Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH TRADISI ISLAM

NUSANTARA

M.FARHAN IX D
MEMAHAMI SEJARAH TRADISI SERTA BUDAYA ISLAM DI
NUSANTARA
Sebagai bangsa yang besar yang terdiri dari suku, agama maupun rasnya. Tentu
Indonesia juga mempunyai beragam tradisi dan kebudayaan yang beragam pula.
Berbagai tradisi dan kebudayaan ini tentu ada sejarahnya tersendiri. Mulai dari
kapan mulainya, siapa yang mengawalinya sampai pesan-pesan apa yang terdapat
dalam sejarah tradisi atau budaya yang telah ditinggalkan oleh para leluhur kita.

Sebagai rakyat Indonesia yang beragama Islam, selayaknya kita juga harus tahu
apa-apa saja tradisi dan budaya Islam yang ada nusantara ini. Hal ini harus kita
ketahui, agar supaya kita tidak melupakan tradisi dan budaya tersebut yang
disebabkan oleh derasnya perkembangan tradisi atau budaya dari luar negeri kita
yang saat ini berkembang dengan begitu cepat dan pesat.

Hal ini tentu sangat diperlukan supaya kelak ketika kita sudah tua nanti masih
bisa menceritakan dan menjelaskan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan
sejarah tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini bagi anak cucu kita kelak.
Terlebih lagi, sebagai rakyat Indonesia yang beragama Islam tentu sangatlah
banyak sejarah tradisi dan budaya yang mana sampai saat ini masih diteruskan
oleh generasi umat Islam sekarang.
Tradisi dan Budaya Islam di Nusantara
Sejarah tentu pastilah ada yang mengawalinya dan bisa saja sejarah tersebut
dirubah, baik itu untuk hal-hal yang negatif atau bisa juga sejarah tersebut
dirubah menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat luas.

Begitu pula dengan sejarah tradisi dan budaya yang ada di nusantara ini.
Tentunya ulama-ulama atau sunan-sunan zaman dahulu yang sudah mendalami
ilmu-ilmunya sudah mengetahui berbagai tradisi dan budaya yang ada pada
suatu masyarakat. Apakah itu baik untuk tetap dilakukan oleh suatu
masyarakat, atau memang perlu adanya suatu perubahan dalam tradisi atau
budaya tersebut.

Sehingga dengan ilmu-ilmu yang telah mereka dalami para ulama dan para
sunan terdahulu bisa meluruskan kebiasaan yang ada pada suatu masyarakat
tersebut serta digunakannya sebagai sarana dakwah kepada umat yang ada di
bumi tercinta ini. Misalnya di pulau Jawa, yang mana masyarakatnya begitu
kental dengan seni dan budaya Jawanya. Seperti wayang, kemudian musik
(gending), seni bangunan, ukiran kayunya, dan lain sebagainya.
Para ulama dan para sunan terdahulu sering menggunakan tradisi yang sudah
melekat pada suatu masyarakat tersebut, untuk tujuan dakwah. Mereka
menyebarkan agama Islam melalui kesenian-kesenian yang sudah ada, artinya
para ulama’ dan para sunan terdahulu tetap memperhatikan suatu kesenian yang
sudah ada, kemudian sedikit demi sedikit mereka memasukkan ajaran dakwah
pada sebuah acara atau kebudayaan tersebut.

Macam - Macam Sejarah Tradisi dan Budaya Islam di Nusantara


Dari sekian banyak budaya dan tradisi yang ada pada negeri tercinta ini ada
beberapa budaya lokal yang ada pada sebuah masyarakat masih merupakan
bagian dari tradisi dan budaya Islam. Tradisi dan budaya Islam di nusantara ini
terdiri dari berbagai macam seni. Mulai dari kesenian dan budaya lokal itu
sendiri, seni bangunan, seni ukir atau seni lukis, seni musik dan seni tari,
kemudian seni sastra atau aksara.

Berikut penjelasan mengenai macam-macam peninggalan sejarah tradisi dan


budaya Islam yang masih bisa kita lihat atau kita teruskan hingga saat ini:
Pertama, Upacara Adat Sekaten
Sekaten ini merupakan tradisi dan budaya yang dilaksanakan tiap tahunnya. Ibarat tempat
berkumpul dan berdagang secara bersama-sama baik di siang atau di malam hari. Acara ini
dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Yogyakarta dan Surakarta. Namun, pada
waktu itu masyarakat di daerah tersebut masih sedikit yang mengenal Islam.

Akhirnya, melalui acara tersebut diselingi dan dimasukkanlah ajaran-ajaran Islam di


dalamnya oleh Sunan Kalijaga. Kata ‘sekaten’ sendiri awalnya adalah berasal dari bahasa
Arab yakni ‘syahadatain’ (dua kalimat syahadat), yang artinya dalam acara tersebut
masyarakat Jawa diberikan materi-materi untuk senantiasa belajar Islam diantaranya
mengucapkan dua kalimat syahadat:

‫َاْش َهُد َاْن َال ِالَه ِاّال هللا َو أْش َهُد َاَّن ُمَحّم ًد ا ّر ُسْو ُل هللا‬

Artinya kurang lebih:


“Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang disembah kecuali Allah dan saya bersaksi
bahwa nabi Muhammad adalah utusan (rasul) Allah”

Namun, karena saat itu orang Jawa belum bisa mengucapkan dengan fasih apa itu
‘syahadatain’, maka pengucapannya pun menjadi agak berbeda ‘sekaten’. Acara sekaten ini
juga berisikan pertunjukan gamelan-gamelan yang dimainkan.
Kedua, Kesenian Bangunan
Sebelum agama Islam datang, banyak kerajaan-kerajaan yang mempunyai tanah
yang begitu luas, sebut saja alun-alun. Acara adat sekatenan diadakan di lokasi
tersebut. alun-alun tersebut dikelilingi dengan berbagai tempat penting mulai dari
bangunan kerajaan (kraton), pasar, tempat-tempat penting yang dijadikan sarana
pemujaan serta bangunan-bangunan penting lainnya.

Tempat-tempat tersebut tersebut merupakan rangkaian budaya lokal setempat yang


mana pada bangunan-bangunan tersebut masih asli dan belum mengalami
perubahan. Setelah agama Islam datang, seni-seni yang ada bangunan tersebut
(arsitektur) masih dipertahankan dan tentunya mengalami sedikit perubahan.
Sehingga bentuk aslinya masih tetap terjaga.
Misalnya saja tempat ibadah yang ada di sekitar alun-alun tersebut yang saat ini
sudah menjadi masjid, namun nilai seni (arsitek) lokalnya masih terjaga. Mulai
dari bentuk meru-nya (atap yang bertingkat), yang masih dipertahankan karena
selain menambah keelokan sebuah masjid kemudian pintunya yang banyak yang
memiliki arti setiap orang bisa memasuki dari arah mana saja, sehingga menjaga
saluran udara yang ada di dalam masjid.
Ditambah lagi dengan hiasan kaligrafi pada dinding masjid serta ruang
tersendiri (mihrab) yang berada di bagian depan makmum yang berfungsi
sebagai tempat imam masjid memimpin shalat lima waktu. Kemudian
adanya pendopo yang mana di waktu itu belum banyak yang memeluk Islam,
sehingga pendopo ini digunakan untuk sarana belajar untuk belajar mengaji.
Serta adanya kentongan atau bedug yang dibunyikan sebagai pertanda untuk
dikumandangkannya adzan karena masuknya waktu shalat.

Selain masjid, seni bangunan yang lain adalah adanya bangunan kraton
(istana kerajaan) yang mana dalam kraton tersebut terdapat berbagai paduan
corak agama, baik Hindu, Islam kemudian kepercayaan warga setempat.
Sehingga menjadikan bentuk dan bangunan kraton tersebut lebih bagus dan
punya ciri khusus. Seperti Kraton Ngayogyakarta, Kraton Surakarta, Kraton
Kasepuhan, Istana Mangkunegaran, Istana Raja Gowa, dan lain sebagainya.
Dari seni bangunan, tentunya akan kita dapati bahwa begitu banyak
peninggalan tradisi dan budaya Islam yang ada di Nusantara ini.
Ketiga, Seni Ukir atau Kaligrafi
Faktor ketiga yang sudah menjadi tradisi dan budaya Islam yang sudah ada di
nusantara ini adalah masih berkaitan tentang seni juga. Tetapi untuk yang satu
ini sering kita jumpai di tempat-tempat ibadah atau biasanya menjadi
keistimewaan sendiri bagi seseorang yang di rumahnya ada seni ukir atau
kaligrafi ini.

Selain bentuknya yang yang indah, seni ukir atau kaligrafi ini biasanya
menjadi nilai tersendiri bagi tempat ibadah atau sebuah rumah. Hal ini
dikarenakan biasanya seseorang bisa memilih atau memberikan pilihan ayat
yang akan di ukir atau yang akan dijadikan kaligrafi. Sehingga dengan ayat
tersebut tidak hanya terpukau dengan keindahan seni tersebut melainkan ayat-
ayat al-Qur’an yang di ukir tersebut mempunyai makna yang mendalam dan
bisa mengingatkan kita akan kebesaran-kebesaran Allah swt.

Seni ukir atau kaligrafi ini juga sering kita jumpai pada tembok-tembok, atap,
mihrab juga di mimbar-mimbar masjid. Tentunya semua ini adalah hasil
akulturasi budaya, baik dari budaya Arab dan budaya Jawa.
Begitu pula dengan seni ukir yang ada pada kulit binatang atau lebih
dikenal dengan istilah kesenian wayang. Wayang ini juga merupakan
salah satu peninggalan masyarakat terdahulu yang mana masyarakat
Jawa sangat ramai menonton pertunjukan wayang ini.

Dari sinilah kemudian ada seorang sunan (Sunan Kalijaga) yang


berusaha untuk mengubah kesenian tersebut menjadi sebuah kesenian
yang mana penontonnya diajak untuk mengucapkan syahadat serta
mengenal sejarah-sejarah dan nama-nama pahlawan Islam.

Pertunjukan wayang yang sudah akrab dengan masyarakat inilah yang


dipakai oleh Sunan Kalijaga untuk berdakwah kepada masyarakat,
sehingga dengan seni tradisi dan budaya inilah beliau mengajarkan
ajaran-ajaran Islam untuk disampaikan kepada masyarakat luas.
Keempat, Seni Tari dan Seni Musik
Dari berbagai suku yang ada di nusantara ini pastinya juga mempunyai seni tari
dan seni musik sendiri-sendiri. Tradisi dan budaya Islam yang berakulturasi
dengan dua seni ini juga sangatlah banyak. Ini biasanya dapat kita lihat ketika
suatu suku atau masyarakat yang sedang melakukan upacara adatnya. Di situ bisa
kita jumpai berbagai macam alunan musik juga tarian-tarian yang mempunyai
ragam gerakan.

Tradisi dan budaya Islam yang senantiasa dilestarikan dengan seni tari dan musik
ini biasanya terdapat di daerah-daerah tertentu. Misalnya saja pembacaan
sholawat kompang, yang mana pembacaanya diiringi dengan tarian yang masih
berhubungan dengan pembacaan sholawat tersebut. adapun bentuk dari tarian ini
adalah permainan dabus dan seudati.
Tarian dabus ini diawali dengan pembacaan ayat-ayat al-Qur’an serta sholawat
terlebih dahulu. Sedangkan tari seudati merupakan sebuah kesenian tradisioanal
yang berupa nyanyian atau tarian. Dalam kesenian ini, para penari juga
menyanyikan lagu-lagu yang berupa pujian atau sholawat kepada baginda nabi
Muhammad saw. Kesenian tersebut di atas berkembang di bekas-bekas pusat
kerajaan, seperti kerajaan Minangkabau, Kerajaan Aceh, dan Kerajaan Banten.
Bagi masyarakat Jawa, tentu tidak asing dengan istilah dengan bonang. Yakni alat
musik pukul yang terbuat dari perunggu dan bentuknya menyerupai bentuk gong tetapi
kecil. Maksudnya waktu itu ada seorang sunan yang mana menyebarkan agama Islam
melalui lagu-lagu Jawa atau langgam Jawa. Sunan tersebut menyebarkan ajaran tauhid,
ibadah, akhlak dan sejarah nabi saw. melalui kesenian inilah sunan tersebut dengan
sebutan Sunan Bonang.

Seni musik ini juga bisa berupa qasidah yang artinya puisi yang lebih dari 14 bait.
Qasidah ini merupakan salah satu dari seni suara yang mana dalam anggotanya
biasanya terdiri dari 10-14 orang, baik putra maupun putri. Lagu-lagu yang dinyanyikan
terdapat ajakan-ajakan untuk berbuat amar ma’ruf nahi munkar kepada umat manusia.

Selain itu qasidah juga diiringi dengan berbagai alat musik, jika qasidah tersebut
tradisional, maka alat musik yang digunakan untuk mengiringi qasidah tersebut
hanyalah rebana saja yang terdiri dari berbagai ukuran. Berbeda dengan qasidah modern
yang mana alat untuk mengiringinya juga sudah memakai alat-alat elektronik modern
Kelima, Seni Sastra atau Aksara
Seni sastra ini juga menjadi salah satu tradisi atau budaya yang menjadi
peninggalan ulama-ulama terdahulu. Dalam istilah Jawa seni sastra atau aksara
ini disebut dengan istilah tembang. Adapun di Sumatra dan di Semenanjung
Melayu disebut dengan istilah tembang dan gancaran.

Karya sastra Jawa ini ditulis dengan huruf Jawa kuno, sedangkan di sastra yang
ada di pulau Sumatra umumnya ditulis dengan huruf Arab. Dari karya-karya
sastra tersebut lahirlah buku-buku atau suluk yang materinya berisikan tasawuf,
atau bisa juga dalam bentuk syair-syair kuna yang penulisannya pun juga ditulis
dengan bahasa-bahasa kuno atau bahasa daerah masing-masing.

Karya sastra yang terlahir dari penggunaan seni sastra yang bernuansa Islam ini,
diantaranya adalah: Babad Cirebon, Babad Tanah Jawi, Sejarah Melayu,
Gurindam Dua Belas, dan Bustan Salatin.

Kemudian daris segi isi dan coraknya karya sastra yang berkembang setelah
agama Islam datang adalah hikayat dan babad.
Hikayat adalah suatu cerita yang isinya berupa peristiwa-peristiwa dalam sejarah, termasuk
kejadian-kejadian yang tidak bisa dinalar oleh akal manusia adalah masuk dalam kategori
hikayat. Sebut saja Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat si Miskin,
dan lain sebagainya.

Sedangkan babad adalah suatu cerita yang didalamnya mengandung uraian cerita dari
kejadian sejarah. Kawasan yang ada di daerah Melayu menyebut babad ini dengan nama
suatu peristiwa sejarah atau salasilah atau bisa juga disebut dengan tambo.

Pengaruh Tradisi dan Budaya Islam Terhadap Kehidupan Masyarakat Indonesia


Sebagai tambahan, datangnya Islam ke Indonesia ini tentunya juga mempunyai pengaruh
terhadap tradisi dan budaya yang sudah ada sebelumnya. Karena sebelum Islam datang,
Indonesia juga sudah mempunyai tradisi dan budayanya sendiri. Baik itu karena agama-
agama yang sudah ada sebelumnya atau karena memang masyarakat setempat yang waktu
itu memang mengawali tradisi dan budaya tersebut.

Setelah agama Islam datang ke nusantara, tentu bertambah pulalah tradisi dan budaya yang
ada di nusantara ini, meskipun secara berangsur-angsur, tentunya hal ini juga merupakan
bagian penting dari dakwah para ulama-ulama terdahulu yang memang sengaja
mensyiarkan agama Islam ke seluruh pelosok nusantara. Dari sinilah kemudian tradisi dan
budaya tersebut berpengaruh dengan tradisi dan budaya yang sudah ada sebelumnya.
Pengaruh-pengaruh tersebut, diantaranya adalah:

Memberikan arus kebudayaan baru setelah kebudayaan yang sudah ada sebelumnya. Baik dari segi
agama maupun peradaban (Hindu, Budha, Kristen, Eropa, dll)
Menciptakan daya tarik tersendiri bagi semua kalangan, mulai dari penguasa ataupun pemimpin,
pedagang, serta masyarakat nusantara. Karena mempunyai kemampuan tersendiri dalam
menanamkan nilai-nilai agama yang serasi dengan sikap kebangsaan Indonesia.
Menguatkan pondasi keagamaan berupa ajaran tauhid kepada Allah swt. dan kenabian Nabi
Muhammad saw., serta ajaran-ajaran lainnya yang berupa rukun Iman dan rukun Islam tanpa adanya
paksaan terhadap anutan seseorang.
Membuat rakyat nyaman dan aman dengan agama Islam karena ajarannya yang mencakup berbagai
aspek-aspek kehidupan. Mulai dari aturan hukum, ibadah maupun sistem pemerintahannya. Terlebih
lagi di bidang kebudayaan dan kesenian pada waktu itu. Karena ajaran Islam hanya meluruskan
tanpa mengubah suatu tradisi dan budaya yang sudah melekat pada masyarakat nusantara
Pengaruh seni sastra yang membuat masyarakat Indonesia lebih bersemangat dalam mempelajari
bahasa Arab untuk belajar huruf hijaiyah guna mempermudah pengalihan bahasa,
Serta mendalami cerita-cerita atau legenda kepahlawanan yang terdapat pada buku-buku sastra kuno
yang ada pada agama Islam.
Penghargaan pada Tradisi dan Budaya Islam Nusantara
Setelah membaca sekian panjang mengenai tradisi dan budaya Islam di Nusantara ini tentunya
sebagai masyarakat Indonesia kita patut untuk tetap meneruskan, menjaga, minimal mengetahui apa
saja tradisi dan budaya Islam yang ada di negeri tercinta ini.
Banyak budaya lokal setempat yang mana sebenarnya itu adalah sebagian dari
peninggalan tradisi dan budaya Islam yang ada di nusantara ini. Seperti: acara sekatenan
(Grebeg Mulud), Grebeg Besar yang ada di Surakarta dan di Daerah Istimewa
Yogyakarta , Dugderan yang ada di daerah Semarang, dan masih banyak lagi tradisi dan
budaya yang belum bisa disebutkan di sini.
Hal yang terpenting dari semua ini adalah kita harus bisa menjaga tingkah laku kita
ketika ikut dalam acara tersebut bukan hanya untuk hiburan dan bersenang-senang.
Demikian juga tradisi atau budaya pewayangan dan gamelan.

Dua kesenian tersebut merupakan dua kesenian yang berharga dan bernilai tinggi bagi
rakyat nusantara, tentunya jika dikemas dengan sedemikan rupa. Sehingga masyarakat
umum juga bisa menerima pesan positif dari acara wayang dan gamelan tersebut.
Dengan apresiasi tinggi tersebut, kita semua bisa melanjutkan, syukur bisa menjelaskan
kepada siapa saja bahwa tradisi dan budaya Islam yang ada di Nusantara ini sangatlah
banyak dan begitu penting. Karena mengandung berbagai nilai-nilai penting dalam
keseharian manusia.

Seperti nilai persatuan dan kesatuan, nilai persaudaraan (solidaritas yang tinggi), nilai
pembaharuan, nilai ibadah (‘ubudiyah), nilai perjuangan , dan nilai-nilai positif lainnya.
Meski demikian tidak menutup kemungkinan, kita juga harus bisa menerima tradisi dan
budaya baru yang itu tidak bertentangan dengan tradisi dan budaya rakyat nusantara.

Anda mungkin juga menyukai