Anda di halaman 1dari 6

Korelasi Islam dengan Kesenian Jawa

28 Maret 2014 by elZafFa

1. Latar Belakang

Istilah kebudayaan secara etimologis berasal dari kata buddhayah yang berarti akal. Kebudayaan
merupakan perkembangan kata budidaya yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah
keseluruhan pengetahuan yang diterima dan diberlakukan sebagai pedoman dalam bertindak di
dalam interaksi sosial dan untuk merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan karya-karya
dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidup sebagai makhluk sosial yang beradab.[1]

Secara historis, Islam masuk di kawasan Nusantara sangatlah mudah dan cepat. Hal tersebut
terbukti dengan menyebarnya Islam ke seluruh pelosok wilayah Nusantara terutama pulau Jawa.
Islam dalam penyebarannya sangatlah memperhatikan kearifan lokal tanah Nusantara yakni
dengan melestarikan kebudayaan-kebudayaan asli yang ada sebelumnya, hanya mengganti
substansinya saja sebagaimana ajaran Islam.

Kebudayaan yang berkembang di Jawa sangatlah beragam, hal itu tidak lepas dari peran serta
agama-agama yang masuk pada wilayah ini. Namun seperti kita ketahui, Islam jauh lebih sukses
dan berpengaruh pada kebudayaan Jawa dikarenakan proses Islamisasinya yang arif dan juga
sarana yang beragam. Sarana penyebaran Islam salah satunya menggunakan aspek kesenian.
Dengan demikian, kesenian mempunyai andil yang besar dalam penyebaran Islam di tanah
Nusantara. Sehingga hal tersebut mempengaruhi kesenian yang ada di Jawa bercampur dengan
nilai-nilai Islam. Seperti contoh wayang yang pada dasarnya sudah ada di Jawa dimasuki dengan
ajaran Islam dan digunakan sebagai media dakwah Islam.

Untuk lebih memahami tentang kesenian dalam interelasi ajaran Islam dengan kesenian Jawa
khususnya seni pertunjukan, akan kita bahas dalam makalah ini.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, pemakalah akan mencoba memetakan permasalahan yang akan dikaji
dalam beberapa pembahasan sebagai berikut:

1. Darimanakah Akar Seni Tradisi Islam-Jawa itu?

2. Bagaimana Kesenian dalam Pandangan Islam?

3. Apa itu Kesenian Tradisi Jawa dan Ragamnya?

4. Bagaimana Keterkaitan Ajaran Islam dalam Kesenian Jawa?


PEMBAHASAN

A. Akar Seni Tradisi Islam-Jawa

Pengertian budaya menurut Ki Narto Sabdo adalah angen-angen kang ambadar keindahan.[2]
Keindahan yang dimaksud disini ialah keindahan estetika berwujud seni. Bagi masyarakat Jawa,
kesenian terutama seni musik ini sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan lain. Menurut
Dr.J.L A Brandes (sarjana kebangsaan Belanda) jauh sebelum datangnya pengaruh India, bangsa
Jawa telah memiliki keterampilan budaya yang mencakup 10 butir. Kesepuluh butir tersebut
ialah: wayang, gamelan, irama sajak, batik, pengerjaan logam, sistem mata uang sendiri, ilmu
teknologi pelayaran, astronomi, pertanian, dan birokrasi pemerintahan. Perubahan tersebut
terjadi setelah masuknya Hindu-Budha dari India. Kebudayaan India mempengaruhi kebudayaan
Jawa berupa kepercayaan, kesustraan, kesenian, astronomi, mitologi, dan pengetahuan umum.
Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha atas kebudayaan Jawa itu berlangsung lama. Kedua agama
tersebut mewarnai jiwa masyarakat Jawa secara menyeluruh hingga abad ke-15. Pengaruh
tersebut berangsur-angsur surut seiring dengan berakhirnya kerajaan Majapahit. Hingga pada
akhirnya abad ke-15 terjadi gelombang pengislaman secara besar-besaran di Jawa yakni sejak
masa Prabu Brawijaya V masuk Islam atas bimbingan Sunan Kalijaga.[3]

Akan tetapi pengislaman secara besar-besaran tersebut tidak membawakan keruntuhan total
tradisi kebudayaan Hindu-Jawa. Pengenalan Islam mengakibatkan timbulnya periode krisis dan
penyesuaian, yaitu pertemuan antara tradisi lama dan Islam. Akan tetapi pada taraf tertentu dua
tradisi ini memudahkan proses Islamisasi di Jawa.[4]

Proses penyebaran Islam di Jawa ini dipelopori oleh Walisongo. Para wali disamping mahir
dalam ilmu agama juga mahir dalam bidang sastra dan seni. Para wali itulah yang kemudian
mengembangkan kesenian dan kebudayaan yang merupakan pencampuran antara kesenian yang
sudah ada di daerah Jawa dengan sisipan ajaran Islam.

B. Kesenian Dalam Pandangan Islam

Berbicara tentang keindahan maka tidak lepas dari kesenian. Seni adalah segala hal yang
menimbulkan rencana keindahan(keharuan) dan semua yang diciptakan untuk melahirkan
rencana itu. Tepat sekali saat Herbert Read merumuskan definisi keseniannya yaitu Kesenian
secara simpel sekali dan biasa sekali didefinisikan sebagai usaha untuk menciptakan bentuk-
bentuk yang menyenangkan.[5] Apabila diteliti lebih dalam, tiap agama mempunyai hubungan
yang erat dengan kesenian. Bahkan ada teori ilmu budaya yang berpendapat bahwa seni lahir
dari agama. Kenyataan dalam kehidupan sehari-hari antara lain Al Quran, dengarkan orang
yang membacanya. Al Quran dibaca dengan perasaan taqwa dengan suara dan lantunan yang
indah. Dalam Firman Allah pun disebutkan, Hendaklah kamu baguskan akan Al Quran dengan
suaramu, karena suaramu yang bagus akan menambah kebagusan Al Quran. Selain itu ketika
kita mendengarkan seorang muadzin mengumandangkan adzan untuk memberi peringatan pada
masyarakat muslim untuk melaksanakan sholat. Adzan pun dikumandangkan dengan suara
nyaring untuk menggetarkan hati yang mendengarnya. Keindahan ucapan melafalkan ayat Al
Quran dan mengumandangkan adzan membawa keindahan pada isinya. Hal ini juga termasuk
seni, yaitu seni suara. Telah kita ketahui bahwasanya dalam Islam tersimpul ajaran tentang
keindahan, yang berarti suatu kesenian.[6]

Seni menurut kaum muslimin itu sendiri adalah seni yang melahirkan kepribadian muslim yang
utuh antara lahir dan bathin, antara dirinya dan kedekatan kepada Allah sehingga seni Islam
selalu berusaha mengembangkan bagi pemeluknya untuk mencapai kesempurnaan hidup. Esensi
kesenian adalah kesenangan dan bentuk-bentuk kesenangan itu macam-macam, antara lain:
suara(seni suara), bunyi-bunyian(seni musik), mimik dan panto mimik (seni tari), garis-ruang-
warna (seni lukis), rupa(seni rupa), kata-kata (sastra), bangunan (arsitektur), dan sebagainya.
Dalam Konsep Islam seni itu untuk kebenaran, yaitu karena Tuhan dan untuk manusia. Contoh
bentuk seni dalam Islam bisa berupa shalawatan, tarian arab, kaligrafi, qiraah, sastra (hikayat,
suluk, babad, macapat), dan lain-lain.

C. Ragam Kesenian Tradisi Jawa

Secara sempit, kesenian tradisi Jawa berarti karya seni yang diciptakan dan berasal dari pulau
Jawa.Kesenian dalam masyarakat Jawa sangatlah beragam, terutama dalam bahasa dan kesenian
rupa. Karena masyarakat sangat menjunjung tinggi nilai suatu kesenian, maka mereka
menganggap kesenian adalah suatu yang sangat berharga dan akan diwariskan pada semua
keturunannya.

Masyarakat Jawa ini sangat lekat dengan kesenian, oleh karenanya hampir semua jenis seni
tumbuh di wilayah ini. Bentuk seni itu bermacam-macam diantaranya: seni sastra dalam hal ini
salah satu bentuknya yaitu sastra jawa, tembang macapat dan syiiran jawa. Seni bangunan atau
seni arsitektur, contohnya yaitu bangunan masjid, candi, patung dan lain-lain. Seni tari, joged
merupakan seni tari khas jawa disamping itu ada pula tari jaipong, tari gambyong dan
sebagainya. Seni rupa dan seni lukis contohnya ada kaligrafi, batik, ukiran, dan sebagainya.
Namun dalam makalah ini, pembahasan tentang jenis seni ini akan dibatasi pada jenis seni
pertunjukan. Adapun diantaranya yaitu: wayang, gamelan, shalawatan, dan lain-lain.

1. Gamelan

Dikatakan dalam sebuah literatur bahwasanya kesenian jawa dalam hal musik itu pusatnya
berada pada gamelan.[7] Gamelan merupakan pendukung wayang dalam mengungkapkan nilai-
nilai priyayi. Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari :
Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk,
Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling. Komponen utama alat musik gamelan
adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam
pagelaran musik gamelan. Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru
pada era saka. Alat music gamelan ini pertama kali diciptakan adalah gong. Setelah itu, untuk
menyampaikan pesan khusus akhirnya diciptakan seperangkat alat music gamelan.[8]

Orkes gamelan menampilkan gambaran tentang kehidupan batin sebagaimana penampilan


wayang pada indra mata. Bermain atau mendengarkan gamelan merupakan suatu disiplin
spiritual, tidak hanya sekedar hiburan.
2. Karawitan

Istilah karawitan dikenal masyarakat Jawa sebagai terminologi musik yang memiliki pengertian
musik yang menggunakan perangkat gamelan slendro dan pelog. Dalam budaya Jawa, karawitan
ini dibedakan menjadi dua yaitu karawitan vokal dan karawitan yang melibatkan gamelan kompit
selendro dan pelog. Karawitan dalam bentuk vokal ini berbentuk sekar macapat, sekar tengahan
dan sekar ageng. Dari sudut pandang agama diketahui hampir seluruh makna dalam macapat
mengandung amar makruf nahi munkar. Isi macapat jelas tentang ajaran agama yang berisi
ajaran moral dan budi pekerti yang ideal. Dengan kandungan semacam ini, macapat disajikan
untuk disimak dan direnungkan oleh masyarakat.

Jenis lainnya yaitu karawitan yang menggunakan gamelan selendro dan pelog. Repertoar-
repertoar lagunya dikenal dengan istilah gendhing. Gendhing pada mulanya digunakan dalam
berbagai peristiwa budaya. Ia juga merupakan properti berbagai upacara ritual kerajaan dan
sosial masyarakat Jawa.[9]

3. Shalawat Gembrungan[10]

Kesenian shalawat gembrungan ini merupakan suatu kesenian yang bernafaskan islami dengan
syair yang dimodifikasi dengan bahasa Jawa atau huruf latin serta dilengkapi alat musik lokal
jawa. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat melalui pembacaan shalawat Nabi
dan merenungkan kebesaran Allah.

Pertunjukan seni terbang (gembrung) pada awalnya bertujuan untuk media penyebaran agama
Islam. Shalawat gembrungan ini sudah ada sejak zaman kewalian sekitar abad 14-15 M, yang
kemungkinan dirintis oleh sunan Bonang dan sunan Kalijaga. Hal ini disinyalir dari jenis alat
musik gamelan yang digunakan, seperti timplung dan kendang. Kesenian ini digelar pada momen
tertentu untuk mengundang masyarakat, ditujukan untuk menghibur sekaligus sebagai media
dakwah Islam pada zaman Hindu-Budha. Syair lagu gembrung yang dimainkan semua berasis
pada shalawat Nabi dengan penamaan berbeda-beda antara lain: saratul anam, maulid diba, al-
habsyi, burdah, barjanji, dan shalawat Nabi.

Materi yang disampaikan pada jenis seni ini lebih banyak pada aspek keagamaan yang kemudian
diiringi dengan musik perkusi tradisional jawa. Substansi shalawat yang dimodifikasi dengan
bahasa jawa ini menunjukan adanya upaya penanaman nilai-nilai ajaran Islam sesuai kultur
masyarakat setempat.

4. Seni Syiiran

Syiiran ini berasal dari kata syiir dan an yang menujukan adanya jawanisasi Islam dalam tradisi
syiiran. Dalam hubungannya dengan tradisi Islam maka syiiran merupakan sebuah seni tradisi
yang lahir di Jawa. Pada masyarakat Jawa syiiran di anggap sebagai alat sosialisasi ajaran islam
yang paling efektif. Puncak kejayaan syiiran di Jawa adalah berkembangnya kesenian pada
zaman walisongo.

D. Keterkaitan Ajaran Islam dalam Kesenian Jawa


Seperti telah disebutkan diatas, bahwasanya seni itu mengandung rasa keindahan. Sedangkan
Islam sendiri menyukai dan menganjurkan kita untuk mencintai keindahan. Agama Islam selalu
mengajarkan etika, sedangkan dalam kesenian jawa sendiri mengandung unsur etika yang luhur.

Pada dasarnya untuk melihat keterkaitan ajaran Islam dengan kesenian Jawa tidak dapat
dilepaskan dari proses islamisasi di pulau Jawa sendiri. Agama Islam masuk diwilayah Jawa
bukanlah melalui proses peperangan ataupun yang lainnya. Salah satu hal yang menjadikan
Islam mudah berkembang di wilayah Jawa ini dipengaruhi oleh faktor kesenian. Seperti kita
ketahui, agama Islam masuk wilayah Jawa ini dibawa oleh satu diwan yaitu walisongo.
Walisongo tersebutlah yang kemudian mencampurkan kebudayaan jawa ataupun kesenian tradisi
jawa dengan sisipan ajaran Islam. Seperti contohnya wayang sebagai puncak kesenian jawa yang
pada dasarnya telah ada jauh sebelum Islam datang, akan tetapi demi kepentingan dakwah
disisipilah kesenian tersebut dengan ajaran Islam sehingga seperti kita ketahui pada saat ini telah
terjadi pergeseran makna seni wayang dari yang aslinya.

Kuntowijoyo telah menyuguhkan makna kesenian Islam dalam sudut pandang kebudayaan
(kultural). Kuntowijoyo mengemukakan bahwa kesenian yang merupakan ekspresi dari
keislaman itu setidaknya mempunyai tiga karakteristik, yaitu: (1) Dapat berfungsi sebagai
ibadah, takziyah, dan tasbih, (2) Dapat menjadi identitas kelompok, dan (3) Dapat berfungsi
sebagai syiar. Dalam berbagai kesenian, contohnya kesenian pertunjukan ataupun yang lainnya
kita dapat melihat nilai-nilai Islam dan unsur dakwah di dalamnya. Sebagai contoh dalam seni
sastra macapat yang berisi pesan-pesan moral sesuai ajaran Islam, seni wayang dengan
percontohan kehidupan yang sesuai dengan ajaran Islam yang dicontohkan lewat perwatakan
para tokoh dalam wayang itu sendiri.

Dalam seni pertunjukan kerapkali dijumpai ajaran Islam didalamnya. Tak lain dan tak bukan
semua itu dikarenakan kesenian lebih digemari oleh masyarakat sehingga jika ajaran Islam itu
dikemas dalam bentuk kesenian maka masyarakat akan lebih gampang menangkap dan
menirunya. Kreativitas para wali memanfaatkan budaya setempat seperti kesenian lokal sebagai
media penyebaran Islam yang efektif tersebut, telah mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan Islam di Jawa.Demikianlah Islamdan kesenia Jawa saling berkaitan. Dengan
kedatangan Islam mempengaruhi kesenian asli Jawa yaitu menyisipkan beberapa ajaran Islam di
dalamnya. Begitu pula kesenian jawa berkaitan erat dengan proses islamisasi di Jawa.

[1] Mudjahirin Thohir, Memahami Kebudayaan: Teori, Metodologi, dan Aplikasi, Semarang:
Fasindo Press, Cet. I, 2007, hlm. 18.

[2] Darori Amin, Islam dan Kebudayaan Jawa, Yogyakarta: Gama Media, Cet. I, 2000, hlm. 171.

[3] Khoirul Anwar, dkk, Laporan Penelitian; Janengan Studi Seni Tradisi Islam Jawa di
Kebumen, Semarang: IAIN Walisongo, 2010, hlm. 33.

[4] Sumarsam, Gamelan; Interaksi Budaya dan Perkembangan Musikal di Jawa, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2003, hlm. 35.

[5] Sidi Gazalba, Islam Integrasi Ilmu dan Kebudayaan, Jakarta: Tintamas, 1967, hlm. 168
[6]Ibid. hlm. 176

[7] Edi Sedyawati, dkk, Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Pertunjukan dan Seni Media,
Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, hlm. 91.

[8]http://kumpulansejarah-aris.blogspot.com/2013/03/sejarah-kesenian-gamelan-jawa.html

[9] Khoirul Anwar, dkk, Op. Cit, hlm. 43

[10] Mambaul Ngadimah, dkk, Shalawat Gembrungan; Mutiara Budaya Jawa Islam, Ponorogo:
STAIN Ponorogo Press, 2010, hlm. 34-39

https://goresankataku.wordpress.com/2014/03/28/korelasi-islam-dengan-kesenian-jawa/

Anda mungkin juga menyukai