Anda di halaman 1dari 2

Gapura Bajang Ratu mengakibatkan cacat pada tubuhnya, sehingga dihias relief menggambarkan cerita "Sri

diberi nama "Bajang Ratu" ("Raja Cacat"). Tanjung". Di bagian tubuh diatas ambang pintu
ada relief hiasan "kala" dengan relief hiasan sulur
Gapura Bajang Ratu atau juga dikenal dengan suluran, dan bagian atapnya terdapat relief
Sejarawan mengkaitkan gapura ini dengan
nama Candi Bajang Ratu adalah sebuah hiasan rumit, berupa kepala "kala" diapit singa,
Çrenggapura (Çri Ranggapura) atau Kapopongan
gapura / candi peninggalan Majapahit yang relief matahari, naga berkaki, kepala garuda, dan
di Antawulan (Trowulan), sebuah tempat suci
berada di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, relief bermata satu atau monocle cyclops. Fungsi
yang disebutkan dalam Kakawin
Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Indonesia. relief tersebut dalam kepercayaan budaya
Negarakretagama sebagai pedharmaan (tempat
Bangunan ini diperkirakan dibangun pada abad Majapahit adalah sebagai pelindung dan penolak
suci). Di situ disebutkan bahwa setelah
ke-14 dan adalah salah satu gapura besar pada mara bahaya. Pada sayap kanan ada relief cerita
meninggal pada tahun 1250 Saka (sekitar 1328
zaman keemasan Majapahit. Menurut catatan Ramayana dan pahatan binatang bertelinga
M), tempat tersebut dipersembahkan untuk
Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala panjang.
arwah Jayanegara yang wafat. Jayanegara
Mojokerto, candi / gapura ini berfungsi sebagai
didharmakan di Kapopongan serta dikukuhkan di
pintu masuk bagi bangunan suci untuk
Antawulan (Trowulan). Penyebutan "Bajang Ratu" Lokasi
memperingati wafatnya Raja Jayanegara yang
muncul pertama kali dalam Oundheitkundig
dalam Negarakertagama disebut "kembali ke
Verslag (OV) tahun 1915. Lokasi Candi Bajang Ratu berletak relatif jauh (2
dunia Wisnu" tahun 1250 Saka (sekitar tahun
1328 M). Namun sebenarnya sebelum wafatnya km) dari dari pusat kanal perairan Majapahit di
Jayanegara candi ini dipergunakan sebagai pintu Struktur bangunan sebelah timur, saat ini berada di Dusun Kraton,
belakang kerajaan. Dugaan ini didukung adanya Desa Temon, berjarak cukup dekat (0,7 km)
relief "Sri Tanjung" dan sayap gapura yang Menurut buku Drs I.G. Bagus L Arnawa, dilihat dengan Candi Tikus. Alasan pemilihan lokasi ini
melambangkan penglepasan dan sampai dari bentuknya gapura atau candi ini merupakan oleh arsitek kerajaan Majapahit, mungkin untuk
sekarang di daerah Trowulan sudah menjadi bangunan pintu gerbang tipe "paduraksa" memperoleh ketenangan dan kedekatan dengan
suatu kebudayaan jika melayat orang meninggal (gapura beratap). Secara fisik keseluruhan candi alam namun masih terkontrol, yakni dengan
diharuskan lewat pintu belakang. ini terbuat dari batu bata merah, kecuali lantai bukti adanya kanal melintang di sebelah depan
tangga serta ambang pintu bawah dan atas yang candi berjarak kurang lebih 200 meter
dibuat dari batu andesit. Berdiri di ketinggian
Penamaan 41,49 m dpl, dengan orientasi mengarah timur yang langsung menuju bagian tengah sistem
laut-tenggara. Denah candi berbetuk segiempat, kanal Majapahit, menunjukkan hubungan erat
"Bajang Ratu" dalam bahasa Jawa berarti "raja / berukuran ± 11,5 (panjang) x 10,5 meter (lebar), dengan daerah pusat kota Majapahit.
bangsawan yang kecil / kerdil / cacat". Dari arti tinggi 16,5 meter, lorong pintu masuk lebar ± 1,4
nama tersebut, gapura ini dikaitkan penduduk meter. [1]
setempat dengan Raja Jayanegara (raja kedua
Majapahit) dan tulisan dalam Serat Pararaton, Secara vertikal bangunan ini mempunyai 3
ditambah legenda masyarakat. Disebutkan bagian: kaki, tubuh, dan atap. Mempunyai
bahwa ketika dinobatkan menjadi raja, usia semacam sayap dan pagar tembok di kedua sisi.
Jayanegara masih sangat muda ("bujang" / Kaki gapura sepanjang 2,48 meter. Struktur kaki
"bajang") sehingga diduga gapura ini kemudian tersebut terdiri dari bingkai bawah, badan kaki
diberi sebutan "Ratu Bajang / Bajang Ratu" dan bingkai atas. Bingkai-bingkai ini hanya terdiri
(berarti "Raja Cilik"). Jika berdasarkan legenda dari susunan sejumlah pelipit rata dan berbingkai
setempat, dipercaya bahwa ketika kecil Raja bentuk genta. Pada sudut-sudut kaki terdapat
Jayanegara terjatuh di gapura ini dan hiasan sederhana, kecuali pada sudut kiri depan

Aditya Himawan (X-9/02) himawari_aditya@yahoo.co.id 1


Untuk mencapai lokasi Gapura Bajang Ratu,
pengunjung harus mengendara sejauh 200 meter
dari jalan raya Mojokerto - Jombang, kemudian
sampai di perempatan Dukuh Ngliguk, berbelok
ke arak timur sejauh 3 km, di Dukuh Kraton,
Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Kabupaten
Mojokerto. Di sekitar lokasi Gapura Bajang Ratu
di Trowulan (bekas ibukota kerajaan Majapahit)
tersimpan banyak peninggalan bersejarah
lainnya dari zaman keeemasan saat kerajaan
Majapahit adalah salah satu kerajaan yang
disegani di muka bumi.

Kepercayaan lokal
Pengaruh kebudayaan besar Majapahit masih
terasa dalam kepercayaan masyarakat Trowulan.
Menurut kepercayaan lokal, adalah suatu pamali
bagi seorang pejabat pemerintahan untuk
melintasi atau memasuki pintu gerbang Candi
Bajang Ratu, karena dipercayai hal tersebut bisa
mendatangkan nasib buruk.

Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia,


ensiklopedia bebas
(http://id.wikipedia.org/wiki/Gapura_Bajan
g_Ratu)

Aditya Himawan (X-9/02) himawari_aditya@yahoo.co.id 2

Anda mungkin juga menyukai