Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelaksanaan study lapangan ini merupakan kegiatan sekolah yang tidak diwajibkan atau
diharuskan diikui oleh seluruh siswa/ i kelas XI (sepuluh). Akan tetapi distudy lapangan ini
kita dapat menambah pengetahuan kita tentang tempat bersejarah dengan menelitinya secara
langsung. Study lapangan ini juga dilakukan di tempat besejarah lainnya. Diantaranya adalah
musium Balla Lompoa, Benteng Fort Rotterdam, Taman Prasejarah Leang Leang.

Objek wisata pertama yaitu Museum Balla Lompoa. Alasan dipilihnya mesium
Ballalompoa ini, untuk mengetahui lebih jelas gambaran salah satu tempat yang tepat sebagai
objek kegiatan pengamatan bagi peserta didik karena dapat memberi pengetahuan mengenai
benda-benda pusaka kerajaan Gowa, dan lain-lain.

Museum Ballalompoa berfungsi sebagai tempat menyimpan koleksi benda-benda


Kerajaan Gowa. Benda-benda bersejarah tersebut dipajang berdasarkan fungsi umum setiap
ruangan pada bangunan museum. Di bagian depan ruang utama bangunan, sebuah peta
Indonesia terpajang di sisi kanan dinding. Di ruang utama dipajang silsilah keluarga
Kerajaan Gowa mulai dari Raja Gowa I, Tomanurunga pada abad ke-13, hingga Raja Gowa
terakhir Sultan Moch Abdulkadir Aididdin A. Idjo Karaeng Lalongan (1947-1957). Di
ruangan utama tesrebut terdapat sebuah singgasana yang di letakkan pada area khusus di
tengah-tengah ruangan. Beberapa alat perang, seperti tombak dan meriam kuno, serta sebuah
payung lalong sipue (payung yang dipakai raja ketika pelantikan) juga terpajang di ruangan
ini.

Kedua , yaitu Monumen Mandala

Objek wisata yang terakhir yaitu Taman Prasejarah Leang Leang. Di Sulawesi Selatan
tepatnya di kabupaten Maros terdapat tempat yaitu gua yang sering dsebut oleh masyarakat
setempat dengan Leang leang. Diperkirakan sebagai tempat tinggal manusia purbakal 5000
tahun yang lalu sebelum masehi. Terdapat dua gua yaitu
a. Leang Pattae, terletak pada posisi astronomis 04o58’44,6” LS dan 119o40’30.5” BT
dengan ketinggian 50 m dari permukaan laut. Arah mulut gua menghadap kesebelah
barat dengan ukuran tinggi 8 m dan lebar 12 m. Suhu udara dalam gua sekitar 30 oC
dengan kelembaban 70 % dalam rongga gua. Sementara kelembaban dinding gua
berkisar antara 15 % - 25 %.
b. Gua Petta Kere berada 300 meter di sebelah Gua Pettae.Mulut gua menghadap ke
barat. Terdapat teras pada mulut gua selebar satu atau dua meter yang berfungsi
sebagai pelataran gua. Peninggalan yang ditemukan pada gua ini adalah dua gambar
babi rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata panah.Untuk
mencapai gua ini wisatawan harus mendaki 64 anak tangga.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana sejarah museum Balla Lompoa?
b. Bagaimana sejarah Benteng Monumen Mandala
c. Bagaimana sejarah Taman Prasejara Leang Leang

1.3 Maksud dan Tujuan


a. Untuk melihat secara langsung benda-benda pusaka kerajaan Gowa.
b. Untuk menambah pengetahuan tentang sejarah Kerajaan Gowa

1|Page
c. Untuk mengetahui letak Kerajaan Gowa
d. Untuk melihat secara langsung benteng peninggalan kerajaan Gowa-Tallo
e. Untuk mengetahui letak benteng yang digunakan oleh kerajaan Gowa dalam melawan
penjajah.
f. Mempelajari, memahami dan memperdalam wawasan kehidupan manusia dimasa
lampau, 5000 tahun sebelum masehi.
g. Memahami bagaimana cara masyarakat dulu dapat bertahan hidup

1.4 Metode Penelitian


Penelitian ini menggunakan metode antara lain:
a. Turun langsung ke lokasi tempat bersejarah yaitu:
1) Balla Lompoa.
2) Monumen Mandala
3) Taman Prasejarah Leang Leang.
b. Melakukan wawancara langsung kepada salah satu pemandu wisata atau yang
menangani langsung tempat wisata tersebut.

1.5 Manfaat Penelitian


a. Menambah wawasan siswa.
b. Menggali potensi siswa untuk dimanfaatkan sebagai sarana menambah nilai sosial
dan rasa ingin tahu perkembangan sejarah Indonesia.
c. Untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air.
d. Meningkatkan ketaqwaaan atas ciptaan Tuhan YME.

1.6 Lokasi dan Waktu


Hari/Tanggal : Jumat/25 Maret 2016
Lokasi : Balla Lompoa, Monumen Mandala , Taman Prasejara Leang-
Leang.
Waktu Penelitian : Diluar jam Sekolah

2|Page
BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2.1 BALLA LOMPOA

2.1.1 Sejarah Singkat Mesium Ballalompoa


Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari Istana Kerajaan Gowa yang
didirikan oleh pemerintahan Raja Gowa ke-31 pada tahun 1936. Arsitektur bangunan
ini berbentuk rumah khas orang Bugis, yaitu rumah panggung yang terbuat dari kayu
ulin atau kayu besi. Dibangun di atas lahan seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar
tembok yang tinggi.

Bangunan ini terdiri dari dua bagian, ruang utama seluas 60 x 40 meter yang di
dalamnya terdapat kamar pribadi raja, tempat penyimpanan benda-benda bersejarah,
bilik kerajaan dengan luas masing-masing bilik berukuran 6 x 5 meter, dan ruang teras
(ruang penerima tamu) seluas 40 x 4,5 meter. Bangunan ini banyak dilengkapi jendela
yang merupakan cirri khas rumah bugis dengan ukuran masing-masing jendela adalah
0,5 x 0,5 meter. Museum ini merupakan tempat penyimpanan koleksi benda-benda
Kerajaan Gowa.

Museum Balla Lompoa ini terletak di Jalan Sultan Hasanuddin No. 48


Sungguminasa, Somba Opu, Kabupaten Gowa, yang berbatasan langsung dengan
Kota Makassar.

Museum Balla Lompoa merupakan sebuah museum kerajaan di wilayah Sulawesi


Selatan yang koleksinya sangat mengesankan bagi saya ketika memiliki kesempatan
berkunjung ke tempat itu. Museum Balla Lompoa menempati sebuah rumah
panggung khas Makassar, Sulawesi Selatan dan menyimpan benda-benda pusaka dan
berharga yang merupakan sebagian dari peninggalan Kerajaaan Gowa.

Tampak depan rumah panggung Museum Balla Lompoa. Rumah panggung yang
ditempati Museum Balla Lompoa ini pada mulanya ada sebuah istana kerajaan, yang
dibangun pada tahun 1936 oleh Raja Gowa XXXI, bernama Mangngi-mangngi Daeng
Matutu, dengan gaya bangunan berarsitektur Makassar yang khas.

Struktur bangunan Museum Balla Lompoa ini dibuat dari kayu Ulin
(Eusideroxylon zwageri), yang juga dikenal dengan sebutan kayu besi yang berat dan
keras. Bangunan Museum Balla Lompoa ini dipercaya merupakan rumah panggung
dengan struktur bangunan terbuat dari kayu yang terbesar di dunia.

Balla Lompoa yang terletak di pusat kota Sungguminasa ini adalah salah satu sisa
peninggalan kejayaan kerajaan Gowa, kerajaan yang pada abad XVI sempat begitu
berjaya sebagai salah satu kerajaan besar di Nusantara. Pusat kerajaan Gowa
sebenarnya berpindah-pindah, sebelumnya kerajaan Gowa berada di bukit Tamalate

3|Page
sebelum Raja Gowa IX Tumapakrisika Kallongna memindahkan pusat kerajaan ke
delta sungai Jeneberang dan membangun Benteng Somba Opu.

Keputusan ini sangat tepat, sejak pemindahan pusat kerajaan di tahun 1510
perlahan-lahan kerajaan Gowa tumbuh pesat sebagai pusat perdagangan
menggantikan Malaka yang jatuh ke tangan Portugis tahun 1511. Kejayaan kerajaan
Gowa berlangsung selama satu abad lebih sebelum akhirnya jatuh ke tangan VOC
lewat perang Makassar yang panjang dan melelahkan. 18 November 1667 lewat
perjanjian Bungayya, kerajaan Gowa di bawah kepemimpinan Sultan Hasanuddin
mengakui kekalahan dari VOC. Kerajaan Gowapun perlahan-lahan mengalami
kemunduran.

Sejak saat itu benteng Somba Opu yang pernah tenar sebagai pusat perdagangan
dunia perlahan redup dan ditinggalkan. Sultan Hasanuddin memindahkan kembali
pusat kerajaan ke daerah perbukitan, terakhir Raja Gowa XXXV I Mangimangi
Daeng Matutu Karaeng Bonto Nompo Sultan Muhammad Tahur Muhibuddin
Tuminanga ri Sungguminasa membangun Balla Lompoa di kota Sungguminasa pada
tahun 1936 yang sekaligus jadi istana terakhir kerajaan Gowa yang bisa dilihat sampai
sekarang.

Balla Lompoa atau yang dalam bahasa Makassar berarti rumah besar menjadi
salah satu sisa kerajaan Gowa yang bisa dilihat hari ini. Di sebelahnya berdiri sebuah
istana yang jauh lebih besar, didirikan oleh pemerintahan kabupaten Gowa sejak
tahun 2007 dan dijadikan bangunan serbaguna untuk acara pemerintahan maupun
acara perkawinan.

Sebagai sisa sebuah kerajaan besar seperti Gowa, Balla Lompoa sama sekali tidak
sebanding. Isi museum tidak menampakkan betapa besarnya kerajaan Gowa di jaman
lampau. Isi museum lebih banyak berisi benda-benda biasa yang jumlahnya tidak
seberapa. Museum ini juga tidak menampakkan fakta-fakta kejayaan kerajaan Gowa
atau keuletan mereka melawan orang-oranng Belanda yang ingin menguasai
Nusantara beratus-ratus tahun yang lalu.

4|Page
2.1.2 Koleksi Yang di Miliki Oleh Mesium Ballalompoa
Museum BallaLompoa menyimpan koleksi benda-benda berharga yang tidak
hanya bernilai tinggi karena nilai sejarahnya, tetapi juga karena bahan
pembuatannya dari emas atau batu mulia lainnya. Di museum ini terdapat sekitar
140 koleksi benda-benda kerajaan yang bernilai tinggi, seperti mahkota, gelang,
kancing, kalung, keris dan benda-benda lain yang umumnya terbuat dari emas murni
dan dihiasi berlian, batu ruby, dan permata. Di antara koleksi tersebut, rata-rata
memiliki bobot 700 gram, bahkan ada yang sampai atau lebih dari 1 kilogram. Di
ruang pribadi raja, terdapat sebuah mahkota raja yang berbentuk kerucut bunga
teratai (lima helai kelopak daun) memiliki bobot 1.768 gram yang bertabur 250
permata berlian. Di museum ini juga terdapat sebuah tatarapang, yaitu keris emas
seberat 986,5 gram, dengan pajang 51 cm dan lebar 13 cm, yang merupakan hadiah
dari Kerajaan Demak. Selain perhiasan-perhiasan berharga tersebut, masih ada
koleksi benda-benda bersejarah lainnya, seperti: 10 buah tombak, 7 buah naskah
lontara, dan 2 buah kitab Al-Quran yang ditulis tangan pada tahun 1848.

Banyak koleksi bernilai tinggi yang dimiliki Museum Balla Lompoa yang
terbuat dari emas. Salah
satunya adalah Mahkota
Raja terbuat dari emas
dengan bentuk lima
bunga teratai, dihiasi
dengan batu permata
yang anggun.

Masih banyak lagi


koleksi perhiasan yang
disimpan di Museum
Balla Lompoa yang
terbuat dari emas dengan berbagai bentuk dan ornamen yang semuanya terlihat sangat
indah dan mengesankan. Sebagian dari koleksi itu merupakan pemberian dari
pemerintah asing atau kerajaan di Jawa.

5|Page
( Pakaian Adat keturunan bangsawan dikerajaan Gowa)

( Bosara, digunakan oleh bangsawan dikerajaan Gowa untuk menjamu tamu )

6|Page
2.2 MONUMEN MANDALA
2.2.1 Di pusat Kota Makasar terdapat sebuah Monumen yang bernama Monumen Mandala.
Monument Mandala ini dibangun untuki mengenang Pembebasan Irian Barat. Monument ini
teletak di jl. Jendral Sudirman, tak jauh dari lapangan kaberosi, sehingga untuk menuju monument
ini dapt ditempuh dengan berjalan kaki.

Dalam sejarah dari Monument Mandala ini terdapat berbagaimacam relief dan diorama
tentang perjuangan Pembebasan Irian Barat. Bangunan monument berbentuk segitiga sama sisi
ini terlihat begitu menawan dan elegan dilengkapi dengan menara yang menjulang timnggi
sekitar 75 meter dari permukaan tanah. Bangunan yang berbentuk segitiga merupakan symbol
dari Trikora (Tiga Komando Rakyat). Pada bagian bawah dan atas bangunan terdapat relief yang
berbentuk kobaran api menandakan semangat juang Trikora. Monument Trikora yang beralntai
duan ini menyimpan banyak keunikan disetiap lantainya.

Pada lantai pertama terdapat berbagai macam relief dan juga 12 diorama. Diorama yang terdapat
dilantai pertama menceritakan gambaran perang yang terjadi di Makassar hingga peristiwa Andi
Azis. Pada lanatai kedua juga terdapat diorama yang menggambarkan perjuangan pembebasan
Irian Baratserta mengembalikannya ke NKRI. Selain itu tiga relief pada lantai ini menggambarkan
rapat atau diskusi guna membahas rencana atau strategi yang akan digunakan dalam pembebasan
Irian Barat, relief Tiga Komando Rakyat (Trikora) dan relief Jenderal Basuki Mawa Bea.

Ada pula ruang – ruang yang dimanfaatkan sebagai ruang gallery serta ruang pertemuan. Selain
itu di bagian belakang Monumen Mandala juga terdapat sebuah panggung yang biasa digunakan
untuk acara – acar tertentu yang diadakan oleh PEMKAB setempat untuk menghibur masyarakat
kota Makasar.

7|Page
Jadi anda saat anda berkunjung ke Makasar kurang lengkap rasanya jikan anda tidak
menyempatkan untuk mampir ke tempat wisata daerah Monumen Mandala. Sebab selain di
sini anda bisa mengetahui tentang cerita perjuanan Trikora anda juga bisa menikmati
keindahan serta hiburan yang terdapat disekitar Monumen Mandala.

Tempat ini sangat terjangkau sehingga anda bisa menggunakan kendaraan apa saja untuk
sampai ke tempat sejarah Monumen Mandala ini. Untuk masuk ke dalam Monumen
Mandala ini anda hanya dikenakan biaya tiket masuk sebesar Rp. 10.000,-/kepala. Selamat
berkunjung

8|Page
2.2 TAMAN PRASEJARAH LEANG LEANG

2.2.1 Sejarah Singkat Taman Prasejarah Leang Leang


Taman Prasejarah Leang-Leang merupakan taman prasejarah Kabupaten
Maros.Leang-leangdalam bahasa lokal berarti gua. Di sekitar Taman Prasejarah ini
terdapat banyak gua yang memiliki peninggalan arkeologis yang sangat unik dan
menarik. Pada tahun 1950, VanHeekeren dan Miss Heeren Palm menemukan
gambar gua prasejarah (rock painting) yangberwarna merah di Gua Pettae dan Petta
Kere. Van Heekeren menemukan gambar babi rusayang sedang meloncat yang di
bagian dadanya tertancap mata anak panah, sedangkan MissHeeren Palm
menemukan gambar telapak tangan wanita dengan cat warna merah. Menurut para
ahli arkeologi, gambar atau lukisan prasejarah tersebut sudah berumur sekitar 5000
tahun silam. Dari hasil penemuan itu, mereka menduga bahwa gua tersebut telah
dihunisekitar tahun 8000-3000 sebelum Masehi. Untuk melestarikan dan
memperkenalkan gua-gua yang merupakan sumber informasi prasejarah tersebut,
maka sejak tahun 1980-an pemerintah setempat mengembangkannya menjadi tempat
wisata sejarah dengan nama Taman Wisata Prasejarah Leang-Leang. Saatini,
pemerintah setempat telah
merencanakan membangun beberapa
sarana dan prasarana disekitar tempat
wisata tersebut, seperti
cottage,baruga (Gedung) pertemuan
dan saluran airbersih.
Adapun penjelasan dari bapak
H.Lahab bahwa;
 Dalam gua tersebut terdapat
dua situs yaitu Gua Pettae dan
Gua Pettakere yang berada
tidak jauh dari gua pettae itu
sendiri.
 Dalam leang pettae ditemukan
gambar telapak tangan dan
gambar babi rusa.
 Adapun yang menemukan gambar tangan itu yaitu Miss Heeren Palm pada tahun
1950.

Adapun makna gambar tangan tersebut yaitu sebagai simbol kekuatan untuk
mencegah roh- roh jahat yang akan menggangu mereka, sementara yang empat
gambar tersebut berarti Gambar-gambar pada dinding gua dan alat-alat yang mereka
tinggalkan menceritakan kehidupan sosial mereka, termasuk aktivitas dari
kepercayaan yang mereka anut saat itu. Salah satu gambar telapak tangan
diperkirakan sebagai cap telapak tangan milik salah satu anggota suku yang telah
mengikuti ritual potong jari. Ritual itu dilakukan sebagai tanda berduka atas kematian
orang terdekatnya.

9|Page
Sedangkan yang menemukan
gambar babi rusa yaitu Van
Heekeren pada tahun yang
sama yang keduanya
berkebangsaan Belanda.
Sementara gambar
babi itu, mereka berharap
bahwa buruannya dapat
berhasil karena pada waktu
dulu mata pencaharian
mereka berburu dan
mengumpulkan makanan.

Jadi alat yang dipakai untuk menggambar yaitu okar atau batu yang berwarna
merah dan dari tumbuh-tumbuhan kemudian dicampur, ada juga cara untuk bikin
gambar tangan, yaitu tangannya ditempel lalu alatnya dikunyah kemudian disembur
lewat mulut, sementara gambar babinya dicoret-coret. Suku yang pernah tinggal di
gua ini adalah suku toala mereka datang dari utara pilifine mongoloid, jadi gambar
tersebut diperkirakan 5000 tahun sebelum masehi. Jadi dulu ada namanya saman batu
tua, pertengahan, batu baru. Kalau saman batu tua itu dalam leang pettae bila
makanannya habis maka dia akan berpindah lagi, nanti pada saman batu pertengahan
mereka sudah mulai tinggal menetap dan berkelompok-kelompok sekitar 25-30 orang
dalam satu kelompok. Selanjutnya bapak H.Lahab memberikan gambaran bahwa dulu
daerah sekitar leang-leang pernah terjadi pasang-surut antara tahun 3000-1000
sebelum masehi, jadi daerah sekitar leang-leang pernah menjadi laut terbukti dengan
ditemukannya fosil kulit kerang. Di sekitar Taman Prasejarah Leang-Leang juga
terdapat banyak gua-gua lainnya yang memiliki karakteristik berbeda dan menyimpan
peninggalan prasejarah dengan masing-masing keunikannya, seperti: Leang Bulu
Ballang yang menyimpan senjumlah mollusca, porselin dan gerabah, serta dinding-
dindingnya dapat dimanfaatkan sebagai areal panjat tebing; Leang Cabu yang sudah
sering dijadikan sebagai tempat latihan para pemanjat tebing, dan di hadapan mulut
leang ini, tampak aktivitas pertambangan batu kapur serta hamparan sawah yang luas;
dan Leang Sampeang yang memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh
leang lainnya, yaitu terdapat gambar manusia berwarna hitam. Kesemua leang
tersebut memiliki jarak yang relatif dekat antara satu dengan yang lainnya, sehingga
mudah untuk dikunjungi. Untuk menapaki akes ke leang petta kere yang melewati
anak tangga yang curam, menurut pemandu Leang Petta Kere, berada 300 m di
sebelah timur Leang Pettae pada posisi
04º5843.2"LS dan 119º4034.2"BT.
Leang ini berada pada ketinggian 45 m
dpl dan 10 m dpl. Meskipun berada
pada tebing bukit, pada bagian pintu
gua yang menghadap kesebelah barat
masih terdapat lantai yang menjorok
keluar selebar 1-2 m danberfungsi
sebagai pelataran gua. Leang Petta
Kere termasuk gua dengan tipe
kekartiang. Suhu udara di dalam gua
sekitar 27 C dengan kelembaban

10 | P a g e
rongga gua sekitar65% sementara kelembaban pada dinding gua berkisar antara 17%-
22%. Utuk mencapai gua ini kita harus menaiki anak tangga sebanyak 64 buah.
Peninggalan yang ditemukan pada leang ini berupa 2 gambar babi rusa dan 27
gambar telapak tangan, alat serpih bilah dan mata panah. Dari penemuan-penemuan
yang didapatkan dalam gua leang-leang diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada
saman itu masih menggunakan alat pemotong tradisional, dan mereka sudah
mengenal tentang berburu tapi masih pindah-pindah. Gambar telapak tangan
dipercaya sebgai penolak bala roh jahat yang akan mengganggu. Babai rusa yang
didadanya tertancapa panah sebagai symbol saaat berburu bias berhasil. Telapak
tangan yag berjari empat di yakini sebagai bentuk turut berkabung jika ada anggota
yang meninggal.

11 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dari penelitian tersebut dapat kami simpulkan bahwa:


a. Museum Balla Lompoa merupakan rekonstruksi dari Istana Kerajaan Gowa
yang didirikan oleh pemerintahan Raja Gowa ke-31 pada tahun 1936.
Arsitektur bangunan ini berbentuk rumah khas orang Bugis, yaitu rumah
panggung yang terbuat dari kayu ulin atau kayu besi. Dibangun di atas lahan
seluas satu hektar yang dibatasi oleh pagar tembok yang tinggi.
Bangunan ini terdiri dari dua bagian, ruang utama seluas 60 x 40 meter
yang di dalamnya terdapat kamar pribadi raja, tempat penyimpanan benda-
benda bersejarah, bilik kerajaan dengan luas masing-masing bilik berukuran 6
x 5 meter, dan ruang teras (ruang penerima tamu) seluas 40 x 4,5 meter.
Bangunan ini banyak dilengkapi jendela yang merupakan cirri khas rumah
bugis dengan ukuran masing-masing jendela adalah 0,5 x 0,5 meter. Museum
ini merupakan tempat penyimpanan koleksi benda-benda Kerajaan Gowa.
b. Benteng Fort Rotterdam merupakan Benteng yang dibangun tahun 1545 oleh
Raja Gowa ke-X yang bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng. Pada awalnya bentuk benteng ini adalah
segi empat, seperti halnya arsitektur benteng gaya Portugis. Bahan dasarnya
campuran batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada tanggal 9
Agustus 1634, Sultan Gowa ke-XIV (I Mangerangi Daeng Manrabbia, dengan
gelar Sultan Alauddin) membuat dinding tembok dengan batu padas hitam
yang didatangkan dari daerah Maros. Pada tanggal 23 Juni 1635, dibangun
lagi dinding tembok kedua dekat pintu gerbang. Benteng ini pernah hancur
pada masa penjajahan Belanda. Belanda pernah menyerang Kesultanan Gowa
yang saat itu dipimpin Sultan Hasanuddin, yaitu antara tahun 1655 hingga
tahun 1669. Tujuan penyerbuan Belanda ini untuk menguasai jalur
perdagangan rempah rempah dan memperluas sayap kekuasaan untuk
memudahkan mereka membuka jalur ke Banda dan Maluku. Armada perang
Belanda pada waktu itu dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis
Janszoon Speelman. Selama satu tahun penuh Kesultanan Gowa diserang,
serangan ini pula yang mengakibatkan sebagian benteng hancur. Akibat
kekalahan ini Sultan Gowa dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya
pada tanggal 18 November 1667. Kemudian memasuki ruangan arkeologi
museum la Galigo terdapat beberapa artefak yang berasal dari berbagai tempat
di sulawesi serta kebudayaannya. Museum bersejarah yang terdapat di
kotaMakassar, Sulawesi Selatan ini diberi nama ‘La Galigo’ atas saran
seorang seniman, karena nama ini sangat terkenal di kalangan masyarakat
Sulawesi Selatan. La Galigo adalah salah satu putra Sawerigading Opunna
Ware, seorang tokoh masyhur dalam mitologi Bugis, dari

12 | P a g e
perkawinannya dengan WeCudai Daeng Risompa dari Kerajaan Cina Wajo.
Setelah dewasa, La Galigo dinobatkan menjadi Pajung Lolo (Raja Muda) di
Kerajaan Luwu, pada abad ke-14
c. Taman prasejarah gua Leang-leang di Maros merupakan Tanda peradaban
yang sangat tua tersimpan di Taman Prasejarah Leang-Leang. Bukan fosil
purba, melainkan lukisan di dinding gua. Para arkeolog memperkirakan,
lukisan-lukisan itu dibuat 5.000 tahun silam. Ini adalah obyek wisata yang
unik dan langka. Leang-leang merupakan bagian dari ratusan gua prasejarah
yang tersebar di perbukitan cadas (karst) Maros-Pangkep. Leang dalam
bahasa Makassar berarti gua (Bahasa Indonesia: liang yang berarti lubang).
Obyek wisata prasejarah seperti Leang- leang jarang ditemui di
dunia.Apalagi yang berada di kawasan karst luas. Gua-gua tersembunyi di
antara batu-batu cadas yang menjulang dan kaya akan vegetasi serta biota.
Lukisan dan peninggalan manusia prasejarah di Leang-leang memberikan
petunjuk tentang peradaban nenek moyang manusia.Peninggalan arkeologis
bercerita banyak hal. Adalah Van Heekeren dan Miss Heeren Palm, dua
arkeolog Belanda, yang menemukan gambar-gambar pada dinding gua (rock
painting) di Gua Pettae dan Petta Kere, dua gua di Leang-leang, pada tahun
1950. Gambar-gambar itu dominan berwarna merah. Gua Pettae menghadap
ke barat. Tinggi mulut gua delapan meter dan lebar 12 meter. Peninggalan
yang ditemukan pada gua ini adalah berupa lima gambar telapak tangan, satu
gambar babi rusa meloncat dengan anak panah di dadanya, artefak serpih,
bilah serta kulit kerang yang terdeposit pada mulut gua. Untuk mencapai gua
ini wisatawan harus menaiki 26 anak tangga.Sementara Gua Petta Kere
berada 300 meter di sebelah Gua Pettae.Mulut gua menghadap ke barat.
Terdapat teras pada mulut gua selebar satu atau dua meter yang berfungsi
sebagai pelataran gua. Peninggalan yang ditemukan pada gua ini adalah dua
gambar babi rusa, 27 gambar telapak tangan, alat serpih bilah, dan mata
panah.Untuk mencapai gua ini wisatawan harus mendaki 64 anak tangga.
Gambar-gambar pada dinding gua dan alat-alat yang mereka tinggalkan
menceritakan kehidupan sosial mereka, termasuk aktivitas dari kepercayaan
yang mereka anut saat itu. Salah satu gambar telapak tangan diperkirakan
sebagai cap telapak tangan milik salah satu anggota suku yang telah
mengikuti ritual potong jari. Ritual itu dilakukan sebagai tanda berduka atas
kematian orang terdekatnya.

3.2 SARAN
Sebagai generasi muda, kita harus lebih berfikir bagaimana cara agar artefak-artefak
ini bisaada dan tetap terjaga dari generasi ke generasi agar kelestarian situs-situs sejarah
tetap terjagakeasliannya.

3.3 DAFTAR PUSTAKA


http://www.slideshare.net/ediidris2/laporan-penelitian-sejarah
https://id.wikipedia.org/wiki/Fort_Rotterdam
http://abdulalghifari.blogspot.co.id/
https://www.google.co.id/search?q=laporan+hasil+kunjungan+ke+fort+rotterdam&oq=laporan+&aqs=chro
me.0.69i59l2j69i57j0l3.18920j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8

13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai