Anda di halaman 1dari 10

Kata Pengantar

Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, tugas yang observasi
Museum Bali (Gedung Karangasem) ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Tugas ini dapat terwujud berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu I Ketut Arta Widana, SS.,M.Par.
selaku dosen kami di Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar yang telah memberikan penugasan
makalah kepada kami. Tidak lupa juga dukungan dari anggota kelompok kami yang saling bahu-
membahu dalam pengerjaan tugas ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa maklah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan masukan-masukan yang berupa kritik dan saran untuk
kesempurnaan tugas ini.

Denpasar,20 September 2019

Penulis

1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia adalah Negara yang kaya akan budaya, adat istiadat, agama, suku. Dengan
keberagaman tersebut membuat wisatwan datang ke Indonesia untuk mendapatkan sesuatu,
melakukan sesuatu, melihat sesuatu, dan pengalaman baru yang di negaranya tidak di temukan.
Tidak hanya budaya bahkan keindahan alam yang dimiliki Indonesia sangat memukau. Salah
satunya adalah Bali. Bali merupakan destinasi wisata bagi para wisatwan karena bali memiliki
keindahan alam yang tidak kalah dengan provinsi lainnya di Indonesia, selain itu ada budaya dan
adat istiadat yang di jaga oleh masyarakat Bali. Bali dikatakan sebagai museum hidup, karena
apa yang ada di museum masih di jalankan oleh masyarakat Bali, seperti upacara yadnya (
mepeed, mepandes, ngaben, dll) yang masih di jaga kelsestariannya. Walau semua masih
terlaksana dan terjaga, namun mulai ada campur tangan modernisasi, untuk itu di buatkan
museum untuk menjaga kelsetariannya. Salah satunya adalah Museum Bali, museum ini
menampilkan berbagai jenis kebudayaan yang ada. Dari masa pra sejarah hingga masa sejarah
yang terjadi di Bali. Dimana setiap gedung yang ada di museum ini memiliki fungdi dan benda
pameran yang berbeda. Yang akan kami bahas adalah Gedung Karangasem, gedung ini
menyimpan berbagi jenis cili atu yang dikenal dengan sampian cili, bagaimana sejarah dari
sampian cili tersebut serta apa fungsinya di jaman dahulu dan sekarang. Karena cili sendiri juga
sudah banyak modifikasinya, inilah dasar kami memilih gedung karangasem sebagai objek
pembahasan dalam makalah kami. Karena melihat cili itu unik, memiliki makna yang tersirat dan
tersurat dari bentuknya. Serta mengenalkan sampian cili tersebut di masyarakat, teman, dan
keluarga.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam pembuatan makalah ini adapun rumusan masalah yang akan di bahas yaitu,
1. Bagaimana letak, dan sejarah museum bali ?
2. Bagaimana gambaran umum gedung karangsem?

2
3. Apa yang terdapat di gedung karangasem ?
4. Apa fungsi cili di kehidupan masyarakat hindu ?

1.3 Tujuan
tujuan dari pembuatan makalah ini adalah ,
1. Memberikan informasi pada pembaca mengenai keberadaan museum bali.
2. Memberikan informasi secara tertulis mengenai sub bagaian museum bali yaitu
gedung karangasem.
3. Menyebar luaskan mengenai benda peraga atau koleksi yang terdapat di gedung
karangasem beserta dengan fungsi dan perkembangannya dari masa ke masa.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Museum Bali

Museum bali yang di bangun pada tahun 1910 menggunakan arsitektur tradisional
dengan ornament yang khas Bali. Museum ini terletak di pusat kota Denpasar , diseblah timur
lapangan puputan badung (jl.mayor wisnu no 1 , dangin puri, Denpasar timur).
Bentuk bangunannya memanjang dari utara ke selatan. Struktru fisiknya mengikuti
struktur fisik bangunan kraton puri) atau tempat pemujaan (kahyangan , pura merajan)
berdasarkan konsep trimandala yaitu nista mandala, jaba pisan (bagian luar) madya mandala
, jaba tengah (bagian luar sebelum memasuki bagian inti) , dan utama mandala jeroan (bagian
inti).
Bagian utara merupakan komplek bangunan lama yang direncanakan dan di bangun di
tahun 1910, yan terdiri dari empat gedung yaitu :
1. Gedung Timur
2. Gedung Tabanan
3. Gedung Karangasem
4. Gedung Buleleng
Yang fungsinya sebagai penyelenggaraan pameran tetap. Dimana di ketiga gedung
tersebut menyimpan peninggalan sejarah dari etnografi sejak masa prasejarah sampai masa
modern.selain itu di ketiga gedung tersebut juga menyimpan naskah naskah kuno (prasasti)
keramik,patung porselin,alat-alat rumah tangga , alat-alat upacara , lukisan, wayang kulit dan
sebagainya
Bagian selatan merupakan komplek bagunan baru yang di bangun pada tahun 1969.
Di komplek bangunan ini terdapat 2 gedung diantaranya :
1. Gedung perpustakaan
2. Gedung pameran sementara

4
Di dalam gedung tersebut di simpan atau di fungsikan sebagai gedung administrasi
dan penyelenggaraaan pameran semetara. Di gedung tersebut di sediakan berbagia fasilitas
antara lain , perpustakaan, laboratorium, tempat pemran sementara, dan beberapa koleksi
barang barang peniggalan ejaman, kantor karyawan,
Sejarah museum Bali.
Museum bali menyimpan warisan budaya bali. Kronologi munculnya rencana pendirian
museum yang kemudian menjadi museum bali:
a. Perencanaan awal pendirian museum bali adalah Pejabat Pemerintah Belanda , Raja
Bali, pemuka masyarakat EFJ roon (asistent residen Belanda ) , Curt Grunder (Arsitek
Jreman), I Gusti lit Ngurah ( Sopir penegara Badung), I Gusti Bagus Jelantik ( Raja
Karangaem), I GustiKetut Jelantik ( Raja buleleng), Raja Tabanan , dan seniman
seniman seperti I Gusti Ketut Kandel dan I Gusti Ketut Rai. Perencaan tersebutar
struktur bangunan muncul pada tahun 1910 dengan konsep museum bali di
kombinasikan antarabangunan pura dan istana (keratin)
b. Setelah konsep struktur bangunan museum di setujui , kemudian didirikan bangunan
utama yang selesai pada tahun 1925. Karena benda-benda kuno yang dikoleksi masih
belum memmadai , maka selama 7 tahun (1925-1932)bangunan utama hanya di
fungsikan sebagai pameran.penyeleksi benda-benda museum bali diantaranya ,DR.W.F
Sluttertiem, G.I Gradier, G.M Hendriks, DR.R Goriss dan seniman walter spies
c. Museum bali pada awalnya dikelola oleh institusi museum bali dan secara resmi di buka
pada 8 desember 1932
d. Istitusi museum bali kemudian mengembalikan manajememen kepada pemerintah
Indonesia sejak 6 januari 1966.

g.1: pintu masuk museum bali

5
2.2 Gedung Karangasem
Yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini adalah gedung karangasem. Gedung
karangasem ini terletak di antara gedung tabanan sebelah kiri dan sebelah kanannya adalah
gedung buleleng. Gambaran umum gedung ini memiliki 2 gerbang berupa candi bentar yang
membatas gedung ini dan 2 gedung di sampingnya. Bangunan ini menggunkan batu bata sebagai
kontruksi dindingnya dan beberapa keramik tempo dulu yang menghiasi dindingnya. Terdapat 2
buah meriam di sisi kanan dan kirinya. Pintu masuk gedung menggunkan 2 daun pintu dari kayu.
Masuk kedalam gedung ini kita akan melihat berbagai jenis cili, mulai dyang berbentuk
sederhana hinga yang rumit sekalipun.

g.2 : denah area museumbali(gedung karangasem)

2.3 Cili
a. Pengertian cili

Cili adalah simbol kekuatan keindahan dan kesuburan yang dilambangkan dengan figur
perempuan dengan ciri khas bentuk segitiga terdiri dari tiga unsur yakni kepala, badan dan kaki
seperti halnya dalam motif hias cilinaya yang dalam kutipan karya ilmiah ISI Denpasar dengan
judul Balinese Lamak 2013, figur ini dalam tradisi umat Hindu Di Bali disebut dengan istilah
Cili berarti kecil dan indah, dikenal sebagai Dewi Padi (Rice Mother, Nini Pantun) (Covarubias,
1989:171). Simbol Cili atau Deling berfungsi sebagai sarana pemujaan kepada Dewi Padi
sebagai simbol kehidupan manusia pada umumnya dan juga simbol mengenai kesuburan
manusia (Brinkgreve, 1992:110). Perwujudan Cili pada lamak disebut sebagai sampian Cili
dengan hiasan wajah yang menyimbolkan kekuatan keindahan atau simbol kedewataan.
Mengandung makna sebagai permohonan keindahan (Sudarsana, 2010:46). Simbol Cili yang
dihadirkan pada karya ini mengandung makna sebagai permohonan kepada Sang Hyang Widhi

6
Wasa agar senantiasa dianugrahkan kerahayuan dan keselamatan terhadap Bhuana Agung dan
Bhuana Alit agar kehidupan di Bumi bisa terus berjalan harmonis.

b. Contoh cili
1. Cili dari janur

(g.3,cili gebogan) (g.4, sampyan cili) (g.5, cili dalam lamak)


2. Cili dari gerabah

(g.6,g.7, cili bentuk gerabah)


3. Cili dalam lukisan

(g.8, cili dalam lukisan)

7
4. Cili dari bahan kayu

(g.9, cili dalam hiasan ukiran kayu)


c. Fungsi cili
1. Sebagai perlengkapan upacara yadnya

Masyarakata bali sebagai penganut agama Hindu, selalu melaksanakan kegiatan


ritual dengan wujud upakara dan upacara. Upakara berupa banten (sesaji) merupakan
symbol yang sacral sebagai wujud bakti kepada Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha
Esa). Bentuk upakara sangatlah beragam, salah satunya adalah Cili. Yang dianggap
sebagai lambing kesuburan sehingga dengan memakai symbol bentuk Cili, diharapkan
mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin dari-Nya. Bentuk – bentuk Cili tersebut
diaplikasikan dalam berbagai perlengkapan Upakara,misalnya sasap, penyeneng, sampian
gantung, Lamak dengan hiasan cili, tutup sesajen, gebogan, salang bahkan pemujaan
khusus tentang Dewa Cili dilaksanakan di daerah tertentu. Dalam melaksanakan
pemnujaan, Dewa Cili Laki-laki dan Perempuan yang dibuat dari janur atau lontar dihias
sedemikian rupa kemudian di upacarai. Masyarakat pendukung dalam melakukan
sembahyang kadang kala ada yang menggunakan pakaian dengan motif Cili. Hal ini
kemungkinan juga menjadi harapan mendapatkan kesejahteraan lahir dan batin.

8
(g10,g11, cili dalam upacara yadnya)

2. Cili sebagai lambang kesuburan

Pemujaan terhadap Dewi Sri/Dewi Cili sebagai lambang kesuburan dihubungkan


dengan sawah dan tanaman padi. Pengelolaan sawah mulai dari penanaman padi sampai
panen disertai upacara – upacara untuk memohon kesuburan, mengharapkan hasil yang
baik dan melimpah serta ucapan terimakasih kepada Dewi Sri sebagai Dewi Kesuburan.

(G.13.G.14, penjelasan cili sebagai lambang kesuburan dan contoh banten/sesaj)

9
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil observasi kami di museum bali khususnya di gedung karagasem yang menyimpan
berbagai bentuk jenis cili yang di gunakan oleh masayarakat hindu di bali, merupakan hasil
kebudayaan yang ada di bali yang patut di lestarikan. Dimana kita tidak boleh tergerus oleh
perkembangan jaman yang serba instan, suatu yang di turunkan oleh nenek moyang kita harus
tetap kita lestarikan agar tidak semata-mata hanya menjadi pajangan di museum dan dilihat saja.
Karena bali merupakan museum hidup dimana apa yang terdapat di museum masih di lestarikan
oleh masyarakat hidnu di bali. Ini yang menarik wisatawan datang ke bali bukan hanya sebuah
pajangan.

10

Anda mungkin juga menyukai