Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH TRADISI ISLAM NUSANTARA

Makalah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Pendidikan


Agama Islam Kelas 9 Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Jatisari

Disusun Oleh :
DESKA ALPIANSAH
PRITY RANA MARIAM
MARLINA FATIHA
TRI UNENGSIH
LIA APRILIA

KELAS : 9B

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 2 JATISARI


KARAWANG
BAB I
PENDAHULUAN

1. Seni Budaya Lokal Sebagai Tradisi Islam

Seni budaya lokal artinya adalah bentuk seni atau tradisi yang ada pada
daerah tertentu, mengakar dan menjadi pola hidup di masyarakat tersebut.
Budaya ini berkembang secara turun temurun dan terus dilestarikan oleh
generasi selanjutnya.

Semakin banyak suku di Indonesia semakin memperkaya khazanah


kebudayaan Nusantara.

Karena setiap suku memiliki tradisi dan adat istiadat yang berbeda-beda.
Dan memberikan identitas dan corak yang jelas bagi daerahnya.

Beberapa kesenian dan budaya lokal kemudian berakulturasi dengan Islam,


namun keduanya tidak kehilangan ciri khasnya. Melalui akulturasi tersebut,
Islam menggunakan budaya lokal sebagai media dakwah.

a. Kebudayaan Menurut Islam

Arti kebudayaan adalah hasil karya cipta manusia. Sedang kebudayaan


dalam pandangan Islam adalah sebuah tata nilai dan tradisi yang
berkembang dari ajaran Islam. Tata nilai tersebut mernupakan
penerjemahan/untuk merealisir pokok-pokok ajaran al Qur’an dan Hadis
dalam kehidupan nyata.

Dari berbagai kelompok masyarakat di dunia termasuk Indoneisa telah


menghasilkan sebuah kebudayaan yang disebut kebudayaan Islam. Tertu
saja sudah beradaptasi dengan budaya lokal Nusantara. Hasilnya lahirlah
beragam budaya lokal yang bercorak Islam.

b. Pengertian Tradisi Islam


Sebelum membahas tradisi Islam, perlu ditegaskan dahulu arti kesenian
Islam. Kesenian Islam yaitu ekspresi estetis dikalangan orang Islam dengan
menggunakan medium.

Karya seni Islam dalam segala bentuk manifestasinya, apakah seni suara,
musik, gerak, sastra atau seni pandang, seperti lukis, kaligrafi dan arsitektur
adalah merupakan bagian dari ekspresi keimanan tauhid berdasarkan ajaran
Nabi Muhammad SAW.

Mengingat bidang estetis adalah wawasan yang tidak diberikan batasan


terperinci dan paten dalam Islam yaitu lebih merupakan cobaan terhadap
orang Islam untuk berkreasi dengan alasan keimanan tauhid tentang
valid/tidaknya sebuah karya seni sebagai karya Islam adalah tetap
merupakan upaya ijtihadi.

Dalam karya seni Islam terdapat beberapa lahan kesenian yang kurang
digunakan. Yaitu seni tari serta representasi figure manusia dan hewan
termasuk sedikit sekali yang dikembangkan dalam karya seni Islam.
Sebenarnya tidak ada dalil qot’i yang mendiskreditkan kreasi demikian.
Tetapi corak aqidah Islam yang tauhid mendorong timbulnya kecurigaan
terhadap representasi figural yang mengarah kepada kemusyrikan. Dalam
hal ini sangat dominan.

Sebagian besar eksprasi seni monumental dikalangan orang Islam adalah


berhubungan dengan bidang keagamaan, masjid, madrasah, khalaqah,
Qur’an, dan seterusnya.

Dalam bidang sastra, seni suara, musik, kaligrafi, arsitektur kontribusi


seniman muslim cukup luas dan mengagumkan.

Anehnya musik yang telah popular sejak nabi Muhammad SAW hijrah ke
Madinah pada tahun 622 kurang berkembang dalam Islam. Akibat negative
yang sering timbul dari pagelaran musik mempengaruhi para ulama untuk
menjauhi dari musik bahkan menetangnya.
Dari sini kita memahami kenapa musik bercorak keagamaan sangat
sederhana dan kurang berkembang. Tetapi disamping itu timbul musik
sekuler yang tidak diakui pihak ulama.

Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa tradisi Islam adalah hasil
karya/seni orang Islam yang bersumber dari agama Islam.

c. Seni Budaya Lokal Yang Bernuansa Islam

Seni budaya lokal yang bernuansa Islam lebih diartikan sebagai kesenian
daerah yang diilhami oleh Agama Islam. Dengan kata lain kesenian
Nusantara yang telah berbaur dengan tradisi Islam. Dalam beberapa hal
didaerah kita terdapat kesenian daerah yang dilhami/berbaur denga agama
Islam antara lain:

Debus

Debus adalah kesenian asli masyarakat Banten, muncul pertama kali pada
abad ke-16 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasannudin (1532-
1570). Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) debus
difokuskan untuk membangkitkan semangat pejuang dalam melawan
Belanda.

Kesenian ini merupakan bentuk kombinasi dari seni tari, seni suara, seni
kebatinan yang bernuansa megis. Pertunjukkan ini dimulai dengan
pembukaan (membaca) salawat kepada Nabi Muhammad SAW. Zikir
selama 10 menit yang diiringi musik.

Bersamaan dengan “beluk” (nyanyian zikir dengan suara keras) atraksi


kekebalan tubuh sesuai permintaan penontonnya. Misalnya menusuk perut,
mengisi anggota badan dengan golok dan sejenisnya.

Wayang

Wayang merupakan kesenial tradisional yang sangat dikenal. Juga


merupakan media dakwah di Jawa yang dilakukan oleh Walisongo.
Wayang menurut bahasa berasal dari kata wewayangan artinya bayangan
orang atau benda. Dikatakan demikian karena yang melihat pertunjukkan
hanya dapat melihat bayangan wayang yang dimainkan oleh dalang.
Wayang menurut istilah artinya suatu bentuk kesenian tradisional asli yang
berbentuk replika dari tokoh-tokoh yang ada dalam dunia pewayangan.

Jenis wayang bermacam-macam, yaitu: wayang purwo, wayang gedog,


wayang krucil, wayang menak, wayang beber, wayang golek, wayang kulit.

Wayang kulit dibuat oleh Sunan Kalijaga untuk mengimbangi seni wayang
yang ada saat itu. Dibuat demikian agar tidak menyerupai wujud manusia.
Hal itu dibuat karena pada masa itu menggambar, melukis manusia bisa
menimbulkan syirik. Asal mula cerita wayang berasal dari lakon
Mahabarata yang ada pada zaman kerajaan Hidu-Budha.

Selain wayang diartikan sebagai bayangan, juga diartikan sebagai bayangan


angan-angan. Karena itu segala bentuk karakter tokohnya ada kaitannya
dengan manusia. Misalnya tokoh Pandawa Lima yang selalu menunduk
sebagai lambang tawaduk. Dasamuka dan Kumbakarna yang bermulut besar
merupakan lambang orang yang jahat, sombong dan rakus.

Pagelaran wayang dipimpin oleh seorang dalang. Secara bahasa dalang


berasal dari kata ”dalla” artinya menunjukkan. Fungsi dalang adalah
menunjukkan jalan kebaikan sebagaimana yang dilakukan oleh Sunan
Kudus, Sunan Kalijaga.

Dalam setiap lakon pementasan selalu berpinsip abadi, bahwa yang benar
pasti menang dan yang salah pasti kalah. Itulah arti dakwah para walisongo
yang dipetik dari QS al Isra (17): 81.

Salah satu sarana wayang adalah ”kelir” menurut bahasa berasal dari kata
hadir. Yang kemudian dianalogikan tempat kehadiran wayang. Menurut
istilah kelir adalah tempat bermain para wayang untuk melakonkan unsur
kebaikan dan kejahatan.

Belencong (alat penerang) adalah lampu penerang yang dipasang diatas


kepala sang dalang. Belencong diartikan sebagai matahari yang menyinari
jagad pewayangan, penjelas hakikat hidup makhluk wayang yang meliputi
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Dengan matahari manusia dapat
meniti jalan kebenaran dengan membersihkan jiwa.

Bunyi-bunyian gamelan, neng, ning, nung diartikan: neng kana, ning kene,
nung kono (di sana, di sini, di situ). Kemudian kempul yang beruasa pul ...
pul ... pul ... dan kedang berbunyi ndang ... ndang ... tak ndang. Lalu diakhiri
dengan genjur yang berbunyi ghur ...

Bila dibunyikan bersama maka mempunyai arti: yang nang kana, ya neng
kene, yang nung kono, ayo podo kumpul, ndang, ndang kabeh wae pada
njegur. (ya di sana, ya disini, ya di situ, ayo semuanya cepat datang lalu
terjun masuk Islam). Disinilah fungsi gamelan yang mempunyai arti penting
dalam mengajak masyarakat untuk memasuki ajaran agama Islam.

Tari Saman

Berasal dari Aceh, dari dataran tinggi Gayo. Dahulunya tari saman
disampaikan untuk merayakan peristiwa penting dalam adat Aceh, juga
pada perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Kata saman berasal
dari salah satu nama ulama besar Aceh yaitu Syekh Saman.

Tari saman tidak diiringi musik, menggunakan suara dari para penari dan
tepuk tangan. Tarian ini dipandu yang lazim disebut Syekh. Biasanya terdiri
dari delapan penari dan dua pemberi aba-aba sambil bernyanyi.

Hadrah

Musik ini berkembang di kalangan pesantren. Hadrah adalah suatu bentuk


seni suara yang bernafaskan Islam dengan diiringi instrumen musik rebana
dan disertai tarian dari para penabuh rebana. Ciri khasnya penggunaan
rebana (perkusi dari kulit binatang) sebagai alat musik. Lagu yang
dinyanyikan brupa puji-pujian kepada Allah dan Rasul, juga nasihat agama.

Rebana adalah sejenis alat kesenian tradisional yang terbuat dari kayu,
dibuat dalam bentuk lingkaran dan di tengah-tenganya dilobangi, kemudian
di tempat yang dilobangi itu ditempati kulit binatang (biasanya kulit
kambing) yang telah dibersihkan bulu-bulunya.

Kasidah

Yaitu suatu jenis seni suara yang bernafaskan Islam. Syair lagunya
mengandung dakwah Islamiyah dan nasihat yang baik. Fungsi rebana
pertama kali sebagai instrumen dalam nyanyian lagu-lagu keagamaan
berupa pujian kepada Allah SWT dan rasulNya. Rebana berasal dari kata
rabbana yang artinya wahai Tuhan kami. (suatu do’a dan pujian terhadap
Tuhan). Ketika rasul hijrah ke Madinah belai disambut dengan rebana di
pinggir jalan oleh masyarakat Madinah.

Fungsi utama kasidah adalah sebagai media dakwah Islam dan sebagai
hiburan dalam acara peringatan hari besar Islam. Karena pesatnya
perkembangan kasidah antara lain karena ditopang oleh adanya kesepakatan
pandangan ulama (termasuk pakar hukum Islam) bahwa menurut hukum
Islam seni rebana dan kasidah itu boleh (mubah).

Suluk

Menurut bahasa suluk artinya jalan atau cara. Menurut istilah suluk artinya
jalan yang mengacu pada hidup dengan cara sufi atau mengikuti aturan sufi.
Suluk disebut juga sebagai ajaran spiritual Islam Jawa yang ditulis dalam
bentuk puisi. Suluk berupa puisi pertama kali diciptakan oleh kaum priyayi
terpelajar. Berisi filfasat atau ajaran mengenai kebijaksanaan hidup.

Awal mulanya sulu merupakan aliran pemikiran dan prinsip hidup yang
berkembang di istana (khusus disukai priyayi saja) Hindu Budha. Setelah
Islam datang menyebar di Jawa dan sudah diberi nilai keislaman.

Suluk tidak hanya dikenal di Jawa saja, di Sumatera suluk yang ditulis oleh
Hamzah Fansuri (berjudul Syair si burung Pingai) dan Syamsuddin. Kalau
di Jawa suluk ditulis oleh Sunan Bonang.

Kesustraan Islami
Kesusastraan Islami (budaya melayu kalsik) terdapat di sebagian wilayah
pesisir Sumatra dan Semenanjung Melayu (daerah Aceh). Hal ini karena
didukung sepenuhnya oleh keberadaan kerajaan di Aceh. Bentuk sastra yang
berkembang adalah hikayat, pantun, syair yang menekankan pesoalan
keagamaan.

Tokoh terkenal (abad 17) adalah Hamzah Fansuri, Syamsyddin, Abdurrauf.


Mereka menulis ilmu tasawuf Islam dalam bentuk sastro prosa. Ditulis
dalam bahasa Arab Melayu. Karya beliau terpengaruh karya sastra Persia,
yang menjadi bahan saduran mengenai cerita Amir Hamzah, Bayan
Budiman, 1001 malam. Karya sadurannya adalah Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Ghulam, Hikayat Bakhtiar.

Kalau di Jawa terpengaruh oleh Hidu-Budha dengan cerita yang


bernafaskan Islam. Seperti Hikayat Pendawa Lima yang merupakan
gubahan dari Serat Mahabarata dan Hikayat Sri Rama yang merupakan
gabungan dari serta Ramayana. Sehingga cerita tersebut mengandung nilai
Islam.

d. Mempelajari Tradisi Dan Upacara Adat Kesukuan Yang


Bernuasna Islami.

Tradisi merupakan kebudayaan masa lampau yang diwariskan dalam bentuk


sikap, perilaku sosial, kepercayaan, prinsip-prinsi, dan sekepakatan perilaku.
Hal ini berasal dari pengalaman di masa lampau yang membentuk perilaku
masa kini.

Di Indonesia terdapat berbagai macam tradisi yang masih dijaga dengan


baik oleh pengikutnya. Bisa dalam bentuk adat istiadat, ritual, upacara
keagamaan. Dalam pelaksanaannya tergantung/terpengaruh oleh lingkungan
setempat.

Selamatan

Setiap ada peristiwa yang menakutkan, atau yang menyenangkan atau


adanya harapan, seperti perkawinan, sakit, panen padi, menanam padi selalu
mengadakan upacara selamatan. Selamatan dilakukan sebagai rasa syukur,
dengan permohonan agar selalu mendapatkan keselamatan.

Setelah Islam datang selamatan dikemas Islami, seperti dengan tahlilan,


penajian. Sebelum Islam datang diisi dengan bacaan mantra-mantra.

Ada upacara lain yang sering dilakukan masyarakat sekitar kita, yaitu
upacara kematian, yaitu saur tanah, satu hari, tiga hari, tujuh hari, empat
puluh hari, seratus hari, seribu hari, nguwis-uwisi kematian seseorang.
Acara selamatan selalu diisi dengan kenduri (membagi-bagi makanan)
sesuai tema selamatan yang sedang dilakukan.

Upacara Turun Tanah di Aceh

Nama aslinya adalah Peutron Aneuk U Tanoh atau turun tanah. Artinya
orang tua menurunkan bayi ke tanah setelah bayi berusia 44 hari.
Sebelumnya seorang ibu melakukan pantangan dengan tujuan agar bayi
sehat dan baik.

Upacara dipimpin oleh ketua adat dengan menggendong bayi menuju tangga
rumah sambil membaca do’a-do’a dari ayat Al Qur’an. Kemudian menuruni
tangga rumah dengan bayi tetap digendongnya.

Sampai di tanang upacara dilanjutkan mencincang batang pisang atau pohon


keladi yang telah disediakan. Hal ini mengibaratkan keperkasaan dan
dimaksudkan agar bayi kelak dikaruniai sifat perkasa dan kesatria.

Ketua ada melanjutkan acara membawa masuk bayi ke dalam nimah yang
disambut oleh seluruh hadirin dan keluarga. Dimeriahkan dengan rebana,
tari-tarian, pencak silat, permainan kesenian lainnya. Disajikan pula
berbagai makanan.

Sekaten

Pada tahun 1939 tahun saka atau 1477 M, Raden Patah dengan dukungan
para wali mendirikan masjid Demak. Berdasarkan kesepakatan digelar siar
Islam selama 7 hari menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Dibunyikan dua perangkat gamelan karya Sunan Giri yang membawakan
gending karya Sunan Kalijaga.

Setelah mengikuti acara tersebut, masyarakat yang ingin memeluk Islam


mengucap dua kalimat syahadat (sahadatain). Dari kalimat tersebut muncul
istilah sekaten.

Saat kerajaan Islam dari Demak pindah ke Mataram perayaan sekaten tetap
digelar. Begitu juga setelah Mataram terbagi menjadi dua Kasultanan
Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta.

Di Kasultanan Yogyakarta perayaan sekaten berdasarkan tiga dasar pokok


yaitu:

1. Dibunyikan dua perangkat gamelan (Kajeng Kyai Nagawilaga dan


Kajeng Kyai Guntur Madu) di Kagungan Dalem Pagongan Masjid Agung
Yogyakarta selama 7 hari berturut-turut, kecuali Kamis malam sampai
Jumat sian.

2. Peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW tanggal 11 Mulud malam


di serambi kagungan Dalem Masjid Agung. Dengan bacaan riwayat nabi
oleh Abdi Dalem Kasultanan, para kerabat, pejabat, rakyat.

3. Pemberian sekedah Ngarsa Dalem Sampean Dalem Ingkang Sinuwun


Kanjeng Sultan, berupa hajad dalem gunungan dalam upacara grebeg
sebagai upacara puncak Sekaten.

Mulai tahun 1960 sekaten sebagai pasar rakyat. Pasar malam perayaan
sekaten berlangsung selama 39 hari. Menurut penanggalan Jawa selain
Grebeg Mulud ada juga grebeg syawal yang diadakan hari pertama syawal
(bulan jawa). Grebeg besar diadakan pada hari ke 10 bulan Jawa yang
dihubungkan dengan hari raya umat Muslim (qurban, idul adha).

Adat Perkawinan Aceh

Tradisi penikahan Aceh banyak diwarnai oleh tradisi Islam, hal bisa dilihat
dari beberapa tahapan-tahapan pernikahan:
Melamar

Keluarga pria yang akan melamar seorang gadis mengutus seorang


penghubung yang disebut seulangke. Apabila pihak perempuan setuju pihak
pria mengantarkan tanda ikatan yang disebut ranub kong baba. Biasanya
berupa emas dan pakaian untuk si gadis. Kedua keluarga kemudian
menetapkan hari perkawinan dan mas kawis yang harus di berikan pihak
pria. Mas kawin disebut jeunameu.

Persiapan perkawinan

Menjelang pernikahan sang gadis dipingit selama satu bulan untuk


dibimbing cara berumah tangga, dianjurkan tekun mengaji.

Dua hari sebelum pernikahan, keluarga wanita mengadakan upacara mandi


air bunga bagi gadis. Dengan tujuan membersihkan dosa, disamping sebagai
pengharum badan. Diteruskan mengadakan upacara koh andam yaitu
upacara membersihkan anak rambut di tengkuk, dahi, merapikan alis mata,
juga menginai kuku-kuku menjadi mereh, memerahkan bibir dengan
memakai sirih.

Upacara pernikahan

Sebelum upacara pernikahan dilangsungkan , calon pengantin perempuan


memperlihatkan kemampuannya menamatkan pembacaan al Qur’an.
Kemudian ayah kandung pengantin perempuan memimpin upacara
pernikahan/ijab kabul.

Setelah itu pihak pengantin pria menyerahkan jeunameu atau mas kawin
berupa sekapur sirih, seperangkat kain adat, emas puan. Emas yang
digunakan adalah uang mas kuno seberat 100 gram. Sebelum kedua
mempelai dipersandingkan di pelaminan keluarga mengadakan upacara
menginjak telur yang dilakukan oleh pengatin pria.

Pakaian Pengantin

Pengatin pria celana panjang yang (cekak musang), kain sarung (pendua),
serta kemeja belanga pakai bis benang emas, memakai kopiah (makutup),
sebilah rencong terselip di depan perut. Pengantin perempuan memakai
celana panjang (cekak musang) baju kurung sampai pinggul, kain sarung.
Perhiasan berupa kalung yang disebut kula, pending, gelang tangan, gelang
kaki.

Ziarah Kubur

Yaitu kebiasaan mengunjungi makam dan meletakkan bunga di atas


kuburan seseorang. Sampai saat ini masih dipertahankan. Tujuan awalnya
adalah untuk memohon restu dan mendapat berkah dari orang yang sudah
meninggal. Tradisi ini dipengaruhi budaha Hindu-Budha yakni pemujaan
terhadap arwah nenenk moyang.

Setelah Islam datang tujuan ziarah diarahkan untuk mendo’akan yang telah
meninggal agar diampuni dosa-dosanya juga sebagai media kontemplasi
bagi seseorang agar selalu mengingat kematian.

Biasanya yang dikunjungi makam para wali. Setelah berkembang juga


makan sanak keluarga. Waktu ziarah menjelang bulan Ramadhan dan hari
raya idul fitri. Saat ziarah diisi dengan bacaan tahlil, tahmid, surah pendek
dalam al Qur’an.

2. Nilai Nilai Yg Terkandung Dalam Tradisi Islam

Membicarakan Nusantara selalu saja menarik. Hal ini disebakan Nusantara


selalu merespon secara aktif apa saja yang datang untuk mempengaruhi
mereka (akulturasi), tidak hanya Islam, nasrani pun juga demikian (kristen
jawi wetan, misalnya) atau Hindu dan Buddha (muncul sinkretis antara
Hindhu-Buddha yang berkembang pada masa Majapahit). Tak berlebihan
misalnya antropolog seperti Denys Lombard menyebut nusantara, terutama
Jawa, sebagai persilangan budaya. Tidak hanya itu, masih jelas dalam
ingatan kita tentang konsep demokrasi yang yang diketengahkan oleh
Soekarno, "Demokrasi Terpimpin" atau "Demokrasi Pancasila". Oleh sebab
itu, sebagai bagian dari Nusantara kita wajib berbangga.
Islam Nusantara kedengaran baru di telinga kita. Istilah ini tampak
dipopulerkan (utamanya kalangan Nahdlatul Ulama) sebagai perlawanan
atas agama islam yang literlik, replika dari jazirah arab. Lantas apa Islam
Nusantara itu?

Islam yang khas indonesia. Islam ini sebagai perwujudan dari "islam
rahmatan lil alamin". Islam sebagai nilai dan pola pikir. Bukan wadagnya.
Maka nilai-nilai dalam tradisi islam nusantara adalah (1) adaptif, (2)
keberagaman, (3) toleransi, (4) menghargai tradisi dan adat istiadat yang
berlaku dll.

3. Hikmah Mempelajari Sejarah Tradisi Islam Nusantara

hikmah mempelajari tradisi Islam di nusantara.

a) Memberikan nuansa baru terhadap perkembangan kepercayaan yang


sudah ada.
b) Meneladani para tokoh penyebar agama Islam yang lebih terkenal
dengan walisongo.
c) Memanfaatkan peninggalan sejarah, termasuk situs-situs
peninggalan para ulama, baik berupa makam, masjid, maupun
peninggalan sejarah lainnya.
d) Menambah wawasan tentang keislaman sehingga mampu
meneruskan dan mempertahankan perjuangan Umat islam.
e) Menambah rasa persatuan dan kesatuan, nasionalisme, pemberani
serta solidaritas umat Islam seperti yang dicontohkan oleh tokoh-
tokoh terdahulu dalam mengusir penjajah.
f) Mengetahui akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal
yang tidak bertentangan den
g) Menambah rasa persatuan dan kesatuan, nasionalisme, pemberani
serta solidaritas umat Islam seperti yang dicontohkan oleh tokoh-
tokoh terdahulu dalam mengusir penjajah.
h) Mengetahui akulturasi budaya antara Islam dan kebudayaan lokal
yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Dengan demikian, banyak hikmah yang dapat dipetik dalam mempelajari


sejarah dalam tradisi islam nusantara.
BAB II

PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembuatan makalah ini adalah sebagai
bahwa Seni budaya lokal artinya adalah bentuk seni atau tradisi yang ada
pada daerah tertentu, mengakar dan menjadi pola hidup di masyarakat
tersebut. Budaya ini berkembang secara turun temurun dan terus
dilestarikan oleh generasi selanjutnya

Karena setiap suku memiliki tradisi dan adat istiadat yang berbeda-beda.
Dan memberikan identitas dan corak yang jelas bagi daerahnya.

Sesuai dengan sejarah bahwa penyebaran islam di nusantara dilakukan


dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggabungkan dengan
kultur yang disesuaikan dengan adat istiadat daerah tersebut, sehingga
agama islam yang merupakan agama baru saat itu dapat diterima dan
dipelajari dengan tanpa sadar oleh masyarakat. Seperti contoh cara dakwah
Sunan Kalijaga dengan Pertunjukan Wayang.

Dengan demikian banyak hikmah yang dapat diambil ketika mempelajari


sejarah masuknya islam ke nusantara, salah satunya adalah kita dapat lebih
menghargai kebudayaan dan adat istiadat yang ada di Indonesia, memupuk
rasa persatuan dan lebih menyadari bahwa Indonesia merupakan negara
tunggal yang memiliki beragam adat dan kebudayaan, Bhineka Tunggal Ika.

2. Penutup

Tugas makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam Kelas 9 SMPN 2 Jatisari. Atas perhatiannya kami
ucapkan terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai