Anda di halaman 1dari 22

a

Baca dalam bahasa lain

Unduh

Pantau

Sunting

Museum Balaputra Deva atau secara resmi disebut Museum Negeri Provinsi Sumatra Selatan "Balaputra
Dewa", adalah sebuah museum etnografi yang terletak di Palembang, Indonesia. Museum ini adalah
museum negeri Provinsi Sumatra Selatan. Nama Balaputra Dewa adalah berasal dari Balaputra, raja
Sriwijaya abad ke-9 dan mantan kepala dinasti Sailendra yang berpusat di sekitar Palembang. Balaputra
Dewa menampilkan sejarah dan tradisi dari provinsi Sumatra Selatan.

Deskripsi Sunting

Museum Balaputra Dewa adalah salah satu dari apa yang disebut Museum Negeri Indonesia, yang
mewakili masing-masing provinsi di Indonesia. Pembangunan museum dimulai pada tahun 1978 dan
bangunannya diresmikan pada tanggal 5 November 1984. Keputusan untuk nama "Balaputra Dewa"
didasarkan pada India abad ke-9 berdaulat Balaputra yang tercatat dalam prasasti yang ditemukan di
Nalanda, India. Prasasti Nalanda menyebutkan hubungannya dengan membangun sebuah biara Buddha
di bawah sponsornya. Kedua namanya disebutkan ditemukan di prasasti di Jawa pada abad ke-9 masehi
yang berkaitan kekalahannya di Jawa atas Rakai Pikatan, seorang penguasa dari dinasti Sanjaya, yang
diminta Balaputra untuk meninggalkan Jawa untuk menetap di tempat yang sekarang kota Palembang,
Sumatra Selatan.[1]

Koleksi Sunting

Museum Balaputra Dewa memiliki kerajinan tradisional dan artefak yang ditemukan di Provinsi Sumatra
Selatan, dari zaman prasejarah hingga zaman kolonial belanda. Koleksi ini dipamerkan di tiga ruang
pameran yang dijelaskan di bawah ini. Museum Negeri Balaputra Dewa adalah salah satu dari tiga
koleksi lokal publik setempat dari koleksi artefak Sriwijaya, yang lainnya adalah Museum Sultan
Mahmud Badaruddin II dan Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya.[1]

Bagian megalit Sunting


Dalam budaya megalitik di Sumatra Selatan yang dipusatkan di dataran tinggi Pagaralam, di Barisan
Pegunungan di sisi barat Sumatra Selatan. Di dataran tinggi, 22 situs budaya megalitik yang ditemukan.
Beberapa contoh artefak yang ditampilkan dalam bagian ini adalah arca megalitik dari seorang ibu
membawa anak; patung-patung orang naik kerbau, dan patung-patung laki-laki melingkar dengan ular.
[2]

Bagian Sriwijaya Sunting

Bagian Sriwijaya ini berisi barang-barang yang berkaitan dengan Sriwijaya, Kerajaan Melayu Buddha
yang berpusat di kota Palembang. Artefak yang ditemukan di ruangan ini adalah kerajinan gerabah,
manik-manik, logam benda cor, dan prasasti. Sebagian besar prasasti adalah replika, yang asli sebagian
besar ditempatkan di Museum Nasional di Jakarta atau di Taman Purbakala Kerajaan Sriwijaya. Contoh
prasasti replika ditampilkan di Museum Balaputra Dewa berasal dari abad ke-7 prasasti Kedudukan
Bukit, Telaga Batu, Kota Kapur, Talang Tuwo, Boom Baru, Kambang Unglen saya, Kambang Unglen II, dan
prasasti Siddhayatra. Bagian ini juga menampilkan patung Hindu-Buddha dari berbagai periode.[2]

Bagian Kesultanan Palembang Sunting

Bagian ini memiliki peninggalan dari abad ke-18 Kesultanan Palembang periode misalnya tenun songket
dan pakaian. Di antara songket yang paling menonjol di koleksi adalah kain songket enam meter dengan
motif Naga Besaung. Koleksi lainnya yang ditampilkan meliputi Palembang ukiran kayu misalnya sofa,
kursi, dan pintu ukiran tradisional. Halaman fitur adat Palembang adalah rumah limas dan Sumatra
Selatan rumah ulu

Search for:

SEARCH

SEARCH

KELANAKU

YANG DITULIS AKAN ABADI


Kelana Indonesia Museum dan Galeri

Melihat Warisan Budaya Sumatera Selatan di Museum Balaputra Dewa

Main sebentar di Kota Palembang, saya mengunjungi beberapa tempat wisata di sana, seperti Al-Qur’an
Al-Akbar Gandus, Museum Balaputra Dewa, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, serta Mesjid Agung
Palembang. Nah, setelah sebelumnya saya bercerita mengenai wisata religi Al-Qur’an Al-Akbar, kali ini
saya ingin bertutur mengenai salah satu museum yang terkenal di Palembang karena Rumah Limas yang
gambarnya tertera diuang kertas sepuluh ribu rupiah. Mari berkeliling museum, kita mencocokan
gambar! 🙂

Sejarah Singkat Sumatera Selatan

Cerita sedikit tentang Sumatera Selatan ya.

Sebagai salah satu provinsi di Indonesia, Sumatera Selatan dikenal sebagai Bumi Sriwijaya. Pada zaman
dahulu kala Sumatera Selatan adalah lokasi berdirinya Kerajaan Sriwijaya yang merupakan Kerajaan
Maritim bercorak Budha dan sangat berpengaruh di Nusantara dari abad ke-7 sampai ke-13 masehi.
Kerajaan ini menguasai alur pelayaran dan jalur perdagangan di Asia Tenggara terutama Selat Malaka
yang menjadi penghubung antara China dan India.

Selain sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya, ternyata Palembang pernah memiliki Kesultanan Palembang
yaitu sekitar abad ke-15. Kesultanan ini mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Mahmud
Badaruddin I. Kemudian kesultanan tersebut dihancurkan oleh pemerintahan Kolonial Belanda sekitar
abad ke-18.

Jika menengok lagi lebih kebelakang, di Provinsi Sumatera Selatan terutama didataran tinggi Pagaralam
dan Pegunungan Bukit Barisan disisi barat, terdapat banyak situs megalitikum yang ditemukan.
Setidaknya terdapat 22 situs megalitikum ditemukan di Sumatera Selatan. Sehingga bukti-bukti sejarah
tersebut patut untuk terinventarisasikan dengan baik sebagai warisan sejarah dan budaya untuk bisa
dikenal generasi berikutnya.
Berdirinya Museum Balaputra Dewa

Museum Balaputra Dewa atau Museum Negeri Provinsi Sumatera Selatan “Balaputra Dewa”,
merupakan museum entografi yang dirintis tahun 1977 dan diresmikan pada 5 November 1984. Nama
Balaputra Dewa sendiri berasal dari Raja Sriwijaya abad ke-9 dan mantan kepala dinasti Sailendra di
Palembang. Museum yang dibangun diatas lahan seluas 23.565m2 berfungsi untuk melestarikan budaya
Sumatera Selatan. Berlokasi di Jalan Srijaya I No. 28 Palembang, museum yang pernah direvitalisasi
tahun 2011 ini menyimpan 10 jenis koleksi yang tersimpan ditiga ruang pameran.

Koleksi Museum Balaputera Dewa

Museum tampak lengang siang itu, saya bertemu seorang petugas tiket dan diberi sebuah flyer yang
berisi informasi mengenai museum. Memasuki museum, saya mendapati sebuah kolam yang
ditengahnya terdapat berberapa arca. Saya dan Andar kemudian berjalan kearah kiri melewati selasar.

“Bangunan museumnya mirip Museum Adityawarman di Padang nih. Ada beberapa ruangan terpisah
terus ada taman di tengah bangunan. Mirip banget kayak gini!” saya bercerita pada Andar perihal
bentuk bangunan museum ini. Saya lupa Andar berkomentar apa saat saya bercerita ini. 🙂

Museum Balaputra Dewa

Koleksi replika arca di Museum Balaputra Dewa

Museum Balaputra Dewa

Selasar Museum Balaputra Dewa

Menurut informasi dari berbagai sumber di google, koleksi museum ini mencapai 3.882 item yang
menggambarkan masa Prasejarah, Kerajaan Sriwijaya, Kesultanan Palembang, Kolonial Belanda,
pergerakan kemerdekaan hingga koleksi kebudayaan masyarakat saat ini seperti kerajinan dan rumah
tradisional. Koleksi-koleksi tersebut ditempat ditiga ruangan utama pameranyang berbeda yaitu, bagian
Megalitikum, bagian Kerajaan Sriwijaya, dan bagian Kesultanan Palembang.

Tapi, kami malah memasuki ruangan yang didalamnya terdapat berbagai informasi mengenai
persenjataan tradisional di Sumatera Selatan dan koleksi senjatanya tidak ada. Kemudian kami masuk
lagi keruangan kecil yang bernuansa merah. Nah, diruangan bernuansa merah ini terdapat informasi
mengenai melayu dan ada juga informasi mengenai kebudayaan dari Malaca (Malaysia). Sepertinya
ruangan ini baru dan merupakan tambahan koleksi mengenai kebudayaan antara Indonesia dan
Malaysia. 🙂

Museum Balaputra Dewa

Ruangan bernuansa merah di museum

Meneruskan penjelajahan di Museum Balaputra Dewa, ruangan berikutnya yang kami temui adalah
ruang yang berisi koleksi zaman megalitikum atau zaman batu besar. Terdapat informasi mengenai
kehidupan awal manusia di Sumatera, replika arca-arca, serta artefak-artefak yang menjadi bukti
kehadiran manusia dari akhir zaman es sekitar 11.000 tahun yang lalu. Arca-arca tersebut dapat
disaksikan secara langsung hingga saat ini di Pasemah wilayah Lahat dan Pagaralam, Sumatera Selatan.

Museum Balaputra Dewa

Salah satu Arca Megalitikum, Koleksi Museum Balaputra Dewa

Museum Balaputra dewa

Hewan-hewan yang ada di Pulau Sumatera

Selain itu, terdapat berbagai peralatan dari batu, rangka manusia, dan informasi mengenai berbagai gua
tempat bermukim manusia di masa lalu, seperti Gua Harimau, Gua Putri, dan Gua Pondok Salabe.
Terdapat pula replika Gua Putri yang baru terkenal tahun 2002 dikalangan arkeolog yang didalamnya
terdapat rangka manusia dan fragmen-fragmen kehidupan manusia di masa lalu.

Museum Balaputra dewa

Replika Goa Putri, tempat bermukimnya manusia di masa lalu

Diruang koleksi lainnya dari Museum Balaputra Dewa saya mendapati berbagai informasi dan benda-
benda peninggalan masa Kerajaan Sriwijaya. Temuan arkeologis mengenai Kerajaan Sriwijaya banyak
ditemukan di wilayah Sumatera, meskipun beberapa ditemukan di Asia Tenggara daratan atau di
Semenanjung Melayu. Prasati Sriwijaya yang ditemukan di wilayah Palembang yaitu Prasasti Kedukan
Bukit (682 M), Prasasti Talang Tuo (686 M), Prasasti Telaga Batu dan Boom Baru, serta sekitar 50 prasasti
pendek.
Prasasti Kedukan Bukit menceritakan perjalanan suci Dapunta Hyang dengan membawa pasukan
sebanyak 20.000 orang melewati daratan dan lautan yang kemudian membuat wanua Sriwijaya. Prasasti
Talang Tuo berkisah mengenai pembuatan Taman Srikserta oleh Raja Srijayanasa untuk kemakmuran
seluruh rakyat. Sedangkan Prasasti Telaga Batu berkisah mengenai sistem birokrasi kedatuan Sriwijaya.

Museum Balaputra dewa

Prasasti yang berkisah mengenai Kerajaan Sriwijaya

Selain prasasti, terdapat berbagai arca, manik-manik, dan perlengkapan keagamaan. Arca-arca ini
menunjukan kepercayaan yang dianut masyarakat pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Museum Balaputra Dewa

Arca-arca peninggalan Kerajaan Sriwijaya di Museum Balaputra Dewa

Saya pun berpindah zaman dari Sriwijaya ke Kesultanan Palembang. Saya mendapati diorama Keraton
Kuto Gawang. Diorama tersebut menggambarkan Keraton Kuto Gawang yang dilukiskan Joan van der
Len tahun 1659. Keraton menghadap Sungai Musi dengan pintu masuk melalui Sungai Rengas. Keraton
ini didirikan oleh Ki Gede Ing Suro pada awal abad ke-17. Pada masa kesultanan, masyarakat menganut
agama islam, ditunjukan dengan adanya peninggalan berupa Al-Qur’an.

Diruangan ini juga terdapat naskah-naskah dari bilah-bilah bambu, kulit kayu, tanduk dan lain
sebagainya menggunakan aksara Ulu/kaganga. Aksara Ulu diperkirakan sebagai aksara Sumatera tua.
Menarik ya?

Koleksi Museum Balaputra dewa

Al-Qur’an pada masa Kesultanan Palembang

Saya mulai capek mengamati satu persatu koleksi Museum Balaputra Dewa. Banyak banget! Tapi karena
masih ingin tahu, saya lanjut keruang berikutnya dan mendapati berbagai koleksi ukiran kayu, kain
tenun songket, kerajinan logam, dan berbagai anyaman khas dari Sumatera Selatan. Motif dari ukiran
maupun tenun khas Sumatera Selatan memiliki berbagai arti seperti kemakmuran, kejayaan, kekuasaan
dan lain sebagainya.
Warna emas mendominasi ukiran, tenun dan berbagai peralatan di Museum Balaputra Dewa ini. Saat
membaca flayer yang diberikan petugas saat masuk museum ini saya baru tahu jika Palembang terkenal
dengan Pulau Emas (Swarnadwipa). Saya paham sekarang, pantas saja pakaian adat pernikahan mereka
juga didominasi warna emas.

Koleksi Museum Balaputra dewa

Berbagai kerajinan tradisional Palembang

Dibagian belakang gedung utama, terdapat Rumah Limas Khas Sumatera Selatan. Rumah Limas atau
masyarakat menyebutnya Rumah Rabi dibangun dengan material kayu. Rumah limas yang merupakan
koleksi Museum Balaputra Dewa ini awalnya milik warga keturunan Arab (tahun 1983), yaitu Pangeran
Syarif Abdurachman Alhabsi. Setelah berganti tangan berkali-kali, tahun 1930, rumah ini dibeli oleh
“Gemeetebestuur van Palembang”/ pemerintah kotamadya Palembang. Selain Rumah Limas, Museum
Balaputera Dewa juga memiliki koleksi Rumah Ulu khas masyarakat Hulu Sungai Musi yang berusia
sekitar 200 tahun.

Rumah Limas di Museum Balaputra dewa

Rumah Limas Khas Palembang, Sumatera Selatan

Karena waktu saya terbatas saat berkunjung ke Museum Balaputera Dewa dan hendak melanjutkan
perjalanan ke Museum Sultan Mahmud Badaruddin II, tak banyak informasi yang bisa saya serap. Saya
pun hanya sanggup memfoto beberapa informasi penting saja. Sepertinya butuh kuliah 3 SKS kalau mau
sampai khatam isi museum ini. Museumnya menarik dan informatif, mekipun saat saya berkunjung
sedang ada proses renovasi dan penataan ulang, sehingga beberapa koleksi tak dipajang

Menu

Ad

Kumpulan Lagu Daerah Sumatera Selatan Terlengkap, Dari Dirut hingga Ya Saman Beserta Video Klipnya

Sabtu, 25 Agustus 2018 12:50


jembatan-ampera_20180825_124646.jpg

Jembatan Ampera - SRIPOKU.COM/ODI ARIA

Ad

SRIPOKU.COM -- Indonesia dikenal sebagai negara yang sangat kaya akan budaya.

Salah satu budaya Indonesia adalah dibidang seni yaitu lagu-lagu daerah dari setiap provinsi.

Bahkan setiap kabupaten di Indonesia mempunyai lagu daerahnya masing-masing.

Oleh sebab itu, sebagai putra-putri daerah, sudah sepatutnya melestarikan lagu-lagu daerah yang kini
mulai ditinggalkan para kaum millenial.

Ad

Baca: Download Lagu (Theme Song) Asian Games 2018 Meraih Bintang Cover dari Seluruh Negara
Lengkap Video

Nah dilansir dari berbagai sumber, kali ini Sripoku.com akan memberikan daftar kumpulan lagu yang
berasal dari berbagai daerah di Sumatera Selatan.

1. Anak Umang (Lahat)

Download Lagu Anak Umang Lahat

2. Bujang Tembokan (Palembang)

Download Lagu Bujang Tembokan

3. Bumi Rambang

Download Lagu Bumi Rambang

4. Cek Ayu (Palembang)

Download Lagu Cek Ayu

5. Dek Sangke

Download Lagu Dek Sangke


Baca: 4 Lagu Dangdut Paling Digilai Masyarakat , Ada yang Populer Tahun 2017 Tapi Sempat Dituding
Plagiat!

6. Di Unggak Ijan

Download Lagu Di Unggak Ijan

7. Kalah Bejudi

Download Lagu Kalah Bejudi

8. Kelakar Betok

Download Lagu Kelakar Betok

9. Kute Tercinte (Prabumulih)

Download Lagu Kute Tercinte

10. Lebe Tunak

Download Lagu Lebe Tunak

Baca: Kumpulan Lagu LDR Indonesia Terpopuler, No 7 & 9 Paling Legendaris, Bisa Langsung di Download

Tugu Belido yang sudah dinanti-nantikan warga Kota Palembang, kini sudah berdiri di pinggir Sungai
Musi, Benteng Kuto Besak (BKB), Rabu (2/7/2017). Sejumlah pekerja terlihat merapikan badan belido
yang terbuat dari tembaga tersebut. (SRIPOKU.COM/SYAHRUL HIDAYAT)

11. Nak Cakmano Lagi

Download Lagu Nak Cakmano Lagi

12. Nanas Prabumulih

Download Lagu Nanas Prabumulih

13. Nasib Badan (Lahat)

Download Lagu Nasib Badan

14. Nasib Muarakuang

Download Lagu Nasib Muarakuang

15. Ombai Akas

Download Lagu Ombai Akas

Baca: Kumpulan Lagu Kpop Twice Terbaik dan Paling Populer, Bisa Langsung Download Di Sini
16. Palembang Diwaktu Malam

Download Lagu Palembang Diwaktu Malam

17. Pantun Sekayu

Download Lagu Pantun Sekayu

18. Pempek Lenjer

Download Lagu Pempek Lenjer

19. Pengaten Baru

Download Lagu Penganten Baru

20. Petang-petang Menyilap Lampu

Download Lagu Petang-petang Menyilap Lampu

Baca: Kumpulan Lagu Terpopuler dan Paling Hits Agustus 2018 Terlengkap, Bisa Langsung Download

21. Melati Karangan

Download Lagu Melati Karangan

22. Palembang Darusalam

Download Lagu Palembang Darussalam

23. Ya Saman

Download Lagu Ya Saman

24. Hidup Nak Rantau

Download Lagu Hidup Nak Rantau

25. Sayang Selayang

Download Lagu Sayang Selayak

Baca: Kumpulan Lagu Patah Hati Indonesia Paling Populer Sepanjang Masa, No 8 Naff - Kau Masih
Kekasihku

26. Wak Iyeng

Download Lagu Wak Iyeng

27. Pempek Lenjer


Download Lagu Pempek Lenjer

28. Kabile Bile

Download Lagu Kabile Bile

29. Dirut

Download Lagu Dirut

30. Cuk Mak Ilang

Download Lagu Cuk Mak Ilang

Baca: Kumpulan Lagu Terpopuler dan Paling Hits Agustus 2018 Terlengkap, Bisa Langsung Download

31.Palembang Bari

Download Lagu Palembang Bari

32. Gending Sriwjaya

Download Lagu Gending Sriwijaya

33. Ribu-Ribu

Download Lagu Ribu-Ribu

ta Palembang ditetapkan sebagai ibukota propinsi Sumatera Selatan. Selain dokenal dengan ragam
kulinernya yang khas, Sumatera Selatan juga memiliki kesenian daerah yang khas dan menarik, baik
ditinjau dari pengertian sejarah mengenainya dan juga fungsi tari itu sendiri.

Nah, sebelum kita lebih jauh membahas mengenai sejarah tari seperti artikel sejarah tari Saman di Aceh
dan sejarah tari Piring di Padang, ada baiknya kami kenalkan kepada Anda satu persatu mengenai apa
saja tarian adat yang asalnya dari Sumatera Selatan.

Simak informasinya berikut ini


Daftar Isi

1. Tari Adat Silampari

Tari Adat Silampari (Youtube)

Istilah Silampari terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Palembang. Silam berati hilang dan pari
berarti peri. Terinspirasi dari kisah rakyat mengenai Dayang Torek dan Bujang Penulup, Tarian ini
menceritakan kisah seorang perempuan yang menjadi peri kemudian menghilang, sehingga tari ini
dinamakan Tari Silampari.

Tari Silampari atau dikenal juga dengan nama tari silampari Kahyangan Tinggi mulai dikenal oleh
masyarakat umum pada tahun 1941 saat ditampilkan pada acara pembuatan Watervang, sebuah
bendungan buatan kolonial Belanda di Lubuklinggau, Sumatera Selatan.

Baca juga: Tarian Adat Khas Maluku

2. Tari Adat Penguton

Tari Adat Penguton via Morgesiwe

Tari penguton ini sering ditampilakan dalam upacara penyambut kedatangan pembesar negara pada
masa awal kemerdekaan. Pada tahun 1950, Tari Penguton diakui oleh Pemerintah Provinsi sebagai akar
dari terciptanya sekapur sirih yaitu lahirnya tari “Gending Sriwijaya”. Tari ini juga pernah dibawa ke
Istana Negara sebagai persembahan budaya.

Tari Penguton merupakan tarian Sumatera Selatan yang berasal dari Kabupaten Ogan Komering Ilir
(OKI). Tarian Sekapur Sirih ini telah ada sejak abad XVIII, meski saat itu hanya berupa gerakan maknawi
dengan komposisi sederhana. Adapun pada tahun 1920, gerak, pola lantai serta musik pengiringnya
disempurnakan oleh keluarga Pangeran Bakri.

3. Tari Adat Bujang Gadis Beladas


Tari Adat Bujang Gadis Beladas via Indonesiakaya

Tari Bujang Gadis Beladas biasanya dibawakan oleh penari laki-laki dan perempuan berjumlah tujuh
yang menghadirkan gerak lincah dan ceria. Mereka memakai pakaian tradisional Sumatera Selatan yang
telah dimodifikasi. Tarian ini merupakan tari kreasi yang menggambarkan keceriaan muda-mudi Ogan
Komering Ilir.

Tarian ini dipentaskan dengan iringan musik yang mengkombinasikan alat musik tradisional dan modern.
Alat musik tradisional yang digunakan diantaranya, jimbe, kendang dan akordian. Sebagai tari hiburan,
Tari Bujang Gadis ini sering dipertunjukkan di berbagai acara hajatan, seperti pernikahan, sunatan atau
acara lainnya.

4. Tari Adat Petake Gerinjing

Tari Adat Petake Gerinjing via Indonesiakaya

Tarian ini merupakan tari kreasi yang menceritakan tentang masyarakat yang tinggal di daerah Pagar
alam, provinsi Sumatera Selatan. Dalam tarian ini digambarkan kondisi masyarakat yang mendapat azab
dikarenakan tidak mematuhi norma-norrna dan adat-istiadat yang ada. Azab tersebut digambarkan
dengan datangnya bencana banjir bandang yang menyapu peradaban.

Garapan gerak tarian ini memadukan antara tradisional dan kontemporer. Datangnya bencana banjir
bandang sebagai azab. Kemudian disimbolkan dengan bentangan dari kain yang terus digoyang-goyang
seperli menyerupai gelombang air. Masyarakat didalamnya panik dan berusaha melankan diri.

5. Tari Adat Ngantat Dendan

Tari Adat Ngantat Dendan via Majalasteras

Tarian ini merupakan tari kreasi yang digarap khusus sebagai tarian yang menggambarkan iring-iringan
dari pengantin pria didalam pernikahan adat Kota Lubuk linggau, provinsi Sumatera Selatan. Dalam
budaya Lubuk linggau, Jaras didalam pernikahan adat digunakan sebagai wadah untuk menampung
barang-barang yang telah diminta oleh mempelai perempuan sebagai mahar dari pernikahan.
Ciri utama pada tari Ngantat Dendan adalah penggunaan properti yang berupa Jaras, yaitu rantang
besar yang diikat memakai selendang dan diletakkan di bagian kepala. Jaras didalam rombongan
mempelai laki-laki biasanya akan dibawa oleh kaum hawa. baik itu ibu-ibu maupun para gadis. Hal
tersebut dikarenakan ketika budaya tersebut diimplementasikan ke dalam bentuk tarian. tarian tersebut
hanya dipentaskan oleh kaum hawa.

6. Tari Sendratari Konga Raja Buaye

Tari Sendratari Konga Raja Buaye via Indonesiakaya

Sendratari Konga Raja Buaye merupakan tarian kreasi yang diangkat dari sebuah legenda masyarakat di
Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Legenda tersebut menceritakan tentang seorang
raja bernama buaya yang mengancam keberadaan masyarakat di sebuah dusun di Kabupaten Musi
Rawas. Raja buaya ini merupakan jelmaan dari seorang puteri yang cantik. Kemudian datanglah seorang
pemuda yang memiliki wajah yang begitu tampan. Tanpa pertumpahan darah, raja buaya mampu
ditaklukan oleh sang pemuda tesebut. sampai akhimya masyarakat terbebas dari ancaman binatang
buaya pemangsa.

Dilihat dari segi kostum yang dikenakan, para penari dari sendratari Konga Raja Buaye ini dibagi atas 3
(tiga) kategori peran yaitu, masyarakat, para buaya dan juga pasukan pemuda tampan. Penari yang
memerankan masyarakat biasanya mengenakan pakaian tradisional perempuan khas Sumatera Selatan.
sedangkan para buaya biasanya mengenakan topeng rupa buaya lengkap dengan lidah yang menjulur-
julur. dan pasukan pemuda biasanya mengenakan pakaian tradisional laki-laki khas Sumatera Selatan.

Baca juga: Tarian Adat Sulawesi Tengah

7. Tari Adat Seluang Mudik

Tari Adat Seluang Mudik via Indonesiakaya

Tari Seluang Mudik adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Kabupaten banyuasin,
Sumatera Selatan. Tarian ini merupakan tari kreasi yang menceritakan tentang tingkah laku dan juga
gerak-gerik ikan seluang di musim seluang mudik.
Ikan Seluang atau nama latinnya Rasbora Argrytaenia merupakan jenis ikan air tawar yang banyak hidup
di rawa-rawa dan juga banyak berkembang biak di negara Asia Tenggara. Ikan seluang ini juga
mempunyai kebiasaan unik, yaitu selalu berkumpul dan juga berpindah tempat secara bergerombol
serla bersamaan. Fenomena unik pada ikan seluang mudik inilah yang kerap dijumpai setiap tahun di
rawa atau danau di Provinsi Sumatera Selatan.

8. Tari Adat Madik (Nindai)

Tari Madik (Nindai) merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal Provinsi Sumatera Selatan.
Tarian ini kerap dipakai oleh masyarakat disana dalam acara menifai calon menantunya. Di Provinsi
Sumatera Selatan sendiri terdapat kebudayaan dimana orang tua dari mempelai pria akan berkunjung
ke rumah besan guna menilai calon mantunya. Proses menilai dan juga melihat inilah yang disebut
dengan Nindai atau Madik.

9. Tari Adat Putri Bekhusek

Tari Adat Putri Bekhusek via Blogger

Kata Bukhsek pada tarian ini artinya adalah bermain. Sesuai dengan namanya bahwa tarian ini artinya
adalah tarian putri yang sedang bermain. Tari Putri Bekhusek merupakan salah satu tarian yang berasal
dari Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini sekaligus juga melambangkan
kemakmuran daerah setempat dan juga Provinsi Sumatera Selatan pada umumnya.

10. Tari Adat Tanggai

Tari Adat Tanggai via Wikipedia

Tari Tanggai merupakan salah satu tari tradisional yang berasal dari kebudayaan masyarakat Palembang
di Sumatera Selatan. Tarian ini merupakan tarian selamat datang atau tari penyambutan tamu dan
sebagai bentuk penghormatan. Tari Tanggai adalah salah satu tarian tradisional yang cukup populer di
Sumatera Selatan khususnya di Palembang.
Tidak ada yang tahu secara persis bagaimana sejarah tari tanggai ini dimulai, tetapi menurut beberapa
sumber bahwa asal usul dari Tari Tanggai bermula dari sebuah tradisi atau sebuah ritual persembahan
masyarakat Budha di Provinsi Sumatera Selatan terhadap para dewa. Pengaruhnya kebudayaan
Tionghoa di dalam tarian ini juga sangat kental mengingat dahulu kala kerajaan Sriwijaya yang berpusat
di Provinsi Sumatera Selatan merupakan pusat penyebaran agama Budha di Indonesia.

Baca juga: Tarian Adat Sulawesi Utara

11. Tari Adat Pagar Pengantin

Tari Adat Pagar Pengantin via Blogger

Tari Pagar Pengantin mempunyai arti khusus yakni melambangkan sebuah perpisahan para pengantin
perempuan dari masa remajanya serta dengan kedua orang tuanya. Dimana sesudah menikah mereka
akan menjadi tanggung jawab suami. Tari Pagar Pengantin merupakan tarian tradisional yang berasal
dari Palembang Sumatera Selatan. Tari Pagar Pengantin umumnya akan ditampilkan saat ketika resepsi
pernikahan.

12. Tari Adat Gending Sriwijaya

Tari Adat Gending via Kamerabudaya

Tarian ini merupakan tarian kolosal dari peninggalan kerajaan Sriwijaya. Dahulunya tarian ini hanya
dipentaskan oleh kalangan internal kerajaan saja sebagai tarian penyambutan bagi para tamu kerajaan.
Saat ini Tan Gending Sriwijaya kerap dipentaskan oleh masyarakat Palembang didalam berbagai acara
seperti pernikahan, pertemuan instansi pemerintahan sampai dalam berbagai perhelatan budaya.

13. Tari Adat Tenun Songket

Tari Adat Tenun Songket via Silontong

Tari Tenun Songket merupakan tarian khas Sumatera Selatan yang terinspirasi dari tradisi menenun
masyarakat Palembang. Seperti diketahui, Kain Songket Palembang merupakan peninggalan Kerajaan
Sriwijaya yang kini menjadi salah satu jenis tekstil terbaik di dunia.
Tari Tenun Songket atau Tari Rampak Kipas Songket Brada menggambarkan ketekunan dan kegembiraan
gadis Palembang saat menenun. Jumlah penarinya dinamis, namun biasanya lima penari perempuan.
Mereka menggunakan baju kurung serta kain songket, ada juga properti berupa kipas.

14. Tari Adat Kebagh

Tari Adat Kebagh via Blogger

Tari Kebagh atau Tari Kemban Bidudari atau Tari Bidudari ini tercipta di Dusun Padang Langgar atau
sekarang disebut Dusun Pelang Kenidai. Tari ini dahulu kala dilakukan oleh para bidudari atau bidadari.
Dikisahkan sebelum terbang kekayangan, bidadari bungsu menarikan tari ini. Tari Kebagh sendiri tidak
asal ditampilkan.

Tari ini untuk menyambut petinggi atau raja pada jaman dahulu. Bahkan, untuk sebelum membawakan
Tari Kebagh harus dilaksanakan beberapa ritual agar berjalan lancar dan para penari tampil secantik
bidadari. Tari Kebagh dibawakan dengan iringan musik khas dan pakaian khas Besemah. Tari ini memiliki
gerakan seraya terbang dengan tangan melambai-lambai. Tari Kebagh merupakan tari khas Besemah
yang sudah ada sejak zaman nenek moyang dahulu.

Baca juga: Tarian Adat Sulawesi Selatan

15. Tari Adat Kubu

Tari Adat Kubu via Indonesiakaya

Tari Kubu adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari Suku Kubu. Suku Kubu merupakan suku
yang menetap di perbatasan antara Provinsi Jambi dan Sumatera Selatan. Kehidupannya yang masih
semi-nomaden pada sekitar hutan Taman Nasional Bukit 12, menjadikan masyarakat Kubu ini masih
mempunyai pola kehidupan yang homogen. Hal itu terlihat dari pola mata pencarian masyarakat Suku
Kubu yang masih terfokus dikegiatan berladang dan berburu.
Tari kreasi Kubu ini lahir karna terinspirasi dari kebiasaan masyarakat kubu yang melakukan upacara
pengobatan tradisional untuk menyembuhkan orang yang sedang sakit.Tarian ini ditarikan oleh 5 (lima)
orang laki-laki dan 5 (Iima) orang perempuan. dengan mengenakan pakaian yang umumnya digunakan
oleh masyarakat suku Kubu dalam kesehariannya.

16. Tari Adat Mejeng Besuko

Tari Adat Mejeng Besuko via Blogger

Tari Mejeng Besuko merupakan tarian yang berasal dari provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini
merupakan warisan budaya dari nenek moyang kita pada zaman dahulu, dikarenakan pada zaman
dahulu tidak ada iringan music yang seperti sekarang membuat tarian pada zaman dahulu tidak terlihat
menarik dan terkesan kuno.

Gerakan-gerakan dari tarian yang ada sekarang pun tidak lebih pastilah mengikuti perkembangan zaman
yang dahulu, dimana seperti yang kita tahu gerakan-gerakan yang ada sekarang adalah merupakan
pembaharuan dari gerakan-gerakan yang sudah ada terlebih dahulu pada masa nenek moyang kita.

17. Tari Adat Gegerit

Tari Adat Gegerit via Indonesiakaya

Secara etimologi kata Gegerit ini dapat diartikan dengan lelah atau capek. Tarian ini merupakan tari
tradisional Lahat yang menceritakan tentang sebuah perjuangan kaum perempuan di dalam
menghadapi penjajahan. Hal tersebut tergambar pada gerakan setengah jongkok sambil terus
memainkan sayap-sayap di bahu.

Tari Gerigit biasanya ditarikan oleh 4 (empat) orang penari yang keseluruhannya seorang perempuan.
Para penari ini mengenakan baju adat Lahat berwara merah marun. Di bagian bahunya terdapat kain
songket yang menyerupai sayap. Sementara itu pada bagian kepala dihias dengan berbagai hiasan
seperti ayun-ayun, cempako, pilis, dan teratai. Tari tradisional gegerit ini merupakan tarian yang sejak
dahulu selalu ditarikan secara turun temurun oleh masyarakat Lahat.
Baca juga: Tarian Adat Sulawesi Tenggara

18. Tari Adat Kipas Serumpun

Tari Adat Kipas Serumpun via Google Image

Tari Kipas Serumpun adalah tari kreasi yang berasal dari Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera
Selatan. Tari Kipas Serumpun ini mengandung makna tentang pentingnya sikap gotong-royong antara
sesama manusia. Sikap gotong-royong ini menyatu dalam kegembiraan yang tergambar didalam sebuah
pesta rakyat. Tarian ini juga menceritakan tentang jalinan persahabatan diantara masyarakat. Banyuasin
sendiri merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan yang dihuni banyak suku dan
agama. Tari Kipas Serumpun inilah yang kemudian diciptakan dan digunakan untuk menyatukan mereka
dalam kegembiraan.

PROMOTED CONTENTMgid

Wujudkan impian anda bersama HSBC Advance

Serune Kalee Dikenal sebagai Alat Musik Tradisional Aceh

23 Pengertian Pajak Menurut Para Ahli, Indonesia dan Luar Negeri

19. Tari Adat Rodat Cempako

Tari Adat Rodat Cempako via Blogger

Tari Rodat Cempako merupakan tarian tradisional yang berasal dari kebudayaan masyarakat Provinsi
Sumatera Selatan yang dipengaruhi oleh gerakan dari Timur Tengah. Tarian ini adalah salah satu tarian
masyarakat Provinsi Sumatera Selatan yang bernafaskan agama Islam.

20. Tari Sebimbing Sekundang


Tari Sebimbing Sekundang via Youtube

Tari Sebimbing Sekundang merupakan tari tradisional yang berasal dari kebudayaan masyarakat di
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Tarian ini umumnya akan ditampilkan dalam penyambutan para tamu
kehormalan yang sedang berkunjung di daerah ini. Dalam pertunjukannya Tari Sebimbing Sekundang
dapat dipentaskan baik itu di dalam gedung maupun di tempat terbuka dan dilakukan sebanyak 9
penari.

Dimana 1 orang puteri akan membawa tepak, 2 orang penari akan membawa rempah-rempah, 1 orang
akan membawa payung agung dan 2 orang akan menjadi pengawal. Tepak atau Pengasan sendiri adalah
sarana utama pada tarian tradisional ini dan berisikan daun sirih yang sudah diracik dengan
menggunakan getah gambir sehingga sudah siap untuk disuguhkan kepada tamu kehormatan sebagai
bentuk penerimaan dan juga pengakuan dari masyarakat Kabupaten Ogan Komering Ulu

Propinsi Sumatera Selatan sejak berabad yang lalu dikenal juga dengan sebutan Bumi Sriwijaya, pada
abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi wilayah ini merupakan pusat kerajaan Sriwijaya yang juga terkenal
dengan kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara. Gaung dan pengaruhnya bahkan sampai ke
Madagaskar di Benua Afrika. Sejak abad ke-13 sampai abad ke-14, wilayah ini berada di bawah
kekuasaan Majapahit. Selanjutnya wilayah ini pernah menjadi daerah tak bertuan dan bersarangnya
bajak laut dari Mancanegara terutama dari negeri china Pada awal abad ke-15 berdirilah Kesultanan
Palembang yang berkuasa sampai datangnya Kolonialisme Barat, lalu disusul oleh Jepang. Ketika masih
berjaya, kerajaan Sriwijaya juga menjadikan Palembang sebagai Kota Kerajaan.

Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 12Pemerintah Kabupaten dan 4 Pemerintah
Kota, beserta perangkat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pemerintah Kabupaten dan Kota
membawahi Pemerintah Kecamatan dan Desa/Kelurahan. Pemerintahan Kabupaten/Kota tersebut
sebagai berikut :

Kab. Ogan Komering Ulu (Ibukota Baturaja)

Kab. Ogan Komering UluTimur (Ibukota Martapura)

Kab. Ogan Komering UluSelatan(Ibukota Muara Dua)

Kab. Ogan Komering Ilir (Ibukota Kayu Agung)

Kab. Muara Enim (Ibukota Muara Enim)

Kab. Lahat (Ibukota Lahat)


Kab. Musi Rawas (Ibukota Muara Beliti)

Kab. Musi Banyuasin (Ibukota Sekayu)

Kab. Banyuasin (Ibukota Pangkalan Balai)

Kab. Empat Lawang (Ibukota Tebingtinggi)

Kota Ogan Ilir (Ibukota Indralaya)

Kota Palembang (Ibukota Palembang)

Kota Pagar Alam (Ibukota Pagar Alam)

Kota Lubuk Linggau (Ibukota Lubuk Linggau)

Kota Prabumulih (Ibukota Prabumulih)

Kabupaten Panukal Abab lematang Ilir (Ibukota Talang Ubi)

Kabupaten Panungkal Abab Lematang Ilir (PALI) merupakan kabupaten yang baru dimekarkan dari
kabupaten induk Muara Enim dengan Undang Undang No 7 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Kabupaten Panukal Abab Lematang Ilir.

Jumlah agama yang menjadi bahasan ini hanya meliputi 5 agama yaitu : Islam, Khatolik, Kristen, Budha
dan Hindu. Di tahun 2003 persentase pengikut agama Islam sebesar 95,16 persen, Budha 1,53 persen,
Khatolik 1,29 persen, Kristen 1,16 persen dan Hindu 0,86 persen.

Hubungan sosial terutama di dasarkan kepada semangat kebangsaan, walaupun dalam kehidupan
sehari-hari sangat dipengaruhi oleh adat istiadat, seperti dalam bercakap-cakap atau cara bicara yang
sopan. Pada umumnya penduduk Sumatera Selatan sangat hormat kepada para tamu dan pengunjung
yang berasal dari daerah lain. Gaya hidup mereka sangat dipengaruhi oleh era modernisasi. Sebagian
besar penduduk sangat terbuka dalam perilaku mereka terutama dengan aspek positif serta menyambut
baik reformasi dan inovasi terutama yang berkaitan dengan konsep pembangunan. Seperti halnya
dengan provinsi lain yang ada di Sumatera Selatan dibagi habis menjadi kabupaten dan kota.
Kabupaten / kota dibagi menjadi kecamatan. kecamatan dibagi lagi menjadi desa. desa dan kelurahan-
kelurahan. Jumlah desa di Sumatera Selatan sebanyak 343. Dan Jumlah kecamatan sebanyak 149 buah.
Dengan jumlah penduduk sekitar 6,7 juta jiwa (3,29 %)

Untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat setiap aparat pemerintahan Sumatera
Selatan menegakkan prinsip-prinsip pemerintahan yang bersih dan bertanggungjawab. Ciri khas dari
pemerintah seperti ini adalah efektif, efisien, transparan, partisipatif, responsif dan \'accountable\'
dengan indikasi terjalin satu sama lain.

Lambang Sumsel :

Lambang Sumatera Selatan berbentuk perisai bersudut lima. Di dalamnya terdapat lukisan bunga
teratai, batang hari sembilan, jembatan Ampera, dan gunung serta di atasnya terdapat atap rumah khas
Sumatera Selatan.

Bunga teratai berkelopak lima berarti keberanian dan keadilan berdasarkan Pancasila. Batang hari
sembilan adalah nama lain provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sembilan sungai. Jembatan Ampera
merupakan ciri yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Selatan. Gunung memiliki makna
daerah pegunungan yang banyak terdapat di Sumatera Selatan. Sedangkan atap khas Sumatera Selatan
yang berujung 17 dan 8 garis genting dan 45 buah genting merupakan simbol kemerdekaan RI pada
tanggal 17 Agustus 1945.

Anda mungkin juga menyukai