DISUSUN OLEH:
SINTA RAHMAWATI
VII-E
MAHAWIHARA MAJAPAHIT
Patung Buddha Tidur berukuran raksasa yang konon merupakan patung Buddha terbesar
ketiga di dunia, setelah patung serupa yang ada di Thailand dan Nepal.
Patung Buddha Tidur di Maha Vihara Trowulan ini panjangnya mencapai 22 meter, dengan
lebar 6 meter, dan tinggi mencapai 4,5 meter. Sepasang arca Dwarapala tampak berjaga di
sisi kanan jembatan belah dua yang dipakai sebagai akses jalan untuk menuju ke patung itu.
Di bawah patung, memanjang di sepanjang dinding pondasi, terdapat relief yang tampaknya
menceritakan kehidupan dan ajaran Sang Buddha. Wajah patung raksasa ini terlihat bersih
dan bercahaya, namun pada bagian badannya sudah memerlukan pembersihan akibat terkena
hujan dan panas yang berketerusan.
CANDI BRAHU
KOLAM SEGARAN
Selain itu, ada cerita yang menyebutkan bahwa kolam tersebut sering dimanfaatkan para
Maharaja Majapahit untuk bercengkerama dengan permaisuri dan para selir kedatonnya.
MUSEUM MAJAPAHIT
PENDOPO AGUNG
Pendopo Agung Trowulan adalah sebuah bangunan pendopo Jawa bergaya Joglo yang
dibangun antara tahun 1964 – 1973 oleh Kodam-V Brawijaya, berada di Dusun Nglinguk,
Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan. Bangunan itu konon berada di lokasi dimana dahulu
berdiri Pendopo Agung Kerajaaan Majapahit, tempat Mahapatih Gajahmada mengucapkan
Sumpah Palapa yang terkenal itu.
Memasuki area Pendopo Agung Trowulan terlihat sebuah pintu gerbang berbentuk
candi bentar bergaya Jawa kuno yang berada di pintu masuk ke Pendopo. Candi bentar adalah
bentuk pintu gerbang yang bagian atasnya terpisah atau tidak bertangkup, sedangkan jika
bagian atasnya terhubung maka disebut gapura paduraksa.
Setelah melewati gerbang candi bentar, di sebelah kiri terlihat sebuah cungkup dan
prasasti dimana terdapat Patung Gajah Mada di dalamnya. Patung itu diresmikan oleh
Komando Pusat Polisi Militer pada tanggal 22 Juni 1986.
CANDI BAJANG RATU
Sebagaimana juga bisa ditemui di bangunan Pura milik masyarakat Hindu Bali, seperti
misalnya di Pura Aditya Jaya Rawamangun, struktur candi seperti Candi Bajang Ratu ini
berfungsi sebagai kori agung untuk memasuki daerah tempat ibadah yang disucikan.
CANDI TIKUS
Candi Tikus yang semula telah terkubur dalam tanah ditemukan kembali pada tahun 1914.
Penggalian situs dilakukan berdasarkan laporan bupati Mojokerto, R.A.A. Kromojoyo
Adinegoro, tentang ditemukannya miniatur candi di sebuah pekuburan rakyat. Pemugaran
secara menyeluruh dilakukan pada tahun 1984 sampai dengan 1985. Nama ‘Tikus’ hanya
merupakan sebutan yang digunakan masyarakat setempat. Konon, pada saat ditemukan,
tempat candi tersebut berada merupakan sarang tikus.
Mengenai kenapa namanya Candi Tikus, konon karena penemuannya. Candi ini ditemukan
ketika penduduk sibuk berburu tikus yang menggerogoti sawahnya. Ketika memburu tikus
sampai ke lubang-lubangnya tanpa sengaja malah menemukan reruntuhan candi tersebut, dan
banyak ditemukan tikus juga ketika ditemukan, sehingga dinamai Candi Tikus.