebut para

koreografer tari mengacu pada tari tradisi dan kebiasaan masyarakat di daerah

setempatnya, bahkan ada juga para koreografer tari yang mengambil inspirasinya dari

daerah-daerah lain dan mencampurkan gerak tari yang lepas dari ikatan-ikatan tradisi

yang biasa disebut dengan gerakan modern.

F. Metode Imitasi

Menurut Gerungan (1966:36). Imitasi tidak berlangsung secara otomatis

melainkan dipengaruhi oleh sikap menerima dan mengagumi dengan apa yang ditiru.

Dengan kata lain imitasi tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang

ikut berperan sehingga seseorang mengadakan imitasi.

15
Imitasi adalah proses interaksi sosial seseorang atau sekelompok orang yang

meniru atau mengikuti perilaku orang lain atau kelompok lain. Imitasi adalah suatu

proses yang terjadi dengan cara mencontoh, meniru, atau mengikuti perilaku orang

lain. Tindakan ini melibatkan indra sebagai penerima rangsang dan pemasangan

kemampuan persepsi untuk mengolah informasi dari rangsang dengan kemampuan

aksi untuk melakukan gerakan motorik

G. Metode Drill

Metode drill merupakan suatu cara mengajar dengan memberikan latihan-

latihan terhadap apa yang telah dipelajari siswa sehingga memperoleh suatu

keterampilan tertentu. Metode drill merupakan metode pembelajaran yang digunakan

guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan cara menanamkan

keterampilan-keterampilan tertentu yang dilakukan melalui kegiatan-kegiatan latihan

(Irham dan Wiyani, 2016: 134) Latihan pada metode drill mengandung arti bahwa

latihan tersebut selalu diulang-ulang untuk memperoleh suatu ketangkasan, ketepatan

dan keterampilan yang lebih sempurna.

Pada metode ini siswa harus ikut serta dalam proses pembelajaran, karena

proses keberhasilan pembelajaran dengan menggunakan metode setiap latihan demi

latihan yang dilakukan oleh siswa semakin berkembang dari waktu kewaktu (Zain dkk

1997).

16
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Scott W. Vanderstoep and Deirdre D. Johnston, kedua tokoh tersebut

berpendapat bahwa kendati bervariasi, pendekatan penelitian bisa dikelompokkan

kedalam dua bagian besar, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan yaitu pendekatan kualitatif untuk

mendeskripsikan masalah dan fokus pada penelitian. Penelitian kualitatif merupakan

jenis penelitian yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Menurut

Saryono (2010), penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk

menyelidiki, menemukan, menggambarkan, dan menjelaskan kualitas atau

keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau

digambarkan melalui pendekatan kuantitatif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini

adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan statistik (data berupa angka-angka atau

bilangan). peneliti akan memaparkan hasil penelitian dalam bentuk kata-kata dan

didukung oleh dokumentasi berupa gambar.

B. Metode Penelitian

1. Metode Penelitian

Kata “metode” berasal dari bahasa Yunani, “methodos” yang berarti jalan yang

harus dilalui. Metode penelitian merupakan salah satu cara atau langkah yang akan

ditempuh untuk memperoleh data yang akurat. Cara mencari kebenaran yang

dipandang secara ilmiah adalah metode penelitian (Winarno, 1982:26). Metode

penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan lapangan.

17
2. Metode Pembelajaran

Dalam pembelajaran penerapan teknik dinamika digunakan metode

interpretasi, metode imitasi dan metode drill.

C. Lokasi Penelitian dan Narasumber

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Musik UNWIRA

Kupang

2. Narasumber

Mahasiswa minat tari Program Studi Pendidikan Musik

D. Jenis dan Bentuk Data

Berdasarkan sumber data yang diperoleh, maka penelitian ini menggunakan

jenis data primer dan data sekunder.

1. Data primer yang diperoleh data penelitian langsung dari lapangan atau dari

tempat penelitian yakni data mengenai Mahasiswa minat tari Program Studi

Pendidikan Musik UNWIRA Kupang

2. Data Sekunder yang diperoleh peneliti adalah data yang sudah ada atau sudah

dikumpulkan oleh orang lain. Dalam penelitian ini, data skunder yang diperoleh

melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku dan tulisan

ilmiah yang menunjang data primer.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian,

karena tujuan utama dari peneitian adalah mendapatkan data. Mengumpulkan data

dapat dilakukan dengan berbagai sumber dan berbagai cara. Pengumpulan data

18
dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, angket, dokumentasi, dan

gabungan keempatnya (Sugiyono, 2014: 62-63).

1. Studi Pustaka

Tujuannya adalah untuk memperoleh referensi yang dibutuhkan dalam

proses pengerjaan suatu kegiatan dan metode untuk menyelesaikan tugas akhir.

Studi pustaka menggunakan buku-buku, internet dan sumber lain.

2. Studi Lapangan

Mengumpulkan data tentang kegiatan pelatihan dan pembinaan secara

langsung selama masa penelitian lapangan berlangsung. Teknik pengumpulan

data yang digunakan meliputi:

a. Teknik Observasi

Pengamatan atau observasi adalah suatu pengamatan terhadap objek

yang diteliti baik secara langsung maupun secara tidak langsung atau bisa

juga dikatakan sebagai studi sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-

gejala dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Menurut Nasution (1996:

59), observasi merupakan teknik penelitian deskripsi yang faktual, cermat

dan terperinci mengenai keadaan lapangan, kegiatan manusia dan situasi

sosial serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Hal-hal yang

diobservasi dalam penelitian ini adalah peneliti akan mengamati langsung

bagaimana proses mahasiswa minat tari Program Studi Pendidikan Musik

UNWIRA Kupang, dalam mempelajari tarian Toto Molas kreasi etnis

Manggarai.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mencari informasi dengan melakukan

tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber. Wawancara yang

19
digunakan penelitian yaitu wawancara terstruktur peneliti telah menyiapkan

beberapa pertanyaan. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara peneliti

telah menyiapkan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan yang akan

ditanyakan pada narasumber.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai mahasiswa minat

tari Program Studi Pendidikan Musik UNWIRA Kupang. Data yang

diperoleh adalah dari jawaban-jawaban mahasiswa minat tari atas pertanyaan

yang diberikan peneliti.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data

menggunakan bantuan alat-alat digital. Dalam penelitian ini, peneliti akan

merangkum dan menyimpan data-data yang valid, baik melalui pemotretan

maupun pengambilan video selama proses penelitian, dimana mahasiswa

minat tari Program Studi Pendidikan Musik UNWIRA Kupang mempelajari

tari Toto Molas Kreasi.

F. Teknik Analisis Data

Data-data penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif-kualitatif. Setiap data

atau informasi yang diperoleh di lapangan dideskripsikan secara lengkap. Setelah itu

data tersebut dipilah-pilah untuk mendapatkan data mana yang digunakan untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Data-data yang telah diperoleh dari hasil observasi,

wawancara, dan dokumentasi akan dianalisis untuk selanjutnya disajikan dalam bentuk

skirpsi. Alat bantu penelitian yang harus disiapkan untuk membantu penulis dalam

mengumpulkan data yakni :

1. Kamera digital, yang berguna untuk mendokumentasikan baik foto-foto maupun

video selama proses penelitian berlangsung.

2. Laptop, spiker aktif.

20
G. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam proses penelitian adalah:

1. Tahap Awal

Melakukan Perekrutan mahasiswa minat tari semester IV Penddikan Musik

Unwira Kupang, sebanyak tujuh orang.

2. Tahap Inti

a. Pertemuan I

1) Menjelaskan tentang tarian Toto Molas etnis Manggarai sekaligus

memperkenalkan gerakan asli tarian Toto Molas, pada mahasiswa minat

tari semester IV Penddikan Musik Unwira yang telah dipilih.

2) Peneliti menjelaskan metode latihan yang digunakan pada mahasiswa

minat tari semester IV Pendidikan Musik UNWIRA Kupang, sekaligus

membicarakan langsung jadwal latihan berlangsung.

3) Peneliti menjelaskan gerakan asli tarian kreasi toto molas, yaitu: ragam

gerak Ndundundake dan Sae.

b. Pertemuan II

1) Peneliti memberikan contoh ragam 1 dan ragam 2 dari gerakan tarian

garapan baru Toto Molas dan menjelaskan bentuk dari ragam 1 dan 2.

2) Penari menirukan ulang gerakan yang peneliti contohkan beserta bentuk

dari gerakan ragam 1 dan 2 tersebut, latihan ini dilakukan berulang-ulang.

c. Pertemuan III

1) Peneliti memberikan contoh ragam 3 dan 4 dari gerakan tarian garapan

baru Toto Molas dan menjelaskan bentuk dari ragam 3 dan 4.

21
2) Penari menirukan ulang gerakan yang peneliti contohkan beserta bentuk

dari gerakan ragam 3 dan 4 tersebut, latihan ini dilakukan berulang-ulang.

d. Pertemuan IV

1) Peneliti memberikan contoh ragam 5 dan 6 dari gerakan tarian garapan

baru Toto Molas dan menjelaskan juga bentuk dari ragam 5 dan 6.

2) Setelah itu penari menirukan ulang gerakan yang peneliti contohkan

beserta bentuk dari gerakan ragam 5 dan 6 tersebut, latihan ini dilakukan

berulang-ulang.

e. Pertemuan V

1) Peneliti memberikan contoh ragam 7 dan 8 dari gerakan tarian garapan

baru Toto Molas dan menjelaskan juga bentuk dari ragam 7 dan 8.

2) Penari menirukan ulang gerakan yang peneliti contohkan beserta bentuk

dari gerakan ragam 7 dan ragam 8 tersebut, latihan ini dilakukan

berulang-ulang.

f. Pertemuan VI

1) Peneliti memberikan contoh ragam 9 dari gerakan tarian garapan baru

Toto Molas dan menjelaskan bentuk dari ragam 9.

2) Penari menirukan ulang gerakan yang peneliti contohkan beserta bentuk

dari gerakan ragam 9 tersebut, latihan ini dilakukan berulang-ulang.

g. Pertemuan VII

1) Peneliti memberikan contoh ragam 10 (gerakan toto molas), sebagai

gerakan inti dan penutup dari gerakan tarian garapan baru Toto Molas.

2) Peneliti mengajak penari, untuk mengulang kembali setiap gerakan dan

bentuk dari ragam 1 sampai ragam 10.

h. Pertemuan VIII

22
1) Melanjutkan latihan gerakan 1 sampai 10 disertai pola lantainya masing-

masing dan pengenalan musik.

i. Pertemuan IX

1) Peneliti kembali meminta penari untuk melakukan gerakan 1 sampai 10,

disertai pola lantainya masing-masing dan diiringi dengan musik, latihan

ini dilakukan untuk mempersiapkan pementasan (geladi).

j. Pertemuan X

1) Peneliti mengajak anggota penari yang telah terpilih untuk melakukan

olah tubuh atau pemanasan sebelum memulai pementasan sederhana dari

hasil latihan selama proses penelitian.

2) Setelah semuanya selesai, peneliti mengarahkan penari untuk melakukan

pementasan sederhana di ruangan terbuka lantai satu, gedung FKIP

UNWIRA Kupang, sebagai tugas akhir dari peneliti.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bab I, Pendahuluan memuat hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang

penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

b. Bab II, Landasan Teoritis menjelaskan pembahasan tentang Pengertian seni,

Konsep Tari, Fungsi Tari, Unsur-Unsur Tari, Tari Kreasi atau Tari Garapan

Baru, metode drill dan Imitaisi.

c. Bab III, Metodologi Penelitian, memuat tentang pendekatan penelitian,

metode penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, jenis dan bentuk data, teknik

pengumpulan data, teknik analisis data, langkah-langkah penelitian, arti tarian

23
Toto Molas, deskripsi ragam gerak kreasi Toto Molas, sistematika penulisan

personil penelitian, dan sinopsis tari Toto Molas kreasi etnis Manggarai.

I. Personil Penelitian

Personil penelitian terdiri dari:

1. Peneliti : Maria Vitria Astuti

Nim : 17118047

Semester : VIII

Jurusan/Prodi : Pendidikan Musik

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

2. Dosen Pembimbing I : Flora Ceunfin S.Sn M. Sn

Jabatan : Ketua Program Studi Pendidikan Musik

dan Dosen program Studi Pendidikan Musik

Alamat : Kupang

3. Dosen Pembimbing II : Katharina Kojaing S.Pd., M.Sn

Jabatan : Dosen Program Studi Pendidikan Musik

Alamat : Kupang

24
BAB IV
HASIL PLENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 4.1. Jalan Utama Kampus III Unwira Kupang


(sumber: Dok. John, Oktober2020)
Universitas Katolik Widya Mandira atau biasa disingkat UNWIRA merupakan

salah satu universitas yang terdapat di kota Kupang, yang lahir dari rahim Gereja

Katolik Nusa Tenggara dan Konggregasi Serikat Sabda Allah (SVD). Ia lahir dan ada

karena di NTT masih sangat terbatas perkembangan kualitas awam, khususnya melalui

pendidikan tinggi. Nama Widya Mandira yang berarti “Menara Ilmu Pengetahuan”,

dicetuskan pertama kali oleh almarhum P. Dr. Van Trier, SVD, pada tahun 1958

25
karena pada waktu itu ada rencana pembukaan Universitas Katolik di Ende-Flores,

namun rencana itu tidak bisa direalisasikan.

Keinginan untuk mendirikan Universitas Katolik di NTT muncul kembali pada

akhir tahun 1970-an, kemudian dimatangkan dalam musyawarah antar pimpinan

gereja se-Nusa Tenggara dan para tokoh Katolik di Kupang pada tanggal 11-12

Desember 1981. Musyawarah ini melahirkan Yayasan Pendidikan Katolik Arnoldus

(YAPENKAR) dengan akta wakil notaris Silvester Joseph Tjung, SH, Nomor 722,

tanggal 12 Desember 1981 (direvisi dan dikukuhkan lagi pada tanggan 19 Juli 1986

dengan akta Nomor 119). Pada tanggal 15 Desember 1981, yayasan ini membentuk

panitia persiapan pembangunan Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA).

Setelah matang persiapannya, pada hari raya kabar sukacita tanggal 25 Maret 1982,

dewan pimpinan YAPENKAR yang diketuai Uskup Kupang waktu itu Mgr. Gregorius

Monteiro, SVD, dengan surat keputusan Nomor 01 tahun 1982, menyatakan

berdirinya Universitas Katolik Widya Mandira (UNWIRA). Kuliah pertama dari

universitas baru ini dimulai pada tanggal 24 September 1982, dan tanggal ini yang

kemudian ditetapkan sebagai Dies Natalis UNWIRA.

UNWIRA berasaskan Pancasila dan bernafaskan iman Katolik. Universitas

Katolik Widya Mandira mengacu pada nilai-nilai dan semangat yang bersumber dari

iman dan ajaran suci gereja Katolik. UNWIRA didirikan terutama untuk mengemban

misi gereja Katolik dalam mewujudkan panggilan sucinya, dalam mendorong setiap

manusia (tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan) untuk mengembangkan

bakat-bakat insaninya demi mencapai martabatnya sebagai pribadi dan masyarakat

yang manusiawi. Spiritualitas dasar UNWIRA yang diinspirasi oleh spiritualitas

pelindungnya St. Arnoldus Janassen, adalah “Ut Vitam Habeant Abundantius” yang

berarti “agar mereka memperoleh hidup dalam segala kelimpahannya”, dikutip dari

doa Yesus Sang Gembala yang baik.

26
Pada mula didirikannya UNWIRA, hanya ada 3 Fakultas yakni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dan Fakultas Teknik yang berlokasi di Kupang

dan Fakultas Teologi berlokasi di Ledelero Maumere Flores. Fakultas Filsafat dan

Fakultas Teologi kemudian berdiri sendiri pada tahun 1983 dan pada tahun yang sama

dibuka pula Fakultas Ekonomi. Setelah dua tahun berjalan, UNWIRA kembali

membuat satu Fakultas baru yakni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan pada

tahun akademik 1986-1987 kembali dibuka satu fakultas yakni Fakultas Hukum.

Tahun akademik 1991-1992 dibuka Fakultas Filsafat dan pada tahun akademik 2000-

2001 UNWIRA kembali membuka 5 program studi baru jenjang strata 1 (S1) yakni

Program Studi Pendidikan Musik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik

Informatika Fakultas Teknik, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi, Program

Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan ilmu Politik, serta program

pascasarjana Magister Manajemen jenjang strata dua (S2). Jadi, saat ini UNWIRA

memiliki tujuh Fakultas yang mengelola 21 Jurusan/Program studi. Sejak awal

berdirinya hingga saat ini, UNWIRA telah dipimpin oleh 6 orang rektor yaitu :

Tabel 4.1 Daftar Rektorat UNWIRA Kupang


No. Nama Rektor Masa Jabatan
1 P.Dr. Herman Embuiru, SVD. (almarhum) 1982-1992
2 P. Yohanes Mendjang, SVD,MA. (almarhum) 1992-1997
3 P. Yohanes Bele, SVD,MA (almarhum) 1997-2005
4 P.Dr.Cosmas Fernandez, SVD.,MA. 2005 – 2009
5 P. Yulius Yasinto, SVD, MA.M.Sc 2009-2017
6 P.Dr.Philipus Tule,SVD 2017-sekarang

1. Visi dan Misi UNWIRA Kupang

a.Visi

UNWIRA menjadi komunitas Pendidikan dan Komunitas Ilmiah yang

unggul dan kreatif, berdasarkan nilai-nilai Kristiani berwawasan global dan berakar

pada budaya lokal.

27
b.Misi

1) Menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi berdasarkan standard-

standar yang berlaku.

2) Mewujudkan spiritualitas Sang Sabda menurut kesaksian St. Arnoldus

Janssen.

3) Mengembangkan dialog yang terbuka dan membangun jejaring kerjasama

secara lokal, nasional, dan internasional.

4) Menghasilkan lulusan yang bermutu, berkarakter unggul, kreatif, dan

inovatif.

5) Menggali kearifan lokal dan mengembangkan budaya masyarakat NTT.

2. Tata Letak UNWIRA Kupang

Universitas Katolik Widya Mandira Kupang sampai saat ini terletak di 3

lokasi yaitu :

a. Kampus I

Tata letak kampus I sangat strategis. Sebelah timur berbatasan dengan

SMKN 2 Kupang, sebelah barat berbatasan dengan SMPK dan TK St. Maria

Goreti, sebelah selatan berbatasan dengan jalan A. Yani dan sebelah utara

berbatasan dengan SDK Don Bosko dan SMP, SMA Giovani. Dilihat dari tata

kependudukan, kampus I terletak di RT. 001/RW. 13, kelurahan Merdeka,

kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang.

28
Gambar 4.2 Kampus Utama dan Kampus FKIP UNWIRA Kupang.
(Sumber. Dok . John, April 2020)

b. Kampus II

Kampus II terletak di Jalan Herman Yohanes Penfui-Kupang. Kampus

ini merupakan pusat kegiatan perkuliahan mahasiswa Fakultas Filsafat Agama

(FFA). FFA tidak hanya khusus untuk frater-frater atau kaum berjubah saja

tetapi bagi siapa saja boleh kuliah disana. Kampus Fakultas Filsafat Agama

berdekatan dengan kampus III UNWIRA.

29
Gambar 4.3.Kampus II (Kampus FFA) UNWIRA Kupang. (Dok.Vitri, April 2022)

c. Kampus III

Kampus III berada tidak jauh dari kampus II, yakni terletak di jalan San

Juan Penfui-Kupang. Kampus ini terdiri atas 4 gedung yang digunakan sebagai

tempat perkuliahan Mahasiswa Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik serta mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, yakni

Program Studi Pendidikan Musik, Program Studi Bimbingan Konseling,

Program Studi Pendidikan Fisika, Program Studi Pendidikan Kimia serta

mahasisa Program Studi Pendidikan Matematika, Bahasa Inggris dan Biologi.

30
Gambar 4.4. Kampus III UNWIRA Kupang (Dok.vitri April 2022)

3. Gambaran Umum Program Studi Pendidikan Musik UNWIRA Kupang

a. Sejarah Singkat Program Studi Pendidikan Musik

Pendidikan Musik adalah salah satu Program Studi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan di Universitas Katolik Widya Mandira Kupang. Program Studi ini

didirikan pada bulan agustus 1987 dengan SK Menteri Pendidikan dan kebudayaan

RI No. 0347/0/198 untuk jenjang D3 dengan nama Program Studi Sendratasik, dan

ketua Program Studi pertama dijabat oleh Bapak Drs. Petrus Riki Tukan sekaligus

pencetus Program Studi Sendratasik. Tahun 2001 dialihkan ke S1 dengan nama

Program studi Sendratasik sesuai SK Pendidikan dan Kebudayaan

No.3113/D/T/2001. Menjelang akhir tahun 2018, program studi berganti nama

menjadi Program Studi Pendidikan Musik sesuai SK Rektor Universitas Katolik

Widya Mandira No.362/WM.H/KEP/2018.

Sampai saat ini diwilayah NTT, Program Studi Pendidikan Musik menjadi

satu-satunya Program Studi Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang mengajar seni

musik kepada mahasiswa dengan mengantongi Akreditasi B sesuai SK BAN-PT

No.896/SK/BAN-PT/Ak-PPJ/S/II/2021. (Sumber; Rektorat Unwira Kupang).

31
Kurikulum yang digunakan adalah berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia (KKNI) tahun 2017. didalamnya meliputi mata kuliah keahlian dan mata

kuliah umum.

Tabel 4.2 Daftar Mata Kuliah Keahlian

No Mata Kuliah Keahlian

1 Teori Musik I dan II


2 Solfegio I dan II
3 Sejarah Musik I dan II
4 Praktek Paduan Suara I, II dan III
5 Praktek Instrumen Musik Sekolah I dan II
6 Praktek Vokal I, II dan III
7 Praktek Keyboard I, II dan III
8 Harmoni I, II dan III
9 Praktek Gitar I, II dan III
10 Direksi MusikI dan II
11 Seni Drama
12 Seni Tari
13 Aransemen musik sekolah I dan II
14 Musik Liturgi
15 Musik Etnik
16 Apresiasi Seni Musik
17 Seni Karya/Rupa
18 Menulis Partitur Musik
19 Musik Nusantara
20 Manajemen Pementasan Seni
21 Membaca Partitur Musik
22 Ansambel Musik Sekolah I dan II
23 Komposisi Musik Sekolah I dan II
24 Micro-Tecahing Musik
25 KKN
26 PPL
27 Skripsi (Tugas Akhir )
(sumber data: Tata Usaha Program Studi Pendidikan Musik FKIP
UNWIRA Tahun 2022)

Tabel 4.3 Daftar Mata Kuliah Umum

No Mata Kuliah Umum


1 Pendidikan Pancasila
2 Pendidikan Agama
3 Logika
4 Pendidikan Kewarganegaraan

32
No Mata Kuliah Umum
5 Etika
6 Bahasa Indonesia
7 Bahasa Inggris
8 Perkembangan Peserta Didik
9 Belajar dan Pembelajaran
10 Dasar-Dasar Kependidikan
11 Profesi Kependidikan
12 Filsafat Seni
13 Media Pembelajaran Musik
14 Strategi dan Metode Pembelajaran Musik
15 Kajian Bahan Ajar Musik SMP/SMA/SMK
16 Perencanaan Pembelajaran Musik
17 Evaluasi Pembelajaran Musik
18 Statistika Dasar
19 Metodologi Penelitian Seni
20 Metodologi PTK Musik

sumber data : Tata Usaha Program Studi Pendidikan Musik

FKIP UNWIRA Tahun 2022

Pada masa jabatan Bapak Petrus Riki Tukan sejak tahun 1985 sampai

2000, beliau mempunyai visi dan misi dalam memegang jabatannya sebagai ketua

program studi, yaitu OHT (Otak, Hati, dan Tangan) yang maknanya adalah

membantu dan melayani dengan hati. Awalnya, Program Studi ini hanya ada

beberapa pengajar yang membantu Bapak Drs. Petrus Riki Tukan yakni Pater

Daniel Kiti, SVD., Pater Anton Siguama Letor SVD., Pater Piet Wani, SVD.,MA

(Almarhum), dan Suster Puresa, RVM. Namun seiring berjalannya waktu,

program studi Pendidikan Musik mendapat penambahan dosen antara lain Bapak

Agustinus Beda Ama,S.Sn,M.Si., Bapak Stanislaus Sanga Tolan, S.Sn, M.Sn.,

Ibu Flora Ceunfin, S.Sn, M.Sn., Bapak Melkior Kian,S.Sn, M.Sn., Pater Yohanes

Don Bosko Bakok, S.Sn, M.Sn., Ibu Yuliana Hutariningsih, S,Sn, M.Pd., Ibu

Sinta Tukan, S.Sn, M.Sn., dan Bapak Paskalis R. Langgu S.Sn.

33
Program Studi Pendidikan Musik sudah melakukan 6 kali pergantian ketua

Program Studi, yaitu:

Tabel 4.4. Daftar Nama – Nama Kepro dan sek prodi Pendidikan Musik
Masa
No Nama Dosen Jabatan
Jabatan

1 Drs. Petrus Riki Tukan Kaprodi 1985-2000


2 P. Piet Wani SVD.,MA (Almarhum) Kaprodi 2000-2006

3 Stanis Sanga Tolan, S.Sn.M.Sn Kaprodi 2006-2009

Drs. Agustinus Beda Ama,


4 Kaprodi 2009-2011
S.Sn.M.Sn
5 Melkior Kian, S. Sn., M.Sn Kaprodi 2011-2019
Yohanes Don Bosko Bakok, SVD,
6 SekProdi 2015-2017
S.Sn., M.Sn
7 Flora Ceunfin, S.Sn., M.Sn SekProdi 2017-2019
8 Flora Ceunfin, S.Sn., M.Sn Kaprodi 2019-2023
Maria K.A.C.S. Dewi Tukan,
9 SekProdi 2019-2023
S.Sn,M.Sn
(Sumber data : Tata Usaha FKIP UNWIRA Tahun 2022)

b. Profil Program Studi Pendidikan Musik UNWIRA Kupang

Berikut ini daftar nama-nama dosen tetap pada Proram Studi Pendidikan Musik

UNWIRA 2022:

Tabel 4.5. Daftar Nama – Nama Dosen Prodi Pendidikan Musik

No Nama – Nama Dosen Pendidikan Musik

1 Flora Ceunfin, S.Sn., M.Sn

2 Drs. Agustinus Beda Ama, S.Sn., M.Sn


3 Stanislaus S. Tolan, S.Sn., M.Sn
4 Melkior Kian, S. Sn, M.Sn
5 Dr. Ruminah Goru, MM
6 Maria K.A.C.S. Dewi Tukan, S.Sn., M.Sn
7 Katharina Kojaing, S.Pd., M.Sn

34
8 Paskalis Romanus Langgu, S.Sn., M.Art

9 Agustinus Renaldus Afoan Elu, S.Pd., M.Pd

10 Dr. Isabel Coryunitha Panis, S.Pd, M.Pd

11. Kadek P. Hariswari, S.Pd, M.Pd

12. Yohanis D. Amasanan, S.Pd, M.Pd

13. P. Yohanes D. B. Bakok, S.Sn, M.Sn

14 Margareta S. Ima Kaet, S.Pd, M.Pd

(Sumber data : tata usaha FKIP UNWIRA tahun 2022)

Tabel 4.6. Presentasi Jumlah Mahasiswa Tahun 2022

Mahasiswa
No Semester Jumlah
Aktif Non Aktif Cuti

1 II 109 - - 109

2 IV 118 22 - 140

3 VI 112 41 1 154

4 VIII 106 21 - 127

5 X 37 4 - 41

6 XII 6 1 - 7

Total 490 89 1 580

35
Sumber data: Tata Usaha FKIP UNWIRA Tahun 2022

c. Sarana dan Prasarana pada Program studi Pendidikan Musik

Pelaksanaan pembelajaran di Program Studi ini, perlu ditunjang dengan

sarana prasarana yang memadai. Sarana yang dimaksud dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana pada Program Studi Pendidikan Musik

No. Jenis Alat Jumlah


1 Gitar Acoustik 9 unit
2 Gitar Bass 2 unit
3 Gitar Lead 1 unit
4 Biola sopran 2 unit
5 Gong timor 1 set
6 Grand Piano 1 unit
7 Organ Elektrik 2 unit
8 Keyboard 34 unit
9 Conga 3 unit
10 Bongo 2 unit
11 Tambur 1 set
12 Drum Set 1 set
13 Kostum tari helong 8 unit
14 Kostum Tari Likurai 14 unit
15 Sasando 4 unit
16 Organ 2 unit
17 Kostum Paduan Suara 28 unit
18 Aksesoris Penari Putri Habas 8 unit
19 Mic 2 unit

36
No. Jenis Alat Jumlah

20 Giring – giring penari putri 10 unit

21 Aksesoris Kepala Putri 8 unit

22 Adaptor Keyboard 14 unit

23 Recorder 2 unit

24 Gitar Akustik 9 unit

25 Aksesoris gelang putri 10 unit

26 Kostum Tari Putri dan selendang 8 unit

27 Kabel Spiker 4 unit

Sumber data :Seksi Peralatan Prodi Musik Tahun 2022

Ket : untuk alat musik rekorder, pianika dan gitar diwajibkan ketua

program studi agar mahasiswa memilikinya masing–masing sebagai sarana

pembelajaran.

No. Ruangan Jumlah Keterangan

1 Ruang Kuliah 3 Baik


2 Ruang Dosen 1 Baik
Ruang Praktik
3 2 Baik
Musik
4 Ruang Kepro 1 Baik
5 ToiletMahasiswa/I 2 Baik
6 Toilet Para Dosen 2 Baik
7 Aula 1 Baik
8 Ruang Tata Usaha 1 Baik
9 Ruang Sek.Prodi 1 Baik
10 Ruang Himprosmus 1 Baik

37
Sumber data : Tata Usaha FKIP UNWIRA Tahun 2022

d. Jenis Kegiatan Ekstrakulikuler pada Program Studi Musik Unwira

Kupang

Kegiatan ekstrakurikuler pada umumnya dilakukan apabila ada suatu

perlombaan antara program studi kampus maupun kegiatan perlombaan di luar

kampus dan juga pada saat akan diadakannya kegiatan Kemah Kerja Bakti

Mahasiswa (KKBM). Kegiatan tersebut baik adanya karena bertujuan untuk

menyalurkan dan mengembangkan bakat atau minat serta memperluas wawasan

pengetahuan, peningkatan nilai dan sikap. Banyak prestasi yang telah dicapai

dan mengharumkan nama Universitas dan Program Studi antar kampus, antar

daerah bahkan terlibat dalam kegiatan bertaraf internasional. Beberapa prestasi

kegiatan tersebut meliputi:

1) Juara 1 lomba Vocal Solo antara Fakultas UNWIRA Kupang tahun 2010

2) Juara 1 lomba tari kreasi antar Fakultas UNWIRA Kupang pada kegiatan

Dies Natalis UNWIRA Kupang tahun 2011 dan tahun 2012. Juara 2

lomba Lukis peringatan ulang tahun UNWIRA Kupang tahun 2012.

3) Juara 1 lomba Vocal Group antar Fakultas UNWIRA Kupang tahun

2013.

38
4) Juara 1 lomba Vocal Group Tingkat daerah (pangan lokal) tahun 2012

dan 2013.

5) Juara 2 lomba vocal Group Tingkat daerah (pangan lokal) tahun 2012 dan

tahun 2013

6) Juara 2 lomba Vocal Solo antar Fakultas UNWIRA Kupang tahun 2013

7) Juara 1 lomba Tari Daerah NTT Tingkat Kota Kupang untuk Piala

Bergilir Walikota tahun 2013

8) Juara I Festival Budaya Daerah NTT tahun 2014 oleh Grup A mahasiswa

Pendidikan Musik Universitas Widya Mandira Kupang

9) Juara II Festival Budaya Daerah NTT tahun 2014 oleh Grup B mahasiswa

Pendidikan Musik Universitas Widya Mandira Kupang

10) Juara III Festival Budaya Daerah NTT tahun 2016 oleh Grup B

mahasiswa Pendidikan Musik Universitas Widya Mandira Kupang

11) Juara 1 lomba Jambore Parawisata daerah NTT tingkat kabupaten di

Nagekeo Flores tahun 2017

12) Kegiatan Pesona Indonesian 2019 Kolaborasi KBRI Dili Dan Raeoa E

Zeesm Tl

13) Juara I Festival Paduan Suara Gerejawi Indonesia-Timor Leste 2019.

14) Juara 1 Lomba Tari kreasi pisma V Universitas Katolik Widya Mandira

Kupang tahun 2021

15) Juara 2 Lomba Tari kreasi pisma VI Universitas Katolik Widya

Mandira Kupang tahun 2021

39
Gambar 4.5. Piala Hasil Perlombaan (Dok. John, April 2021)

B. Hasil Penelitian

Penerapan pembelajaran tarian Toto Molas kreasi pada mahasiswa minat tari

semester IV ditempuh dalam tiga tahap yakni tahap awal, tahap inti dan tahap akhir.

Pada tahap awal peneliti menguraikan tentang proses perekrutan Mahasiswa Program

Studi Pendidikan Musik dan penentuan jadwal latihan yang dilakukan pada hari Senin,

21 Maret 2021. Pada tahap inti diuraikan tentang memberi gambaran tentang Tarian

Toto Molas dan proses latihan tarian Toto Molas dilakukan dalam 10 kali pertemuan.

1. Tahap Awal

a. Proses Perekrutan Anggota Kelompok Minat Tari semester IV Program Studi

Pendidikan Musik.

Dalam penelitian ini peneliti merekrut mahasiswa dengan cara

memilih mahasiswa semester IV Program Studi Pendidikan Musik, yang

akan terlibat dalam penelitian ini sebanyak 7 orang yakni putra 2 orang dan

40
putri sebanyak 5 orang. Perekrutan terjadi pada tanggal 17-18 Maret 2022,

rata-rata yang dipilih adalah mahasiswa semester IV Program Studi

Pendidikan Musik yang memilih minat tari.

Tabel 4.8. Nama-nama mahasiswa yang direkrut


No Nama-nama anggota penari tarian Toto Molas
Kreasi
1 Junitha Claudia Raja
2 Maria Yuliana Mbulu
3 Maria Oktaviana Naru Ladjar
4 Kristina Natalia Soge
5 Edeltrudis Ima Sorodalim
6 Arsenius Julianto Teo Juang
7 Maksimus Hambur
Daftar anggota penari semester IV (Sumber: pribadi, Maret 2022)

b. Jadwal Latihan
Setelah proses perekrutan anggota dalam tarian Toto Molas, langkah

selanjutnya peneliti menentukan jadwal latihan. Dari hasil kesepakatan yang

diambil yakni proses pembelajaran akan dilakukan pada hari Senin, Rabu,

Kamis, dan Sabtu, sehingga penelitian dilakukan selama 4 kali pertemuan

dalan satu minggu, hal ini terkait untuk menyesuaikan waktu dan tugas-tugas

kuliah dari anggota penari. Kegiatan ini dilakukan pada sore hari di lantai 1

dan lantai 4 gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) tepatnya

pukul 16.30–19.00 WITA.

2. Tahap Inti (Pelakasanaan)

Pada hari Sabtu, tanggal 02 April 2022 yang bertempat di ruang D 7 lantai 4

Gedung FKIP, peneliti melakukan pertemuan awal dengan anggota penari sebelum

membuat jadwal kegiatan penelitian, menyampaikan maksud dan tujuan penelitian

serta alasan memilih 2 orang putra dan 5 orang putri semester IV Program Studi

Pendidikan Musik, kemudian memperkenalkan ragam gerak asli dalam tarian yang

diambil yakni gerakan Sae dan Ndundundake.

41
a. Pertemuan Pertama pada tanggal 02 April 2022

1) Memperkenalkan Tarian Kreasi Toto Molas

Dalam tradisi pernikahan adat Manggarai Flores NTT, terdapat salah

satu acara unik yang disebut Toto Molas. Toto artinya tunjuk atau menunjukan,

sedangkan molas artinya cantik. Acara Toto Molas (menunjukan kecantikan)

ini, biasanya dilakukan sebelum seorang calon istri hendak dihantar ke keluarga

laki-laki. Namun sebelum sang calon dipertemukan, terlebih dahulu akan

ditunjukan perempuan lain (biasanya saudara) sebagai tunangan atau istri

bayangan.

Pihak laki-laki kemudian akan mengatakan dengan jenaka “oh bukan itu,

calon istri anak kami lebih cantik”, atau dengan kalimat yang lebih mengejek

“calon istri anak kami lebih mancung, putih, dan cantik, bukan yang ini. Jika

istri bayangan jauh lebih cantik dari istri yang sesungguhnya, maka pihak laki-

laki akan mengatakan “oh cantiknya, tapi ini simpan dulu” dan masih banyak

kalimat lain yang lebih lucu, tetapi tetap dalam suasana bahagia.

Berdasarkan ilustrasi diatas, peneliti menggarap tarian kreasi yang

menceritakan seorang gadis cantik yang hendak dilamar oleh kekasihnya.

Gerakan dalam tarian ini terinspirasi dari acara Toto Molas yang

memperlihatkan keanggunan dan kecantikan seorang gadis yang hendak

dipertemukan dengan calon suaminya.

Dalam penerapan tari kreasi ini dibagi menjadi tiga bagian, bagian

pertama adalah opening, dengan menggambarkan gerakan-gerakan penghantar

(gerak kreasi). Gerakan dalam bagian opening menggunakan dua jenis gerakan

kreasi, untuk membuka dan memulai tari kreasi Toto Molas. Bagian kedua

42
adalah gerakan inti, menggambarkan seorang gadis yang hendak dihantar pada

keluarga laki-laki. Gerakan dalam bagian inti menggunakan dua jenis gerakan

asli, yaitu: gerakan sae dan gerakan ndundundake. Gerakan sae merupakan

gerakan, mengajak orang sekitar untuk menari dan merasakan suasana suka cita

bersama-sama, diselingi tiga gerakan kreasi sebagai penghias. Bagian ketiga

ending (penutup), menggambarkan penari wanita dan laki-laki sudah bersama-

sama bergandengan tangan menuju kediaman mereka sendiri, dengan

menggunakan gerak asli Toto Molas.

2) Gambaran ragam gerak tarian Ndundundake asli:

a) Ragam gerak putri: Peneliti mengawali dengan hitungan gerakan 1 x 8

kedua tangan diayunkan kedepan, diikuti kaki kanan maju kedepan,

selanjutnya kedua tangan diturunkan dengan posisi badan sedikit

membungkuk, posisi kaki kembali kebelakang, selanjutnya penari

melakukan gerakan kedua tangan diayunkan kesamping kanan dan

gerakan kaki kanan mengikuti arah tangan. Dalam hitungan 1x8

berikutnya, posisi tangan kanan diayunkan kedepan sedangkan tangan

kiri berada dipinggang diikuti gerakan kaki kanan berada di depan kaki

kiri, kemudian kedua tangan diayunkan keatas diikuti gerakan badan

memutar kearah kanan.

b) Ragam gerakan putra: pada hitungan 1x8 posisi kedua tangan diayunkan

kedepan diikuti gerakan kaki sambil berjalan mengitari penari putri.

c) Pada proses latihannya masih menggunakan hitungan 1 x 8 secara

berulang-ulang sampai penari dapat meniru dengan baik.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini

43
Gambar 4.5 Posisi tangan dan kaki pada ragam gerak asli Ndundundake.
(Dok. Pribadi April 2022)

d) Bentuk pola lantai

Keterangan: : Penari Putra

: Penari Putri

: Posisi Kedepan

: Posisi Kebelakang

44
e) Pola iringan musik

3) Ragam gerak tarian Sae asli

Peneliti mengajarkan gerakan Sae, diawali dengan:

a) Ragam gerak putri: diawali kedua tangan diayunkan kesamping kiri dan

kanan pada hitungan 1 dan 2, dengan posisi badan duduk, selanjutnya

pada hitungan 3 dan 4, kedua tangan digerakan keatas lalu diturunkan,

kemudian dilanjutkan gerakan tangan kanan diayunkan kedepan dan

tangan kiri diayunkan kebelakang dalam hitungan 5 dan 6 dengan posisi

badan sedikit membungkuk, selanjutnya pada hitungan 7 dan 8 kedua

tangan digerakan keatas lalu diturunkan kembali.

b) Ragam gerak putra: pada hitungan 1 x 4 gerakan kedua tangan diayunkan

kedepan dengan posisi badan membungkuk, pada hitungan 1 x 4

berikutnya, gerakan tangan kanan diayunkan kedepan dan tangan kiri

berada dipinggang. Sedangkan pada hitungan 1 x 8 posisi kaki dihentakan

sambil berjalan kearah depan.

c) Pada proses latihan masih menggunakan hitungan 1 x 8 secara berulang-

ulang sampai penari dapat meniru dengan baik. Perhatikan gambar

dibawah ini;

45
Gambar 4.6 Posisi tangan dan kaki pada ragam gerak asli Sae.
(Dok. Pribadi April 2022)
d) Bentuk pola lantai

e) Pola iringan Musik

b. Pertemuan kedua pada tanggal 04 April 2022

Pada pertemuan ini peneliti memperkenalkan ragam gerak modifiksi

untuk gerakan 1 dan 2 disertai dengan pola lantainya sebagai berikut :

46
1) Ragam gerak kreasi 1

a) Ragam gerak putri: Peneliti melakukan pengenalan ragam gerak kreasi

dimulai dari ragam 1, pada hitungan 1 x 4 gerakan tangan kanan

diayunkan kedepan sedangkan tangan kiri diayunkan lurus keatas dengan

posisi badan memutar, pada hitungan 1 x 4 selanjutnya, tangan diayunkan

kesamping kanan dan kiri sedangkan kaki kanan posisi berada didepan

kaki kiri dengan posisi dijinjit.

b) Ragam gerak Putra: pada hitungan 1 x 8 gerakan kedua tangan diayunkan

kedepan diikuti gerakan kaki kanan, selanjutnya kedua penari putra

mengayunkan tangan kesamping kanan dan kiri diikuti gerakan kaki

kanan yang mengarah kepada penari putri.

c) Pada proses latihan masih menggunakan hitungan 1 x 8 secara berulang-

ulang sampai penari betul-betul meniru dengan baik.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

47
Gambar 4.7. Posisi ragam gerak kreasi 1. (Dok. Pribadi April 2022)
d) Bentuk pola lantai 1 membentuk pola lantai dua baris memanjang

(horizontal).

e) Pola iringan Musik

2) Ragam gerak kreasi 2

a) Ragam gerak Putri: pada hitungan 1 x 4 gerakan tangan kanan diayunkan

kekanan atas dan tangan kiri berada lurus disamping kiri selanjutnya

tangan kiri diayunkan keatas dan tangan kanan lurus disamping diikuti

gerakan kedua kaki dijinjit kekanan dan kiri. pada hitungan 1 x 4

berikunya, tangan kanan diayunkan kedepan dan tangan kiri diayunkan

kebelakang diikuti gerakan kaki kanan berada di depan kaki kiri sambil

ditekuk.

b) Ragam gerak putra: pada hitungan 1 x 8 gerakan tangan diayunkan

kedepan lalu keatas sambil ditepuk kemudian diayunkan kebelakang

sambil ditepuk diikuti gerakan kaki kanan kedepan dan kebelakang

sedangkan kaki kiri dijinjit.

48
Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.8. Posisi tangan dan kaki ragam gerak 2.


(Dok. Pribadi April 2022)

c) Pada proses latihan masih menggunakan hitungan 1 x 8 secara berulang-

ulang sampai penari betul-betul meniru dengan baik.

d) Bentuk pola lantai 2 pada ragam gerak kedua penari membentuk pola

lantai diagonal.

49
e) Pola iringan Musik

Kesulitan pada tahap ini

 Penari sulit menggerakan anggota tubuh dengan benar sesuai dengan

ragam yang dimaksudkan oleh peneliti, terlebih khusus untuk Nita yang

kesulitan menggerakan kaki ditekuk pada ragam kreasi 2.

 Penari kurang serius dalam menggerakan anggota badan, pada saat

mempraktikan ragam gerak tersebut, dan mereka merasa kesulitan untuk

gerakan kaki bersamaan dengan gerakan tangan.

Upaya-upaya yang ditempuh untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut :

 Peneliti memberikan contoh dan latihan yang dilakukan secara berulang-

ulang agar mahasiswa minat tari dapat meniru gerakan dengan benar,

khususnya untuk Nita yang masih kaku menggerakan kaki ditekuk dan

penari putra yang masih lambat dalam menerima gerakan.

c. Pertemuan ketiga pada tanggal 06 April 2022

Pada pertemuan ini peneliti memperkenalkan ragam gerak modifikasi

untuk gerakan 3 dan 4 disertai dengan pola lantainya sebagai berikut :

1) Ragam gerak kreasi 3

a) Ragam gerak kreasi 3, peneliti menjelaskan gerakan diawali dengan

kedua tangan diayunkan disamping kiri dan kanan badan dalam hitungan

1 x 8, selanjutnya 3 orang penari mengayunkan tangan keatas sedangkan

50
4 lainnya mengayunkan tangan disamping kiri dan kanan. Dalam

gerakan 1 x 8 berikutnya penari melakukan pergantian gerakan, 3 orang

penari mengayunkan tangan disamping kiri dan kanan, sedangkan 4

penari lainnya mengayunkan tangan keatas. Gerakan kaki pada ragam

gerak 3, diawali dengan gerakan kaki kanan diayunkan kedepan pada

hitungan 1 x 4, selanjutnya kedua kaki diayunkan kedepan secara

bergantian pada hitungan 1 x 4 terakhir. Dalam ragam gerak kreasi 3 ini,

penari putra dan putri melakukan gerakan yang sama. Untuk lebih jelas,

perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.9. Posisi ragam gerak 3. (Dok. Pribadi April 2022)


b) Bentuk pola lantai ragam gerakkrasi ketiga penari membentuk lingkaran.

Untuk lebih jelas perhatikan gambar dibawah ini.

51
c) Pola iringan Musik

2) Ragam gerak 4 (Sae)

Dalam Ragam gerak 4 ini, merupakan ragam asli Sae, yang telah

dicontohkan oleh peneliti kepada penari, sehingga pada pertemuan ini

peneliti meminta untuk mengulangi kembali gerakan asli Sae, yang sudah

diberikan pada awal pertemuan.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.10. Posisi awal ragam gerak empat. (Dok. Pribadi April 2022).

a) Bentuk pola lantai ragam gerak asli (sae), membentu garis lurus

52
b) Pola iringan Musik

Kesulitan pada tahap ini

 Pada ragam gerak 3 penari kurang serius dalam menggerakan anggota

badan mereka terutama untuk penari putra (Meks dan Chen), pada

gerakan tangan dan kaki mereka merasa kesulitan mempraktikan ragam

gerak tersebut.

 Pada ragam gerak 4 penari awalnya susah untuk meniru gerakan yang

digarap, terutama gerakan tangan, yakni pada hitungan 1 dan 2 posisi

kedua tangan diayunkan kesamping kiri dan kanan dalam posisi duduk,

hitungan 3 dan 4 berikutnya kedua tangan diayunkan keatas dengan

posisi pergelangan tangan memutar, dilanjutkan tangan kanan diayunkan

kedepan dan tangan kiri diayunkan kebelakang pada hitungan 5 dan 6,

kemudian kedua tangan diayunkan keatas pada hitungan 7 dan 8,

membuat penari merasa kesulitan dalam menangkap gerakan.

 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah ini adalah :

Peneliti memberikan latihan yang dilakukan secara berulang-ulang agar

penari dapat meniru gerakan dengan baik dan benar.

53
d. Pertemuan keempat pada tanggal 07 April 2022

Peneliti memperkenalkan ragam gerak kreasi 5 dan 6 disertai dengan

pola lantainya sebagai berikut :

1) Ragam gerak kreasi kelima.

Pada ragam gerak kelima peneliti mengajarkan gerakan diawali

dengan posisi badan membungkuk selanjutnya, posisi tangan kiri diayunkan

kedepan dan tangan kanan kearah atas, untuk gerakan kaki diawali dengan

kaki kanan dijinjit didepan kaki kiri. Selanjutnya, penari melakukan gerakan

dengan posisi kedua tangan diayun kesamping kiri atas dengan posisi badan

lurus kedepan dan gerakan kaki tetap dijinjit mengikuti arah tangan. Gerakan

ini dilakukan secara bergantian pada hitungan 4 x 8, dengan gerakan yang

sama antar penari putra dan putri.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.11. Posisi pada ragam gerak 4.(Dok. pribadi, April 2022)
a) Pola lantai 5 untuk ragam gerak kreasi kelima penari membentuk pola

lantai dua baris lurus dan satu orang penari berada diantara penari

putra dan putri.

Untuk lebih jelas perhatikan contoh gambar dibawah ini.

54
b) Pola iringan Musik

2) Ragam gerak kreasi Keenam

a) Ragam gerak putri: diawali tangan kanan diayunkan di depan kearah

bawah dan tangan kiri berada di depan dada kemudian secara

bergantian tangan kiri kearah bawah sedangkan tangan kanan

didepan dada, diikuti gerakan kaki kanan kedepan dan kebelakang

dengan posisi badan membungkuk dan kembali tegak selanjutnya

kedua tangan berada disamping kanan atas dengan hitungan 4x8.

b) Ragam gerak putra: pada hitungan 1 x 8 penari putra dalam posisi

kaki ditekuk dan kedua tangan berada lurus kearah depan. kemudian

pada hitungan 1 x 8 berikut, kedua tangan diayunkan di depan

sedangkan kaki dijinjit mengikuti arah tangan.

c) Pada proses latihan masih menggunakan hitungan 1 x 8 secara

berulang-ulang sampai penari betul-betul meniru dengan baik

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

55
Gambar 4.12. Posisi awal ragam gerak 6. (Dok. Pribadi, April 2022).

Pola lantai enam, untuk ragam gerak keenam, penari

membentuk pola lantai satu garis lurus dan satu garis lengkung.

Untuk lebih jelas perhatikan contoh gambar dibawah ini.

d) Pola iringan Musik

Kesulitan pada tahap ini :

 Penari merasa kesulitan untuk menyesuaikan pada pola lantai ragam

kelima, karena salah satu anggota penari tidak mengikuti latihan dengan

alasan sakit.

56
 Penari merasa kesulitan untuk memperagakan ragam gerak 5 terutama

bagian tangan dan kaki pada hitungan 1 x 4 diawal gerakan, sedangkan

untuk ragam gerak 6, penari masih terlihat kaku dalam mengayunkan

badan karena dalam gerakan ini peneliti menerapkan teknik kanon.

 Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini adalah :

Peneliti membiasakan penari untuk terus memperagakan dan melatih

dengan latihan secara berulang-ulang.

e. Pertemuan kelima pada tanggal 09 April 2022

Peneliti memperkenalkan ragam gerak modifikasi untuk gerakan 7 dan 8

disertai dengan pola lantainya sebagai berikut :

1) Ragam gerak tujuh (Ndundundake)

Dalam Ragam gerak ketujuh ini, merupakan ragam asli Ndundundake,

yang telah dicontohkan oleh peneliti kepada penari, sehingga pada pertemuan

ini peneliti meminta untuk mengulangi kembali gerakan asli Ndundundake,

yang sudah diberikan pada awal pertemuan.

a) Ragam gerak putri: pada hitungan 1 x 8 posisi kedua tangan diayunkan

kedepan diikuti gerakan kaki kanan, selanjutnya kedua tangan diayunkan

kesamping kanan diikuti gerakan kaki kanan mengikuti arah tangan.

Dalam hitungan 1x8 berikutnya, posisi tangan kanan diayunkan kedepan

sedangkan tangan kiri berada dipinggang diikuti gerakan kaki kanan

berada di depan kaki kiri, kemudian kedua tangan diayunkan keatas

diikuti gerakan badan memutar kearah kanan.

b) Ragam gerak putra: dengan hitungan 1 x 8 posisi kedua tangan diayunkan

kedepan diikuti gerakan kaki sambil berjalan mengitari penari putri.

57
Penari melakukan gerakan ini secara berulang dengan hitungan dasar

1x8.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.13. Posisi awal ragam gerak 7. (Dok. Pribadi, April 2022).
Pola lantai untuk ragam gerak ketujuh, penari membentuk pola

huruf V.

Untuk lebih jelas perhatikan contoh gambar dibawah ini.

c) Pola iringan Musik

2) Ragam gerak kreasi kedelapan

58
a) Ragam gerak putri: gerakan diawali dengan gerakan mengayunkan kedua

tangan keatas dan kebawah sambil melakukan gerakan memutar pada

pergelangan tangan dan diikuti gerakan kaki yang dijinjit mengitari

penari putra, dengan hitungan 4 x 8.

b) Ragam gerak putra: diawali dengan hitungan 2 x 8 mengayunkan kedua

tangan kedepan dengan posisi badan membungkuk dan saling

berhadapan, pada hitungan 2 x 8 selanjutnya posisi badan tegak dan

kedua tangan diayunkan didepan dada lalu keatas sejajar dengan kepala.

c) Penari melakukan gerakan ini secara berulang-ulang dengan hitungan

dasar 1 x 8.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 4.14. Posisi awal pada ragam gerak 8. (Dok. Pribadi, April 2022).

59
d) Bentuk pola lantai ragam gerak kedelapan penari membentuk pola lantai

1 garis lurus dan 1 garis lengkung.

Untuk lebih jelas perhatikan contoh gambar dibawah ini.

e) Pola iringan Musik

Kesulitan pada tahap ini :

 Penari merasa kesulitan karena gerakan antara kaki dan tangan kontak

atau bergerak bersamaan.

 Penari merasa kesulitan dalam Menggerakan badan karena gerakan

modifikasi kedelapan, penari melakukan gerakan sambil berjalan

membentuk lingkaran kemudian kembali membentuk garis lurus.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini dalah :

 Peneliti kembali melatih gerakan ini sampai penari dapat mengikuti

gerakan dengan baik dan benar.

 Peneliti memberikan latihan yang dilakukan secara berulang-ulang

agar penari dapat meniru gerakan dengan benar.

f. Pertemuan keenam pada tanggal 11 April 2022

60
Dalam pertemuan keenam, peneliti menerapkan ragam gerak kreasi

kesembilan.

1) Ragam gerak putri: yakni mengayunkan tangan kanan kesamping kanan

bawah dan tangan kiri berada di depan dada, selanjutnya melakukan

pergantian gerakan tangan kiri kesamping kiri bawah sedangkan tangan

kanan berada di depan dada diikuti gerakan kaki kanan maju mundur

sambil melakukan gerak melangkah dengan hitungan 3 x 8.

2) Gerakan putra diawali dengan hitungan 1 x 4 mengayunkan kedua tangan

kedepan dengan posisi badan membungkuk dan saling berhadapan,

selanjutnya pada hitungan 1 x 4 berikutnya, posisi tangan dipinggang

sambil menggerakan bahu kedepan dan kebelakang.

3) Penari melakukan gerakan ini secara berulang-ulang dengan hitungan

dasar 1 x 8.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

61
Gambar 4.15. Posisi awal pada ragam gerak 8. (Dok. Pribadi, April 2022).

4) Pola Lantai ragam gerak kreasi kesembilan membentuk 2 garis lurus

5) Pola Iringan

Kesulitan pada tahap ini :

 Penari merasa kesulitan dalam Menggerakan badan karena gerakan

modifikasi kesembilan, penari melakukan gerakan sambil berjalan

membentuk 2 garis lurus.

 Penari putra kesulitan dalam menggerakan bahu dalam ragam gerakan

9.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini dalah :

 Peneliti kembali melatih gerakan ini hingga penari dapat mengikuti

gerakan dengan baik dan benar.

 Peneliti memberikan latihan yang dilakukan secara berulang-ulang

agar penari dapat meniru gerakan dengan benar.

g. Pertemuan ketujuh pada tanggal 13 April 2022

62
Dalam pertemuan ketujuh, peneliti menerapkan ragam gerak inti dari

tarian kreasi Toto Molas.

1) Ragam gerak penari putri: diawali dengan gerakan dua orang penari putri,

yakni salah satu penari mengayunkan tangan kanan kesamping kanan

atas, sedangkan salah satu penari lainnya mengayunkan tangan kiri

kesamping kiri bawah, diikuti gerakan kaki yang dijinjit secara

bergantian, dengan hitungan 3 x 8. Dalam hitung 3 x 8 berikutnya tiga

orang penari putri mengayunkan tangan kanan dan kiri sambil berjalan

perlahan menghantar salah satu penari putri sebagai pengantin wanita

dalam tarian toto molas ini.

2) Ragam gerak penari putra: pada hitungan 3 x 8 pertama, penari diawali

dengan gerakan kedua tangan diayunkan kedepan diikuti gerakan kaki

dijinjit sambil mengitari lingkaran kecil. Pada hitungan 3 x 8 terakhir,

gerakan penjemputan penari putri sebagai akhir dari tarian toto molas,

yang mempertunjukkan gerakan salah satu penari putra bergandengan

tangan dengan salah satu penari putri hingga gerakan post akhir dari

tarian tersebut.

3) Penari melakukan gerakan ini secara berulang-ulang dengan hitungan

dasar 1 x 8.

Untuk lebih jelas, perhatikan gambar di bawah ini.

63
Gambar 4.16. Posisi awal pada ragam gerak 8.
(Dok. Pribadi, April 2022).

4) Pola iringan Musik

h. Pertemuan kedelapan pada tanggal 20 April 2022

Peneliti meminta penari untuk mengulangi kembali ragam gerak

kesepuluh (akhir), selanjutnya melakukan gerakan 1 sampai 10 disertai pola

lantainya masing-masing dan pengenalan musik.

i. Pertemuan kesembilan pada tanggal 21 April 2022

Peneliti kembali meminta penari untuk melakukan gerakan 1 sampai 10,

disertai pola lantainya masing-masing dan diiringi dengan musik, latihan ini

dilakukan untuk mempersiapkan pementasan (geladi).

3. Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilaksanakan dalam pertemuan kesepuluh yakni pada hari

sabtu, 23 April 2022. Tahap akhir ini merupakan hasil akhir dari keseluruhan proses

latihan yang telah dilaksanakan dan diterapkan oleh peneliti. Semua anggota penari

64
diarahkan untuk melaksanakan pementasan di lantai 1 gedung Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Unwira Kupang.

Kostum yang digunakan oleh para penari pada tahap akhir ini adalah:

a. Penari Putri

1) Kain songke

Gambar 4.17. kain songke Manggarai, (Dok. Pribadi April 2022)

Kain songke merupakan kain tenun khas adat Manggarai, yang sering

digunakan pada setiap acara adat daerah Manggari. Dalam adat Manggarai

pemakaian kain (sarung) songke, untuk kaum perempuan biasa disebut

dengan “Deng Towe”, sedangkan untuk laki-laki disebut “Tengge Towe”.

2) Balibelo

65
Gambar 4.18. Balibelo adat Manggarai, (Dok. Internet April 2022)

Balibelo merupakan hiasan kepala wanita, selayaknya mahkota.

Balibelo biasanya digunakan oleh penari, pengantin wanita atau digunakan

pada acara-acara tertentu di daerah Manggarai setempat, sedangkan untuk

laki-laki menggunakan Sapu (ikatan kepala).

3) Brokat merah

Gambar (1) Gambar (2)

Gambar 4.19. Brokat dan pakaian adat wanita Manggarai,


(Sumber: Internet April 2022)

66
Brokat (gambar 1) digunakan penari putri dalam tarian kreasi Toto Molas,

sebagai lambang keanggunan seorang gadis. Untuk daerah Manggarai pakaian

(baju) wanita, disebut dengan “Mbero” (gambar 2).

b. Penari Putra

1) Kain songke

Gambar 4.20. kain songke Manggarai, (Dok. Pribadi April 2022)

2) Kemeja merah

Gambar 4.21. Baju Merah putra, (Dok. Pribadi April 2022)

Laki-laki Manggarai pada umumnya menggunakan baju putih atau merah

pada acara tertentu, seperti: acara tiba meka, toto molas dan lainnya. Dalam

67
hal ini, peneliti memilih warna merah untuk penari putra dan putri dalam

tema Toto Molas.

3) Sapu (ikatan kepala putra)

Gambar 4.22. Sapu (hiasan kepala untuk laki-laki) adat manggarai.


(Dok. Pribadi April 2022)

4) Kain merah untuk pegangan tangan

Gambar 4.23. kain merah properti penari putra,


(Dok. Pribadi April 2022)

68
Perhatikan gambar busana tari berikut:

Gambar 4.24. Post akhir. (Dok. Pribadi April 2022).

C. Pembahasan.

Pembahasan dalam skripsi ini meliputi Upaya Peningkatan Ragam Gerak

Tarian Toto Molas Kreasi Etnis Manggarai Melalui Metode Imitasi dan Drill pada

Mahasiswa Minat Tari Semester IV Program Studi Pendidikan Musik Unwira Kupang,

yang dilakukan secara bertahap dan terkonsep dengan sangat baik. Penelitian ini

dilakukan dengan tahapan-tahapan awal dimulai dari perekrutan anggota penari tarian

Toto Molas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode imitasi dan drill pada

kelompok tari Toto Molas dengan tujuan agar anggota penari tarian Toto Molas dapat

bekerja sama untuk melatih ragam gerak dan pola lantai pada tariantersebut. Menurut

Gerungan (1966:36). Imitasi tidak berlangsung secara otomatis melainkan dipengaruhi

oleh sikap menerima dan mengagumi dengan apa yang ditiru. Dengan kata lain imitasi

tidak berlangsung secara otomatis, tetapi ada faktor lain yang ikut berperan sehingga

seseorang mengadakan imitasi. Sedangkan Metode drill merupakan metode

pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan

69
cara menanamkan keterampilan-keterampilan tertentu yang dilakukan melalui

kegiatan-kegiatan latihan (Irham dan Wiyani, 2016: 134) Latihan pada metode drill

mengandung arti bahwa latihan tersebut selalu diulang-ulang untuk memperoleh suatu

ketangkasan, ketepatan dan keterampilan yang lebih sempurna.

Pada penelitian ini peneliti menemukan perubahan kepada subjek selama proses

penelitian yang dilakukan selama sepuluh kali pertemuan. Sebelumnya subjek

penelitian tidak mengetahui tarian Toto Molas dan ragam asli yang ada pada tarian

tersebut, tetapi dengan adanya penelitian tersebut akhirnya dapat mengetahui beberapa

acara adat dan tarian khas dari daerah Manggarai yang dijadikan pembelajaran baru

bagi subjek penelitian itu sendiri. Dalam proses penelitian berlangsung, ada sebagian

besar sujek penelitian yang sebelumnya melakukan latihan ragam gerak dengan kaku

namun pada akhirnya mampu mempraktiknya dengan baik dan rileks dengan metode-

metode yang diberikan oleh peneliti, yaitu metode imitasi dan drill. Adapun subjek

lainnya yang merasa sulit dalam menerapkan beberapa ragam gerak pada akhirnya

dapat mempraktiknya dengan baik melalui metode-metode yang peneliti terapkan.

Menurut Ahmid (2003:16) metode imitasi memiliki kelebihan dan kekurangan.

Adapun kelebihan yang dimiliki subjek penelitian yaitu mereka memiliki keinginan

untuk mempelajari banyak hal baru untuk mereka terapkan dan kembangkan salah

satunya dalam mempelajari tarian pada proses penelitian berlangsung. Sedangkan

kekurangan subjek penelitian yaitu daya tangkapnya kurang saat peneliti

mencontohkan dan mempraktikan beberapa ragam gerak dalam tarian Toto Molas.

Selain itu beberapa subjek penelitian sudah bisa mempraktikan ragam gerak

tarian dengan baik tetapi masih mengalami kendala diantaranya dibeberapa gerakan

tertentu subjek penelitian merasa kesulitan sehingga peneliti harus mencontohkan

kembali secara berulang-ulang kemudian dipraktikan oleh subjek penelitian. Sehingga.

Untuk mengatasi hal tersebut peneliti menggunakan metode pembelajaran yang lain

70
yaitu metode drill. Metode drill merupakan pemberian latihan secara berulang-ulang

kepada siswa agar memperoleh suatu keterampilan tertentu (J. J. Hasibuan dan

Moedjiono, 2006 : 6). Tujuan peneliti menggunakan metode drill agar subjek

penelitian dapat memperoleh keterampilan yang baik saat mempraktikan ragam gerak

yang diberikan oleh peneliti.

Adapun metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan (Jumanta

Hamdayama, 2016: 104). Begitupun subjek penelitian memiliki kelebihan dan

kekurangaanya masing-masing. Kelebihannya yaitu subjek penelitian memiliki

keinginan untuk mempelajari banyak hal baru untuk mereka terapkan dan

kembangkan. Sedangkan kekurangan subjek penelitian yaitu daya tangkapnya kurang

saat peneliti mencontohkan dan mempraktikan beberapa ragam gerak dalam tarian

Toto Molas sehingga harus dicontohkan secara berulang-ulang oleh peneliti.

Dari kelebihan dan kekurangan inilah peneliti berusaha agar subjek penelitian

dapat menerapkan ragam gerakan dengan baik, sehingga pada akhirnya upaya

meningkatkan ragam gerak tarian Toto Molas dapat diterapkan dengan baik oleh

ketujuh orang subjek penelitian.

71
D. Instrumen Asli

Alat musik yang digunakan dalam tari kreasi Toto Molas ialah gong dan

gendang.

1) Gong

Gambar 4.25. Alat musik Gong (Dok. Ani Desember 2018)

Alat Musik Gong dimainkan sebagai bagian dari upacara keluarga,

masyarakat, kerajaan dan keagamaan. Gong juga dianggap sebagai harta, mas

kawin, pusaka, lambang status pemilik, perangkat upacara, dan lainnya. Gong

biasanya dimainkan bersama dengan Gendang sebagai pengiring suatu tarian dan

ritual adat lainnya.

2) Gendang

Gambar 4.26. Alat musik Gendang (Dok. Ani Desember 2018)

72
Gendang adalah alat musik tradisional daerah Manggarai sejenis drum.

Secara esensial, gendang adalah lembaga kekuasaan dari suatu masyarakat hukum

adat. Gendang biasanya dimainkan bersama dengan Gong sebagai pengiring suatu

tarian dan ritual adat lainnya.

73
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, tentang Upaya

Peningkatan Ragam Gerak Tarian Toto Molas Kreasi Etnis Manggarai Melalui

Metode Imitasi Dan Drill Kepada Mahasiwa Minat Tari Semester IV Program Studi

Pendidikan Musik Unwira Kupang, berikut ini adalah tahapan pada hasil

penelitian :

1) Tahap Awal

Proses perekrutan kelompok tari, peneliti memilih 7 orang penari, yakni

2 orang putra dan 5 orang putri.

2) Tahap Inti

a. Pertemuan I : Menjelaskan materi tentang tarian toto molas dan

memberikan gambaran disertai contoh ragam gerak asli tarian tersebut.

b. Pertemuan II : Latihan ragam gerak modifikasi 1 dan 2 juga pola lantai

gerakan tersebut.

c. Pertemuan III : Latihan ragam gerak 3 dan 4 juga pola lantai gerakan

tersebut.

d. Pertemuan IV : Latihan ragam gerak 5 dan 6 juga pola lantai gerakan

tersebut.

e. Pertemuan V : Latihan ragam gerak 7 dan 8 juga pola lantai gerakan

tersebut.

f. Pertemuan VI : Latihan ragam gerak 9 juga pola lantai gerakan tersebut.

74
g. Pertemuan VII : Latihan ragam gerak 10 sebagai gerakan gerakan inti

tarian toto molas.

h. Pertemuan VIII : Latihan ragam gerak 1 sampai 10 dan pengenalan musik

pengiring tari

i. Pertemuan IX : Latihan ragam gerak 1sampai 10 diiringi musik pengiring

sekaligus latihan persiapan pementasan akhir.

3) Tahap Akhir

Pada pertemuan kesepuluh yaitu tahap akhir, para penari mementaskan

tarian Toto Molas kreasi yang telah dilatih.

Dalam penelitian ini, adapun kesulitan-kesulitan yang dialami oleh penari

dalam proses penelitian tarian kreasi Toto Molas diantaranya: kurangnya

keseriusan dalam menggerakan anggota badan mereka, sehingga pada saat

mempraktikan ragam gerak yang peneliti berikan, penari belum bisa

mempraktiknya dengan baik. Pada latihan awal, penari yang merasa kesulitan,

yaitu:

1) Junitha Claudia Raja

Ragam gerak asli: merasa kesulitan menggerakan tangan memutar pada gerak

Sae.

Ragam gerak kreasi: merasa kesulitan dalam menggerakan tangan dan kaki

pada ragam gerak kreasi 2, pada ragam kreasi 5, nita sulit berjinjit sambil

menundukan badan saat menari, pada ragam kreasi 8, sulit melakukan

gerakan memutar.

2) Maria Yuliana Mbulu

Ragam gerak asli: merasa kesulitan menggerakan tangan memutar pada gerak

Sae.

75
Ragam gerak kreasi: kurangnya kelenturan badan, gerakan tangan masih

kaku. Dalam melakukan gerak kreasi 5, anita kesulitan menundukan badan

sambil melakukan gerakan jinjit dan gerakan peralihan memutar masuk

ragam gerak 6.

3) Maksimus Hambur

Ragam gerak asli: merasa kesulitan menggerakan tangan pada gerak Sae,

gerakan kaki yang masih kaku. Sedangkan pada ragam gerak Ndundundake,

merasa kesulitan menggerakan tangan dan kaki sambil berjalan.

Ragam gerak kreasi: Mex merasa kesulitan pada ragam gerak kreasi 1, 3, 5, 6

dan 8, terlihat dari gerakan kaki dan tangan yang masih kaku, khususnya

pada gerakan kaki yang dijinjit, penari merasa sangat kesulitan.

4) Arsenius Julianto Teo Juang

Ragam gerak asli: merasa kesulitan menggerakan tangan pada gerak Sae.

Sedangkan pada ragam gerak Ndundundake, merasa kesulitan menggerakan

tangan dan kaki sambil berjalan.

Ragam gerak kreasi: Chen merasa kesulitan pada ragam gerak kreasi 3, 6, 8,

dan gerakan akhir, terlihat dari gerakan kaki dan tangan yang masih kaku,

dan gerakan badan yang kurang lentur, Chen juga memiliki kesulitan dalam

menggerakan badan dengan posisi membungkuk pada ragam gerak kreasi 5.

Melihat masalah yang dialami oleh penari, peneliti mengatasi dengan cara

menggunakan metode imitasi dan drill dimana peneliti mengajarkan penari

mengikuti setiap gerakan yang diberikan peneliti, gerakan-gerakan inipun dilatih

secara berulang-ulang agar mampu diterapkan dengan baik oleh penari khususnya

untuk keempat penari yang memiliki kesulitan dibeberapa ragam gerak tarian kreasi

toto molas. Selain itu, peneliti juga melatih penari yang memiliki kesulitan dengan

porsi lebih dari penari lainnya, agar mampu diterap dan dipraktikan dengan baik.

76
B. Saran

Setelah melalui berbagai tahapan proses dalam penelitian ini, peneliti memiliki

beberapa saran yang kiranya dapat membangun.

1) Bagi Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

Sebagai lembaga yang menjujung tinggi nilai akademik, kirannya dapat

memberikan penunjang yang layak dan memadai bagi mahasiswa demi

terciptanya keberhasilan akademik. Oleh karena itu diharapkan agar

Universitas dapat memfasilitasi penyediaan penunjang sarana dan prasarana

dalam mendukung proses pembelajaran tarian daerah.

2) Bagi Mahasiswa Minat Tari Semester IV Program Studi Pendidikan Musik

Unwira Kupang.

Agar terus melestarikan tari tradisional dan kiranya lebih kreatif untuk

menemukan hal-hal baru seperti menggarap gerak tari.

3) Semoga dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat

menambah wawasan dan pengetahun kepada peserta penelitian tentang

penerapan dan meningkatkan kreativitas dalam seni tari.

4) Bagi masyarakat umum

Kirannya dapat mempertahankan tarian tradisional dan melestarikan tarian

dari daerahnya, juga mampu menemukan hal-hal baru yang membangun, dan

dapat diwariskan oleh generasi penerus, sebagai kekayaan nilai kearifan lokal.

77
DAFTAR PUSTAKA

Aswan, Zain, Bahri Syamsul, Djamarah. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Penerbit PT. Rineka Cipta.

Gerungan, W. A. (1966). Psikologi Sosial. Bandung: Eresco

Hadi, Sumandiyo. 2007. Sosiolgo tari. Sleman. Kelompok Penerbit PINUS

Irham & Wiyani. (2014). Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz

Jazuli, Muhammad. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press

Lagut, Nicholas, dan Suwarsono. 2019. Etnomatematika dan Penggunanaan Alat Music
Gong Gendang dalam Tarian Sae Kaba pada Upacara adat Congko Lokap di
Manggarai. Vol 5, No 1, Hal 577-579.

Nalan, Arthur. 2006. Teater Egaliter. Bandung: ALQAPRINT JATINANGOR

Nasution, S. 1988 Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito

Riyan, Hidayatullah., dan Indra, B. 2017. Transformasi Tari Bedana Tradisi a Menjadi
Tari Kreasi. Jurnal Bahasa dan Sastra. Vol 18, No 2, Hal.178-191.

Salim, Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Citapustaka Media.


Soedarsono. 1992. Pengantar Apresiasi Seni. Jakarta: Balai Pustaka
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R
& D. bandung: Alfabeta.
Supriatna, Rama. 2010. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Pusat Perbukuan
Kementrian Pendidilkan Nasional.

Susanti, Dewi. 2015. Penerapan Metode Penciptaan Alma Hawkins Dalam Karya
Tari Gndah Kancah. Jurnal Ekspresi Seni. Vol. 17, No. 1, Juni 2015.

Violita, dkk. 2018. Pembelajaran Tari Muli Siger Menggunakan Metode Drill dan
Media Audio Visual pada Kegiatan Ekstrakulikuler di SMK Negeri Bandar
Lampung. Jurnal Seni dan Pembelajaran.

78
Zain, dkk. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

WEBSITE

Fungsi Gong sebagai alat musik tradisional, (Online),


http://fungsialat.blogspot.com/2015/11/fungsi-gong-sebagai-alat-musik-
tradisional.html Diakses pada tanggal 21 Mei 2022

Kompasiana. Ethnomathematics (Matematika dalam Perspektif Budaya), (Online),


http://www.kompasiana.com/hadidsaktyala/551f62a4a333118940b659
fd%20ethnomathematics%20matematika-dalam-perspektif-budaya. Diakses
pada tanggal 21 Mei 2022

https://id.scribd.com/document/500909127/TARI Diakses pada tanggal 05 Januari 2022

https://scholar.google.com/scholer?hl=id&as_sdt=0%2C5&q=artikel+tari+kreasi+sae
+manggarai+ntt&btnG= Diakses pada tanggal 06 Januari 2022

https://m.floreseditorial.com/jurnalisme-warga/tarian-sae-menyambut-ritual-adat- congko-
lokap-gendang-teke/ Diakses pada tanggal 06 Januari 2022

https://www.trigonalmedia.com/2017/04/pengertian-seni-menurut-para- ahli.html?m=1
Diakses pada tanggal 10 Januari 2022

https://kbbi.lektur.id/tari Diakses pada tanggal 18 Februari 2022

https://www.google.com/amp/s/docplayer.info/amp/73029596-Artikel-tentang-seni-
tari.html Diakses pada tanggal 20 Februari 2022

79

Anda mungkin juga menyukai