Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

AKULTURASI PERKEMBANGAN
BUDAYA ISLAM

DISUSUN OLEH:
Rio Prastio
Maulana Kholis
Saiful Wahid

X-TPM 2
SMK NEGERI 2 BANGKALAN
TAHUN PELAJARAN 2015-2016

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Akulturasi Perkembangan
Budaya Islam” ini dengan tepat waktu. Dengan di susunnya makalah ini diharapkan dapat
membantu anda dalam menganalisa dan memahami mengenai simpan pinjam, sewa-
menyewa dan jual beli dalam islam.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan dan penelitian ini, baik dari isi maupun penulisannya .untuk itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun senantiasa saya harapkan demi penyempurnaan
penuyusunan ini dimasa yang akan datang.
Tidak lupa pula kami sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan
semua pihak sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.

Bangkalan, 16 Mei 2016

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................i

Kata Pengantar.......................................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1

1.3 Tujuan..................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akulturasi ..........................................................................................2

2.2 Macam-Macam Bentuk Akulturasi Perkembangan Budaya Islam......................2

BAB III PENUTUP

3.1 Simpulan..............................................................................................................7

3.2 Saran.....................................................................................................................7

Daftar Pustaka........................................................................................................................8

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan
yang dipengaruhi oleh agama Hindu dan Budha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali
mengalami proses akulturasi (proses bercampurnya dua (lebih) kebudayaan karena
percampuran bangsa-bangsa dan saling mempengaruhi), yang melahirkan kebudayaan baru
yaitu kebudayaan Islam Indonesia.
Masuknya Islam tersebut tidak berarti kebudayaan Hindu dan Budha hilang. Bentuk
budaya sebagai hasil dari proses akulturasi tersebut, tidak hanya bersifat kebendaan/material
tetapi juga menyangkut perilaku masyarakat Indonesia. Berikut akan kami bahas lebih
mendalam lagi, dalam makalah kami yang berjudul Wujud Akulturasi Kebudayaan Indonesia
dan Kebudayaan Islam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan
yaitu:
Bagaimana bentuk akulturasi perkembangan budaya Islam di berbagai bidang?

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini yaitu:
Mengetahui bentuk akulturasi perkembangan budaya Islam di berbagai bidang.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Akulturasi


Akulturasi menurut kamus Antropologi adalah pengembalian atau penerimaan satu
atau beberapa unsur kebudayaan yang saling berhubungan atau saling bertemu. Konsep ini
terjadi dengan munculnya kebudayaan asing yang dihadapkan pada satu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu sehingga lambat laun kebudayaan asing tersebut diterima oleh
suatu kebudayaan satu kelompok tersebut.
Dalam konsep tersebut Islam diposisikan sebagai kebudayaan asing dan
masyarakat lokal sebagai penerima kabudayaan asing tersebut. Misalnya masyarakat Jawa
yang memiliki tradisi “slametan” yang cukup kuat, ketika Islam datang maka tradisi tersebut
tetap berjalan dengan mengambil unsur-unsur Islam terutama dalam doa-doa yang dibaca.
Wadah slametannya tetap ada, tetapi isinya mengambil ajaran Islam.
Sebelum agama Islam masuk ke Pulau Jawa, raja-raja Jawa sudah biasa melakukan
upacara. Salah satu upacara yang dilaksanakan oleh raja-raja Jawa adalah upacara sedekah
raja kepada rakyatnya. Upacara raja ini disebut raja wedha atau raja medha. Raja wedha
berarti kitab suci raja. Karena raja-raja Jawa beragama Hindu, maka kitab sucinya adalah
Wedha. Raja medha berarti hewan kurban raja yang diberikan kepada rakyatnya. Biasanya
dilakukan untuk menyambut tahun baru. Pelaksanaannya dipilih hari Selasa Kliwon atau
anggara kasih.

2.2 Macam-Macam Bentuk Akulturasi Perkembangan Budaya Islam


1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam,
istana. Seperti Masjid Aceh merupakan salah
satu masjid kuno di Indonesia.

 
Gambar 1. Masjid Aceh merupakan salah satu masjid kuno di Indonesia 

2
Masjid adalah tempat ibadahnya orang Islam. Di Indonesia, istilah masjid biasanya
menunjuk pada tempat untuk menyelenggarakan shalat jumat.
Masjid di Indonesia pada zaman madya biasanya mempunyai cirri khas tersendiri,
diantaranya :
1. Atapnya berbentuk “atap tumpang” yaitu atap bersusun. Jumlah atap tumpang itu
selalu ganjil, 3 atau 5 seperti di Jawa dan Bali pada masa Hindu.
2. Tidak adanya menara. Pada masa itu masjid yang mempunyai menara hanya masjid
Banten dan masjid Kudus.
3. Biasanya masjid dibuat dekat istana, berada di sebelah utara atau selatan. Biasanya
didirikan di tepi barat alun-alun. Letak masjid ini melambangkan bersatunya rakyat
dan raja sesama makhluk Allah. Selain di alun-alun, masjid juga dibangun di tempat-
tempat keramat, yaitu makam wali, raja atau ahli agama.
Bentuk perkembangannya sesuai dengan perkembangan zaman. Sekarang kebanyakan
masjid atasnya berbentuk kubah dan ada menara, ini merupakan pengaruh dari Timur tengah
dan India.
Selain bangunan masjid, bentuk akulturasi juga terlihat dari makam, seperti Makam
Sendang Duwur (Tuban).

Gambar 2. Makam Sendang Duwur (Tuban)


Ciri-ciri dari wujud akulturasi pada bangunan makam terlihat dari:
a. makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
b. makamnya terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan Jirat atau Kijing, nisannya juga
terbuat dari batu.
c. di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.
d. dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan
makam atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori

3
agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak
berpintu).
e. Di dekat makam biasanya dibangun masjid, maka disebut masjid makam dan biasanya
makam tersebut adalah makam para wali atau raja. Contohnya masjid makam Sendang
Duwur.

2. Seni Rupa
Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias Masjid, makam Islam berupa suluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula
Sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), agar didapat keserasian, misalnya ragam
hias. ditengah ragam hias suluran terdapat bentuk kera yang distilir.

Gambar 3. Kera yang disamarkan

3. Aksara dan Seni Sastra


Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara
atau tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab
Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai
untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti
lazimnya tulisan Arab. Di samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi
yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran.
Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni
sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu – Budha dan sastra Islam yang
banyak mendapat pengaruh Persia.
Dengan demikian wujud akulturasi dalam seni sastra tersebut terlihat dari
tulisan/aksara yang dipergunakan yaitu menggunakan huruf Arab Melayu (Arab Gundul) dan
isi ceritanya juga ada yang mengambil hasil sastra yang berkembang pada jaman Hindu.
Bentuk seni sastra yang berkembang adalah:

4
a. Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk
gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001
Malam, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Pandawa Lima (Hindu), Hikayat Sri Rama (Hindu).
b. Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton sering dianggap sebagai peristiwa sejarah
contohnya Babad Tanah Jawi (Jawa Kuno), Babad Cirebon.
c. Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawwuf contohnya Suluk Sukarsa,
Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang dan sebagainya.
d. Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan Suluk karena berbentuk kitab yang
berisi ramalan-ramalan, keajaiban dan penentuan hari baik/buruk.

4. Sistem Pemerintahan
Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang
pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan digantikan
peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra Pasai, Demak,
Malaka dan sebagainya. Sistem pemerintahan yang bercorak Islam, rajanya bergelar Sultan
atau Sunan seperti halnya para wali dan apabila rajanya meninggal tidak lagi dimakamkan
dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara Islam.

5. Sistem Kalender
Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal
Kalender Saka (kalender Hindu) yang dimulai tahun 78M. Dalam kalender Saka ini
ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage dan kliwon. Setelah
berkembangnya Islam Sultan Agung dari Mataram menciptakan kalender Jawa, dengan
menggunakan perhitungan peredaran bulan (komariah) seperti tahun Hijriah (Islam). Nama
bulan yang digunakan adalah 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam). Demikian
pula, nama-nama bulan mengacu pada bahasa bulan Arab yaitu Sura (Muharram), Sapar
(Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir), Jumadilawal (Jumadil Awal),
Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban), Pasa (Ramadhan), Sawal
(Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah). Namun, penanggalan hariannya tetap
mengikuti penanggalan Saka karena penanggalan harian Saka saat itu paling banyak
digunakan penduduk Kalender Sultan Agung tersebut dimulai tanggal 1 Syuro 1555 Jawa,
atau tepatnya 1 Muharram 1053 H yang bertepatan tanggal 8 Agustus 1633 M.

5
6. Pengaruh Islam di Bidang Bahasa
Bersamaan naiknya Islam menjadi agama dominan kepulauan nusantara, terjadi
sinkretisasi atas bahasa yang digunakan Islam. Sinkretisasi terjadi misalnya dalam struktur
penanggalan Çaka. Penanggalan ini adalah mainstream di kebudayaan India. Secara sinkretis,
nama-nama bulan Islam disinkretisasi Agung Hanyakrakusuma (sultan Mataram Islam) ke
dalam sistem penanggalan Çaka. Penanggalan çaka berbasis penanggalan Matahari
(syamsiah, mirip gregorian), sementara penanggalan Islam berbasis peredaran Bulan
(qamariah). Hasilnya pada 1625, Agung Hanyakrakusuma mendekritkan perubahan
penanggalan Çaka menjadi penanggalan Jawa yang sudah banyak dipengaruhi budaya Islam.
Nama-nama bulan yang digunakan tetap 12, sama dengan penanggalan Hijriyah (versi Islam).
Penyebutan nama bulan mengacu pada bahasa Arab seperti Sura (Muharram atau Assyura
dalam Syiah), Sapar (Safar), Mulud (Rabi’ul Awal), Bakda Mulud (Rabi’ul Akhir),
Jumadilawal (Jumadil Awal), Jumadilakir (Jumadil Akhir), Rejeb (Rajab), Ruwah (Sya’ban),
Pasa (Ramadhan), Sawal (Syawal), Sela (Dzulqaidah), dan Besar (Dzulhijjah). Namun,
penanggalan hariannya tetap mengikuti penanggalan Çaka sebab saat itu penanggalan harian
Çaka paling banyak digunakan penduduk sehingga tidak bisa digantikan begitu saja tanpa
menciptakan perubahan radikal dalam aktivitas masyarakat (revolusi sosial).

7. Pengaruh Islam di Bidang Pendidikan 


Salah satu wujud pengaruh Islam yang lebih sistemik secara budaya adalah pesantren.
Asal katanya pesantren kemungkinan shastri (dari bahasa Sanskerta) yang berarti orang-orang
yang tahu kitab suci agama Hindu. Atau, kata cantrik dari bahasa Jawa yang berarti orang
yang mengikuti kemana pun gurunya pergi. Fenomena pesantren telah berkembang sebelum
Islam masuk. Pesantren saat itu menjadi tempat pendidikan dan pengajaran agama Hindu.
Setelah Islam masuk, kurikulum dan proses pendidikan pesantren diambilalih Islam.  Pada
dasarnya, pesantren adalah sebuah asrama tradisional pendidikan Islam. Siswa tinggal
bersama untuk belajar ilmu keagamaan di bawah bimbingan guru yang disebut Kyai. Asrama
siswa berada di dalam kompleks pesantren di mana kyai berdomisili. Dengan kata lain,
pesantren dapat diidentifikasi adanya lima elemen pokok yaitu: pondok, masjid, santri, kyai,
dan kitab-kitab klasik (kitab kuning). Seputar peran signifikan pesantren ini, Harry J. Benda
menyebut sejarah Islam ala Indonesia adalah sejarah memperbesarkan peradaban santri dan
pengaruhnya terhadap kehidupan keagamaan, sosial, dan ekonomi di Indonesia. Melalui
pesantren, budaya Islam dikembangkan dan beradaptasi dengan budaya lokal yang
berkembang di sekitarnya tanpa mengakibatkan konflik horisontal signifikan. 

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pengaruh kebudayaan Islam telah berakulturasi dan berasimilasi menjadi suatu


kebudayaan baru dalam kehidupan masyarakat Jawa. Banyak orang yang bingung untuk
membedakan antara budaya dan agama, karenanya perpaduan budaya Islam dengan budaya
Jawa sangat akrab dikalangan orang Jawa. Dikalangan orang Jawa sering memadukan budaya
lokal mereka ke dalam ajaran keIslaman. Islam datang ke Indonesia tidak dalam keadaan
vakum kultural/peradaban, karena di situ sudah ada kerajaan besar baik kerajaan Hindu
maupun kerajaan Budha. Oleh karena itu, wajarlah jika terjadi akulturasi dalam bidang
budaya dan sinkretisasi dalam bidang akidah, dan hal-hal tertentu dalam kehidupan
masyarakat.

3.2 Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan dan kami sampaikan, semoga
bermanfaat bagi kita semua. Apabila ada penulisan atau kata-kata yang kurang berkenan 
bahkan jauh dari kesempurnaan kami mohon maaf. Kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Terima kasih.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sudarto, Ed. Darori Amin. 2002. “Interelasi Nilai Jawa dalam Pewayangan” dalam Islam

dan Kebudayaan Jawa.Yogyakarta: Gama Media.

Woodward, Mark R. 1999. Islam Jawa. Yogyakarta : LKiS.

Yusuf, Mundzirin dkk. 2005. Islam dan Budaya Lokal. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN

Suka

Anda mungkin juga menyukai