Anda di halaman 1dari 35

Ta m a n s a r i

SEJARAH PERKEMBANGAN KOTA

TEKNIK ARSITEKTUR I UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


The team
KELOMPOK 1.5

1. ARDHANU AZIZ B. P. (5112421003)


2. NUR IKRIMAH A. (5112421004)
3. AUDYS LASALSA A. (5112421006)
4. NUHA NUR AULIA S. (5112421008)
5. VIYOS DITA ROSSI (5112421017)
6. NANDITA DESTRIA A. (5112421020)
7. ARIEF SEPTIAN C. (5112421025)
8. HUSEIN BAGIR (5112421032)

Dosen Pengampu
DR.RER.NAT ARI RAHADINI, S.T., M.T.
DR. ARDIYAN ADHI WIBOWO, S.T., M.T.
aftar Isi
D
01 LATAR BELAKANG TAMANSARI

02 LETAK DAN FUNGSI TAMANSARI

03 SEJARAH TAMANSARI

04 PERKEMBANGAN TAMANSARI

05 DETAIL ARSITEKTUR TAMANSARI

06 KONDISI TAMANSARI
‘la.tar.be.la.ka.ng ; SPK

01
‘la.tar.be.la.ka.ng
Latar Belakang
Tamansari
Tamansari berlokasi di jalan Ngasem, Aset wisata bersejarah ini
Desa Taman, Yogyakarta. Tamansari menunjang pendidikan dalam
ini terletak di dalam benteng Kraton bidang sejarah, arkeologi, dan
Yogyakarta. Bangunan ini memiliki arsitektur yang dapat
gaya arsitektur klasik dengan paduan menguntungkan jika dikelola
elemen budaya Hindu & Budha, Jawa dengan baik. Daya tarik tempat
& Islam, Cina, Portugis, dan Eropa. wisata ini sangat tinggi, mulai dari
Dibangun pada zaman Sultan citra visual hingga nilai sejarahnya,
Hamengku Buwono I di tahun 1758- sehingga layak dinikmati oleh
1765/9. masyarakat khususnya wisatawan.
‘le.tak.dan.fung.si ; SPK

02
‘le.tak.dan.fung.si
Letak dan
Fungsi
Tamansari
Wisata Tamansari secara
administratif termasuk di
dalam wilayah Rukun
Kampung Taman,
Kecamatan Kraton,
Kota Madya Yogyakarta.

Bagi Sultan Hamengku Buwono I dan kerabatnya, Tamansari merupakan


tempat rekreasi, tempat peristirahatan dan sebagai tempat pertahanan. Saat
ini, komplek Tamansari merupakan objek yang banyak dikunjungi oleh para
wisatawan. Penduduk setempat memanfaatkan situasi ini untuk mencari
penghasilan tambahan dengan cara menjual souvenir hampir di setiap gang
dan lorong kecil yang bisa dijumpai art shop atau art gallery.
‘se.ja.rah ; SPK

03
‘se.ja.rah
Sejarah
Tamansari

Tamansari merupakan salah satu


bangunan bersejarah di Yogyakarta
berupa kolam atau tempat pemandian
bagi keluarga kerajaan.

A. Tahun Pendirian Bangunan Tamansari

Tamansari ialah peninggalan dari Beberapa bangunan yang ada di


Sultan Hamengkubuwana I (Pangeran komplek Keraton dapat diketahui
Mangkubumi) 1755-1792 M. Di Masa tahun pendiriannya. Bangunan-
pemerintahannya, ia meninggalkan bangunan yang ada di Tamansari
bangunan bersejarah seperti Keraton tidak semua memuat angka tahun
Yogyakarta dan Istana Air Tamansari. atau tanda-tanda sengkala
memet.
Tahun berdirinya Keraton Yogyakarta Maka dari itu, terdapat beberapa
terkenal dengan perwujudan dua ekor versi seperti cerita rakyat,
naga yang ekornya saling melilit, pendapat para sarjana barat, studi
letaknya di atas bangunan penyekat di naskah atau literatur, dan data
sisi Selatan halaman pusat Keraton. bangunan yang terdapat di
Gambar wujud dua ekor naga tersebut Tamansari dalam menentukan
dibaca "Dwi Naga Rasa Tunggal" yang tahun pendirian Tamansari.
berarti 1682 tahun Jawa.
SEJARAH TAMANSARI
Sejarah Tamansari
DONGENG ATAU CERITA RAKYAT

Pada masa pemerintahan


Sultan Amengkubuwana I di
Mancingan terdapat seorang
tiban atau orang yang datang
serta merta dan tidak
diketahui asalnya. Orang tiban
tersebut mempunyai bahasa
sendiri, sehingga orang lain di
sekitarnya tidak mengerti
bahasa tersebut. Bahkan ada
orang yang menyebutnya jin
atau orang hutan. Berita
tentang adanya orang tiban
tersebut sampai di Keraton
dan didengar oleh Sultan.

Sultan memanggil orang


tersebut untuk dijadikan
hambanya. Ia diberi pelajaran
berbahasa Jawa. Ketika
ditanyakan tentang asal
usulnya ia menjawab berasal
dari negeri Portugis. Di
negerinya, ia bekerja sebagai
tukang membuat rumah.
Sultan memberi tugas
kepadanya untuk membuat
benteng Keraton dan dapat
mengerjakannya dengan baik
kemudian ia diberi pangkat
dan nama Demang Tegis.
Tugas selanjutnya yang
dibebankan di pundaknya
diperintah untuk membangun
komplek Tamansari.
SEJARAH TAMANSARI
Sejarah Tamansari

Pendapat Para Sarjana Barat

P.J. Veth di dalam JA WA jilid III hal. Tugas untuk pembangunan Tamansari
631 mengatakan bahwa Tamansari bukan diserahkan kepada Kyahi Tumenggung
karya orang Portugis atau Spanyol. Mangundipura, dibantu oleh lurah Dawelingi
Berdasarkan bentuk seni hias dan (orang Bugis).
langgamnya, Tamansari adalah hasil Untuk pelaksanaannya, Tumenggung
karya orang Jawa. Mangundipura dua kali pergi ke Batavia
Y. Groneman pernah menulis artikel untuk mencari motif bangunan yang bergaya
tentang Tamansari ("Het waterkasteel te Eropa. Oleh karena itu, gaya bangunan
Yogyakarta". TBG, XXX 1885, hal. 414- Tamansari berlanggam campuran antara
436). Dikatakan bahwa bangunan gaya bangunan Jawa dan Bangunan Eropa.
Tamansari dibangun atas perintah dari Tamansari dibuat pada tahun 1684 Jawa yaitu
Hamengkubuwana I. 1758 Masehi.
SEJARAH TAMANSARI
Sejarah Tamansari
Berdasarkan naskah yang disimpan STUDI NASKAH DAN LITERATUR
di Kraton Ngayogyakarta, bahwa yang
mendirikan bangunan Tamansari ialah
Pangeran Mangkubumi atau Hamengku
Buwana I. Data lebih lanjut dari naskah
tersebut sebagai berikut: "Raden Rangga
Prawirasentika (bupati Madiun) diperintah
oleh Sultan membuat satu perangkat gamelan
sekaten untuk melengkapi Gamelan Sekaten
yang sudah ada dari hasil pembagian Keraton
Yogyakarta dan Surakarta.
Selanjutnya. ia disuruh membuat
jempana atau tandu untuk kenaikan putra
atau putri Sultan. Pada tahun 1684 Jawa yaitu
1758 M. Raden Rangga PrawiraSentika
disuruh memeriksa pembuatan batu bata
penduduk, yang digunakan untuk bangunan
Tamansari.
Dikatakan bahwa Tamansari akan
dipakai sebagai bangunan tempat hiburan
bagi Sultan dan keluarganya. Perintah
pembangunan Tamansari ditandai dengan
sengkalan memet berupa: gambar empat ekor
naga yang sating belit membelit. Gambar
tersebut dapat dibaca catur naga rasa tunggal
tahun 1684 Jawa atau 1758 M.
Urusan pengawasan pembangunan
dibebankan kepada Raden Tumenggung
Mangundipura di bawah pimpinan Raden
Arya Natakusuma (akan menjadi Kangjeng
Gusti Pangeran Arya Natakusuma atau Seri
Pakualam I). Bagian awal yang akan
dibangun ialah jungutan (tempat tidur Sultan)
dan urung-urung yang berpangkal di dalam
Kraton terkenal dengan Gua Seluman.
Pekerjaan ini ditandai dengan sengkalan.
SEJARAH TAMANSARI
Sejarah Tamansari
Data yang ada di bangunan Tamansari

Pada pipi tangga Gapura


Panggung terdapat dua ekor
naga. Pada pipi tangga
bagian selatan, ular naga
menghadap ke Utara dan
ekornya lurus ke Selatan.
Sedangkan pipi tangga
bagian utara, ular naga
menghadap ke Selatan dan
ekornya ke lurus ke Utara.
Di antara kedua ekor ular
naga tersebut terdapat jalan
masuk. Beberapa orang
mengatakan gambar dua
ekor naga tersebut
merupakan sengkalan
memet atau angka tahun
karena berada di tempat
yang mencolok dan
strategis. Gambar dua ekor
naga itu dibaca "Dwi Naga
Rasa Tunggal" yang berarti
1682 Jawa atau 1756 Masehi.

Akan tetapi, bisa saja gambar kedua ekor itu hanya sekedar hiasan
seperti halnya hiasan makara pada bangunan candi. Lalu, terdapat gambar
pohon dengan bunganya serta burung yang sedang menghisap madu
bunga di Gapura Panggung maupun di Gapura Agung bahkan juga ada di
bangunan-bangunan lain.
‘per.kem.ba.ngan ; SPK

04
‘per.kem.ba.ngan
PERKEMBANGAN TAMANSARI
Abad ke-18
Dahulunya merupakan bekas kompleks keraton
yang dibangun pada masa pemerintahan Sultan
Hamengkubuwono I. Pada masa pemerintahan
Sultan Hamengkubuwono II, diubah menjadi
tempat berkumpulnya para calon istri sultan.
Selama masa penjajahan Belanda. Tamansari
mengalami kerusakan akibat gempa pada tahun
1865 dan 1896.

Abad ke-19
Pada tahun 1812, Tamansari mengalami kerusakan parah
akibat gempa bumi besar. Namun, restorasi dilakukan
oleh Sultan Hamengkubuwono II untuk memperbaiki dan
memulihkan kompleks istana ini.

Abad ke-20
Selama masa penjajahan Belanda, Tamansari mengalami
penurunan signifikan. Sebagian besar bangunan dalam
kompleks ini dihancurkan atau dijarah oleh pasukan
Belanda. Pada tahun 1950-an, kompleks Tamansari
menjadi kawasan permukiman penduduk.

Abad ke-21
Pemerintah Indonesia dan pihak-pihak terkait secara
bertahap mulai menyadari pentingnya Tamansari sebagai
warisan budaya dan sejarah yang berharga. Langkah-
langkah restorasi dan pelestarian dilakukan untuk
memulihkan keindahan dan keaslian kompleks ini.
PERKEMBANGAN TAMANSARI
Pada tahun 2004
Diakui sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sebagai
bagian dari "Kota Tua Yogyakarta dan Istana Kesultanan
Mataram" yang lebih luas. Berbagai upaya dilakukan
untuk mengembalikan kemegahan Tamansari, seperti
adanya restorasi, dan beberapa area kompleks telah dibuka
untuk umum.

Berbagai kegiatan budaya dan acara termasuk pameran


seni, konser musik, pertunjukan tari, dan festival budaya
diadakan di Tamansari sehingga meningkatkan daya
tariknya sebagai tujuan wisata yang unik dan memberikan
kontribusi positif bagi ekonomi lokal. Taman Sari terus
berkembang menjadi destinasi yang menarik dan saksi
sejarah yang berharga bagi masyarakat Yogyakarta.

Pada tahun 2011


Pemerintah Kota Yogyakarta meluncurkan program
rehabilitasi dan restorasi Tamansari dengan tujuan
mengembalikan kejayaan dan keindahannya yang melibatkan
pemerintah, lembaga budaya, dan masyarakat setempat.
Terdapat banyak perbaikan yang dilakukan, seperti kolam
yang dulunya rusak telah direstorasi dan airnya kembali
mengalir. Jembatan-jembatan yang terputus juga diperbaiki.
Selain perbaikan fisik, Tamansari juga menjadi pusat kegiatan
seni dan budaya. Pameran seni, pertunjukan musik, tari
tradisional, dan kegiatan budaya lainnya sering diadakan di
sana.

Pada tahun 2017


Pada tahun 2017, Tamansari resmi ditetapkan sebagai Cagar
Budaya Nasional oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Penetapan ini memberikan
perlindungan hukum terhadap situs bersejarah ini dan
memastikan pelestariannya untuk generasi mendatang.
Dengan perkembangan ini, Tamansari semakin dikenal
sebagai objek wisata sejarah penting di Yogyakarta.
Pengunjung dapat menikmati keindahan arsitektur,
mengunjungi museum, dan belajar tentang sejarah dan
budaya Yogyakarta.
DENAH
denah
SITUASI TAMANSARI

SITEPLAN TAMANSARI
BANGUNAN -
BANGUNAN
DI TAMANSARI

GERBANG KENARI
GEDONG TEMANTEN
Gerbang Kenari merupakan
DAN
pintu masuk dari arah timur.
Gerbang tersebut dulunya GEDONG PANGUNJUKAN
berbentuk lengkung dan
Gedong Temanten merupakan
berfungsi sebagai pintu
bangunan dengan denah empat
belakang taman, tetapi
persegi panjang dan berjumlah dua
sekarang sudah berbentuk
buah bangunan. Salah satunya
seperti Candi Bentar.
berada di sebelah utara dan
digunakan sebagai tempat piket jaga
Abdi Dalem.
GAPURA PANGGUNG
Gedong Pangunjukan atau tempat
minuman merupakan bangunan Gapura Panggung disebut
dengan denah bujur sangkar dan demikian karena memiliki
memiliki bentuk yang kecil. panggung yang menghadap ke
Bangunan ini berada di sebalah kiri arah barat. Panggung ini
dan kanan jalan menuju Gapura berfungsi sebagai tempat raja
Panggung. untuk duduk menyaksikan
pertunjukkan gamelan di
pelataran belakang gapura.
GEDONG SEKAWAN Panggung tersebut dapat
dicapai melalui tangga di sisi
Gedong Sekawan berada di kanan dan kiri gapura. Di
sebelah timur Umbul masing-masing sisi tangga
Binangun. Gedong Sekawan terdapat relief/patung naga.
merupakan halaman Relief/patung naga ini
berbentuk segi delapan dan merupakan sengkalan memet
terdapat empat buah Catur Naga Rasa Tunggal,
bangunan yang serupa. menunjuk pada tahun 1684
Gedong ini berfungsi sebagai Jawa. Kini, gapuran ini
tempat istirahat Sultan dan berfungsi sebagai pintu masuk
keluarganya bagi objek wisata Tamansari.
BANGUNAN -
BANGUNAN
DI TAMANSARI

GAPURA AGUNG
Gapura Agung dulunya
merupakan gerbang utam
Tamansari. Gerbang ini
berhiaskan relief burung dan
bungan. Relief burung dan
bunga ini merupakan candra
sengkala Lajering Kembang
Sinesep Peksi, menunjuk pada GERBANG CARIK
pembutaan Tamansari tahun
1691 Jawa. Dari atas panggung Gerbang Carik berada di
KOLAM UMBUL
gapura agung dapat terlihat sebelah selatan Umbul
BINANGUN pemandangan lingkungan Winangun. Memiliki bentuk
Tamansari secara jelas. seperti lorong dengan dua
Kolam Umbul Binangun
Panggung tersebut dapat dicapai ruang di sisi kanan dan
merupakan kolam pemandian
melalui tangga di sayap utara kirirnya. Gedong ini
bagi Sultan, para istri, dan para
dan selatan bangunan. berfungsi sebagai jalan
putri keraton. Terdapat tiga
masuk ke Pasarean Ledhok
buah kolam dengan tempat
Sari. Bangunan ini menjadi
keluarnya mata air yang
tempat dimana para carik
berbentuk jamur. Kolam
atau juru tulis berkumpul
pertama disebut Umbul
dan bertugas.
Kawitan, berfungsi sebagai
tempat pemandian untuk para
putri raja. Kolam kedua disebut GEDONG
Umbul Pamuncar, berfungsi GARJITOWATI
sebagai tempat pemandian
untuk para istri dan selir raja. Gedong Garjitowati berada di
Kolam terakhir disebut Umbul sebelah timur Gedong
Panguras, berfungsi sebagai Madarn dan 20 meter dari
tempat pemandian khusus arah selatan Gedong Carik.
untuk sang raja. Terdapat tempat pemandian
para Abdi Dalem perempuan
Diantara Umbul Pamuncar dan di sisi selatan bangunan ini.
Umbul Panguras terdapat Bangunan ini kini sudah
bangunan menara yang hanya runtuh dan hanya
boleh dinaiki oleh raja, dari menyisakan tembok bagian
menara inilah raja dapat bawah saja.
melihat pemandian dari
jendela.
BANGUNAN -
BANGUNAN
DI TAMANSARI

GERBANG TAMAN PASAREAN


UMBULSARI LEDOKSARI
Gerbang Taman Umbulsari Pasarean Ledoksari merupakan
merupakan salah satu tempat kediaman Sultan untuk
bangunan yang tersisa dari beristirahat. Bangunan ini
beberapa bangunan di sebelah memiliki denah berbentuk U
timur Gedong Garjitowati yang dan bagian yang terbuka
telah hilang. Denah gerbang ini menghadap ke arah selatan. Di
mirip dengan denah Gerbang dalam bangunan ini, terdapat GERBANG SUMUR
Carik. Meskipun beberapa tempat tidur Sultan yang
bagian bangunan ini telah dibawahnya terdapat aliran air. GUMULING
rusak dan lorong pintunya Aliran air ini berfungsi sebagai Gebang Sumur Gumuling ada
sudah ditutup, tetapi masih ada ventilasi dan teknologi dua buah, yaitu gerbang barat
sisa-sisa bangunan yang dapat pendingin alami pada zaman dan gerbang timur. Gerbang-
dikenali. itu. Ornamen yang ada di gerbang ini merupakan bagian
bangunan ini didominasi oleh ujung dari urung-urung yang
ornamen gaya eropa. menuju ke Sumur Gumuling.
Gerbang barat kini hanya
tersisa urung-urung yang kini
telah runtuh. Sedangkan,
gerbang timur masih cukup
baik untuk dikenali dan dapat
dilewati.

SUMUR GUMULING
Sumur Gumuling berada di
sebelah barat Pulo Kenanga.
Dari tampak luar, terlihat
seperti menara bulat di tengah
PONGANGAN
air. Bangunan ini berfungsi
PEKSI BERI sebagai masjid dan terdapat
urung-urung atau terowangan
Pongangan Peksi Beri bawah air untuk mencapai
merupakan dermaga tempat Sumur Gumuling. Terdapat dua
sampan dari segaran berlabuh, buah lantai dengan ceruk di
terutama untuk Sultan dan dinding yang berfungsi sebagai
kerabatnya. Di bagian atas mihrab atau tempat imam
bangunan terdapat hiasan memimpin ibadah. Di bagian
burung beri, sejenis burung bawah bangunan ini, terdapat
mitologi berwujud rajawali kolam kecil yang digunakan
berukurang besar. untuk tempat berwudhu.
BANGUNAN -
BANGUNAN
DI TAMANSARI

URUNG-URUNG
Urung-urung terletak di sebelah
selatan Pulo Kenanga. Memiliki
denah berbentuk Z dengan
sudut-sudutnya dibuat siku-siku.
Urung-urung ini merupakan
lorong pintu yang digunakan
sebagai jalan keluar masuk
lorong. Seluruh urung-urung
dulunya terletak di bawah PULO PANEMBUNG
permukaan air segaran. Udara Pulo Panembung berada di
segar dan penerangan didapat sebelah selatan Pulo Kenanga.
dari beberapa bangunan ventilasi Pulo Panembung merupakan
PULO KENANGA
yang berada di atas urung- sebuah bangunan yang
Pulo Kenanga berada di sebelah urung. dulunya berada di tengah
timur Sumur Gumuling. Pulo segaran. Bangunan ini dapat
Kenanga dikenal dengan dicapai melalui lorong yang
sebutan Pulo Cemeti, yaitu berujung di urung-urung.
sebuah pulau buatan yang Bangunan ini berfungsi sebagai
berada di tengah-tengah tempat raja bermeditasi.
segaran. Keseluruhan pulau
memiliki denah empat persegi
panjang dan terdapat beberapa
bangunan berdiri di atasnya.

Bangunan ini terdiri dari tiga


bagian, yaitu bangunan sayap
timur, bangunan sayap barat,
dan bagian tengah yang
semuanya dibuat bertingkat.
Bagian sayap timur dan barat
lantai atasnya terbuat dari
papan kayu dan kondisi bagian PONGANGAN
sayap timur kini telah hancur, Pongangan dulunya berfungsi
sedangkan bagian sayap barat sebagai tempat merapatnya
masih dapat dinaiki namun perahu atau dermaga. Terdapat
kondisinya yang dinilai cukup gapura berbentuk lengkung yang
mengkhawatirkan. Pada bagian menghadap ke arah utara-
tengah lantai atasnya, terbuat selatan. Dermaga ini digunakan
dari beton dan letaknya sedikit khusus untuk Abdi Dalem yang
lebih tinggi dari lantai lainnya. bertugas di Tamansari
DETAIL
ARSITEKTUR Gapura Panggung
Atap gapura penuh dengan hiasan
berbentuk pilaster-pilaster dipenuhi
hiasan berbentuk mahkota
Pintu dan jendela terbuat dari kayu, menandakan bangunan milik sultan, di
sedangkan bangunan-bangunannya sisi kedua tangga terdapat hiasan dua
terbuat dari tembok. naga yang berhadapan.

Gerbang Kenari
Dahulu berbentuk paduraksa dengan
atap berbentuk lengkungan lalu ada
perubahan ke bentuk Candi Bentar.

Gedhong Temanten
Gedhong Sekawan
dan Pangunjukan Pintu berjumlah empat, ambang atas
berbentuk lengkungan. Atap berbentuk
Berpintu empat di tiap sisi yang limasan dengan genting sirap yang
berbentuk lengkungan pada atas pintu. setiap sudutnya terdapat hiasan ikal.
Atapnya berbentuk atap rumah kampung Disekitar bangunan terdapat pot bunga
yang tiap sudut dihias bentuk volut atau yang tinggi.
ikal. Kedua tutup keong atau architrap
dihiasi dengan hiasan kala berahang
bawah dengan lidah menjulur keluar.

Sedangkan atap temanten berbentuk


limasan yang setiap sudutnya berbentuk
ikal sebagai hiasan. Genting dari beton
berbentuk sirap dan tampaknya seperti
belah ketupat.
Umbul Binangun DETAIL
Terdapat dua buah kolam (Selatan dan
Utara) yang dibatasi dengan bangunan
bertingkat dua. Pada bagian Utara,
ARSITEKTUR
terdapat dua buah kolam yang dipisah
dengan jalan kecil. Pada bagian kiri dan
kanan, bangunan atapnya menyerupai
bentuk sirap.

Pada bangunan yang menyerupai


menara, tangga dan jendela terbuat dari
kayu. Atapnya tajuk yang tidak diberi

Gapura Agung
hiasan. Di dalamnya, terdapat pancuran
berbentuk kepala naga serta pintu
berbentuk lunas kapal. Kolam satu
dengan yang lainnya dihubungkan
dengan dua lubang (terowongan) yang
berbentuk setengah lingkaran.
Memiliki panggung/lantai atas yang dapat
dicapai dengan dua tangga di sisi kanan
dan kiri gapura. jika dilihat dari sisi timur,
tampak ada 4 pilaster (bentuk tiang yang
menempel pada tembok). Batas atap
Pada kolam utara, orang dapat dengan tubuh gapura ditandai oleh
memasuki kolam dengan menuruni pelipit panjang membujur ke arah utara-
tangga kecil yang ada disisi-sisi kolam. selatan. Di bagian atap terdapat 5 pilaster
Di dalam kolam, terdapat pancuran berhias sebagai penguat atap gapura.
berbentuk payung berjumlah tiga dan Terdapat hiasan sayap burung yang mana
sekitar kolam dihiasi pot-pot berisi makin ke atas makin kecil di sisi kanan
tanaman bunga-bunga. dan kiri gapura, puncak atap gapura
dihiasi bentuk mahkota.

Pada pintu masuk gapura terdapat hiasan


berbentuk tumbuh-tumbuhan. Bidang di
antara pilaster dihias dengan relief
tumbuhan yang bercabang-cabang.

Pada area mengganti pakaian di dalam


bangunan bertingkat di umbul binangun
terdapat rak yang terbuat dari kayu dan
penyangganya dari batu bata untuk
menaruh pakaian.
Pasarean Ledoksari DETAIL
ARSITEKTUR
Tempat kelambunya terbuat dari beton
bertulang. Ornamen bangunan ini
didominasi dengan ornamen gaya eropa.

Sumur Gumuling
Pasarean Ledoksari Terdapat beberapa tangga menuju
Bangunan ini bertingkat dua, bagian atas sumur gumuling dari beberapa sisi. Pintu
berlantai kayu, tangga terbuat dari kayu berbentuk lengkungan pada bagian
dan jenjang-jenjang (trap) dari batu atasnya yang mana dahulu digunakan
bata. Atapnya sekarang ditumbuhi sebagai pintu masuk dari kanal (jalur
rerumputan. air).

Gerbang Carik
Bentuk atapnya seperti
dengan atap menyerupai sirap
terbuat dari beton batu bata.
tapal kuda
yang Pulo Kenanga
Dahulu bangunan ini bertingkat dua,
sekarang hanya sisa-sisa akibat gempa
yang terjadi di Yogyakarta. Lantainya
terbuat dari beton dan lubang persegi
panjang yang sejajar ialah bekas dari
balok untuk menopang lantai dua. Atap
dari area tengahnya berbentuk
lengkungan yang dilihat dari sisa
kehancuran.
‘kon.di.si ; I SPK

06
‘kon.di.si
Tamansari
B
E
F
O
R
E
A
F
T
E
R

B
E
F
O
R
E
A
F
T
E
R
Tamansari
B
E
F
O
R
E A
F
T
E
R

B
E
F
O
A
R
F
E
T
E
R
B
E
F
O
R
E

A
F
T
E
R
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
[1] Irawan, A., Theresia, J., & Dwi, R. (2012). OPEN (PUBLIK) SPACE ANALYSIS
TAMANSARI. PRO SEMINAR.

[2] Prasetyo, A. B. (1999). Perkembangan dan Perubahan Fungsi Kawasan Tamansari


Yogyakarta.

[3] Soekiman, D. dkk. (1993). Tamansari. DEPARTEMEN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN.

[4] Subhekti, Y. I. (2005). Perkembangan Tamansari sebagai Kawasan Konservasi dan


Pariwisata Kota Yogyakarta. Semarang: Universitas Diponegoro.

[5] Wardhana, Y. A. W. (2017). STUDI URBAN MORFOLOGI KAWASAN TAMANSARI


YOGYAKARTA. Urban Morfologi dalam Mendukung Optimalisasi Potensi Fisik
Kawasan Bersejarah. (Doctoral dissertation, UAJY).
Anggota Kelompok
ANGGOTA KELOMPOK

ARDHANU AZIZ NUR IKRIMAH A. AUDYS LASALSA NUHA NUR A.


(5112421003) (5112421004) (5112421006) (5112421008)

VIYOS DITA R NANDITA DESTRIA ARIEF SEPTIAN HUSEIN BAGIR


(5112421017) (5112421030) (5112421025) (5112421032)

TEKNIK ARSITEKTUR I UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai