Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Suatu Negara di dalam mendapatkan kemerdekannya tidak lupu akan


adannya pristiwa-pristiwa penting di dalam memperjuangkannya. Kemerdekaan
itu dapat diraih berkat dengan adannya tekat yang besar oleh Para Pahlawan yang
memperjuangkan Negara Ri ini dari ancaman kolonial penjajah yang ingin
menguasai sumber daya yang melimpah, yang dimiliki oleh Negara Indonesia itu
sendiri. Salah satunnya Provinsi Bali yang merupakan bagian dari Indonesia yang
turut di Jajah pada Masannya.

Berbicara mengenai Bali yang merupakan daerah yang terdapat di Negeri


Indonesia ini, memiliki sejarah tersendiri di dalam memperjuangkan tanah
kelahirannya dari tangan kolonial penjajah pada masa itu. Salah satunnya kerajaan
yang terdapat di Kabupaten Klungkung yang merupakan Kerajaan besar yang
terdapat di Bali. Aksi heroik Pahlawan setempat yang pada generasi sekarang
dapat dilihat dari peninggalan Sejarah yang kita kenal dengan Kerta Gosa,
diamana Bangunan tersebut nampak membekas cerita Perjuangan Pahlawan
daerah di dalam mmperjuangkan tanah pertiwi. Sehingga di dalam
mengenangnya, sebagai generasi muda memiliki kewajiban baik mencatat,
mengetahui, dan mempelajari perkemabngan pada zaman sejarah hingga sampai
pada kemerdekaan yang telah bergulir untuk tetap menanamkan rasa Patriotisme.

1.2. Tujuan Kegiatan.

Untuk mempelajari dan mengetahui sejarah yang telah tercatat dengan


adannya peninggalan bekas Kerajaan Klungkung berupa Bangunan Kerta Gosa
terhadap Fungsi, Tata Cara peradilan maupun makna relif yang menceritakan
kisah kehidupan manusia pada masa lampu sebagai pengetahuan untuk mencatat
sejara itu sendiri dan menyalurkan pengetahuan tersebut kepada generasi penerus
2

Bangsa agar tidak lupa akan perjuangan para Pahlawan yang rela bersimbah darah
memperjuangkan ibu pertiwi.

BAB II
3

PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Umum.

Sebagai bekas kerajaan dan jajahan, Kabupaten Klungkung mempunyai


banyak peninggalan yang saat ini menjadi Objek Wisata yang dikenal dengan
Kerta Gosa yang merupakan salah satu tempat wisata di Bali yang menarik yang
wajib untuk di kunjungi karena tempat wisata Kerta Gosa ini memiliki nilai
sejarah yang sangat kental untuk di ketahui oleh kalangan anak muda yang
merupakan generasi penerus Bangsa. Tempat wisata Kerta Gosa Bali menjadi
salah satu daya tarik objek wisata di Klungkung. Kerta Gosa sudah terkenal
hingga ke mancanegara sehingga tempat wisata di Bali ini mampu menarik
wisatawan asing setiap harinya. Tidak hanya itu, Objek wisata Kerta Gosa ini
mulai menjadi tempat wisata favorit di Klungkung, Bali yang tak pernah sepi
dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Kerta Gosa salah satu objek wisata yang terletak di tengah - tengah
Kota Kabupaten Klungkung. Lokasinya tepat di depan Kantor Bupati Kabupaten
Klungkung yang dimanan ada tiga bangunan dari komplek kerajaan Klungkung
yang masih tersisa dan tidak sampai hancur saat invasi kolonial Belanda,
diantarannya :

a. Bangunan / Bale Kertha Gosa.

b. Bale Kambang (bangunan yang dikelilingi kolam yang disebut Taman


Gili).

c. Bangunan Medal Agung (pintu gerbang utama kerajaan Klungkung).

Bangunan sejarah yang menceritakan kehidupan lampau di Kerajaan Kelungkung


tersebut, masing-masing memiliki sejarah dan fungsingnya masing-masing. Selain
3 (Tiga) dari bangunan tersebut, masih ada bangunan yang terdapat di areal Obyek
wisata ini diantarannya Bale Kulkul dan Musium Semarajaya yang merupakan
bekas sekolah MULO yang didirikan Belanda sekitar 1920-an beberapa tahun
setelah Belanda mengancurkan Puri semarapura.

2.2. Kertha Gosa.


4

a. Sejarah Bangunan.

Pada jaman dahulu Kertha Gosa dan taman gili merupakan bagian dari
jaman kerajaan Kelungkung yang di bangun pada abad ke-17, yang dimanan
pada awalnya bangunan Kerta Gosa merupakan bangunan yang digunakan
sebagai tempat mengadakan rapat kerajaan untuk membahas tentang
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Klungkung. Sesuai dengan arti dari
nama “Kerta Gosa“, kerta artinya kesejahteraan atau kemakmuran dan Gosa
artinya diskusi/ tempat diskusi. Akan tetapi setelah Belanda berhasil
menaklukkan kerajaan Klungkung pada perang Puputan (perang sampai titik
darah penghabisan) yang terjadi pada tanggal 28 April 1908, Kerta
Gosa kemudian beralih fungsi menjadi tempat peradilan. Semua bentuk
perkara baik perkara kerajaan ataupun perkara adat disidangkan dan
diputuskan disini. selama berlangsungnya birokrasi kolonial Belanda di
Klungkung (1908-1942), sejak diangkatnya pejabat pribumi menjadi kepala
daerah kerajaan di Klungkung (Ida I Dewa Agung Negara Klungkung) pada
tahun 1929 dan pada masa penjajahan Jepang (1043-1945). Bahkan, sampai
saat ini masih bisa dilihat seperti peralatan dari bangunan Kerta Gosa ini
seperti Kursi, Meja dan yang lainnya yang di ukir dan di hias dengan
perada. Benda-benda itu merupakan bukti-bukti peninggalan lembaga
pengadilan adat tradisional seperti yang pernah berlaku di Klungkung dalam
periode kolonial (1908-1942) dan periode pendudukan Jepang (1043-1945).

b. Fungsi Bangunan.

Berdasarkan sejarah dari bangunan ini, dimana pada jaman kerajaan


memiliki fungsi sebagai tempat mengadakan rapat/ sidang raja-raja maupun
kerajaan di Bali untuk membahas tentang kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat., namun setelah Kerajaan Kelungkung jatuh akibat perang Puputan
Kelungkung pada tanggal 28 April 1908, Kertha Gosa kemudian
berubah/beralih fungsi menjadi tempat pengadilan adat dan agama.

Dengan adannya perubahan tersebut, sehingga didalam Tatacara


Peradilan menggunakan sistem Perdata yang terlihat dari fungsi bangunan
ini yang digunakan untuk mengadili perkara adat dan agama terhadap
5

masyarakat yang melanggar peraturan yang telah diatur pada masa itu. Pada
Balai ini terdapat sebuah meja berukir keemasan dan 6 (enam) buah kursi.
Pada kursi yang lengannya bertanda singa adalah tempat duduknya Regen
(Raja) yang bertindak selaku Hakim Ketua. Kursi yang berlengan lembu
adalah tempat duduknya Pendeta sebagai Ahli Hukum serta penasehat Raja
di dalam mengambil keputusan. Dan Kursi yang berlambangkan Naga
adalah tempat duduknya para Kanca sebagai Panitera. Sedangkan orang-
orang yang hendak diadili baik sebagai tergugat maupun penggugat duduk
dilantai bersila dalam laku dan sikap santun.

2.3. Taman Gili/ Balai Kambang.

a. Sejarah Bangunan.

Balai Kambang adalah suatu bangunan Berarsitektur Tradisional Bali


dengan Hiasan Lukisan Tradisional Kamasan di langit-langit yang dimana
menggambarkan Filosofi Kebudayaan Hindu. Disebut Bale Kambang
karena bangunan ini dikelilingi kolam yaitu Taman Gili sehingga lebih
sering disebut dengan Taman Gili. Mengenai lukisan yang terdapat pada
langit-langit Bale Kambang ini menceritakan lukisan wayang yang
mengambil tema yang berasal dari cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma.

Disamping itu pula Taman Gili/Balai Kambang sebagai satu bangunan


beraksitetur tradisional Bali didirikan diatas alas kura-kura raksasa yang
disebelah timurnya, diatas tembok kolam yang mengelilinginya berderet
patung –patung para Dewata di satu pihak dan para raksasa di pihak lain,
masing-masing Kelompok berusaha mendapatkan Amertha Penyubur
Kehidupan. Kisah ini sebenarnya merupakan kisah simbolik tentang upaya
penstabilan dunia dengan segala kehidupan di atasnya.

b. Fungsi Bangunan.

Mengenai Fungsi dari bangunan ini, dimana Melihat gambar (relife)


yang terdapat pada langit-langit bangunan, diambil dari tema yang berasal
dari cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma mengisahkan kehidupan
masyarakat setempat pada zamannya sehingga terlihat bahwa bale ini
6

memuliki fungsi sebagai tempat untuk keluarga kerajaan melakukan ritual


manusia Yadnya seperti pernikahan dan upacara potong gigi.

2.4. Pemedal Agung.

Pemedal Agung Adalah sebuah gapura yang Menjulang tinggi dengan


struktur yang kokoh dari abad ke-17. Bangunan ini terbuat dari batu bata dan batu
padas yang ditambah dengan pamor bubuk dan gula pasir sebagai perekat.

Pemedal Agung memiliki Fungsi sebagai pintu masuk menuju Puri


Kelungkung pada zaman kerajaan Kelungkung. Pemedal Agung merupakan saksi
bisu kejadian Bela Pati masyarakat Kelungkung yang kita kenal dengan pristiwa
Puputan Klungkung. Gapura inilah yang pernah berfungsi sebagai penopang
mekanisme kekuasaan pemegang tahta (dewa Agung) di Klungkung selama lebih
dari 200 Tahun (1686-1908).

2.5. Bale Kulkul di Kertagosa.

Selain bangunan utama yang merupakan peninggalan sejarah Kerajaan


Klungkung, di area Kerta Gosa pula terdapat Bale Kulkul yang merupakan suatu
bangunan bale untuk menggantung Kulkul sehingga dapat berfungsi sebagai
sarana komunikasi Masyarakat Bali. Bale Kulkul yang di kelompokan dalam
beberapa jenis pada awalnnya banyak temukan di Pura Puri, dan Banjar.

Pada perkembangannya Bale Kulkul juga berfungsi sebagai Pos Satpam.


Bale Kulkul juga berfungasi sebagai bangunan Penanda yang Mendukung
karakter Kota atau Budaya. Kulkul merupakan suatu benda yang memiliki fungsi
sebagai sarana komunikasi untuk memberi tanda kepada masyarakat atau
penyungsung-nya. Jumlah irama pukulan kulkul mempunyai arti tersendiri yang
berbeda-beda pada setiap daerah, yang dimana dalam bentuk jasmaninya Kulkul
dapat disamakan dengan kentongan.

2.6. Musium Semarajaya.

Tak kalah pentingnnya di sebelah Barat Kerta Gosa terdapat Musium


Semarajaya, yang dimana merupakan bangunan memanjang bekas sekolah MULO
yang didirikan Belanda sekitar 1920-an beberapa tahun setelah Belanda
7

menghancurkan Puri Semarapura, sehingga corak arsitektur bangunan pun


merupakan combinasi kolonial lokal. Museum ini menyimpan benda bersejarah
peninggalan kerajaan Klungkung, dan benda yang digunakan oleh pengadilan adat
tradisional Bali pada jaman dulu

2.7. Makna Lukisan (Relif) yang terdapat pada bangunan Kerta Gosa dan Taman
Gili/Balai Kambang.

Fungsi dari kedua bangunan terkait erat dengan fungsi pendidikan lewat
lukisan-lukisan (relife) wayang yang dipaparkan pada langit-langit bangunan.
Dimana mkana relife yang terdapat pada bangunan Kerta Gosa tersebut
merupakan rangkaian dari suatu cerita yang mengambil tema pokok parwa yaitu
Swargarokanaparwa dan Bima Swarga yang memberi petunjuk hukuman karma
phala (akibat dari baik-buruknya perbuatan yang dilakukan manusia selama
hidupnya) serta penitisan kembali ke dunia karena perbuatan dan dosa-dosanya.
Karenanya tidak salah jika dikatakan bahwa secara psikologis, tema-tema lukisan
yang menghiasi langit-langit bangunan Kerta Gosa memuat nilai-nilai pendidikan
mental dan spiritual.

Lukisan dibagi menjadi enam deretan yang bertingkat. Deretan paling


bawah menggambarkan tema yang berasal dari ceritera Tantri. Dereta kedua dari
bawah menggambarkan tema dari cerita Bimaswarga dalam Swargarakanaparwa.
Deretan selanjutnya bertemakan cerita Bagawan Kasyapa. Deretan keempat
mengambil tema Palalindon yaitu ciri atau arti dan makna terjadinya gempa bumi
secara mitologis. Lanjutan cerita yang diambil dari tema Bimaswarga terlukiskan
pada deretan kelima yang letaknya sudah hampir pada kerucut langit-langit
bangunan. Di deretan terakhir atau keenam ditempati oleh gambaran tentang
kehidupan nirwana. Selain di langit-langit bangunan Kerta Gosa, lukisan (relif)
wayang juga terdapat pada bangunan Balai Kambang/Taman Gili yang menghiasi
langit-langit bangunan bernuansa wayang mengambil tema yang berasal dari
cerita Kakawin Ramayana dan Sutasoma yang menceritakan pengaruh bintang
kelahiran pada kehidupan.
8

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan.

Kerta Gosa merupakan suatu bangunan peninggalan sejarah Kerajaan


Klungkung yang dimana pada saat ini masih tampah 3 bangunan yang masih
9

berdiri, dimana diantarannya Bangunan Kerta Gosa itu sendiri yang pada
jamannya digunakan sebagai tempat rapat Raja-raja se-Bali dalam membahas
mengenai kesejahteraan rakyat, namun sejak kerajaan klungkung dilumpuhkan
beralihlah fungsi dari bangunan ini yang digunakan sebagai tempat peradilan adat
dan agama. Selain kerta Gosa itu sendiri masih ada bangunan yang disebut Balai
Kambang/Taman Gili yang pada Zamannya digunakan sebagai tempat upacara
yadnnya. Kedua bangunan ini tidak lepas dari adannya relif gambar pewayangan
yang menceritakan kisah hidup manusai terhadap karma baik maupun buruk yang
mereka lakukan semasa hidupnnya.

3.2. Saran

Sebagai generasi muda penerus bangsa, kita tidak boleh lupa akan sejarah,
dimana sejara sangat mengajarkan kita makna dari perjuangan tersebut, sehingga
tidak luput dari pahlawan yang telah gugur dalam medan perang yang telah
mengorbankan nyawannya demi kedamaian tanah tercinta ini, sehingga dengan
mengetahui akar cikal bakal kemerdekaan tersebut, sehingga kepada generasi di
era perkembangan jaman sekarang tetap memupuk rasa pahlawan dan
Patriotisme.Selain hal tersebut dengan sejarah kita bisa mempertahankan apa yang
telah kita punya sebagai warisan tradisi.

LAMPIRAN

a. Bangunan Kerta Gosa.


10

b. Bangunan Taman Gili/Balai Kambang


11

c. Bangunan Pemedal Agung.


12

d. Bangunan Balai Kulkul.

e. Bangunan Musium Semarajaya.

f.

Anda mungkin juga menyukai