Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

KUNJUNGAN MUSEUM SULAWESI TENGAH


“TAMAN NASIONAL LORE LINDU”

Dosen Pengampuh: Harun Nyak Itam Abu SH., MH

Disusun Oleh:

Tasya_D10123404

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TADULAKO

2023
SEJARAH MUSEUM

Museum Sulawesi Tengah merupakan museum yang didirikan atas prakarsa Masyhudin
Masyhuda. Ia menulis Perspektif Pembangunan Museum Sulawesi Tengah yang dipresentasikan
pada penataran Ilmu Permuseuman di Museum Nasional Jakarta pada 1975. Kemudian, dengan
bantuan dari pemerintah daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dimulai penyelamatan dan
pengumpulan benda-benda yang akan dijadikan sebagai koleksi museum. Selanjutnya,
pembangunan fisik bangunan museum dimulai pada REPELITA II Tahun anggaran 1977/1978
di areal tanah seluas 18.330 M2. Museum sulawesi tengah ini mulai dibangun pada tahun 1977
dan diresmikan pada tahun 1987. Di dalam museum ini terdapat koleksi dari kumpulan bukti
material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan cabang seni/ disiplin ilmu dan
teknologi yang terdiri dari koleksi geologika, biologika, etnografika, arkeologika, historika,
numismatika, filologika, keramologika, teknologika dan koleksi seni rupa. Saat ini koleksi
Museum Sulawesi Tengah ini berjumlah 7.595 buah. Dari jumlah tersebut beberapa diantaranya
termasuk koleksi unggulan, yaitu kain tenun Donggala, pakaian kulit kayu, taingaja atau patung
kerbau yang terbuat dari perunggu, serta fosil rahang gajah purba yang diperkirakan berumur 1,9
juta tahun.

Salah satu cara paling efektif untuk mengenal sejarah dan budaya suatu masyarakat di
sebuah daerah adalah dengan berkunjung ke museum daerah setempat. Anda cukup berkunjung
ke Museum Sulawesi Tengah yang berlokasi di tengah Kota Palu. Museum Sulawesi Tengah
terletak di Jalan Kemiri No. 23, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah. Museum Sulawesi Tengah ini memiliki koleksi berbagai benda peninggalan
sejarah dan kebudayaan masyarakat Sulawesi Tengah. Museum Sulawesi Tengah mulai
dibangun pada 1977, dan diresmikan pada 1987. Museum Sulawesi Tengah memiliki koleksi
sekitar 7.455 buah. Dari jumlah tersebut, 5 (lima) di antaranya termasuk koleksi unggulan, yaitu
kain tenun Donggala, pakaian kulit kayu, patung Palindo yang menggambarkan nenek moyang
masyarakat Lembah Bada, taingaja atau patung kepala kerbau yang berbuat dari perunggu, serta
fosil rahang gajah purba (stegodon) yang diperkirakan berumur 1,9 juta tahun. Museum Sulawesi
Tengah cukup mudah dicapai karena berada di tengah kota dan berdekatan dengan Pasar Inpres
Manonda.
PENINGGALAN MASA NEOLITIK DAN MEGALITIK

1. Kapak Lonjong
Ditemukan di desa kaleke, Kecamatan Dolo Kabupaten Sigi dan diduga dari zaman
neolitik digunakan sebagai peralatan pertanian.
2. Kapak Persegi
Ditemukan di Kecamatan Baolan, Kabupaten Tolitoli dan diduga dari zaman neolitik
digunakan sebagai peralatan pertanian.
3. Beliung
Ditemukan dilembah palu dan diduga dari zaman neolitik digunakan sebagai peralatan
pertanian
4. Gelang Batu dan Gelang Kerang
Pada zaman megalitik digunakan sebagai bekal kubur pada upacara penguburan kedua
suku mori diwilayah lembo kabupaten morowali.

Gambar 1: Gelang Batu dan Gelang Kerang Gambar 2: Kapak Lonjong, Kapak Persegi, Beliung
KOLEKSI ARKEOLOGI

Terdiri dari beberapa koleksi dari peninggalan periode prasejarah:

1. Kapak Batu
Di temukan di wilayah lanona bungku utara kabupaten morowali
2. Patung (TauTau)
Ditemukan di lembasada banawa selatan kabupaten donggala.
3. Pemukul Kulit Kayu
Terbuat dari batu pada penelitian arkeologi di situs tadulako lembah behoa kabupaten
poso
4. Lumpang batu
Ditemukan didesa betue lembah napu lore peore kabupaten poso

Gambar 3: Gelang Batu dan Gelang Kerang

KAPAK DAN GELANG PERUNGGU

Kapak dan gelang merupakan koleksi peninggal pada zaman prasajarah dari kebudayaan
logam (masa perundingan). Kapak digunakan sebagai peralatan rumah tangga, sedangkan gelang
digunakan sebagai perhiasan dan bekal kubur pada kurung waktu 1500 tahun sebelum
masehisampai dengan awal abad masehi.

Gambar 4: Gelang Perunggu Gambar 5: Kapak


KOLEKSI GEOLOGIKA

Geologika didasarkan pada disiplin ilmu gologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang
kerak bumi dari lapisan tanah, kandungan mineral dalam bumi serta batuan-batuannya, seperti:

1. Batu marmer
2. Batu kapur
3. Pasir besi

Gambar 6: batu marmer, batu kapur, pasir besi

KOLEKSI BIOLOGIKA

Biologika berkenaan dengan disiplin ilmu biologi, yaitu ilmu yang mempelajari asal,
bentuk dan tingkah laku. Flora dan fauna, seperti :

1. Tanduk kerbau
2. Tanduk rusa
3. Tanduk anoa
4. Kupu-kupu
5. Kulit anoa

Gambar 7: tanduk kerbau, rusa, anoa, kupu-kupu, kulit anoa


Benda-benda peninggalan pengaruh budaya islam disulawesi tengah sejak abad ke 16, antara
lain:

1. Alqur’an tulis tangan


2. Temboka pejunu
Ditemuka di kelurahan baru kecamatan palu barat dan digunakan sebagai gayung pada
tradisi mandi dibulan safar.
3. Keris
Keris ragan bone dengan hias tulisan kaligrafi
4. Pasatimpo
Pada sarung pasatimpo terdapat tulisan huruf arab langgam jawa yang mengandung
makna solidaritas dalam kehidupan bermasyarakat.

Gambar 8: alqur’an tulis tangan Gambar 9: Temboka pejunu, keris, pasatimpo

KOLEKSI HISTORIKA
Koleksi yang mempunyai nilai sejarah dan pernah dimanfaatkan pada masa pemerintahan
kolonial belanda sebagai senjata dan hiasan. Koleksi ini berupa :
1. Pistol voc
Tinggalan kolonial yang berfungsi sebagai senjata.
2. Meriam
Tinggalan kolonial yang berfungsi sebagai senjata.
3. Peluru meriam
Tinggalan kolonial yang berfungsi sebagai amunis/peluru senjata.
4. Meriam kecil (lela)
Tinggalan kolonial yang berfungsi sebagai aksesoris ruangan
Gambar 10: pistol voc Gambar 11: meriam & peluru meriam

TEMPAYAN GERABAH

Hasil temuan ekskavasi arkeologi di situs watunongko, lembah napu, kec. Lore utara, kab.
Poso, tanggal 27 oktober 1998 oleh tim balai arkeologi manado kerjasama dengan bidang
PSK kanwil depdikbud sulteng dan museum negeri propinsi sulawesi tengah. Menurut prof.
Dr. R.P. soejono, tempayan ini merupakan temuan tempayan gerabah terbesar di indonesia
yang digunakan sebagai wadah kubur pada masa megalitik di sulawesi tengah.

Gambar 12: Tempayan Gerabah

MASAKAN TRADISIONAL

UTA KELO (SAYUR KELOR)

Masakan sayur khas suku kaili berbahan utama daun kelor diolah bersama santan kelapa dan
potongan pisang muda

Uta kelo umumnya disajikan bersama nasi dan masakan tradisional lainnya berbahan utama
ikan teri kecil yaitu duo sebagai lauknya.
Gambar 13: Uta Kelo (Sayur kelor)

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai