Istilah kebudayaan secara etimologis berasal dari kata buddhayah yang berarti akal. Kebudayaan
merupakan perkembangan kata budidaya yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah
keseluruhan pengetahuan yang diterima dan diberlakukan sebagai pedoman dalam bertindak di dalam
interaksi sosial dan untuk merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan karya-karya dalam kerangka
memenuhi kebutuhan hidup sebagai makhluk sosial yang beradab
Secara historis, Islam masuk di kawasan Nusantara sangatlah mudah dan cepat. Hal tersebut
terbukti dengan menyebarnya Islam ke seluruh pelosok wilayah Nusantara terutama pulau Jawa. Islam
dalam penyebarannya sangatlah memperhatikan kearifan lokal tanah Nusantara yakni dengan melestarikan
kebudayaan-kebudayaan asli yang ada sebelumnya, hanya mengganti substansinya saja sebagaimana
ajaran Islam.
Kebudayaan yang berkembang di Jawa sangatlah beragam, hal itu tidak lepas dari peran serta
agama-agama yang masuk pada wilayah ini. Namun seperti kita ketahui, Islam jauh lebih sukses dan
berpengaruh pada kebudayaan Jawa dikarenakan proses Islamisasinya yang arif dan juga sarana yang
beragam. Sarana penyebaran Islam salah satunya menggunakan aspek kesenian. Dengan demikian,
kesenian mempunyai andil yang besar dalam penyebaran Islam di tanah Nusantara. Sehingga hal tersebut
mempengaruhi kesenian yang ada di Jawa bercampur dengan nilai-nilai Islam. Seperti contoh wayang yang
pada dasarnya sudah ada di Jawa dimasuki dengan ajaran Islam dan digunakan sebagai media dakwah
Islam.
Bagi masyarakat Jawa, kesenian terutama seni musik ini sudah ada jauh sebelum masuknya
kebudayaan lain. Menurut Dr.J.L A Brandes (sarjana kebangsaan Belanda) jauh sebelum datangnya
pengaruh India, bangsa Jawa telah memiliki keterampilan budaya yang mencakup 10 butir. Kesepuluh butir
tersebut ialah: wayang, gamelan, irama sajak, batik, pengerjaan logam, sistem mata uang sendiri, ilmu
teknologi pelayaran, astronomi, pertanian, dan birokrasi pemerintahan. Perubahan tersebut terjadi setelah
masuknya Hindu-Budha dari India. Kebudayaan India mempengaruhi kebudayaan Jawa berupa
kepercayaan, kesustraan, kesenian, astronomi, mitologi, dan pengetahuan umum. Pengaruh kebudayaan
Hindu-Budha atas kebudayaan Jawa itu berlangsung lama. Kedua agama tersebut mewarnai jiwa
masyarakat Jawa secara menyeluruh hingga abad ke-15. Pengaruh tersebut berangsur-angsur surut seiring
dengan berakhirnya kerajaan Majapahit. Hingga pada akhirnya abad ke-15 terjadi gelombang pengislaman
secara besar-besaran di Jawa yakni sejak masa Prabu Brawijaya V masuk Islam atas bimbingan Sunan
Kalijaga.
Proses penyebaran Islam di Jawa ini dipelopori oleh Walisongo. Para wali disamping mahir dalam
ilmu agama juga mahir dalam bidang sastra dan seni. Para wali itulah yang kemudian mengembangkan
kesenian dan kebudayaan yang merupakan pencampuran antara kesenian yang sudah ada di daerah Jawa
dengan sisipan ajaran Islam.
Masyarakat Jawa sangat lekat dengan kesenian, oleh karenanya hampir semua jenis seni tumbuh di
wilayah ini. Bentuk seni itu bermacam-macam diantaranya: seni sastra dalam hal ini salah satu bentuknya
yaitu sastra jawa, tembang macapat dan syiiran jawa. Seni bangunan atau seni arsitektur, contohnya yaitu
bangunan masjid, candi, patung dan lain-lain. Seni tari, joged merupakan seni tari khas jawa disamping itu
ada pula tari jaipong, tari gambyong dan sebagainya. Seni rupa dan seni lukis contohnya ada kaligrafi,
batik, ukiran, dan sebagainya. Berikut akan dibahas mengenai ragam seni pertunjukan musik beserta
perananannya dalam penyebaran agama Islam.
1. Gamelan
Dalam sebuah lilteratur disebutkan bahwa kesenian jawa dalam hal musik itu pusatnya
berada pada gamelan. Gamelan merupakan pendukung wayang dalam mengungkapkan nilai-nilai
priyayi. Gamelan adalah seperangkat alat musik dengan nada pentatonis, yang terdiri dari :
Kendang, Bonang, Bonang Penerus, Demung, Saron, Peking (Gamelan), Kenong & Kethuk,
Slenthem, Gender, Gong, Gambang, Rebab, Siter, Suling. Komponen utama alat musik gamelan
adalah : bambu, logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki fungsi tersendiri dalam pagelaran
musik gamelan. Menurut mitologi Jawa, gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru pada era saka.
Alat music gamelan ini pertama kali diciptakan adalah gong. Setelah itu, untuk menyampaikan
pesan khusus akhirnya diciptakan seperangkat alat music gamelan.
Orkes gamelan menampilkan gambaran tentang kehidupan batin sebagaimana penampilan
wayang pada indra mata. Bermain atau mendengarkan gamelan merupakan suatu disiplin spiritual,
tidak hanya sekedar hiburan.
Gambar 1. Gamelan
2. Karawitan
Istilah karawitan dikenal masyarakat Jawa sebagai terminologi musik yang memiliki
pengertian musik yang menggunakan perangkat gamelan slendro dan pelog. Dalam budaya Jawa,
karawitan ini dibedakan menjadi dua yaitu karawitan vokal dan karawitan yang melibatkan gamelan
kompit selendro dan pelog. Karawitan dalam bentuk vokal ini berbentuk sekar macapat, sekar
tengahan dan sekar ageng. Dari sudut pandang agama diketahui hampir seluruh makna dalam
macapat mengandung amar makruf nahi munkar. Isi macapat jelas tentang ajaran agama yang
berisi ajaran moral dan budi pekerti yang ideal. Dengan kandungan semacam ini, macapat disajikan
untuk disimak dan direnungkan oleh masyarakat.
Jenis lainnya yaitu karawitan yang menggunakan gamelan selendro dan pelog. Repertoarrepertoar lagunya dikenal dengan istilah gendhing. Gendhing pada mulanya digunakan dalam
berbagai peristiwa budaya. Gendhing juga merupakan properti berbagai upacara ritual kerajaan dan
sosial masyarakat Jawa.
Gambar 2. Karawitan
3. Shalawat Gembrungan
Kesenian shalawat gembrungan ini merupakan suatu kesenian yang bernafaskan islami
dengan syair yang dimodifikasi dengan bahasa Jawa atau huruf latin serta dilengkapi alat musik
lokal jawa. Tujuannya adalah untuk menebalkan iman masyarakat melalui pembacaan shalawat
Nabi dan merenungkan kebesaran Allah.
Pertunjukan seni terbang (gembrung) pada awalnya bertujuan untuk media penyebaran
agama Islam. Shalawat gembrungan ini sudah ada sejak zaman kewalian sekitar abad 14-15 M,
yang kemungkinan dirintis oleh sunan Bonang dan sunan Kalijaga. Hal ini disinyalir dari jenis alat
musik gamelan yang digunakan, seperti timplung dan kendang. Kesenian ini digelar pada momen
tertentu untuk mengundang masyarakat, ditujukan untuk menghibur sekaligus sebagai media
dakwah Islam pada zaman Hindu-Budha. Syair lagu gembrung yang dimainkan semua berasis pada
shalawat Nabi dengan penamaan berbeda-beda antara lain: saratul anam, maulid diba, al-habsyi,
burdah, barjanji, dan shalawat Nabi.
Materi yang disampaikan pada jenis seni ini lebih banyak pada aspek keagamaan yang
kemudian diiringi dengan musik perkusi tradisional jawa. Substansi shalawat yang dimodifikasi
dengan bahasa jawa ini menunjukan adanya upaya penanaman nilai-nilai ajaran Islam sesuai kultur
masyarakat setempat.
4. Seni Syiiran
Syiiran ini berasal dari kata syiir dan an yang menujukan adanya jawanisasi Islam dalam
tradisi syiiran. Dalam hubungannya dengan tradisi Islam maka syiiran merupakan sebuah seni
tradisi yang lahir di Jawa. Pada masyarakat Jawa syiiran di anggap sebagai alat sosialisasi ajaran
islam yang paling efektif. Puncak kejayaan syiiran di Jawa adalah berkembangnya kesenian pada
zaman walisongo.
DAFTAR PUSTAKA
Sutiyono. 2010. Pribumisasi Islam Melalui Seni-Budaya Jawa. Yogyakarta : Insan Persada
https://goresankataku.wordpress.com/2014/03/28/korelasi-islam-dengan-kesenian-jawa/