DISUSUN OLEH :
NAMA : DANIAH DWI HERYAN (08)
KELAS: X IPA 3
GURU PEMBIMBING : DEWI MAPRAM S.Pd
Museum Balaputra Deva atau secara resmi disebut Museum Negeri Provinsi
Sumatra Selatan "Balaputra Dewa", adalah sebuah museum etnografi yang terletak
di Palembang, Indonesia. Museum ini adalah museum negeri Provinsi Sumatra Selatan.
Nama Balaputra Dewa adalah berasal dari Balaputra, raja Sriwijaya abad ke-9 dan mantan
kepala dinasti Sailendra yang berpusat di sekitar Palembang. Balaputra Dewa menampilkan
sejarah dan tradisi dari provinsi Sumatra Selatan.
Museum Balaputra Dewa adalah salah satu dari apa yang disebut Museum Negeri
Indonesia, yang mewakili masing-masing provinsi di Indonesia. Pembangunan museum
dimulai pada tahun 1978 dan bangunannya diresmikan pada tanggal 5 November 1984.
Keputusan untuk nama "Balaputra Dewa" didasarkan pada India abad ke-9
berdaulat Balaputrayang tercatat dalam prasasti yang ditemukan di Nalanda, India. Prasasti
Nalanda menyebutkan hubungannya dengan membangun sebuah biara Buddha di bawah
sponsornya. Kedua namanya disebutkan ditemukan di prasasti di Jawa pada abad ke-9 masehi
yang berkaitan kekalahannya di Jawa atas Rakai Pikatan, seorang penguasa dari dinasti
Sanjaya, yang diminta Balaputra untuk meninggalkan Jawa untuk menetap di tempat yang
sekarang kota Palembang, Sumatra Selatan.
Gambar 1. Pintu masuk utama Museum Balaputradewa.
Gambar 2. Keadaan di dalam ruang masuk Museum Balaputradewa.
Memasuki pintu depan museum Balaputradewa kita akan langsung disuguhi dengan
gambar atau relief kehidupan masyarakat Palembang yang dipanjang persis di depan dinding
ruang masuk museum. Relief kehidupan masyarakat Palembang tersebut menceritakan ada
putri Palembang sedang menari Gending Sriwijaya yaitu tarian khas Palembang yang sering
ditampilkan untuk menyambut tamu, tari Gending Sriwijaya sendiri pertama kali
diperkenalkan pada 12 Agustus 1945. Kemudian pada relief ada pula rumah Bari yaitu
rumah lama khas Palembang. Ada pula gambar rumah Limas yaitu rumah adat Palembang
dimana di atasnya ada ornament tanduk kambing. Digambarkan pula pada relief tersebut
orang yang sedang bertenun songket. Lalu ada juga sungai musi yaitu sarana transportasi
utama di Palembang.
Di gambarkan juga Jembatan Ampera yang dibangun oelh bantuan Jepang tahun 1963
selesai 1965, jembatan Ampera sendiri memiliki panjang 1717 meter. Dari gambar relief
tersebut diceritakan pula bahwa dahulu di Palembang terdapat banyak sekali sungai,
diperkirakan di Palembang dahulu terdapat 117 Sungai tapi sekarang hanya tinggal 17 sungai
yang masih mengalir, oleh karena itulah Belanda member julukan pada Palembang sebagai
Venesia dari Timur Jauh. Ternyata dari gambar relief juga menceritakan bahwa dahulu
Palembang adalah tempat menambang emas. Lalu dari gambar relief membahas karena
Palembang banyak terdapat rawa sehingga membuat rakyatnya membuat rumah panggung
agar bisa tinggal di atas rawa. Dan relief gambar juga membahas dahulu wanita Palembang
tidak memakai selendang melainkan memakai Tudung Saji.
Arca ini merupakan salah satu hasil dari tradisi megalitikum. Bentuk secara keseluruhan
memperhatikan sikap seseorang yang sedang duduk di atas seekor binatang.
Kepala Arca Megalit Pakai Tutup Kepala ini didapat dari Desa Pematang, Pagaralam
Kabupaten Lahat dan terbuat dari Diorit.
Perwujudan kepala arca ini menampilkan keperkasaan yang diperlihatkan oleh ekspresi wajah
yang kuat, gambaran seorang prajurit.
Kepala Arca Megalit Tanpa Tutup Kepala ini terbuat dari bahan Diorit.
Perwujudan arca ini memperlihatkan tipe masyarakat dari ras negrid. Secara keseluruhan
gaya pahatannya bersifat statis dan oleh para ahli dimasukkan ke dalam kelompok
pengarcaan tipe primitif.
Arca Megalit Orang Menunggang Kerbau ini didapat dari Desa Gunung Megang, Kabupaten
Lahat dan terbuat dari bahan Breksi Vulkanik.
Perwujudan Arca ini memperlihatkan seorang laki-laki sedang menaklukan atau menunggang
seekor binatang menyerupai kerbau.
Arca Megalit Wanita Mendukung Anak ini di dapat dari Desa Tanjung Ara, Pasemah,
Kabupaten Lahat.
Arca ini menggambarkan seorang wanita dalam posisi berjongkok sedang mendukung anak
di punggung. Perwujudan pengarcaan pada bagian-bagian tubuh tertentu cukup menarik,
yakni serba besar seperti pemahatan bentuk payudara yang menonjol erat kaitannya dengan
upacara untuk kesuburan.
Sultan Iskandar Syah yang lebih dikenal dengan nama Parameswara di Palembang
merupakan sultan pertama dan pendiri kerajaan Malaka, Sultan Iskandar Syah atau
Parameswara adalah orang Palembang asli yang merupakan raja terakhir dari Kerajaan
Sriwijaya, saat Sriwijaya hancur pada abad ke 14 Masehi dan akan diduduki oleh kerajaan
Majahpahit beliau (Parameswara) melarikan diri ke Semenanjung Malaka (Malaya),
kemudian di Malaka Parameswara menikah dengan penduduk setempat lalu masuk Islam dan
berganti nama menjadi Iskandar Syah, Iskandar Syah lalu mendirikan sebuah kerajaan di
tanah barunya tersebut dengan nama Kesutanan Malaka. Itulah sedikit kisah dari berdirinya
Kerajaan Malaka di Semenanjung Malaya, oleh alasan itulah mengapa Sultan Malaka
berkunjung ke Palembang lalu kemudian membuka Galeri Kebudayaan Malaka di Museum
Balaputradewa agar para generasi muda di Palembang dan di Malaka sadar dan mengetahui
bahwa antar kedua tempat tersebut memiliki ikatan batin dan budaya yang sangat erat dari
diri leluhur mereka yaitu sang raja terakhir Sriwijaya dan raja pertama di Malaka “Sang
Mulia Baginda Sultan Iskandar Syah atau Sri Baginda Parameswara”
Gasing
Cetak Kuih
Periuk Tembikar
Porselin Cina
Di sebelah ruangan Galeri Melaka, pengunjung menuju ruang pamer museum. Disini
pengunjung mendapatkakn informasi sejarah berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Di
ruang pamer ini pengunjung bisa melihat koleksi benda peninggalan dari zaman pra-kerajaan
Sriwijaya berupa kerajinan tembikar, manik-manik, dan pengecoran logam.
Kapang Lonjong merupakan benda yang terbuat dari jenis batu kali. Bagian tajam-
tajamnya diasah dari dua arah, sehingga bentuk tajaman yang dihasilkan simetris atau
setangkup. Kapak semacam ini tangkai kayu bercabang. Fungsi kapal ini untuk menem=bang
atau menguliti pohon, membuat perahu, membuat patung kayu dan sebagai perlengkapan
upacara.
Kerangka Manusia merupakan benda sisa-sisa tulang manusia yang diduga hidup pada
masa berburu dan mengumpulkan tingkat lanjut. Pada masa ini mereka memilih gua-gua
sebagai tempat tinggal. Fragmen tulang manusia ini ditemukan di Desa Padang Bindu,Gua
Pondok Salabe, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan.
Relief di Dinding Gua Harimau
Lesung Batu merupakan salah satu peninggalan Megalitik, ditemukan di Pagaralam,
Sumatera Selatan. Benda seperti banyak ditemukan di situs-situs Pagaralam dan Lahat.
Fungsi lesung batu ini untuk menumbuk biji-bijian, seperti padi dan jagung.
Tempayan Kubur
Arca Megalith
Arca Megalith ini menampilkan seorang laki-laki perkasa. Arca ini berasal dari abad pertama
masehi.
RUANG PAMERAN Ii beberapa koleksi di zaman kerajaan
sriwijaya berupa arca hindu-budha, prasasti dll.
Di ruang pamer selanjutnya, pengunjung bisa melihat berbagai replika prasasti yang
menunjukkan awal mula berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Mulai dari prasasti Kedukan Bukit, Relaga
Batu, Kota Kapur, Talang Tuo, Boom Baru, Kambang Unglen I, Kambang Unglen II, dan Prasasti
Siddhayatra. Di ruangan ini juga terdapat koleksi lain dari zaman Kerajaan Sriwijaya berupa arca
Buddha, arca Hindu, dan Fragmen.
PENINGGALAN PRASASTI-PRASASTI
Perhiasan berupa upawita lebar yang berbentuk pita di atas bahunya. Ikat perut
berbentuk gasper juga berbentuk pita. Mahkota yang dikenakan diikat di kepala bagian
belakang dan pada mahkota tersebut terdapat arca Amithaba dalam posisi duduk di atas
padmasana. Pada bagian punggung arca ini terdapat prasasti pendek dengan bahasa
Sansekerta dan huruf jawa kuno, berbunyi: “accarya,, dan seterusnya”. Arca ini diperkirakan
berasal dari abad 9 Masehi.
Kain Songket
Kain khas palembang dan sering dipakai di acara-acara penting.
Alat Tenun
Alat tenun tradisional yang sering dipakai jaman dahulu.
Peralatan untuk menangkap ikan, dll.
Ilustrasi
Selain Rumah Limas terdapat pula Rumah Bergajah yaitu tempat orang-orang
terhormat. Lalu terdapat Rumah Hulu/Rumah Anti Gempa yaitu rumah yang tiangnya tidak
ditanam namun hanya menggunakan batu yang dijadikan sebagai penyanggah dan lantainya
menggunakan bambu. Rumah ini memiliki bobot yang ringan, dinding yang bisa dibuka dan
tidak memiliki jendela. Rumah ini sendiri ditemukan di daerah Asam Kelat.
Terdapat pula Gedung 3 Manusia dan Lingkungannya. Pada gedung tersebut terdapat
berbagai jenis alat transportasi seperti Liu-liu, gerobak, rakit dan perahu serta ada Jali yaitu
kelombu yang berbentu burung-burungan dimana biasanya joli-joli ini diberikan untuk
pengantin wanita sebagai lamaran juga ditambah dengan sena/nampa dan songket. Di sini
juga terlihat keranda berwarna hijau, ada juga patung seorang ibu tua yang sedang
menganyam songket dan songket tersebut hanya boleh dipakai oelh seorang wanita yang
sudah mempunyai suami. Hasil dari tenunan patung ibu tua itu terpajang disebelah patung
tersebut diantaranya adalah songket bunga pacar, songket naga, songket beraung dan
berbagai aksesoris pengantin khas Sumsel seperti kalung dan gelang dari Tanjung Batu, Batik
Pale, Batik Supri dan lainnya. Kemudian yang terakhir di dalam Rumah Limas juga terdapat
7 keranda orang meninggal (tudung) berwarna hitam.