Sebagai rakyat Indonesia yang beragama Islam, selayaknya kita juga harus tahu
apa-apa saja tradisi dan budaya Islam yang ada nusantara ini. Hal ini harus kita
ketahui, agar supaya kita tidak melupakan tradisi dan budaya tersebut yang
disebabkan oleh derasnya perkembangan tradisi atau budaya dari luar negeri kita
yang saat ini berkembang dengan begitu cepat dan pesat.
Hal ini tentu sangat diperlukan supaya kelak ketika kita sudah tua nanti masih
bisa menceritakan dan menjelaskan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan
sejarah tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini bagi anak cucu kita kelak.
Terlebih lagi, sebagai rakyat Indonesia yang beragama Islam tentu sangatlah
banyak sejarah tradisi dan budaya yang mana sampai saat ini masih diteruskan oleh
generasi umat Islam sekarang.
Sejarah tentu pastilah ada yang mengawalinya dan bisa saja sejarah tersebut
dirubah, baik itu untuk hal-hal yang negatif atau bisa juga sejarah tersebut dirubah
menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat luas.
Begitu pula dengan sejarah tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini.
Tentunya ulama-ulama atau sunan-sunan zaman dahulu yang sudah mendalami
ilmu-ilmunya sudah mengetahui berbagai tradisi dan budaya yang ada pada suatu
masyarakat. Apakah itu baik untuk tetap dilakukan oleh suatu masyarakat, atau
memang perlu adanya suatu perubahan dalam tradisi atau budaya tersebut.
Sehingga dengan ilmu-ilmu yang telah mereka dalami para ulama dan para
sunan terdahulu bisa meluruskan kebiasaan yang ada pada suatu masyarakat
tersebut serta digunakannya sebagai sarana dakwah kepada umat yang ada di bumi
tercinta ini. Misalnya di pulau Jawa, yang mana masyarakatnya begitu kental
dengan seni dan budaya Jawanya. Seperti wayang, kemudian musik (gending), seni
bangunan, ukiran kayunya, dan lain sebagainya.
Para ulama dan para sunan terdahulu sering menggunakan tradisi yang sudah
melekat pada suatu masyarakat tersebut, untuk tujuan dakwah. Mereka
menyebarkan agama Islam melalui kesenian-kesenian yang sudah ada, artinya para
ulama’ dan para sunan terdahulu tetap memperhatikan suatu kesenian yang sudah
ada, kemudian sedikit demi sedikit mereka memasukkan ajaran dakwah pada
sebuah acara atau kebudayaan tersebut.
Dari sekian banyak budaya dan tradisi yang ada pada negeri tercinta ini ada
beberapa budaya lokal yang ada pada sebuah masyarakat masih merupakan bagian
dari tradisi dan budaya Islam. Tradisi dan budaya Islam di nusantara ini terdiri dari
berbagai macam seni. Mulai dari kesenian dan budaya lokal itu sendiri, seni
bangunan, seni ukir atau seni lukis, seni musik dan seni tari, kemudian seni sastra
atau aksara.
Sekaten ini merupakan tradisi dan budaya yang dilaksanakan tiap tahunnya.
Ibarat tempat berkumpul dan berdagang secara bersama-sama baik di siang atau di
malam hari. Acara ini dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Yogyakarta
dan Surakarta. Namun, pada waktu itu masyarakat di daerah tersebut masih sedikit
yang mengenal Islam.
Namun, karena saat itu orang Jawa belum bisa mengucapkan dengan fasih apa
itu ‘syahadatain’, maka pengucapannya pun menjadi agak berbeda ‘sekaten’. Acara
sekaten ini juga berisikan pertunjukan gamelan-gamelan yang dimainkan.
2. Kesenian Bangunan
Misalnya saja tempat ibadah yang ada di sekitar alun-alun tersebut yang saat ini
sudah menjadi masjid, namun nilai seni (arsitek) lokalnya masih terjaga. Mulai dari
bentuk meru-nya (atap yang bertingkat), yang masih dipertahankan karena selain
menambah keelokan sebuah masjid kemudian pintunya yang banyak yang memiliki
arti setiap orang bisa memasuki dari arah mana saja, sehingga menjaga saluran
udara yang ada di dalam masjid.
Ditambah lagi dengan hiasan kaligrafi pada dinding masjid serta ruang
tersendiri (mihrab) yang berada di bagian depan makmum yang berfungsi sebagai
tempat imam masjid memimpin shalat lima waktu. Kemudian adanya pendopo yang
mana di waktu itu belum banyak yang memeluk Islam, sehingga pendopo ini
digunakan untuk sarana belajar untuk belajar mengaji. Serta adanya kentongan atau
bedug yang dibunyikan sebagai pertanda untuk dikumandangkannya adzan karena
masuknya waktu shalat.
Selain masjid, seni bangunan yang lain adalah adanya bangunan kraton (istana
kerajaan) yang mana dalam kraton tersebut terdapat berbagai paduan corak agama,
baik Hindu, Islam kemudian kepercayaan warga setempat. Sehingga menjadikan
bentuk dan bangunan kraton tersebut lebih bagus dan punya ciri khusus. Seperti
Kraton Ngayogyakarta, Kraton Surakarta, Kraton Kasepuhan, Istana
Mangkunegaran, Istana Raja Gowa, dan lain sebagainya.
Dari seni bangunan, tentunya akan kita dapati bahwa begitu banyak peninggalan
tradisi dan budaya Islam yang ada di Nusantara ini.
Faktor ketiga yang sudah menjadi tradisi dan budaya Islam yang sudah ada di
nusantara ini adalah masih berkaitan tentang seni juga. Tetapi untuk yang satu ini
sering kita jumpai di tempat-tempat ibadah atau biasanya menjadi keistimewaan
sendiri bagi seseorang yang di rumahnya ada seni ukir atau kaligrafi ini.
Selain bentuknya yang yang indah, seni ukir atau kaligrafi ini biasanya menjadi
nilai tersendiri bagi tempat ibadah atau sebuah rumah. Hal ini dikarenakan biasanya
seseorang bisa memilih atau memberikan pilihan ayat yang akan di ukir atau yang
akan dijadikan kaligrafi. Sehingga dengan ayat tersebut tidak hanya terpukau
dengan keindahan seni tersebut melainkan ayat-ayat al-Qur’an yang di ukir tersebut
mempunyai makna yang mendalam dan bisa mengingatkan kita akan kebesaran-
kebesaran Allah swt.
Seni ukir atau kaligrafi ini juga sering kita jumpai pada tembok-tembok, atap,
mihrab juga di mimbar-mimbar masjid. Tentunya semua ini adalah hasil akulturasi
budaya, baik dari budaya Arab dan budaya Jawa.
Begitu pula dengan seni ukir yang ada pada kulit binatang atau lebih dikenal
dengan istilah kesenian wayang. Wayang ini juga merupakan salah satu
peninggalan masyarakat terdahulu yang mana masyarakat Jawa sangat ramai
menonton pertunjukan wayang ini.
Dari sinilah kemudian ada seorang sunan (Sunan Kalijaga) yang berusaha untuk
mengubah kesenian tersebut menjadi sebuah kesenian yang mana penontonnya
diajak untuk mengucapkan syahadat serta mengenal sejarah-sejarah dan nama-nama
pahlawan Islam.
Pertunjukan wayang yang sudah akrab dengan masyarakat inilah yang dipakai
oleh Sunan Kalijaga untuk berdakwah kepada masyarakat, sehingga dengan seni
tradisi dan budaya inilah beliau mengajarkan ajaran-ajaran Islam untuk
disampaikan kepada masyarakat luas.
Dari berbagai suku yang ada di nusantara ini pastinya juga mempunyai seni tari
dan seni musik sendiri-sendiri. Tradisi dan budaya Islam yang berakulturasi dengan
dua seni ini juga sangatlah banyak. Ini biasanya dapat kita lihat ketika suatu suku
atau masyarakat yang sedang melakukan upacara adatnya. Di situ bisa kita jumpai
berbagai macam alunan musik juga tarian-tarian yang mempunyai ragam gerakan.
Tradisi dan budaya Islam yang senantiasa dilestarikan dengan seni tari dan
musik ini biasanya terdapat di daerah-daerah tertentu. Misalnya saja pembacaan
sholawat kompang, yang mana pembacaanya diiringi dengan tarian yang masih
berhubungan dengan pembacaan sholawat tersebut. adapun bentuk dari tarian ini
adalah permainan dabus dan seudati.
Tarian dabus ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an serta sholawat
terlebih dahulu. Sedangkan tari seudati merupakan sebuah kesenian tradisioanal
yang berupa nyanyian atau tarian. Dalam kesenian ini, para penari juga
menyanyikan lagu-lagu yang berupa pujian atau sholawat kepada baginda nabi
Muhammad saw. Kesenian tersebut di atas berkembang di bekas-bekas pusat
kerajaan, seperti kerajaan Minangkabau, Kerajaan Aceh, dan Kerajaan Banten.
Bagi masyarakat Jawa, tentu tidak asing dengan istilah dengan bonang. Yakni
alat musik pukul yang terbuat dari perunggu dan bentuknya menyerupai bentuk
gong tetapi kecil. Maksudnya waktu itu ada seorang sunan yang mana menyebarkan
agama Islam melalui lagu-lagu Jawa atau langgam Jawa. Sunan tersebut
menyebarkan ajaran tauhid, ibadah, akhlak dan sejarah nabi saw. melalui kesenian
inilah sunan tersebut dengan sebutan Sunan Bonang.
Seni musik ini juga bisa berupa qasidah yang artinya puisi yang lebih dari 14
bait. Qasidah ini merupakan salah satu dari seni suara yang mana dalam anggotanya
biasanya terdiri dari 10-14 orang, baik putra maupun putri. Lagu-lagu yang
dinyanyikan terdapat ajakan-ajakan untuk berbuat amar ma’ruf nahi munkar kepada
umat manusia.
Selain itu qasidah juga diiringi dengan berbagai alat musik, jika qasidah tersebut
tradisional, maka alat musik yang digunakan untuk mengiringi qasidah tersebut
hanyalah rebana saja yang terdiri dari berbagai ukuran. Berbeda dengan qasidah
modern yang mana alat untuk mengiringinya juga sudah memakai alat-alat
elektronik modern
Seni sastra ini juga menjadi salah satu tradisi atau budaya yang menjadi
peninggalan ulama-ulama terdahulu. Dalam istilah Jawa seni sastra atau aksara ini
disebut dengan istilah tembang. Adapun di Sumatra dan di Semenanjung Melayu
disebut dengan istilah tembang dan gancaran.
Karya sastra Jawa ini ditulis dengan huruf Jawa kuno, sedangkan di sastra yang
ada di pulau Sumatra umumnya ditulis dengan huruf Arab. Dari karya-karya sastra
tersebut lahirlah buku-buku atau suluk yang materinya berisikan tasawuf, atau bisa
juga dalam bentuk syair-syair kuna yang penulisannya pun juga ditulis dengan
bahasa-bahasa kuno atau bahasa daerah masing-masing.
Karya sastra yang terlahir dari penggunaan seni sastra yang bernuansa Islam ini,
diantaranya adalah: Babad Cirebon, Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu, Gurindam
Dua Belas, dan Bustan Salatin.
Kemudian daris segi isi dan coraknya karya sastra yang berkembang setelah
agama Islam datang adalah hikayat dan babad.
Setelah agama Islam datang ke nusantara, tentu bertambah pulalah tradisi dan
budaya yang ada di nusantara ini, meskipun secara berangsur-angsur, tentunya hal
ini juga merupakan bagian penting dari dakwah para ulama-ulama terdahulu yang
memang sengaja mensyiarkan agama Islam ke seluruh pelosok nusantara. Dari
sinilah kemudian tradisi dan budaya tersebut berpengaruh dengan tradisi dan
budaya yang sudah ada sebelumnya.
Hal yang terpenting dari semua ini adalah kita harus bisa menjaga tingkah laku
kita ketika ikut dalam acara tersebut bukan hanya untuk hiburan dan bersenang-
senang. Demikian juga tradisi atau budaya pewayangan dan gamelan.
Dua kesenian tersebut merupakan dua kesenian yang berharga dan bernilai
tinggi bagi rakyat nusantara, tentunya jika dikemas dengan sedemikan rupa.
Sehingga masyarakat umum juga bisa menerima pesan positif dari acara wayang
dan gamelan tersebut.
Dengan apresiasi tinggi tersebut, kita semua bisa melanjutkan, syukur bisa
menjelaskan kepada siapa saja bahwa tradisi dan budaya Islam yang ada di
Nusantara ini sangatlah banyak dan begitu penting. Karena mengandung berbagai
nilai-nilai penting dalam keseharian manusia.