Anda di halaman 1dari 25

TUGAS LAPORAN KUNJUNGAN STUDI

WISATA KELAS X ANGKATAN I

Disusun oleh:
Nama: Steven Ariya Cahyadi
Kelas/No. Absen: XD / 27

SMA Katolik Sang Timur


Jalan Karmel Raya no 2
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Studi Wisata


Tujuan diadakannya studi wisata ini secara terperinci adalah untuk:
1.1.1. Memenuhi persyaratan penilaian Sejarah dan Bahasa Indonesia.
1.1.2. Mengetahui lebih jauh tentang macam-macam kebudayaan yang
ada di Indonesia.
1.1.3. Menambah informasi mengenai kebudayaan Tionghoa yang ada di
Indonesia.
1.1.4. Menambah pengetahuan mengenai pahlawan-pahlawan yang telah
berjasa bagi kemerdekaan Indonesia, serta kejadian-kejadian
penting yang pernah terjadi di Indonesia.
1.1.5. Menanamkan rasa kecinta dan kepedulian terhadap budaya
Indonesia.

1.2. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Kegiatan studi wisata ini dilaksanakan pada:
1.2.1. Hari, tanggal : Selasa, 12 November 2013
1.2.2. Waktu : 07.00 – 14.30 WIB
1.2.3. Tempat : Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta
Timur.

1.3. Manfaat Studi Wisata


Manfaat yang bisa didapat dari dilaksanakannya studi wisata adalah:
1.3.1. Sebagai media pembelajaran diluar sekolah agar mendapat
wawasan tambahan.

1
1.3.2. Agar dapat mengetahui hasil dari kebudayaan yang ada di
Indonesia melalui pengamatan dari museum.
1.3.3. Agar dapat mengetahui berbagai macam kebudayaan Tionghoa
melalui pengamatan di Taman Budaya Tionghoa.
1.3.4. Agar dapat mengetahui siapa saja pahlawan yang telah berjasa
bagi kemerdekaan Indonesia, serta mengetahui tentang berbagai
macam kejadian yang pernah terjadi di Indonesia.

2
BAB II
ISI

2.1. Museum Indonesia


Museum Indonesia adalah museum utama yang ada di Taman Mini
Indonesia Indah (TMII). Museum ini bergaya arsitektur Bali dengan ukiran-
ukiran dan patung-patung Bali yang halus.
Museum ini awalnya didirikan dengan tujuan dijadikan pusat
informasi mengenai keseluruhan budaya yang ada di Indonesia dan
menjadikannya satu perhentian untuk belajar mengenai Indonesia. Museum
ini didirikan pada tahun 1976, setahun setelah diresmikannya TMII oleh Ibu
Tien Soeharto. Museum ini lalu diresmikan empat tahun kemudian, tepatnya
pada tanggal 20 April 1980 oleh Ibu Tien Soeharto, sehari sebelum Hari
Kartini.
Museum ini didirikan di tanah seluas 100 hektar. Museum Indonesia
sendiri dibangun dengan luas 7000 meter persegi. Museum ini terdiri dari
tiga lantai yang berdasarkan pada falsafah Bali Tri Hita Karana, yang
merupakan konsep moral yang berusaha melaksanakan tiga hal: memelihara
hubungan harmonis dengan Tuhan, dengan sesama manusia, maupun dengan
alam di sekitarnya.
Pada museum ini, setiap lantainya memiliki tema masing-masing.
Lantai pertama memamerkan barang-barang yang bertemakan Bhinneka
Tunggal Ika. Lantai kedua memamerkan barang-barang yang bertemakan
Manusia dan Lingkungan. Lantai ketiga memiliki
tema Seni dan Kriya.
Lantai pertama berisikan koleksi pakaian
adat dan pakaian pernikahan dari berbagai provinsi

Gambar 1 Pakaian adat Aceh di Indonesia. Koleksi pakaian adat tersebut antara
dan Sumatera Utara

3
lain berasal dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Kalimantan Barat,
Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Bali, Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan masih banyak lagi.
Lantai ini juga berisikan berbagai macam kesenian khas Indonesia,
diantaranya alat musik daerah seperti Gamelan, Angklung, Jegog, dsb,
berbagai jenis wayang seperti wayang golek, wayang klitik, dsb, dan topeng.
Terdapat juga diorama pengantin-pengantin dari berbagai daerah di
Indonesia.
Keistimewaan dari lantai pertama ini adalah lukisan Peta Indonesia di
atas kaca yang disebut Citra Indonesia. Lukisan ini merupakan ungkapan
tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia yang beraneka ragam dalam
suatu kesatuan yang utuh.
Di dalam lukisan tersebut, terdapat
sebuah elang di sebelah kiri lukisan dan naga
yang terletak di sebelah kanan lukisan. Burung
Garuda melambangkan dunia atas, dengan
warna keputih-putihan yang menonjolkan unsur
Gambar 2 Citra Indonesia udara, awan, dan cahaya, serta disebut bapak
angkasa. Naga menunjukkan lambang dunia
bawah, dengan warna kemerah-merahan yang menonjolkan unsur air dan
bumi, biasa diberi sebutan ibu pertiwi. Pepaduan keduanya melambangkan
gerakan alam untuk mendapatkan keseimbangan atas unsur-unsur yang
bertentangan, namun tak dapat dipisahkan.
Lantai kedua dari museum ini berisikan macam-macam kebudayaan
yang terjadi karena kebiasaan masyarakat tradisional Indonesia dalam
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya. Koleksi yang ada di museum
ini, diantaranya: miniatur rumah tradisional, bangunan peribadatan, lumbung

4
padi, tata letak bangunan dan ruang tinggal masyarakat Indonesia, alat
berburu, mengumpulkan makanan, alat-alat pertanian, diorama, serta
transportasi masyarakat tradisional Indonesia.
Salah satu contoh miniatur rumah tradisional yang dipamerkan di
lantai dua museum ini adalah rumah seumpama perahu yang berasal dari
Mollo, Pulau Timor. Bentuk rumah ini diserap dari
bentuk bahtera yang biasa digunakan oleh
masyarakat kepulauan Nusantara sebelah timur dan
diumpamakan sebagai sebuah perahu. Hal itu
terlihat dalam tiang utama yang nama dan Gambar 4 Rumah Seumpama
Perahu
bentuknya seperti tiang kapal. Denah rumah
seumpama perahu ini berbentuk lingkaran atau bujur telur dan pintunya
hanya setinggi pinggang.
Contoh lainnya dari miniatur rumah
tradisional yang ada di lantai dua ini adalah rumah
sebagai tempat pemujaan yang terletak di daerah
Dayak, Kalimantan. Bangunan ini didirikan khusus
Gambar 3 Rumah Sebagai
Tempat Pemujaan untuk memuja para leluhur dan dihiasi dengan
dekorasi yang indah. Di atas rumah tersebut terdapat
patung buaya yang dilambangkan sebagai binatang yang suci yang dijadikan
inspirasi dan gaya hiasan rumah ini.
Selanjutnya koleksi yang terdapat di lantai dua adalah miniatur
lumbung padi. Contohnya adalah Lumbung Sang Dewi dan Lumbung Raja.
Bagi masyarakat Indonesia yang menyanjung padi sebagai Dewi Sri,
sebuah lumbung bukan hanya sekedar bangunan tempat menyimpan padi,
tetapi merupakan ruangan tempat dewi bersemayam. Bentuk arsitekturnya
terkadang lebih besar dan lebih indah dari rumah yang dihuninya sendiri.

5
Berbeda dengan kepercayaan di masyarakat timur, lumbung padi
dimiliki oleh raja, sehingga dinamakan lumbung raja dan merupakan
lumbung kesejahteraan pangan bagi rakyat. Lumbung tersebut tidak hanya
sebagai tempat menyimpan padi, tetapi juga untuk
bahan pangan pokok lainnya. Bentuk denahnya
berupa lingkaran dan atapnya berbentuk kerucut.
Lantai ketiga dari museum menampilkan
seni dan kerjainan tradisional dan kontemporer Gambar 5 Lumbung Raja

masyarakat Indonesia. Berbagai benda hasil


kerajinan dan seni seperti kerajinan kain, seni ukir kayu, perhiasan, dan
kerajinan logam, termasuk senjata tradisional dikoleksi museum ini.
Beberapa contoh perhiasan yang
dipamerkan di museum ini adalah kalung, gelang
lengan, ikat pinggang, tusuk konde ulan-ulan,
kembang goyang, mahkota, jungkat, sunting,

hiasan sanggul, kalung merjan, kalung koral, dll. Gambar 6 Perhiasan leher

Beberapa contoh kerajinan kain yang juga


terpajang di lantai tiga museum ini adalah Ulos
Ragi Idup dari Sumatera Utara, Tapis dari
Lampung, Songket Bali dari Bali, Songket
Sumbawa dari NTB, Selendang dari Bugis, Bayu
Subi dari Sulawesi Tengah, Sarung Songket dari
Gambar 7 Kerajinan kain Sumatera Barat, dll.
Terdapat juga koleksi senjata-senjata tradisional masyarakat
Indonesia. Contohnya Keris dan Sabel.
Keris adalah senjata tikam golongan belati (pisau kecil) dengan
pangkal yang lebih lebar dan bilahnya berbelok-belok, Keris berasal dari

6
berbagai daerah di Indonesia, seperti Jawa Tengah,
Bali, Yogyakarta, Surakarta, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Utara.
Contoh dari keris adalah Keris Majapahit
yang berasal dari Jawa. Pada keris ini, bilahnya
Gambar 8 Keris
tampak bergelombang dan dipercaya sebagai pijitan
jari empu pembuat kerisnya.
Contoh lain, yaitu Keris Bali. Keris ini tidak memiliki lekukan
dengan kayu pellet sebagai kerangkanya dan gading sebagai pelapisnya.
Jenis senjata tradisional yang lain, yaitu Sabel. Sabel merupakan
pedang panjang bermata satu dengan sedikit lengkungan pada ujungnya.
Contoh sabel yang dipamerkan di museum adalah sabel yang berasal dari
Sulawesi Utara.
Selain senjata tradisional, terdapat juga
kerajinan logam dari kuningan. Contohnya
jambangan bunga, ceret, ceret berukir, kendi
berukir, piring buah, kap lampu, lampu gantung,
pemukul kasur, dulang, dan nampan. Gambar 9 Kerajinan logam
kuningan
Keistimewaan dari lantai ketiga museum ini
adalah ukiran kayu yang sangat besar membentuk
kalpataru, pohon hayat yang berada di tengah lantai
ketiga museum. Ukiran pohon setinggi delapan
meter dan lebar empat meter ini melambangkan

Gambar 10 Ukiran pohon alam semesta dan melambangkan lima unsur dasar:
kalpataru
langit, air, angin, bumi, dan api. Pohon ini juga
melambangkan keempat arah mata angin, yakni utara, timur, selatan, dan
barat.

7
2.2. Taman Budaya Tionghoa
Taman Budaya Tionghoa merupakan salah satu taman budaya yang
ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Taman Budayaini belum
lamadibangun dan masih dalam tahap pembangunan. Secara fisik, bangunan
yang telah dibangun baru mencapai 60%.
Saat memasuki taman budaya ini, terlihat
sebuah gapura besar sebagai pintu masuk. Di
depannya terdapat sebuahbola dunia besar
dansebuah tiang bendera dengan bendera merah

putih di atasnya. Gambar 11 Monumen bola


dunia
Di dalam taman budaya ini, terdapat sekali
patung-patung yang menggambarkan mengenai sejarah dan kebudayaan
Tionghoa. Selain itu, terdapat juga patung-patung penghargaan pembebasan
lahan untuk para donatur.
Salah satu patung yang ada di taman budaya ini
adalah Patung Kwan Yu. Kwan Yu lahir di Sie Chou,
Provinsi Shan Si, Tiongkok tahun 160 Masehi, dengan
nama Kwan Yun Chang. Ia adalah seorang pemuda yang
gagah berani, bersumpah setia, bersaudara sehidup semati
dengan Liu Pei dan Chang Fei di Kebun Pesik untuk

Gambar 12 Patung
membela negara, menumpas pemberontakan dan melawan
Kwan Yu
pejabat korup saat itu.
Kwan Yu menjadi jenderal yang terkenal setia, bahkan sampai
ditangkap dan dihukum mati pun, ia memilih mati daripada menyerah. Kwan
Yu wafat pada tahun 219 M.
Sikap yang setia, jujur, bijaksana, dan satria dari Kwan Yu menjadi
panutan orang Tionghoa pada umumnya dan dihormati dengan gelar Kwan
Kong.

8
Terdapat juga patung yang melambangkan legenda asmara di
Tiongkok, yaitu Patung Legenda Sampek Engtay. Legenda ini terjadi pada
Dinasti Chin dan beredar dalam masyarakat lebih dari 1460 tahun silam.
Legenda ini juga sangat popular dalam masyarakat Indonesia hingga
sekarang.

Konon padaDinasti Chin, seorang pemuda pelajar Liang Sampek


berkenalan dengan Engtay, seorang gadis yang menyamar sebagai pelajar
laki-laki. Mereka memutuskan diri menjadi saudara angkat. Di sekolah Engtay
mulai jatuh cinta dengan Sampek.

Tiga tahun kemudian, Engtay menerima surat dari ayahnya yang


meminta ia agar pulang secepatnya. Sebelum pergi, ia membuka kedoknya
pada istri kepala sekolahnya, dan meminta agar ia memberikan sebuah kalung
kepada Sampek sebagai hadiah pertunangan. Sampek mengantar Engtay
pulang sejauh 18 mil. Dalam perjalanan, Engtay mendapat ide untuk
menjodohkan Sampek dengan "adik perempuan"-nya. Ia meminta Sampek
untuk datang ke rumahnya agar ia dapat diperkenalkan dengan adik tersebut.

Ketika Sampek tiba di rumah Engtay, ia


akhirnya mengetahui rahasianya. Namun
orangtua Engtay memaksanya untuk menikahi
orang lain. Sampek sakit hati dan akhirnya

meninggal dunia. Pada hari pernikahan Engtay, Gambar 13 Patung Legenda


Sampek Engtay
mereka tidak dapat pergi ke rumah mempelai
laki-laki karena terhadang badai di dekat kuburan Sampek. Engtay pergi ke
kuburan tersebut dan meminta agar kuburan tersebut terbuka. Tiba-tiba hal ini
terjadi dan Engtay meloncat ke dalam kuburan dan bergabung dengan
Sampek. Jiwa mereka dilahirkan kembali sebagai sepasang kupu-kupu yang
terbang bersama.

9
Patung yang ini juga sudah sangat terkenal di
Indonesia, Kera Sakti (Sun Go Kong). Sun Go Kong
terkenal dengan kedua kawannya Cu Pak Ka dan Sa Cun
mengantar pendeta Tang Gen untuk mengambil kitab

suci Buddha. Gambar 14 Patung Sun Go Kong

Di taman budaya ini terdapat juga patung dari ke-


duabelas shio, mulai dari Shio Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda,
Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, sampai Babi. Selain itu, terdapat juga
Patung Legenda Dewi Bulan.
Terdapat juga Museum Cheng Ho di taman budaya ini. Sayangnya,
museum ini masih belum sepenuhnya terisi. Di depan museum ini terdapat
patung Cheng Ho.

10
2.3. Museum Keprajuritan
Museum Keprajuritan merupakan salah satu museum di TMII yang
memiliki bentuk yang khas, berupa benteng persegi lima yang cukup besar.
Museum ini terletakdi jlur luar bagian selatan TMII. Museum ini diresmikan
pada tanggal 5 Juli 1987 oleh Presiden Soeharto.
Maksud dan tujuan didirikannya museum ini adalah untuk
memberikan wadah/tempat bukti-bukti sejarah perjuangan bangsa Indonesia,
khususnya pada periode abad ke-7 sampai akhir abad ke-19 dengan tujuan
melestarikan semangat keprajuritan.
Koleksi museum ini terdiri dari 23 patung
pahlawan nasional dari perunggu berukuran 1¼ kali
manusia yang mengelilingi panggung di dalam
gedung, diantaranya Patih Gadjah Mada, Laksamana
Nala, Sultan Agung Hanyokrokusumo, Sultan
Ageng Tirtayasa, Sultan Hasanuddin, Untung
Suropati, Imam Bonjol, Sultan Badaruddin II,
Kapiten Pattimura, Pangeran Diponegoro, Christina Gambar 15 Bagus Rangin

Martha Tiahahu, Pangeran Antasari, Sultan Taha


Syaifuddin, Teuku Cik Di Tiro, Raja Sisingamangaraja XII, Cut Nyak Dien,
Nyi Ageng Serang, Teuku Umar, Haji Prawatasari, Cut Mutia, Raden Intan,
Pangkubuwono VI, dan Bagus Rangin. Terdapat juga koleksi senjata
tradisional seperti pedang, trisula, keris, tombak, panah, mandau, meriam, dan
dorlok. Selain itu, terdapat pula 14 buah diorama yang menggambarkan
kejadian-kejadian penting yang berlangsung di Indonesia.
10 dari 23 patung pahlawan yang ada di Museum Keprajuritan adalah
sebagai berikut:
2.3.1. Patih Gadjah Mada.
Riwayat perjuangannya, antara lain:

11
2.3.1.1. Sebagai pimpinan Bhayangkari Istana berhasil
menyelamatkan Majapahit dari serangan Semi tahun 1318.
2.3.1.2. Dalam jabatannya yang sama berhasil menumpas
pemberontakan Kuti tahun 1319.
2.3.1.3. Pada tahun 1319 diagkat sebagai Patih di Kahuripan dan
dau tahun kemudian diangkat menjadi Patih di Dhaha
menggantikan Arya Tilam selama kurang lebih 10 tahun.
2.3.1.4. Menumpas pemberontakan Sadeng tahun 1331 pada masa
pemerintahan Tribhuwana Tunggadewi.
2.3.1.5. Beberapa tahun kemudian Gadjah Mada diangkat menjadi
Mangkubumi di Majapahit.
Patih Gadjah Mada wafat pada tahun 1364.
2.3.2. Laksamana Nala.
Riwayat Perjuangannya,antara lain:
2.3.2.1. Berhasil melemahkan posisi Pasai sejak tahun 1350di
Malaka.
2.3.2.2. Memimpin ekspedisi ke Dompo tahun 1357.
2.3.2.3. Berhasil menyerang Tumasik (Smingapura) tahun 1377
yang pada waktu itu memegang posisi kunci pelayaran
antara Barat dan Timur, disamping juga merupakan
penangkal ekspansi dari utara (Cina).
2.3.2.4. Masih pada tahun yang sama (1377) berhasil menaklukkan
Sriwijaya yang pada waktu itu sudah mendekati
keruntuhan.
2.3.2.5. Memimpin ekspansi kenegara-negara Melayu antara lain
Johor, Patani, Kedah, Pahang, Kelantan, dan Trengganu.
2.3.2.6. Berupay menyerang daerah-daerah/wilayah
IndonesiaTimur antara lain Borneo Utara dan Timor
Timur.

12
2.3.3. Sultan Agung Hanyokrokusumo
Sultan Agung Hanyokrokusumo lahir di Yogyakarta, pada tahun 1591.
Beliau merupakan anak dari Sultan Anyokrowati dan Ratu Adil.
Riwayat perjuangannya, antara lain:
2.3.3.1. Tahun 1614 berhasil menaklukkan Surabaya.
2.3.3.2. Tahun 1615 berhasil menaklukkan Wirasaba.
2.3.3.3. Tahun 1616 berhasil menaklukkan Siwalan dan Lasem.
2.3.3.4. Tahun 1617 berhasil menaklukkan Pasuruan, Jawa Timur.
2.3.3.5. Tahun 18 Agustus 1618 berhasil menyerang kedudukan
VOC di Batavia.
2.3.3.6. Tahun 1619 berhasil menaklukkan Tuban, Jawa Timur.
2.3.3.7. Tahun 1622 berhasil menduduki daerah Sukadana,
Madura.
2.3.3.8. Tahun 1628 menyerang benteng Belanda yang berada di
Batavia, tetapi gagal. Setahun kemudian, beliau menyerang
lagi, tetapi gagal lagi karena kurangnya koordinasi antara
pasukan laut dan pasukan darat, serta kesalahan
perhitungan system logistik.
2.3.3.9. Sebagai pemimpin Agama Islam bergelar Sultan Agung
Ing Allaga Panatagama.
Sultan Agung wafat pada tahun 1645 dan kemudian beliau diangkat
menjadi Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI
No 106 TK Tahun 1975 tanggal 3 November 1975.
2.3.4. Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa lahir di Banten pada tahun 1631.Sultan Ageng
merupakan anak dari Sultan Abdul Ma’ali Ahmad dan Ratu
Martakusuma.
Riwayat perjuangannya, antara lain:

13
2.3.4.1. Sebagai penguasa Kesultanan Banten menilai keberadaan
Belanda akan membahayakan kesatuan wilayahnya
sehingga beliau selalu berupaya mematahkan pengaruh
ekonomi dan blockade laut yang dilancarkan Belanda.
Serangkaian tindakan yang diambilnya, pada tahun 1656
pasukan Banten menyerang daerah Angke menghancurkan
kapal dagang belanda dan membakar perkebunan tebu
milik Belanda serta membakar kapung-kampung yang
merupakan pos-pos pertahan Belanda.
2.3.4.2. Tahun 1658 berhasil mematahkan blokade kapal Belanda
yang mengepung wilayah Banten di Teluk Banten.
2.3.4.3. Tahun 1682 menyerang Surosowan, yaitu tempat
pemusatan serdadu Belanda dan melakukan penghadangan
terhadap kapal-kapal Belanda yang membawa bala bantuan
dari Batavia. Namun, pasukan Sultan Ageng tidak dapat
bertahan, mereka terdesak mundur.
Sultan Ageng Tirtayasa wafat pada tahun 1683. Beliau diangkat
menjadi Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan dengan Surat Keputusan
Presiden RI No 045/TK Tahun 1970 tanggal 1 Agustus 1970.
2.3.5. Sultan Hasanuddin
Sultan Hasanuddin lahir di Ujung Pandang pada tahun 1631. Beliau
merupakan anak dari Sultan Malikussaid. Riwayat perjuangannya,
antara lain:
2.3.5.1. Tahun 1662 berhasil menghancurkan kapal Belanda De
Wlvisch dan berhasil merampas beberapa meriam Belanda.
2.3.5.2. Tahun 1664 berhasil menyerang kapal Belanda De
Leeuwin yang kemudian kandas di perairan Ujung
Pandang.

14
2.3.5.3. Tahun 1666 bertempur melawan VOC di benteng
Panakukang, benteng Ujung Panjang.
2.3.5.4. Tahun 1667 mengadakan perjanjian Bongaya dengan pihak
Belanda dalam upaya mengakhiri perang.
2.3.5.5. Tahun 1669 terlibat dalam pertempuran menghadapi
Belanda dalam rangka mempertahankan benteng Sompa
Opu.
Sultan Hasanuddin wafat tanggal 12 Juni 1670, dan kemudian
diangkat menjadi Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan dengan Surat
Keputusan Presiden RI No 087/TK/Tahun 1973 tanggal 6 November
1970.
2.3.6. Untung Suropati
Untung Suropati lahir pada tahun 1660. Riwayat hidupnya, antara lain:
2.3.6.1. Berhasil menyerang patroli Belanda, keluar dari Benteng
Tanjungpura.
2.3.6.2. Setelah mengabdikan dirinya pada raja Mataram pada
tahun 1864, beliau berhasil menundukkan gerombolan
pengacau yang dipimpin oleh Surodento dan Surodenti di
daerah Banyumas. Pada tahun yang sama pula, beliau
terlibat dalam pertempuran menghadapi pasukan Belanda.
2.3.6.3. Dalam suatu pertempuran di Alun-Alun Kartosuro pada
tahun 1686 berhasil menghancurkan pasukan VOC dan
menewaskan dua perwira Belanda yaitu Kapten F. Tack
dan Kapten J.Greevink.
2.3.6.4. Pada tahun 1706 terjadi pertempuran besar-besaran,
Belanda mengerahkan semua kekuatannya dan
pertempuran sengit terjadi, akhirnya Belanda berhasil
mengalahkan pasukan Untung Suropati. Dalam

15
pertempuran iru, Untung mengalami luka yang sangat
parah.
Untung Suropati wafat pada tahun 1706, dan kemudian diangkat
menjadi pahlawan Perjuangan Kemerdekaan dengan Surat Keputusan
Presiden RI No 106/TK/Tahun 1975 tanggal 3 November 1975.
2.3.7. Haji Prawatasari
Haji Prawatasari lahir di Jampang, Jawa Barat pada tahun 1703.
Riwayat hidupnya, antara lain:
Sebagai seorang ulama, ia sangat menentang Priangan Stelsel yang
diselenggarakan VOC untuk usaha dagangannya, terutama penanaman
nilai yang menyebabkan penduduk Jampang menderita.
Akibatketentuan tanam paksa ini, angka kematian penduduk
bertambah tinggi. Bersama pengikutnya ia berusaha mengusir Belanda
dan berhasil menyerang di beberapa tempat, yaitu:
2.3.7.1. Pada tahun 1704 berhasil menyerang daerah-daerah Galuh,
Imbanegara, Kawasem,yang telah dikuasai Belanda.
2.3.7.2. Pada tahun 1705 pasukan Haji Prawatasari menyerang
Belanda di daerah Sumedang bagian Selatan.
2.3.7.3. Tahun 1706 menyerang Belanda di daerah Tangerang.
2.3.7.4. Tahun 1707 menyerang Belanda di daerah Banyumas dan
kemudian tertangkap dan diasingkan ke Kartosuro sampai
wafat.
2.3.8. Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang lahir di Serang, Jawa Tengah pada tahun 1752. Nyi
Ageng merupakan anak dari Panembahan Notoprojo. Riwayat
perjuangannya, antara lain:
2.3.8.1. Semula berjuang bersama P. Diponegoro melawan Belanda
tahun 1825.

16
2.3.8.2. Tahun 1826 sampai dengan tahun 1826 berhasil
menduduki Grobongar, Juwono, Pati dan Jekulo.
2.3.8.3. Tahun 1826 bersama cucunya yaitu Raden Mas papak
menyerang benteng Belanda di Panawang.
2.3.8.4. Tahun 1878 berhasil menghancurkan pos-pos militer
Belanda disepanjang Kali progo.
Beliau wafat pada tahun 1828 dan diangkat menjadi Pahlawan
Nasional dengan Kepres RI No 084/TK/Tahun 1974 tanggal 13
Desember 1947.
2.3.9. Sultan Mahmud Badaruddin II
Sultan Mahmud Badaruddin II lahir di Palembang pada tahun 1767.
Riwayat perjuangannya, antara lain:
2.3.9.1. Pada tahun 1811 melancarkan serangan terhadap loji-loji
Belanda yang berada disepanjangsungai Aur.
2.3.9.2. Pada tahun 1814 menyerang kedudukan pasukan Belanda
di sungai Musi.
2.3.9.3. Masih pada tahun 1814 berhasil menyerang dan
menenggelamkan kapal Belanda Orange Nassau.
2.3.9.4. Pada bulan Juni tahun 1821 terlibat dalam pertempuran
besar-besaran dengan pasukan armada Belanda yang
dipimpin oleh Panglima Angkatan Laut Mayjen Baron De
Kock.
Sultan Mahmud Badaruddin II wafat pada tahun 1852 dan kemudian
diangkat menjadi Pahlawan Kemerdekaan dengan Kepres RI No
063/TK/Tahun 1984 tanggal 30 November 1984.
2.3.10. Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol lahir di Kampung Tanjung Bunga, Kabupaten
Pasaman, Sumatera Barat pada tahun 1772. Beliau adalah anak dari
Buya Nudin. Riwayat perjuangannya, antara lain:

17
2.3.10.1. Pada tahun 1833 menyerang dan membunuh pasukan
Belanda yang berada di Masjid Bonjol.
2.3.10.2. Menyerang pos-pos Belanda yang berada di Alahaan
Panjang.
2.3.10.3. Pada tahun 1835 terlibat dalam pertempuran menghadapi
Belanda di daerah Semawang Gedang.
2.3.10.4. Terlibat dalam pertempuran menghadapi Belanda di
benteng Bonjol tahun 1837.
Beliau wafat pada tahun 1864 dan kemudian diangkat menjadi
Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan dengan Kepres RI No
087/TK/Tahun 1973 tanggal 6 November 1973.
Selain terdapat patung-patung di sekitar panggung utama, terdapat
juga 14 buah diorama di dalam museum ini, diantaranya:
2.3.1. Sriwijaya mengamankan Selat Malaka padaabad ke-7.
2.3.2. Keberangkatan Armada Patih Unus dari Jepara untuk
menyerang Portugis di Selat Malaka pada tahun 1512.
2.3.3. Pertempuran laut di Teluk Sunda Kelapa pada tahun 1527
melawan Portugis.
2.3.4. Pertempuran di depan Benteng Pangeran Jayakarta pada tahun
1619 melawan VOC.
2.3.5. Pertempuran Altileri di Teluk Banten pada tahun 1658
2.3.6. Pertempuran mempertahankan Benteng Sompa Opu pada
tahun 1669.
2.3.7. Pertempuran di tepi sungai Topace’do pada tahun 1741.
2.3.8. Persiapan pasukan Nuku menyerang Benteng Belanda di
Ternate, Maluku pada tahun 1798.
2.3.9. Perang Minahasa di Tondano, Sulawesi Utara pada tahun
1809.
2.3.10. Pertempuran di Pantai Wae Sisil pada tahun 1817.\

18
2.3.11. Pertempuran di depan Benteng Keraton Palembang pada
tahun 1819.
2.3.12. Pertempuran di Muara Kumpeh, Jambi pada tahun 1858.
2.3.13. Pertempuran Buleleng, Bali pada tahun 1864.
2.3.14. Perang Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tahun 1894.

19
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Terdapat banyak sekali hasil kebudayaan Indonesia yang dapat dilihat
di Museum Indonesia, mulai dari pakaian adat, alat musik tradisional, rumah
adat, peralatan berburu, kerajinan kain, perhiasan, kerajinan logam kuningan,
kerajinan logam perak, hingga senjata tradisional. Maka itu, hasil kebudayaan
ini harus dilestarikan dan dipamerkan kepada masyarakat luas, agar mereka
mengetahui keanekaragaman Budaya Indonesia melalui museum ini.
Masyarakat Tionghoa juga memiliki kebudayaan-kebudayaan dan
sejarahnya sendiri, seperti Legenda Sampek Engtay, Legenda Sun Go Kong,
Ksatria Kwan Yu, Legenda Dewi Bulan, hingga Kedua-belas shio yang ada di
dalam kebudayaan Tionghoa. Semua kebudayaan tersebut telah terangkum di
dalam Taman Budaya Tionghoa ini. Hanya saja, taman ini masih dalam
proses pembangunan sehingga masih ada bagian-bagian dari taman yang
belum lengkap.
Di dalam Museum Keprajuritan terdapat banyak sekali patung-patung
dan diorama mengenai perjuanganpara pahlawan pada abad ke-7 sampai akhir
abad ke-19 dalam menumpas penjajahan Belanda. Dengan museum ini,
masyarakat diharapkan akan lebih mengenal sejarah perjuangan pahlawan
bangsa ini karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati para
pahlawannya.
3.2. Saran
Saran bagi pihak Taman Mini Indonesia Indah, sebaiknya
pembangunan Taman Budaya Tionghoadipercepat agar masyarakat bisa
mengenal kebudayaan Tionghoa lebih jauh lewat taman budaya ini.

20
Saran bagi pihak sekolah, yaitu sebaiknya pihak sekolah lebih tegas
dalam mengatur waktu kunjungan ke masing-masing tempat kunjungan agar
bisa tepat waktu sesuai dengan jadwal. Selain itu, sebaiknya sekolah
mengadakan perpindahan bis saat pulang agar semua murid mendapat bis
yang ber-AC maupun yang tidak ber-AC sehingga menjadi adil.
3.3. Refleksi Diri
Penulis merasa sangat senang dapat mengikuti kegiatan study wisata
yang diadakan oleh sekolah, sehingga penulis dapat mengetahui berbagai jenis
informasi, mulai dari kebudayaan-kebudayaan Indonesia di Museum
Indonesia, Kebudayaan Tionghoa di Taman Budaya Tionghoa, hingga sejarah
para pahlawan Indonesia di Museum Keprajuritan.
Saat berada di Museum Indonesia, penulis sangat takjub melihat
begitu banyak hasil kebudayaan masyarakat Indonesia secara langsung,
karena biasanya semuanya itu hanya penulis lihat di internet. Penulis bangga
bisa menjadi warga negara Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya
tradisional.
Saat berada di Taman Budaya Tionghoa, penulis sangat tertarik
dengan patung-patung yang ada di dalamnya. Penulis juga tertarik dengan
cerita-cerita kuno dari patung tersebut. Sayangnya, museum ini masih belum
sepenuhnya selesai, terutama pada bagian museumnya. Penulis berharap agar
pembangunan taman budaya ini bisa cepat selesai agar dapat dibuka secara
resmi.
Saat berada di Museum Keprajuritan, penulis sangat kagum melihat
bentuk museum yang berbentuk benteng segilima. Saat berada di dalam
museum tersebut, ternyata terdapat banyak sekali patung-patung pahlawan
nasional dan juga diorama yang menggambarkan perjuangan pahlawan
tersebut. Penulis akhirnya menyadari melalui diorama tersebut, bahwa

21
merebut kemerdekaan Indonesia tidaklah mudah dan dibutuhkan banyak
sekali pengorbanan.
Lalu, saat perjalanan dengan bis, penulis dapat merasakan menaiki
bisTNI yang tidak ber-AC. Pengalaman tersebut dapat menjadi pelajaran
bagaimana menjadi orang yang kurang mampu, karena kita tidak selamanya
berada di atas.

22
Lampiran

Gambar 23 Tampak depan Museum Gambar 22 Ikat pinggang


Indonesia

Gambar 21 Kerajinan logam perak Gambar 20 Rumah-rumah adat di


Indonesia

Gambar 19 Alat pertanian Gambar 18 Diorama pengantin Padang

Gambar 17 Gamelan Bali Gambar 16 Wayang Golek

23
Gambar 29 Patung-patung keduabelas Gambar 28 Jembatan di Taman Budaya
shio Tionghoa

Gambar 27 Museum Cheng Ho Gambar 26 Diorama Sriwijaya


mengamankan Selat Malaka

Gambar 25 Diorama pertempuran di


depan benteng keraton

Gambar 24 Patung Patih


Gadjah Mada

24

Anda mungkin juga menyukai