Anda di halaman 1dari 8

Akulturasi Agama Islam

1. Seni Bangunan
2. Seni Ukir
3. Aksara dan Seni Sastra
4. Kesenian

Perkembangan Akulturasi Islam di Indonesia

Akulturasi dimaknai sebagai fenomena yang terjadi ketika kelompok-kelompok


individu dengan budaya berbeda terlibat dalam kontak yang terjadi secara
langsung. Proses ini disertai perubahan terus menerus, sejalan dengan pola-pola
budaya asal atau dari dua kelompok itu.

Dalam international journal of intercurtural relations (2005) mendefinisikan


akulturasi sebagai proses belajar dari sosok individu yang memasuki budaya baru
yang berbeda dari budaya sebelumnya.
Di nusantara ajaran islam mampu berkembang dan
menyebar dengan cukup pesat yang kini merupakan agama
dengan pemeluk terbesar di Indonesia.

Kehadiran islam di nusantara relatif bisa diterima oleh


masyarakat berkat gaya syiar yang tetap menghargai budaya
budaya atau tradisi sebelumnya.

Gaya dakwah seperti ini dirintis oleh para Walisongo sejak


abad ke-15 masehi. Hal ini menjadi salah satu faktor
penyebab bahwa pada abad ke-17 masehi, ajaran islam
sudah menyebar ke berbagai wilayah di nusantara.
Contoh Akulturasi Budaya Masyarakat di Nusantara dengan Ajaran Islam di
Indonesia.

Beberapa contoh tradisi yang merupakan bentuk akulturasi islam dengan budaya lokal di
nusantara, khususnya di Jawa antara lain tradisi kenduri atau kenduren untuk mendoakan
arwah orang yang sudah meninggal dunia.

Berikutnya ada beduk, peralatan untuk memberikan penanda waktu salat bagi umat islam.
Sebelumnya beduk dipakai sebagai penanda waktu dalam peribadatan umat Budha.

Wayang juga merupakan salah satu bentuk akulturasi Islam dengan budaya lokal di Jawa. Wayang
yang sudah dikenal sejak pra-islam di Jawa digunakan oleh para Walisongo untuk berdakwah agar
mudah diterima oleh masyarakat.

Beberapa contoh akulturasi lainnya adalah tradisi sekaten di Yogyakarta dan Surakarta,
arsitektur sejumlah masjid di Jawa yang merupakan perpaduan corak Hindu/Budha dan Islam,
tembang-tembang Jawa yang sedikit diubah untuk dakwah, dan lain sebagainya.
Beberapa Akulturasi Kebudayaan Islam yang Berkembang di
Indonesia sebagai berikut:

1). Seni bangunan/Arsitektur Bangunan Masjid

Banyak terdapat bangunan masjid di Indonesia, seperti Masjid Agung Demak, Masjid Gede
Mataram, Masjid Soko Tunggal Kebumen, dan lainnya. Beberapa arsitektur masjid yang
dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha dan Barat sebagai berikut:

● Bentuk atap masjid yang berbentuk kubah Ottoman style dan India style. Terdapat
atap bersusun yang bentuknya semakin kecil ke atas serta bagian atas seperti mahkota.
Atapnya berjumlah ganjil bilangan tiga atau lima.

● Terdapat bedug sebagai penanda tibanya waktu salat.

● Beberapa masjid seperti Masjid Agung Kudus memiliki atap tumpeng. Sedangkan
Masjid Agung Banten memiliki menara berbentuk mercusuar.

● Letak masjid bersifat strategis, yaitu terletak berdekatan dengan kraton dan alun-alun.
2). Seni ukir

Pada masa perkembangan islam di zaman madya, seni patung kurang mengalami
perkembangan, tetapi seni ukir atau seni pahat yang berkembang pesat.
Faktor penyebabnya adalah adanya ajaran islam bahwa seni ukir, seni patung, dan seni
lukis makhluk hidup (hewan dan manusia) tidak diperbolehkan. Ajaran tersebut ditaati
masyarakat muslim di Indonesia.
Meski seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup secara nyata tidak
diperbolehkan, tetapip seni pahat atau seni ukir terus berkembang.

Maka bentuk seni yang berkembang sebagai bentuk akulturasi budaya pra-islam dan
budaya islam adalah:

● Seni hias berupa seni ukir atau seni pahat: para seniman mengembangkan dengan
motif daun-daunan dan bunga-bungaan, seperti yang telah dikembangkan
sebelumnya.

● Seni hias dengan huruf arab yang disebut kaligrafi

● Kreasi baru yaitu bila ingin melukiskan makhluk hidup dilakukan dengan
menyamarkan wujud makhluk hidup (binatang atau manusia) dengan berbagai
hiasan.
Berikut ini contoh bentuk akulturasi budaya pra-islam dan budaya islam di
bidang seni ukir:

● Kompleks Masjid Mantingan, Jepara, Jawa Tengah.

● Ukiran di mimbar Masjid Gelgel, Klungkung, Bali.

Pada zaman kerajaan-kerajaan islam yang pertama di Jawa yang berpusat di Demak, Jepara
juga merupakan kota pelabuhan terkemuka.
Latar belakang tradisi ukir di Jepara terlihat dari salah satu peninggalan sejarah bernilai
arkeologis, yaitu Masjid dan Pemakaman Mantingan.

Masjid Mantingan didirikan pada masa kejayaan Pangeran Hadiri, suami dari Ratu
Kalinyamat yang memerintah Jepara.
Berdirinya masjid ini kemungkinan bersamaan dengan tumbuhnya seni ukir di Jepara.

Faktor pendorong tumbuhnya seni ukir dan seni bangunan Islam di Jepara adalah akulturasi
kebudayaan pra-islam dan budaya islam.
3). Kesusasteraan/Seni Sastra

Berkembangnya kesusasteraan seperti hikayat dan syair. Di daerah Melayu karya


sastra banyak ditulis menggunakan bahasa arab. Sedangkan di Jawa menggunakan
bahasa jawa, walaupun beberapa kesusasteraan menggunakan bahasa arab terutama
tentang soal keagamaan.

4). Kesenian (Wayang)

Berkembangnya seni kebudayaan berupa wayang yang digunakan untuk menyebarkan


agama Islam oleh para Walisongo. Wayang merupakan bentuk samaran gambaran
manusia supaya tidak melanggar aturan dalam Islam.
SELESAII

TERIMA KASIH ATAS


PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai