Anda di halaman 1dari 20

Kelompok 3

MUSEUM
SONOBUDOYO
5210911050_RIYAN EFENDI
5210911084_RIFKI ZULFAN TRIANTO
5210911125_MUHAMMAD JIHAD
5210911173_HASTHA RAHA PUTRA NUZLULAH
5210911225_SITI ANZAR MUNINGGAR WITAMA
01
MUSEUM SENOBUDOYO
Museum Sonobudoyo adalah museum sejarah dan kebudayaan Jawa, termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa.
Museum ini menyimpan koleksi mengenai budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum
Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8,
museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris dan
topeng Jawa).

Museum Sonobudoyo terdiri dari 2 unit. Museum Sonobudoyo Unit I terletak di Jalan Trikora No. 6 Yogyakarta,
sedangkan Unit II terdapat di Ndalem Condrokiranan, Wijilan, di sebelah timur Alun-Alun Utara Keraton Yogyakarta.

Sonobudoyo Unit I terdiri dari Ruang Pamer Tetap, Ruang Pamer Temporer (ex-Koni), Ruang Pagelaran Wayang, dan
Gedung ex-koleksi. Sonobudoyo Unit II terdiri dari Ruang Storage dan Ruang Perkantoran Pegawai Sonobudoyo.

Museum yang terletak di bagian utara Alun-Alun Utara dari Keraton Yogyakarta itu pada malam hari juga
menampilkan pertunjukkan wayang kulit dalam bentuk penampilan aslinya (dengan menggunakan bahasa Jawa
diiringi dengan musik gamelan Jawa). Pertunjukan wayang kulit ini disajikan secara ringkas dari jam 20.00-22.00
WIB malam pada hari kerja untuk para turis asing maupun turis domestik.
02
SEJARAH
Museum Sonobudoyo berawal dari yayasan, bernama Java Instituut, yang bergerak dalam bidang
Kebudayaan Jawa, Madura, Bali, dan Lombok. Dalam sebuah kongres pada tahun 1924, Java Instituut akan
mendirikan sebuah museum. Kemudian, untuk pengumpulan data kebudayanan daerah Jawa, Madura, Bali,
dan Lombok dilakukanpada tahun 1929. Panitia Perencana Pendirian Museum dibentuk tahun 1931.
Bangunan museum menggunakan tanah bekas "Shouten" berupa tanah hadiah dari Sri Sultan
Hamengkubuwono VIII.

Keberadaan tanah untuk museum ini ditandai dengan sengkalan candra sengkala atau susunan kata-kata
yang bermakna perhitungan tahun "Buta ngrasa estining lata", yakni tahun 1865 Jawa atau tahun 1934
Masehi. Peresmian museum dilakukan pada hari Rabu Wage tanggal 9 Ruwah 1866 Jawa, dimana ditandai
dengan candra sengkala "Kayu Winayang Ing Brahmana Budha". Artinya, tahun Jawa bertepatan dengan 6
November 1935 Masehi. Peresmian Museum Sonobudoyo dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwana VIII.
Museum Sonobudoyo sempat diserahkan kepada pemerintah pusat pada tahun 1974, melalui Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Setelah adanya otonomi daerah, museum menjadi kewenangan provinsi sebagai otonomi daerah dan
bergabung dengan Dinas Kebudayaan dan Periwisata Provinsi DIY pada tahun 2001.
03
BANGUNAN
Museum Sonobudoyo terdiri atas dua unit: Unit 1: Jl. Trikora No. 6 Yogyakarta Unit 2: Jl. Wijilan
Ndalem Condrokiranan Yogyakarta.

Pada prinsipnya bangunan museum berbentuk Jawa. Hal tersebut dapat terlihat antara halaman luar
dengan halaman dalam dipisahkan dengan tembok (cepuri) yang berhiaskan kuncup bunga melati dan
gerbang utama berbentuk semar tinandu.

Museum Sonobudoyo Unit 1 terletak di Jalan Trikora No. 6. Sebelum berubah menjadi jalan Trikora
adalah Jalan Pangurakan karena Museum Berderetan dengan Bangsal Pangurakan. Dalam
perkembangannya tanah museum mengalami perluasan hingga 7.867 m2 dengan 5.031 m2 sebagai
keperluaan penyelenggaraan. Museum Sonobudoyo Unit II saat ini menjadi kantor utama dan ruang
penyimpanan koleksi. Yang sebelumnya berada di Unit I. Sedangkan untuk pengunjung wisata
museum diarahkan ke Unit I dan gedung pameran temporer eks-Koni.
04
KOLEKSI
Jumlah koleksi museum kurang lebih 43.000 dan setiap tahunnya selalu bertambah. Bertambahnya koleksi
melalui hibah, proses ganti rugi, barang titipan, maupun pesanan. Koleksi Museum Sonobudoyo terbagi
menjadi 10 jenis yaitu:

Koleksi Numismatik dan Heraldika


Objek penelitiannya adalah setiap mata uang / alat tukar yang sah, terdiri dari mata uang logam dan mata
uang kertas. Heraldika adalah setiap tanda jasa, lambang dan pangkat resmi (termasuk cap /stempel).

Koleksi Filologi
adalah benda koleksi yang menjadi objek penelitian filologi, misalnya riaskah kuno, tulisan tangan yang
menguraikan sesuatu hal atau peristiwa.

Koleksi Keramologika
adalah koleksi yang dibuat dari bahan tanah liat bakar (baked clay) berupa pecah belah, misalnya: Guci.
05
KOLEKSI
Koleksi Seni rupa
Koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistik melalui objek dua dimensi atau tiga dimensi

Koleksi Teknologi
Benda/kumpulan benda yang menggambarkan perkembangan teknologi yang menonjol berupa peralatan atau
hasil produksi yang dibuat secara massal oleh suatu industri/pabrik, contoh: Gramofon.

Koleksi Geologi
adalah benda yang menjadi objek ilmu geologi, antara lain batuan, mineral, fosil dan benda-benda bentukan
alam lainnya (permata, granit, andesit). Contoh: Batu Barit.

Koleksi Biologi
adalah benda yang menjadi objek penelitian ilmu biologi, antara lain tengkorak atau rangka
manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Misalnya burung (awetan) / dikeringkan.
06
KOLEKSI
Koleksi Arkeologi
adalah benda yang menjadi objek penelitian arkeologi. Benda tersebut merupakan hasil peninggalan manusia
dari zaman prasejarah sampai dengan masuknya pengaruh kebudayaan barat misalnya: Cermin (darpana).

Koleksi Etnografi
adalah benda yang menjadi objek peneiitian ilmu etnografi, benda-benda tersebut merupakan hasil budaya
atau menggambarkan identitas suatu etnis misalnya Kacip.

Koleksi Historika
adalah benda yang bernilai sejarah dan menjadi objek penelitian sejarah. Benda tersebut dari sejarah
masuknya budaya barat sampai dengan sekarang, misalnya senapan laras panjang, Meriam.

Koleksi tersebut dipamerkan di Museum Sonobudoyo unit I dan Museum Sonobudoyo II.
Untuk Sonobudoyo unit I dipamerkan di sembilan ruang
07
RUANG WAYANG

Museum memiliki beberapa jenis wayang salah satunya wayang klithik yang terbuat dari
kayu. Pada tahun 2003, wayang mendapat pengakuan dunia.
08
RUANG TOPENG
Sebagai salah satu bentuk karya seni tradisional Indonesia, Topeng sudah mengalami sejarah perkembangan,
bersamaan dengan nilai-nilai budaya dan nilai seni rupa. Topeng yang tampil dalam bentuk tradisional
mempunyai fungsi sebagai sarana upacara dan pertunjukan.

Dalam adat tradisional yang didukung pemikiran Relegi Magia ada kebiasaan untuk menutup raut muka dengan
lumpur atau menggambar wajah untuk menampilkan ekspresi raut muka pada tarian-tarian ritual. Kebiasaan
mereka-reka wajah tersebut sejalan dengan hasrat untuk mewujudkan citra dari makhluk yang sangat
berpengaruh kepada masyarakat.

Topeng berasal dari kata tutup karena gejala bahasa yang disebut formatif (pembentukan kata), kata tutup
ditambah dengan eng kemudian menjadi tupeng. Kemudian mengalami perubahaan menjadi topeng.
09
RUANG PRASEJARAH
Ruang ini menyajikan benda-benda peninggalan masa prasejarah yang menggambarkan cara hidup manusia pada
masa itu meliputi berburu, mengumpulkan dan rneramu makanan. Pada tingkat selanjutnya manusia mulai
bercocok tanam secara sederhana serta melakukan upacara- upacara yang berhubungan dengan religi
(kepercayaan kepada roh nenek moyang, penguburan dan kesuburan)
10
RUANG JAWA TENGAH

Di ruang ini memamerkan ukiran kayu yang terkenal dari Jawa Tengah yaitu
Jepara seperti gebyog patang aring. Selain itu terdapat keris dan senjata tajam
lainnya dengan berbagai jenis.
11
RUANG SENJATA
Di ruangan ini dipamerkan koleksi senjata mulai dari keris, pedang, mandau, dan senjata tajam lainnya.
Selain itu ruangan ini menyambung dengan ruang koleksi mainan anak-anak jaman dulu.
12
RUANG BALI

Koleksi ruang Bali berkaitan dengan kebudayaan Bali baik mengenai


yadnya (upacara) maupun berbentuk seni lukis dan seni pahat. Di bagian
terpisah terdapat Candi Bentar.
13
RUANG BATIK

Di ruang ini memamerkan beberapa koleksi batik. Selain itu terdapat


proses membatik yang di mulai dari pengerjaan pola sampai proses
jadi sebuah batik.
14
RUANG EMAS

Museum Sonobudoyo merupakan museum yang memiliki koleksi artefak emas


tetapi dengan beberapa alasan belum dapat dilihat oleh umum.
Pada dasarnya artefak emas memiliki fungsi berbeda-beda.
Mata Uang
Perhiasan
Wadah, dll.
15
RUANG KLASIK DAN PENINGGALAN ISLAM

Dalam penyajian koleksi


dikelompokkan menjadi tujuh unsur
kebudayaan universal, yaitu:

1. Sistem Kemasyarakatan
2. Sistem Bahasa
3. Sistem Religi
4. Sistem Kesenian
5. Sistem Ilmu pengetahuan
6. Sistem Peralatan Hidup
7. Sistem Mata Pencaharian Hidup
16
RUANG KERIS
Di Jawa,keris tak hanya dimaknai sebagai senjata tradisional semata. Di dalamnya terkandung nilai-
nilai filosofis, kosmologis, dan ontologis, yang memuat konsep hubungan Tuhan dan manusia,
maupun hubungan antar sesama manusia. Berbicara mengenai sistem simbol, keris merupakan
salah satu simbol penting bagi budaya Jawa yang mampu menunjukkan status sosial pemiliknya.

Tak hanya keris, di Indonesia juga terdapat berbagai jenis senjata tradisional yang memiliki peranan
serupa,yaitu sebagai objek spiritual, pusaka dan kelengkapan berbusana. Keris dan senjata
tradisional lainnya adalah cerminan kearifan lokal budaya setempat yang tidak hanya menarik
secara estetis, namun juga menyimpan makna yang dalam.
17
RUANG WASTRA BUSANA
Peradaban busana di Jawa telah terbentuk jauh sebelum Kerajaan Mataram
Islam berkuasa. Tahun 992, Penduduk Jawa telah memelihara ulat sutra,
menenun kain sutra halus, sutra kuning, dan kain dari katun. Temuan wastra ini
kemudian diistilahkan sebagai wedihan dan ken dalam prasasti. Sementara pada
naskah-naskah Jawa, istilah wastra dikenal dengan sebutan sinjang, kampuh,
dan tapih.

Pertumbuhan wastra dan busana di Jawa kemudian berkembang seiring dengan


keberadaan Kerajaan Mataram Islam. Pola wastra yang beragam dan busana
yang kompleks selanjutnya hadir seiring dengan berbagai upacara kerajaan.
Barulah pada tahun 1755, peradaban busana di Jawa, terutama bagian selatan
bertumbuh dan lestari di bawah pemerintahan Keraton Yogyakarta.
Berdasarkan Perjanjian Jatisari, Keraton Yogyakarta melestarikan tradisi
budaya, termasuk tata busana dari Mataram Islam. Kelestarian tata busana
tersebut dapat disaksikan hingga pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono
VIII, dan mengalami penyederhanaan pada periode pemerintahan Sri Sultan
Hamengku Buwono IX.
18
RUANG DOLANAN ANAK

Aneka mainan dicipta sebagai ajang bersosialisasi dan sarana pendidikan. Manusia
adalah makhluk yang suka bermain, home ludens. Mereka selalu mencari peluang
untuk dapat bermain, sepanjang hidupnya. Mereka tidak saja anak-anak didesa namun
juga orang dewasa di kota, termasuk para bangsawan. Waktu luang pun tidak mesti
menjadi syarat untuk dapat bermain. Sambil menunggu padi di sawah agar tidak
dimakan burung, mereka dapat menaikkan layang-layang.

Anda mungkin juga menyukai