Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Sejarah Indonesia di tahun ajaran 2015, dengan judul PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PADA ZAMAN PRA AKSARA. Dengan membuat tugas ini diharapkan
mampu untuk lebih mengenal tentang manusia purba di Indonesia.

Penulis menyadari, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif,
guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan penulis, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi


manfaat tersendiri bagi teman-teman.

Jakarta, 09 Oktober 2015

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................. i

Daftar Isi............................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................... 1

1.1 Latar Belakang................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah........................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan............................................. 2
1.4 Manfaat Penuliasan......................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................ 3
2.1 Perkembangan teknologi pada masa aksara.... 3
2.2 Antara Batu dan Tulang................................... 3
2.3 Antara Pantai dan Gua.................................... 5
2.4 Mengenal Api.................................................. 7
2.5 Sebuah Revolusi.............................................. 11

BAB 3 PENUTUP................................................................ 14
3.1 Kesimpulan...................................................... 14
3.2 Saran............................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA............................................................. 16
2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika anda berpikir bahwa teknologi hanya ada pada zaman sekarang itu Salah Besar.
Jika anda mempelajari ilmu sejarah dan ilmu pengetahuan alam, anda mungkin akan
menemukan bahwa nenek moyang kita pun suda mempunyai teknologi tersendiri, meski tak
secanggih sekarang.

Sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba sudah mengembangkan kebudayaan


dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari teknologi bebatuan yang digunakan sebagai
alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya peralatan atau teknologi bebatuan tersebut
dapat berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat
kebetulan dan seadanya serta bersifat trial error. Mula-mula mereka hanya menggunakan
benda benda dari alam terutama batu.

Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu
panjang. Oleh karena itu, para ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era pra
aksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan . kebudayaan terbagi menjadi 3
yaitu, Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum.

3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan
yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi pada zaman pra aksara?
1.2.2 Kebudayaan apa saja yang ada pada zaman pra aksara?
1.2.3 Bagaimanakah proses penemuanapi pada zaman pra aksara ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
1.3.2 Untuk mengetahui kebudayaan yang ada pada zaman pra aksara
1.3.3 Untuk mengetahui proses penemuan api pada zaman pra aksara

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan manfaat penulisan di atas, manfaat penulisannya sebagai berikut :

1.3.4 Kita dapat mengetahui perkembangan teknologi pada zaman aksara


1.3.5 Kita dapat mengetahui kebudayaan yang ada pada zaman pra aksara
1.3.6 Kita dapat mengetahui proses penemuan api pada zaman pra akrasa

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA


Perlu diketahui bahwa sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba sudah
mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari teknologi
bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya
paralatan atau teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal
alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya serta bersifat trial dan eror. Mula
mula mereka hanya menggunakan benda benda dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan
pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu, pad ahli
kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era pra-aksara ini menjadi beberapa zaman
atau tahap perkembangan. Dalam buku R. Soekmono, Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia
I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu, Paleotikum,
Mesolitikum, Neolitikum, dan Megalitikum serta zaman logam yaitu perunggu dan besi.

2.2 Antara Batu dan Tulang


Peralatan ini berkembang pada zaman Paleolitikum atau zaman batu tua yang dimana pada
zaman ini tekait dengan munculnya jenis manusia purba. Dikatakan zaman batu tua karena hasil
kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih senderhana dan kasar. Kebudayaan zaman
Paelolitikum secara umum terbagi menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan pacitan berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Seorang ahli,
von koeningswald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah menemukan beberapa
hasil teknologi. Alat batu itu masih kasar, dan bentuk ujungnya agak runcing yang
disebut dengan kapak gengam atau kapak perimbas, digunakan untuk menusuk
binatang atau menggali tanah saat mencari umbi-umbian.
Selain itu, ditemukan alat batu yang disebut dengan chopper sebagai alat penetak dan
alat alat serpih sebagai penusuk atau pisau.
Kapak perimbas tersebar di wilayah Sumatra Selatan, Kalimantan timur, Sulawesi
Selatan, Bali, Flores, dan Timor. Daerah Punung merupakan tempat terkaya dan
penemuan terpenting di Indonesia.

5
Kapak genggam kapak perimbas

Alat serpih
b. Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan ini berkembang di daerah Ngandong dan Sidorejo, dekat Ngawi. Di daerah
ini banyak ditemukan alat-alat dari batu dan tulang.Alat- alat dari batu, seperti kalsedon
yang seringdisebut dengan flake untuk mengupas makanan. Alat alat dari tulang ini
berasal dari tulang binatang dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan sebagai
penusuk atau belati. Selain itu, ditemukan alat seperti tombak yang bergerigi yang
berfungsi untuk mengorek ubi dalam tanah dan menangkap ikan.
Sebaran artefak dan peralatan paleolitik cukup luas sejak dari daerah daerah di
Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur
(NTT), dan Halmahera.

Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan


Pacitan adalah Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai berikut Alat-alat dari
Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan Pithecanthropus erectus, yaitu pada
pleistosen tengah (lapisan dab fauna Trinil).

6
1. Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus erectus,
yaitu Sinanthropus pekinensis. Bersama-sama ini ditemukan juga alat-alat batu yang
serupa dengan alat-alat batu dari Pacitan.

Adapun pendukung kebudayaan Ngandong yaitu : Homo Soloensis dan Homo


wajakensis dengan alasan sebagai berikut :
1. Di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama tulang-
tulang binatang dan atap tengkorak Homo soloensis.
2. Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo wajakensis, yaitu
pleistosen atas.

Flakes alat penusuk


2.3 Antara Pantai dan Gua
Hasil kebudayaan zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman Mesolitikum lebih
maju dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum (zaman batu tua). Tetapi hasil
kebudayaan zaman Paleolitikum tidak serta merta punah tetapi mengalami perkembangan dan
penyempurnaan. Secara garis besar, kebudayaan Mesolitikum terbagi menjadi dua kelompok
besar yang dilingkungi tempat tinggal, yaitu pantai dan gua.

Proses pembuatan kapak batu:


1. Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk
2. Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras

7
3. Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga
dilindungi dengan kulit.

a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken
artinya dapur dan modding artinya sampah jadi Kjokkenmoddinger arti sebenarnya
adalah sampah dapur. Dalam kenyataan Kjokkenmoddinger adalah timbunan atau
tumpukan kulit kerang dan siput yang mencapai ketinggian 7 meter dan sudah
membatu atau menjadi fosil.
Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni antara Langsa
dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba
yang hidup pada zaman ini sudah menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels
melakukan penelitian di bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak
genggam yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
Kapak genggam itu dinamakan pebble atau kapak sumatra. Kapak pebble terbuat dari
batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan
sesuai dengan keperluannya. Ditemukan juga jenis batu pipisan (batu penggiling) untuk
untuk menggiling makanan juga dipergunakan untuk menghaluskan cat merah.

Pebble batu pipisan

Kjokkenmoddinger
8
b. Kebudayaan Abris Sous Rosce
Kebudayaan Abris Sous Rosce merupakan hasil kebudayaan yang mengindikasikan
bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal di gua gua. Kebudayaan ini
pertama kali dilakukan penelitian oleh Von Stein Callenals di Gua Lawa dekat Sampung,
Ponorogo (1928 1931). Hasil teknologi yang ditemukan misalnya ujung panah, flake,
batu penggilingan. Ditemukan juga alat alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan
Abris Sous Rosce banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, di Sulawesi Selatan seperti di
Lamoncong.
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal manusia purba
pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat perlindungan dari cuaca dan
binatang buas.Di antara alat-alat kehidupan yang ditemukan ternyata yang paling
banyak adalah alat dari tulang sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung
Bone Culture / kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak
ditemukan Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan
Mesolithikum. Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, merupakan kebudayaan
Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai 1000 SM.

Gua Lawa hasil teknologinya


2.4 Mengenal Api Pada Zaman Manusia Purba
Bagi manusia purba, proses penemuan api merupakan bentuk inovasi yang sangat penting.
Berdasarkan data arkeologi penemuan api diperkirakan ditemukan pada 400.000 tahun
yang lalu. Penemuan ini terjadi pada periode Homo Erectus. Pertama kali api dikenal adalah
pada zaman purba yang secara tidak sengaja mereka melihat petir yaitu cahaya panas
dilangit yang menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul
membakar pohon-pohon itu.

9
Dalam menemukan api, manusia purba membutuhkan proses yang sangat panjang. Proses
tersebut dikenal dengan trial and error, yaitu seseorang yang mencoba sesuatu tanpa tahu
petunjuk atau cara kerjanya sehingga banyak mengalami kegagalan dan mereka akan terus
mencoba walaupun gagal sampai mereka menemukan hasil yang mereka inginkan.

Setelah mengalami banyak kegagalan, akhirnya cara membuat apipun ditemukan.


Yaitu dengan membenturkan dua buah batu atau dengan menggesekan dua buah kayu,
sehingga akan menimbulkan percikan api. Percikan tersebut kemudian ditangkap dengan
ranting, daun kering, lumut atau material kering lainnya sehingga bisa menjadi sebuah api.
Pembuatan api juga dapat dilakukan dengan menggosok, berulang, atau bolak balik.

Api memperkenalkan manusia pada teknologi memasak makanan, yaitu memasak


dengan cara membakar dan menggunakan bumbu dengan ramuan tertentu. Selain itu api
juga berfungsi untuk menghangat badan, sumber penerangan, dan sebagai senjata untuk
menghalau binatang buas yang menyerang.

Melalui pembakaran juga manusia dapat menaklukan alam, seperti membuka lahan
untuk garapan dengan cara membakar hutan. Kebiasaan bertani dengan cara menebang
lalu membakar di kenal dengan nama slash and burn. Ini adalah kebiasan pada zaman kuno
yang berkembang sampai sekarang.

Penelitian Arkeologi di Indonesia sejauh ini belum menemukan sisa pembakaran dari
periode ini. Namun, bukan berarti manusia purba kala itu belum mengenal api. Beberapa
pertanyaan seperti Bagaimana cara manusia purba membuat api pertama kali, dan
mempertahankan api mereka? Apakah mereka membawa api dari satu tempat ke tempat
lain? Jika ya, bagaimana caranya? Pertanyaan-pertanyaan itu belum terjawab oleh para
ilmuwan, termasuk kapan pertama kali api ditemukan dan digunakan.

Para ilmuwan hanya menemukan bekas-bekas penggunaan api pada masa purba,
sepertidi Swartkrans, Afrika Selatan, misalnya, para ilmuwan menemukan fosil tulang
belulang hewan yang dibakar, berusia 1,5 juta tahun. Artinya, api telah mulai digunakan
sejak 1,5 juta tahun yang lalu. Di Zhoukoudian, Cina, juga ditemukan situs homo erectus
yang berusia antara 460 ribu sampai 230 ribu tahun lalu. Di situs itu ditemukan fosil tulang
belulang hewan yang dibakar, biji yang ditanak, dan alat-alat batu. Akan tetapi belum
dipastikan manusia purba membuat api atau mengambil dari sumber api alam (kilat,
aktivitas vulkanik, dl). Belum dipastikan juga apakah itu api alam atau buatan manusia.

Sementara itu, tungku tertua, dari sekitar 465 ribu tahun lalu, ditemukan di Menez-
Dregan, Prancis. Di tempat itu, manusia purba juga diperkirakan menggunakan sebuah
kawah arang yang dikelilingi batu berulang kali untuk membantu aktivitas mereka.
Kemudian, di Abri Pataud, Prancis, ilmuwan juga menemukan situs lain berusia 40 ribu

10
tahun yang mengandung batuan yang dihangatkan dan saluran pembuangan untuk udara
dan asapmanajemen api yang penting di masa itu maupun di masa sekarang.

Pembagian zaman prasejarah

Pembagian zaman berdasarkan hasil kebudayaan. Kehidupan zaman prasejarah dibedakan menjadi dua :

Zaman Batu

Zaman Batu. Yaitu zaman dimana semua peralatan dibuat dari batu. Dibedakan menjadi empat yaitu :

1. Zaman Batu Tua (Palaeolithicum) Memiliki ciri-ciri : Peralatan terbuat dari batu; Jenis alat yang
digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih); Manusia hidup mencari makan dengan
meramu dan berburu; Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden); Belum mengenal seni.

2. Zaman Batu Madya (mesolithicum). Memiliki ciri-ciri : Peralatan terbuat dari batu; Jenis alat yang
digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih); Manusia hidup mencari makan dengan
meramu dan berburu; Bertempat tinggal berpindah-pindah (nomaden); Ditemukannya
Kjokkenmoddinger (bukit-bukit karang hasil sampah dapur); ditemukannya Abris Sous Roche (gua-gua
sebagai tempat tinggal); Sudah mengenal seni (lukisan pada dinding gua berbentuk cap tangan dan babi
hutan; Alat yang digunakan disebut peble/Kapak Sumatra.

3. Zaman Batu Muda (neolithicum). Zaman ini merupakan revolusi pada zaman prasejarah (terjadi
perubahan yang mendasar). Dan telah mengenal hasil-hasil kebudayaan sebagai berikut : Peralatan
sudah dihaluskan, diberi tangkai. Jenis alat yang digunakan kapak persegi dan lonjong; Pakaiannya dari
kulit kayu, perhiasannya dari batu dan manik; Telah bertempat tinggal menetap (sedenter); Telah
menganut kepercayaan animisme dan dinamisme .

4. Zaman Batu Besar (megalithicum). Hasil kebudayaannya umumnya terbuat dari batu dalam ukuran
besar. Hasil benda-bendanya sebagai berikut : Menhir yaitu tugu yang terbuat dari batu besar (untuk
tempat memuja arwah leluhur); Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji; Kubur
batu yaitu tempat menyimpan mayat.; Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk kubus; Sarkofagus yaitu
kubur batu yang berbentuk lesung; Punden berundak yaitu batu yang disusun berundak-undak
(bertingkat) .

Zaman Logam

Zaman logam. Yaitu zaman dimana manusia sudah menggunakan peralatan yang dibuat dari logam.
Zaman ini dibedakan menjadi tiga yaitu:

1. Zaman perunggu. Yaitu zaman dimana peralatan yang digunakan di buat dari perunggu, diantaranya
: Nekara Yaitu genderang besar terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara mengundang
hujan. Nekara terbesar ditemukan di Bali yang disimpan di Pura Besakih yang disebut The Moon Of
Pejeng; Moko yaitu genderang kecil terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara keagamaan
atau mas kawin; Kapak corong kapak sepatu; Arca perunggu berbentuk orang atau binatang; Bejana
perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai; Perhiasan perunggu berupa gelang, cincin, dan kalung.

11
2. Zaman Tembaga. Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, setelah zaman perunggu Indonesia
memasuki zaman besi.

3. Zaman Besi. Menghasilkan benda peralatan hidup dan senjata, antara lain tombak, mata panah,
cangkul, sabit dan mata bajak.

Pembagian zaman berdasarkan corak kehidupan

Berdasarkan corak kehidupannya, zaman prasejarah dibedakan menjadi tiga masa yaitu :

1. Masa meramu dan berburu

Manusia dizaman ini mencari makan dengan mengumpulkan makanan dari hasil hutan (ubi, talas, buah-
buahan, dan sayur-sayuran) dan berburu binatang (banteng, kerbau liar, babi, rusa, dan burun)

Alat-alat yang digunakan :

Kapak perimbas untuk merimbas kayu menguliti binatang dan memecah tulang.

Alat serpih untuk melobangi dan menusuk.

Kapak genggam untuk menggali ubi dan memotong daging binatang buruan.

Mata tombak dan tangkai tombak untuk berburu.

Mereka membuat api dengan cara menggesek-gesekkan dua batu, sehingga keluar percikan-percikan
api.

2. Masa bercocok tanam.

Zaman ini merupakan revolusi pada masa prasejarah (mengalami perubahan yang besar). Dan telah
mengenal cara hidup :

Cara hidup meramu dan berburu berubah menjadi bercocok tanam di ladang ataupun sawah.

Bertempat tinggal yang berpindah-pindah menjadi menetap (sedenter)

Peralatan hidup dari batu halus.

Kepercayaan mulai berkembang.

3. Masa Perundagian (Pertukangan)

Kehidupannya mulai menetap dalam kelompok-kelompok perkampungan. Lahir kelompok undagi


(kelompok yang mempunyai keahlian menciptakan suatu barang)

12
2.5 Sebuah Revolusi
Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda . Zaman ini berlangsung setelah zaman madya
(mesolitikum). Zaman ini dimulai pada 1500 SM . Pada zaman ini terjadi perpindahan penduduk
dari daratan asia (Tonkin di Indocina) ke nusantara yang kemudian disebut bangsa proto
melayu pada tahun 1500 SM melalui jalan barat dan jalan utara. Neolitikum sering dikatakan
sebagai zaman revolusi budaya , karena pada zaman ini terjadi perubahan kebudayaan dari
mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi memproduksi makanan (food producing).
Pada zaman ini telah hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung kebudayaan zaman batu
baru. Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan berternak sebagai proses menghasilkan
atau memproduksi bahan makanan. Hidup bermasyarakat dengan bergotong royong mulai
dikembangkan. Hal ini menunjukkan adanya kemajuan pesat dari kebudayaan sebelumnya.
Pada zaman ini manusia sudah :
Mengenal bercocok tanam (tanam dan beternak untuk memenuhi kebutuhannya.
Mereka membakar hutan dan menanaminya dengan tanaman yang bisa dimakan seperti
umbi-umbian. Mereka juga beternak untuk dimanfaatkan dagingnya demi memenuhi
kebutuhan pangan mereka.)
Mengenal tempat tinggal yang tetap (Mereka tidak lagi hidup secara nomaden untuk
mendapatkan makanan. Mereka terdiri dari sebuah kelompok yang menghuni sebuah
perkampungan yang tak beraturan. Dimulai dari kelompok kecil hingga membentuk
sebuah perkampungan besar.)
Mereka juga memiliki kendala ( Mereka harus memikirkan bagaimana caranya bertahan
di kondisi alam yang belum stabil. Apalagi ditambah dengan ancaman hewan buas yang
dapat menyerang kapan saja. Sehingga mereka memiliki solusi yaitu tinggal di rumah
panggung.)
Hasil kebudayaan pada zaman Neolitikum yaitu,
Masyarakat sudah mengenal kepercayaan
Manusia zaman ini sudah membuat lumbung-lumbung untuk menyimpan hasil panen
berupa padi & gabah.
Manusia sudah mulai membuat kerajinan tangan seperti gerabah , tembikar , dan
perhiasan dari batu.
Alat-alat yang dibuat bentuknya sudah tidak kasar.
a. Kebudayaan Kapak Persegi
Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh Von Heine Geldern. Kapak pesegi ini
berbentuk persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Ukurannya pun
bermacam macam. Kapak persegi yang besar disebut beliung / pacul , sedangkan yang

13
kecil disebut tarah / tatah. Penyebaran alat-alat ini terutama di kepulauan Indonesia
bagian barat, seperti Sumatera , Jawa , dan Bali . Kapak persegi ini cocok sebagai alat
pertanian.

Kapak persegi
b. Kebudayaan Kapak Lonjong
Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yang berbentuk
lonjong . Bentuk keseluruhan alat ini lonjong seperti bulat telur. Kapak yang berukuran
besar sering disebut walzeinbeil dan yang kecil dinamakan kleinbeil . Penyebaran jenis
kapak lonjong ini terutama di kepulauan Indonesia bagian timur , misalnya di daerah
Papua , Seram , dan Minahasa.

Kapak lonjong
Pada zaman Neolitikum ini, selain berkembang juga jenis kapak batu, ada juga barang
barang perhiasan, seperti gelang dari batu, alat alat gerabah atau tembikar.
Tembikar banyak ditemukan di wilayah Sumatra
dan Jawa. Kemungkinan digunakan untuk
meletakkan hasil panen. Tapi, di Sumbawa banyak
ditemuka periuk yang berisi tulang tulang belulang
manusia.

14
c. Perkembangan Zaman Logam
Di Eropa zaman logam ini mengalami tiga fase yaitu : zaman tembaga , perunggu , dan
besi. Di kepulauan Indonesia hanya mengalami zaman perunggu dan besi. Zaman
perunggu merupakan fase yang sangat penting dalam sejarah.
Beberapa contoh benda-benda kebudayaan zaman perunggu : kapak corong, nekara,
moko, berbagai perhiasan.
Beberapa benda hasil kebudayaan zaman logam ini juga terkait dengan praktik keagamaan
misalnya nekara.

Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu.


Kapak corong dibuat dengan teknik a cire perdue.
Fungsi dari kapak corong sebagai alat pertanian dan
membelah kayu. kapak corong disebut juga dengan
sepatu dan tangkai kayunya disamakan dengan kaki
sehingga corong sering disebut dengan kapak sepatu.

Bagi masyarakat praaksara, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di Indonesia nekara hanya
dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh untuk memangil arwah nenek
moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan dipakai sebagai alat memanggil hujan.

Nekara yang lebih kecil bentuknya disebut moko. Moko


ditemukan di Pulau Alor. Fungsinya Moko selain sebagai
pendamping kubur, juga dipergunakan sebagai mas
kawin. Ragam hias pada moko memiliki corak logam
Indochina.

15
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan sebagai berikut :


Teknologi bermula dari teknologi bebatuan untuk memenuhi kebutuhan.
Kemudian, teknologi bebatuan berkembang dalam kurun waktu yang sangat panjang. Oleh
karena itu, para ahli kemudian membagi kebudayaan menjadi beberapa zaman batu menjadi
beberapa zaman. Kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi 3 yaitu, Paleolitikum, Mesolitikum,
dan Neolitikum. Kebudayaan zaman Paelolitikum secara umum terbagi menjadi Kebudayaan
Pacitan dan Kebudayaan Ngandong. Hasil kebudayaan zaman batu madya atau batu tengah
atau zaman Mesolitikum lebih maju dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum. Secara
garis besar, kebudayaan Mesolitikum terbagi menjadi dua kelompok besar yang dilingkungi
tempat tinggal, yaitu pantai dan gua.
Api merupakan faktor penting dalam kehidupan. Penemuan api merupakan bentuk
inovasi yang sangat penting. Penemuan api kira-kira terjadi pada 400.000 tahun yang lalu.
Penemuan api pada periode Homo erectus. Pada awalnya pembuatan api dengan cara
menggosokkan benda halus yang mudah terbakar dengan benda padat lain. Sisa api yang tertua
ditemukan di Chesowanja, Tanzania, dari sekitar 1,4 juta tahun lalu, yaitu berupa tanah liat
kemerahan bersama dengan sisa tulang binatang.
Neolitikum sering dikatakan sebagai zaman revolusi budaya, karena pada zaman ini
terjadi perubahan kebudayaan dari mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi
memproduksi makanan (food producing). Pada zaman ini telah hidup jenis Homo sapiens.
Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan berternak sebagai proses menghasilkan atau
memproduksi bahan makanan dan mengenal tempat tinggal yang tetap, serta mereka harus
memikirkan bagaimana caranya bertahan di kondisi alam yang belum stabil.

16
3.2 Saran
Sebaiknya, kita harus menjaga dan menyimpan peninggalan-peninggalan zaman dahulu
dengan baik agar anak cucu kita juga bisa mempelajari dan melihatnya. Selain itu peninggalan
zaman dahulu sangat bermanfaat untuk kemajuan sifat moral dan teknologi zaman sekarang.
Lalu, milikilah sifat manusia purba yang menemukan api dengan proses trial and error yaitu
walaupun mencoba sesuatu tanpa tahu petunjuk atau cara kerjanya sehingga banyak
mengalami kegagalan, mereka akan terus mencoba walaupun gagal dan gagal lagi sampai
mereka menemukan hasil yang mereka inginkan. Jangan jadi manusia yang hanya bisa pasrah
dengan hidup.
Demikianlah makalah ini, penulis susun dengan baik. Semoga dapat bermanfaat bagi teman-
teman. Penulis menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka penulis mengharapkan
saran dan kritik yang senantiasa bersifat membangun demi menyempurnakan makalah ini.

17
DAFTAR PUSAKA

http://farahafina.blogspot.co.id/2013/11/alat-alat-pada-zaman-logam.html
http://www.artikelsiana.com/2014/11/hasil-kebudayaan-zaman-perunggu-
peninggalan.html
http://www.gorontalofamily.org/temuan_arkeologi/beliung-batu-persegi.html
http://awakmana.blogspot.co.id/2013/09/masa-praaksara-di-indonesia.html
http://kaharuddinputra.blogspot.co.id/2013/10/perkembangan-teknologi.html
http://pendidikan4sejarah.blogspot.co.id/2011/11/pra-sejarah-mesolithikum-
zaman-batu.html
http://freszter-frets-ali.blogspot.co.id/2013/12/pola-hunian-mengenal-api-
sistem.html

18

Anda mungkin juga menyukai