Anda di halaman 1dari 10

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

Disusun oleh:
Kelas X IPA 2
M. Zainal Arifin
Irfan Septiadi
Kevin Prasetya
Intan
Ana Maulida

SMA NEGERI 1 BATU AMPAR


DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

A. Antara Batu dan Tulang........................................................................................2

a. Kebudayaan Pacitan...........................................................................................2

b. Kebudayaan Ngandong......................................................................................3

B. Antara Pantai dan Gua..........................................................................................4

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger.......................................................................4

b. Kebudayaan Abris Sous Rosce..........................................................................5

C. Mengenal Api........................................................................................................6

BAB III PENUTUP.......................................................................................................7

A. Kesimpulan...........................................................................................................7

B. Saran.....................................................................................................................7

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika anda berpikir bahwa teknologi hanya ada pada zaman sekarang itu “Salah

Besar”. Jika anda mempelajari ilmu sejarah dan ilmu pengetahuan alam, anda

mungkin akan menemukan bahwa nenek moyang kita pun suda mempunyai teknologi

tersendiri, meski tak secanggih sekarang.

Sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba sudah mengembangkan

kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari teknologi bebatuan

yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya peralatan

atau teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal

alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya serta bersifat trial error.

Mula-mula mereka hanya menggunakan benda benda dari alam terutama batu.

Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang

begitu panjang. Oleh karena itu, para ahli kemudian membagi kebudayaan zaman

batu di era pra aksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan .

kebudayaan terbagi menjadi 3 yaitu, Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Perlu diketahui bahwa sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba

sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari

teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam

praktiknya paralatan atau teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna.

Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya

serta bersifat trial dan eror. Mula – mula mereka hanya menggunakan benda – benda

dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam

kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu, pad ahli kemudian membagi

kebudayaan zaman batu di era pra-aksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap

perkembangan. Dalam buku R. Soekmono, Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia

I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu,

Paleotikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum serta zaman logam yaitu

perunggu dan besi.

A. Antara Batu dan Tulang

Peralatan ini berkembang pada zaman Paleolitikum atau zaman batu tua yang

dimana pada zaman ini tekait dengan munculnya jenis manusia purba. Dikatakan

zaman batu tua karena hasil kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih

senderhana dan kasar. Kebudayaan zaman Paelolitikum secara umum terbagi menjadi

Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan

Kebudayaan pacitan berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Seorang

ahli, von koeningswald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan

beberapa hasil teknologi. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak

2
runcing yang disebut dengan kapak gengam atau kapak perimbas, digunakan untuk

menusuk binatang atau menggali tanah saat mencari umbiumbian.

Selain itu, ditemukan alat batu yang disebut dengan chopper sebagai alat

penetak dan alat alat serpih sebagai penusuk atau pisau.

Kapak perimbas tersebar di wilayah Sumatra Selatan, Kalimantan timur,

Sulawesi Selatan, Bali, Flores, dan Timor. Daerah Punung merupakan tempat terkaya

dan penemuan terpenting di Indonesia.

b. Kebudayaan Ngandong

Kebudayaan ini berkembang di daerah Ngandong dan Sidorejo, dekat Ngawi.

Di daerah ini banyak ditemukan alat-alat dari batu dan tulang.Alat- alat dari batu,

seperti kalsedon yang seringdisebut dengan flake untuk mengupas makanan. Alat alat

dari tulang ini berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan

digunakan sebagai penusuk atau belati. Selain itu, ditemukan alat seperti tombak yang

bergerigi yang berfungsi untuk mengorek ubi dalam tanah dan menangkap ikan.

Sebaran artefak dan peralatan paleolitik cukup luas sejak dari daerah – daerah

di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara

Timur (NTT), dan Halmahera.

Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung

kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai berikut

Alat-alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus

erectus, yaitu pada pleistosen tengah (lapisan dab fauna Trinil).

1. Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus erectus,

yaitu Sinanthropus pekinensis. Bersama-sama ini ditemukan juga alat-alat batu yang

serupa dengan alatalat batu dari Pacitan.

3
Adapun pendukung kebudayaan Ngandong yaitu : Homo Soloensis dan Homo

wajakensis dengan alasan sebagai berikut :

Di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-

tulang binatang dan atap tengkorak Homo soloensis.

Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo wajakensis,

yaitu pleistosen atas.

B. Antara Pantai dan Gua

Hasil kebudayaan zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman

Mesolitikum lebih maju dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (zaman

batu tua). Tetapi hasil kebudayaan zaman Paleolitikum tidak serta merta punah tetapi

mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Secara garis besar, kebudayaan

Mesolitikum terbagi menjadi dua kelompok besar yang dilingkungi tempat tinggal,

yaitu pantai dan gua.

Proses pembuatan kapak batu:

1. Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk.

2. Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras.

3. Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga

dilindungi dengan kulit.

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger

Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu

kjokken artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti

sebenarnya adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah

timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter

dan sudah membatu atau menjadi fosil.

4
Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni

antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa

manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van

Stein Callenfels melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak

menemukan kapak genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam

Palaeolithikum). Kapak genggam itu dinamakan pebble atau kapak sumatra. Kapak

pebble terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi

bagian dalam dikerjakan sesuai dengan keperluannya. Ditemukan juga jenis batu

pipisan (batu penggiling) untuk untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk

menghaluskan cat merah.

b. Kebudayaan Abris Sous Rosce

Kebudayaan Abris Sous Rosce merupakan hasil kebudayaan yang

mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua –

gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenals di

Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo (1928 – 1931). Hasil teknologi yang ditemukan

misalnya ujung panah, flake, batu penggilingan. Ditemukan juga alat – alat dari

tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan Abris Sous Rosce banyak ditemukan di Besuki,

Bojonegoro, di Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.

Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal

manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan

dari cuaca dan binatang buas.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata

yang paling banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut

sebagai Sampung Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di

Sampung tidak ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari

kebudayaan Mesolithikum.Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, merupakan

kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.

5
C. Mengenal Api

Mengenal Api – Bagi manusia purba, proses penemuan api merupakan bentuk

inovasi yang sangat penting. Berdasarkan data arkeologi, penemuan api kira-kira

terjadi pada 400.000 tahun yang lalu. Penemuan pada periode manusia Homo erectus.

Api digunakan untuk menghangatkan diri dari cuaca dingin. Dengan api kehidupan

menjadi lebih bervariasi dan berbagai kemajuan akan dicapai. Teknologi api dapat

dimanfaatkan manusia untuk berbagai hal. Di samping itu penemuan api juga

memperkenalkan manusia pada teknologi memasak makanan, yaitu memasak dengan

cara membakar dan menggunakan bumbu dengan ramuan tertentu. Manusia juga

menggunakan api sebagai senjata. Api pada saat itu digunakan manusia untuk

menghalau binatang buas yang menyerangnya. Api dapat juga dijadikan sumber

penerangan. Melalui pembakaran pula manusia dapat menaklukkan alam, Sumber :

Taufik Abdullah dan A.B Lapian (ed). 2012. Indonesia Dalam Pada awalnya

pembuatan api dilakukan dengan cara membenturkan dan menggosokkan benda halus

yang mudah terbakar dengan benda padat lain. Sebuah batu yang keras, misalnya batu

api, jika dibenturkan ke batuan keras lainnya akan menghasilkan percikan api.

Percikan tersebut kemudian ditangkap dengan dedaunan kering, lumut atau material

lain yang kering hingga menimbulkan api. Pembuatan api juga dapat dilakukan

dengan menggosok suatu benda terhadap benda lainnya, baik secara berputar,

berulang, atau bolak-balik. Sepotong kayu keras misalnya, jika digosokkan pada kayu

lainnya akan menghasilkan panas karena gesekan itu kemudian menimbulkan api.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

Teknologi bermula dari teknologi bebatuan untuk memenuhi kebutuhan.

Kemudian, teknologi bebatuan berkembang dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Oleh karena itu, para ahli kemudian membagi kebudayaan menjadi beberapa zaman

batu menjadi beberapa zaman. Kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi 3 yaitu,

Paleolitikum,Mesolitikum, dan Neolitikum. Kebudayaan zaman Paelolitikum secara

umum terbagi menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.Hasil

kebudayaan zaman batu madya atau batu tengah atau zaman Mesolitikum lebih maju

dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum. Secara garis besar, kebudayaan

Mesolitikum terbagi menjadi dua kelompok besar yang dilingkungi tempat tinggal,

yaitu pantai dan gua.

Api merupakan faktor penting dalam kehidupan. Penemuan api merupakan

bentuk inovasi yang sangat penting. Penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000

tahun yang lalu. Penemuan api pada periode Homo erectus. Pada awalnya pembuatan

api dengan cara menggosokkan benda halus yang mudah terbakar dengan benda padat

lain. Sisa api yang tertua ditemukan di Chesowanja, Tanzania, dari sekitar 1,4 juta

tahun lalu, yaitu berupa tanah liat kemerahan bersama dengan sisa tulang binatang.

B. Saran

Sebaiknya, kita harus menjaga dan menyimpan peninggalan-peninggalan

zaman dahulu dengan baik agar anak cucu kita juga bisa mempelajari dan melihatnya.

Selain itu peninggalan zaman dahulu sangat bermanfaat untuk kemajuan sifat moral

dan teknologi zaman sekarang. Lalu, milikilah sifat manusia purba yang menemukan

7
api dengan proses trial and error yaitu walaupun mencoba sesuatu tanpa tahu

petunjuk atau cara kerjanya sehingga banyak mengalami kegagalan, mereka akan

terus mencoba walaupun gagal dan gagal lagi sampai mereka menemukan hasil yang

mereka inginkan. Jangan jadi manusia yang hanya bisa pasrah dengan hidup.

Demikianlah makalah ini, penulis susun dengan baik. Semoga dapat

bermanfaat bagi temanteman. Penulis menyadari makalah ini masih banyak

kekurangan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang senantiasa bersifat

membangun demi menyempurnakan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai