Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nya lah, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik, tepat
pada waktunya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Sejarah Indonesia di tahun ajaran 2018, dengan judul “PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI PADA ZAMAN PRA AKSARA”. Dengan membuat tugas ini diharapkan
mampu untuk lebih mengenal tentang manusia purba di Indonesia.

kami menyadari, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses


pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi manfaat
tersendiri bagi teman-teman.

Lasolo, 07 agustus 2018

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................. i

Daftar Isi............................................................................ ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................

1.1 Latar Belakang.................................................


1.2 Rumusan Masalah...........................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................
1.4 Manfaat Penuliasan.........................................

BAB 2 PEMBAHASAN........................................................
2.1 Perkembangan teknologi pada masa aksara....
2.2 Antara Batu dan Tulang...................................
2.3 Antara Pantai dan Gua....................................
2.4 Mengenal Api..................................................
2.5 Sebuah Revolusi..............................................

BAB 3 PENUTUP................................................................
3.1 Kesimpulan......................................................
3.2 Saran...............................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jika anda berpikir bahwa teknologi hanya ada pada zaman sekarang itu
“Salah Besar”. Jika anda mempelajari ilmu sejarah dan ilmu pengetahuan alam,
anda mungkin akan menemukan bahwa nenek moyang kita pun suda mempunyai
teknologi tersendiri, meski tak secanggih sekarang.

Sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba sudah mengembangkan


kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula dari teknologi bebatuan
yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan. Dalam praktiknya
peralatan atau teknologi bebatuan tersebut dapat berfungsi serba guna. Pada
tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat kebetulan dan seadanya
serta bersifat trial error. Mula-mula mereka hanya menggunakan benda benda
dari alam terutama batu.

Teknologi bebatuan pada zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang
begitu panjang. Oleh karena itu, para ahli kemudian membagi kebudayaan zaman
batu di era pra aksara ini menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan .
kebudayaan terbagi menjadi 3 yaitu, Paleolitikum, Mesolitikum, dan Neolitikum.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan perkembangan teknologi pada zaman pra
aksara?
1.2.2 Kebudayaan apa saja yang ada pada zaman pra aksara?
1.2.3 Bagaimanakah proses penemuan api pada zaman pra aksara ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan sebagai
berikut:
1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan teknologi pada zaman pra aksara
1.3.2 Untuk mengetahui kebudayaan yang ada pada zaman pra aksara

1.3.3 Untuk mengetahui proses penemuan api pada zaman pra aksara

1.4 Manfaat Penulisan

Berdasarkan manfaat penulisan di atas, manfaat penulisannya sebagai


berikut :

1.3.4 Kita dapat mengetahui perkembangan teknologi pada zaman aksara


1.3.5 Kita dapat mengetahui kebudayaan yang ada pada zaman pra aksara

1.3.6 Kita dapat mengetahui proses penemuan api pada zaman pra akrasa
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA MASA PRA AKSARA DI INDONESIA


Perlu diketahui bahwa sekalipun belum mengenal tulisan manusia purba
sudah mengembangkan kebudayaan dan teknologi. Teknologi waktu itu bermula
dari teknologi bebatuan yang digunakan sebagai alat untuk memenuhi
kebutuhan. Dalam praktiknya paralatan atau teknologi bebatuan tersebut dapat
berfungsi serba guna. Pada tahap paling awal alat yang digunakan masih bersifat
kebetulan dan seadanya serta bersifat trial dan eror. Mula – mula mereka hanya
menggunakan benda – benda dari alam terutama batu. Teknologi bebatuan pada
zaman ini berkembang dalam kurun waktu yang begitu panjang. Oleh karena itu,
pad ahli kemudian membagi kebudayaan zaman batu di era pra-aksara ini
menjadi beberapa zaman atau tahap perkembangan. Dalam buku R. Soekmono,
Pengantar sejarah kebudayaan Indonesia I, dijelaskan bahwa kebudayaan zaman
batu ini dibagi menjadi tiga, yaitu, Paleotikum, Mesolitikum, Neolitikum, dan
Megalitikum serta zaman logam yaitu perunggu dan besi.

2.2 Antara Batu dan Tulang


Peralatan ini berkembang pada zaman Paleolitikum atau zaman batu tua yang
dimana pada zaman ini tekait dengan munculnya jenis manusia purba. Dikatakan
zaman batu tua karena hasil kebudayaan terbuat dari batu yang relatif masih
senderhana dan kasar. Kebudayaan zaman Paelolitikum secara umum terbagi
menjadi Kebudayaan Pacitan dan Kebudayaan Ngandong.
a. Kebudayaan Pacitan
Kebudayaan pacitan berkembang di daerah Pacitan, Jawa Timur. Seorang
ahli, von koeningswald dalam penelitiannya pada tahun 1935 telah
menemukan beberapa hasil teknologi. Alat batu itu masih kasar, dan
bentuk ujungnya agak runcing yang disebut dengan kapak gengam atau
kapak perimbas, digunakan untuk menusuk binatang atau menggali tanah
saat mencari umbi-umbian.
Selain itu, ditemukan alat batu yang disebut dengan chopper sebagai alat
penetak dan alat alat serpih sebagai penusuk atau pisau.
Kapak perimbas tersebar di wilayah Sumatra Selatan, Kalimantan timur,
Sulawesi Selatan, Bali, Flores, dan Timor. Daerah Punung merupakan
tempat terkaya dan penemuan terpenting di Indonesia.

Kapak genggam
b. Kebudayaan Ngandong
Kebudayaan ini berkembang di daerah Ngandong dan Sidorejo, dekat
Ngawi.Di daerah ini banyak ditemukan alat-alat dari batu dan tulang.Alat-
alat dari batu, seperti kalsedon yang seringdisebut dengan flake untuk
mengupas makanan. Alat alat dari tulang ini berasal dari tulang binatang
dan tanduk rusa yang diperkirakan digunakan sebagai penusuk atau belati.
Selain itu, ditemukan alat seperti tombak yang bergerigi yang berfungsi
untuk mengorek ubi dalam tanah dan menangkap ikan.
Sebaran artefak dan peralatan paleolitik cukup luas sejak dari daerah –
daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB),
Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera.

Berdasarkan penemuan yang ada dapat disimpulkan bahwa pendukung


kebudayaan Pacitan adalah Pithecanthropus erectus, dengan alasan sebagai
berikut Alat-alat dari Pacitan ditemukan pada lapisan yang sama dengan
Pithecanthropus erectus, yaitu pada pleistosen tengah (lapisan dab fauna
Trinil).
1. Di Chou-Kou-Tien, Cina ditemukan sejumlah fosil sejenis Pithecanthropus
erectus, yaitu Sinanthropus pekinensis. Bersama-sama ini ditemukan juga
alat-alat batu yang serupa dengan alat-alat batu dari Pacitan.

Adapun pendukung kebudayaan Ngandong yaitu : Homo Soloensis dan


Homo wajakensis dengan alasan sebagai berikut :
1. Di Ngadirejo, Sambungmacan (Sragen) ditemukan kapak genggam bersama
tulang-tulang binatang dan atap tengkorak Homo soloensis.
2. Alat-alat dari Ngandong berasal dari lapisan yang sama dengan Homo
wajakensis, yaitu pleistosen atas.
Flakes alat penusuk

Batu pipisan

Proses pembuatan kapak batu:


1. Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk
2. Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras
3. Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan
juga dilindungi dengan kulit.
2.3 Antara Pantai dan Gua
Hasil kebudayaan zaman batu madya atau batu tengah yang dikenal zaman
Mesolitikum lebih maju dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum
(zaman batu tua). Tetapi hasil kebudayaan zaman Paleolitikum tidak serta merta
punah tetapi mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Secara garis besar,
kebudayaan Mesolitikum terbagi menjadi dua kelompok besar yang dilingkungi
tempat tinggal, yaitu pantai dan gua.
a. Kebudayaan Kjokkenmoddinger
Kjokkenmoddinger adalah istilah
yang berasal dari bahasa Denmark
yaitu kjokken artinya dapur dan
modding artinya sampah jadi
Kjokkenmoddinger arti sebenarnya
adalah sampah dapur. Dalam
kenyataan Kjokkenmoddinger adalah
timbunan atau tumpukan kulit
kerang dan siput yang mencapai ketinggian ± 7 meter dan sudah membatu
atau menjadi fosil.
Kjokkenmoddinger ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera yakni
antara Langsa dan Medan. Dari bekas-bekas penemuan tersebut
menunjukkan bahwa manusia purba yang hidup pada zaman ini sudah
menetap. Tahun 1925 Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian di
bukit kerang tersebut dan hasilnya banyak menemukan kapak genggam
yang ternyata berbeda dengan chopper (kapak genggam Palaeolithikum).
Kapak genggam itu dinamakan pebble atau kapak sumatra. Kapak pebble
terbuat dari batu kali yang pecah, sisi luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi
bagian dalam dikerjakan sesuai dengan keperluannya. Ditemukan juga jenis
batu pipisan (batu penggiling) untuk untuk menggiling makanan juga
dipergunakan untuk menghaluskan cat merah.
b. Kebudayaan Abris Sous Rosce
Kebudayaan Abris Sous Rosce merupakan hasil kebudayaan yang
mengindikasikan bahwa manusia purba pendukung kebudayaan ini tinggal
di gua – gua. Kebudayaan ini pertama kali dilakukan penelitian oleh Von
Stein Callenals di Gua Lawa dekat Sampung, Ponorogo (1928 – 1931). Hasil
teknologi yang ditemukan misalnya ujung panah, flake, batu penggilingan.
Ditemukan juga alat – alat dari tulang dan tanduk rusa. Kebudayaan Abris
Sous Rosce banyak ditemukan di Besuki, Bojonegoro, di Sulawesi Selatan
seperti di Lamoncong.
Abris Sous Roche adalah goa-goa yang yang dijadikan tempat tinggal
manusia purba pada zaman Mesolithikum dan berfungsi sebagai tempat
perlindungan dari cuaca dan binatang buas.Di antara alat-alat kehidupan
yang ditemukan ternyata yang paling banyak adalah alat dari tulang
sehingga oleh para arkeolog disebut sebagai Sampung Bone Culture /
kebudayaan tulang dari Sampung. Karena goa di Sampung tidak ditemukan
Pebble ataupun kapak pendek yang merupakan inti dari kebudayaan
Mesolithikum.Di goa tersebut didiami oleh suku Toala, merupakan
kebudayaan Mesolithikum yang berlangsung sekitar tahun 3000 sampai
1000 SM.

Gua Lawa hasil teknologinya


2.4 Mengenal Api Pada Zaman Manusia Purba
Bagi manusia purba, proses penemuan api merupakan bentuk inovasi yang
sangat penting. Berdasarkan data arkeologi penemuan api diperkirakan
ditemukan pada 400.000 tahun yang lalu. Penemuan ini terjadi pada periode
Homo Erectus. Pertama kali api dikenal adalah pada zaman purba yang secara
tidak sengaja mereka melihat petir yaitu cahaya panas dilangit yang
menyambar pohon-pohon disekitarnya, sehingga api itu pun muncul
membakar pohon-pohon itu.

Dalam menemukan api, manusia purba membutuhkan proses yang sangat


panjang. Proses tersebut dikenal dengan trial and error, yaitu seseorang yang
mencoba sesuatu tanpa tahu petunjuk atau cara kerjanya sehingga banyak
mengalami kegagalan dan mereka akan terus mencoba walaupun gagal sampai
mereka menemukan hasil yang mereka inginkan.

Setelah mengalami banyak kegagalan, akhirnya cara membuat apipun


ditemukan. Yaitu dengan membenturkan dua buah batu atau dengan
menggesekan dua buah kayu, sehingga akan menimbulkan percikan api.
Percikan tersebut kemudian ditangkap dengan ranting, daun kering, lumut
atau material kering lainnya sehingga bisa menjadi sebuah api. Pembuatan api
juga dapat dilakukan dengan menggosok, berulang, atau bolak balik.

Api memperkenalkan manusia pada teknologi memasak makanan, yaitu


memasak dengan cara membakar dan menggunakan bumbu dengan ramuan
tertentu. Selain itu api juga berfungsi untuk menghangat badan, sumber
penerangan, dan sebagai senjata untuk menghalau binatang buas yang
menyerang.

Melalui pembakaran juga manusia dapat menaklukan alam, seperti


membuka lahan untuk garapan dengan cara membakar hutan. Kebiasaan
bertani dengan cara menebang lalu membakar di kenal dengan nama slash
and burn. Ini adalah kebiasan pada zaman kuno yang berkembang sampai
sekarang.

Penelitian Arkeologi di Indonesia sejauh ini belum menemukan sisa


pembakaran dari periode ini. Namun, bukan berarti manusia purba kala itu
belum mengenal api. Beberapa pertanyaan seperti Bagaimana cara manusia
purba membuat api pertama kali, dan mempertahankan api mereka? Apakah
mereka membawa api dari satu tempat ke tempat lain? Jika ya, bagaimana
caranya? Pertanyaan-pertanyaan itu belum terjawab oleh para ilmuwan,
termasuk kapan pertama kali api ditemukan dan digunakan.

Para ilmuwan hanya menemukan bekas-bekas penggunaan api pada


masa purba, sepertidi Swartkrans, Afrika Selatan, misalnya, para ilmuwan
menemukan fosil tulang belulang hewan yang dibakar, berusia 1,5 juta tahun.
Artinya, api telah mulai digunakan sejak 1,5 juta tahun yang lalu. Di
Zhoukoudian, Cina, juga ditemukan situs homo erectus yang berusia antara
460 ribu sampai 230 ribu tahun lalu. Di situs itu ditemukan fosil tulang
belulang hewan yang dibakar, biji yang ditanak, dan alat-alat batu. Akan tetapi
belum dipastikan manusia purba membuat api atau mengambil dari sumber
api alam (kilat, aktivitas vulkanik, dl). Belum dipastikan juga apakah itu api
alam atau buatan manusia.

Sementara itu, tungku tertua, dari sekitar 465 ribu tahun lalu,
ditemukan di Menez-Dregan, Prancis. Di tempat itu, manusia purba juga
diperkirakan menggunakan sebuah kawah arang yang dikelilingi batu berulang
kali untuk membantu aktivitas mereka. Kemudian, di Abri Pataud, Prancis,
ilmuwan juga menemukan situs lain berusia 40 ribu tahun yang mengandung
batuan yang dihangatkan dan saluran pembuangan untuk udara dan asap—
manajemen api yang penting di masa itu maupun di masa sekarang.
Pembagian zaman prasejarah
Pembagian zaman berdasarkan hasil kebudayaan. Kehidupan zaman prasejarah
dibedakan menjadi dua :
 Zaman Batu

Zaman Batu. Yaitu zaman dimana semua peralatan dibuat dari batu. Dibedakan
menjadi empat yaitu :
1. Zaman Batu Tua (Palaeolithicum) Memiliki ciri-ciri : Peralatan terbuat dari
batu; Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih);
Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu; Bertempat tinggal
berpindah-pindah (nomaden); Belum mengenal seni.
2. Zaman Batu Madya (mesolithicum). Memiliki ciri-ciri : Peralatan terbuat dari
batu; Jenis alat yang digunakan (Kapak genggam, kapak perimbas dan alat serpih);
Manusia hidup mencari makan dengan meramu dan berburu; Bertempat tinggal
berpindah-pindah (nomaden); Ditemukannya Kjokkenmoddinger (bukit-bukit
karang hasil sampah dapur); ditemukannya Abris Sous Roche (gua-gua sebagai
tempat tinggal); Sudah mengenal seni (lukisan pada dinding gua berbentuk cap
tangan dan babi hutan; Alat yang digunakan disebut peble/Kapak Sumatra.
3. Zaman Batu Muda (neolithicum). Zaman ini merupakan revolusi pada zaman
prasejarah (terjadi perubahan yang mendasar). Dan telah mengenal hasil-hasil
kebudayaan sebagai berikut : Peralatan sudah dihaluskan, diberi tangkai. Jenis
alat yang digunakan kapak persegi dan lonjong; Pakaiannya dari kulit kayu,
perhiasannya dari batu dan manik; Telah bertempat tinggal menetap (sedenter);
Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme .
4. Zaman Batu Besar (megalithicum). Hasil kebudayaannya umumnya terbuat
dari batu dalam ukuran besar. Hasil benda-bendanya sebagai berikut : Menhir
yaitu tugu yang terbuat dari batu besar (untuk tempat memuja arwah leluhur);
Dolmen yaitu meja batu yang digunakan untuk meletakkan sesaji; Kubur batu
yaitu tempat menyimpan mayat.; Waruga yaitu kubur batu yang berbentuk
kubus; Sarkofagus yaitu kubur batu yang berbentuk lesung; Punden berundak
yaitu batu yang disusun berundak-undak (bertingkat) .
 Zaman Logam

Zaman logam. Yaitu zaman dimana manusia sudah menggunakan peralatan yang
dibuat dari logam. Zaman ini dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Zaman perunggu. Yaitu zaman dimana peralatan yang digunakan di buat dari
perunggu, diantaranya : Nekara Yaitu genderang besar terbuat dari perunggu
yang digunakan untuk upacara mengundang hujan. Nekara terbesar ditemukan di
Bali yang disimpan di Pura Besakih yang disebut The Moon Of Pejeng; Moko yaitu
genderang kecil terbuat dari perunggu yang digunakan untuk upacara keagamaan
atau mas kawin; Kapak corong – kapak sepatu; Arca perunggu berbentuk orang
atau binatang; Bejana perunggu berbentuk gitar spanyol tanpa tangkai; Perhiasan
perunggu berupa gelang, cincin, dan kalung.
2. Zaman Tembaga. Indonesia tidak mengalami zaman tembaga, setelah zaman
perunggu Indonesia memasuki zaman besi.
3. Zaman Besi. Menghasilkan benda peralatan hidup dan senjata, antara lain
tombak, mata panah, cangkul, sabit dan mata bajak.

Pembagian zaman berdasarkan corak kehidupan


Berdasarkan corak kehidupannya, zaman prasejarah dibedakan menjadi tiga masa
yaitu :
1. Masa meramu dan berburu
Manusia dizaman ini mencari makan dengan mengumpulkan makanan dari hasil
hutan (ubi, talas, buah-buahan, dan sayur-sayuran) dan berburu binatang
(banteng, kerbau liar, babi, rusa, dan burun)
Alat-alat yang digunakan :
Kapak perimbas untuk merimbas kayu menguliti binatang dan memecah tulang.
Alat serpih untuk melobangi dan menusuk.
Kapak genggam untuk menggali ubi dan memotong daging binatang buruan.
Mata tombak dan tangkai tombak untuk berburu.
Mereka membuat api dengan cara menggesek-gesekkan dua batu, sehingga
keluar percikan-percikan api.
2. Masa bercocok tanam.
Zaman ini merupakan revolusi pada masa prasejarah (mengalami perubahan yang
besar). Dan telah mengenal cara hidup :
Cara hidup meramu dan berburu berubah menjadi bercocok tanam di ladang
ataupun sawah.
Bertempat tinggal yang berpindah-pindah menjadi menetap (sedenter)
Peralatan hidup dari batu halus.
Kepercayaan mulai berkembang.
3. Masa Perundagian (Pertukangan)
Kehidupannya mulai menetap dalam kelompok-kelompok perkampungan. Lahir
kelompok undagi (kelompok yang mempunyai keahlian menciptakan suatu
barang)
2.5 Sebuah Revolusi
Zaman Neolitikum artinya zaman batu muda . Zaman ini berlangsung setelah
zaman madya (mesolitikum).Zaman ini dimulai pada 1500 SM . Pada zaman
initerjadi perpindahan penduduk dari daratan asia(Tonkin di Indocina) ke
nusantara yang kemudian disebut bangsa proto melayu pada tahun 1500 SM
melalui jalan barat dan jalan utara. Neolitikum sering dikatakan sebagai zaman
revolusibudaya , karena pada zaman ini terjadi perubahan kebudayaan dari
mengumpulkan makanan (food gathering)menjadi memproduksi makanan (food
producing). Pada zaman ini telah hidup jenis Homo sapiens sebagai pendukung
kebudayaan zaman batu baru. Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan
berternak sebagai proses menghasilkan atau memproduksi bahan makanan.
Hidup bermasyarakat dengan bergotong royong mulai dikembangkan. Hal
inimenunjukkan adanya kemajuan pesat dari kebudayaan sebelumnya. Pada
zaman ini manusia sudah :
 Mengenal bercocok tanam (tanam dan beternak untuk memenuhi
kebutuhannya. Mereka membakar hutan dan menanaminya dengan
tanaman yang bisa dimakan seperti umbi-umbian. Mereka juga beternak
untuk dimanfaatkan dagingnya demi memenuhi kebutuhan pangan
mereka.)
 Mengenal tempat tinggal yang tetap(Mereka tidak lagi hidup secara
nomaden untuk mendapatkan makanan. Mereka terdiri dari sebuah
kelompok yang menghuni sebuah perkampungan yang tak beraturan.
Dimulai dari kelompok kecil hingga membentuk sebuah perkampungan
besar.)
 Mereka juga memiliki kendala( Mereka harus memikirkan bagaimana
caranya bertahan di kondisi alam yang belum stabil. Apalagi ditambah
dengan ancaman hewan buas yang dapat menyerang kapan saja. Sehingga
mereka memiliki solusi yaitu tinggal di rumah panggung.)
Hasil kebudayaan pada zaman Neolitikum yaitu,
 Masyarakat sudah mengenal kepercayaan
 Manusia zaman ini sudah membuat lumbung-lumbung untuk menyimpan
hasil panen berupa padi & gabah.
 Manusia sudah mulai membuat kerajinan tangan seperti gerabah , tembikar
, dan perhiasan dari batu.
 Alat-alat yang dibuat bentuknya sudah tidak kasar.
a. Kebudayaan Kapak Persegi
Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh VonHeine Geldern. Kapak
pesegi ini berbentuk persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium.
Ukurannya pun bermacam – macam. Kapak persegi yang besar disebut
beliung / pacul , sedangkan yang kecil disebut tarah / tatah. Penyebaran alat-
alat ini terutama di kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatera ,
Jawa , dan Bali . Kapak persegi ini cocok sebagai alat pertanian.

b. Kebudayaan Kapak Lonjong


Nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk penampang alat ini yang
berbentuk lonjong . Bentuk keseluruhan alat ini lonjong seperti bulat telur.
Kapak yang berukuran besar sering disebut walzeinbeil dan yang kecil
dinamakan kleinbeil . Penyebaran jenis kapaklonjong ini terutama di
kepulauan Indonesia bagiantimur , misalnya di daerah Papua , Seram , dan
Minahasa.
Pada zaman Neolitikum ini, selain
berkembang juga jenis kapak batu, ada juga
barang – barang perhiasan, seperti gelang
dari batu, alat alat gerabah atau tembikar.
Tembikar banyak ditemukan di wilayah
Sumatra dan Jawa. Kemungkinan digunakan
untuk meletakkan hasil panen. Tapi, di
Sumbawa banyak ditemuka periuk yang berisi tulang tulang belulang
manusia.

c. Perkembangan Zaman Logam


Di Eropa zaman logam ini mengalami tiga fase
yaitu : zaman tembaga , perunggu , dan besi.
Di kepulauanIndonesia hanya mengalami
zaman perunggu dan besi.Zaman perunggu
merupakan fase yang sangat penting dalam
sejarah.
Beberapa contoh benda-benda kebudayaan zaman perunggu : kapak corong,
nekara, moko, berbagai perhiasan.
Beberapa benda hasil kebudayaan zaman logam ini juga terkait dengan
praktik keagamaan misalnya nekara.

Corong tersebut dipakai untuk tempat tangkai kayu. Kapak corong dibuat
dengan teknik a cire perdue. Fungsi dari kapak corong sebagai alat pertanian
dan membelah kayu. kapak corong disebut juga dengan sepatu dan tangkai
kayunya disamakan dengan kaki sehingga corong sering disebut
dengan kapak sepatu.
Bagi masyarakat praaksara, nekara dianggap sesuatu yang suci. Di Indonesia
nekara hanya dipergunakan waktu upacara-upacara saja, antara lain ditabuh
untuk memangil arwah nenek moyang, dipakai sebagai genderang perang, dan
dipakai sebagai alat memanggil hujan.
Nekara yang lebih kecil bentuknya disebut moko. Moko ditemukan di Pulau
Alor. Fungsinya Moko selain sebagai pendamping kubur, juga dipergunakan
sebagai mas kawin. Ragam hias pada moko memiliki corak logam Indochina.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas diperoleh kesimpulan sebagai


berikut :
Teknologi bermula dari teknologi bebatuan untuk
memenuhi kebutuhan. Kemudian, teknologi bebatuan berkembang
dalam kurun waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, para ahli
kemudian membagi kebudayaan menjadi beberapa zaman batu
menjadi beberapa zaman. Kebudayaan zaman batu ini dibagi menjadi 3
yaitu, Paleolitikum,Mesolitikum, dan Neolitikum. Kebudayaan zaman
Paelolitikum secara umum terbagi menjadi Kebudayaan Pacitan dan
Kebudayaan Ngandong.Hasil kebudayaan zaman batu madya atau batu
tengah atau zaman Mesolitikum lebih maju dibandingkan hasil
kebudayaan zaman Paleolitikum. Secara garis besar, kebudayaan
Mesolitikum terbagi menjadi dua kelompok besar yang dilingkungi
tempat tinggal, yaitu pantai dan gua.
Api merupakan faktor penting dalam kehidupan. Penemuan api
merupakan bentuk inovasi yang sangat penting. Penemuan api kira-kira
terjadi pada 400.000 tahun yang lalu. Penemuan api pada periode
Homo erectus. Pada awalnya pembuatan api dengan cara
menggosokkan benda halus yang mudah terbakar dengan benda padat
lain. Sisa api yang tertua ditemukan di Chesowanja, Tanzania, dari
sekitar 1,4 juta tahun lalu, yaitu berupa tanah liat kemerahan bersama
dengan sisa tulang binatang.
Neolitikum sering dikatakan sebagai zaman revolusi budaya,
karena pada zaman ini terjadi perubahan kebudayaan dari
mengumpulkan makanan (food gathering) menjadi memproduksi
makanan (food producing). Pada zaman ini telah hidup jenis Homo
sapiens. Mereka mulai mengenal bercocok tanam dan berternak
sebagai proses menghasilkan atau memproduksi bahan makanan dan
mengenal tempat tinggal yang tetap, serta mereka harus memikirkan
bagaimana caranya bertahan di kondisi alam yang belum stabil.

3.2 Saran
Sebaiknya, kita harus menjaga dan menyimpan peninggalan-peninggalan
zaman dahulu dengan baik agar anak cucu kita juga bisa mempelajari dan
melihatnya. Selain itu peninggalan zaman dahulu sangat bermanfaat untuk
kemajuan sifat moral dan teknologi zaman sekarang. Lalu, milikilah sifat manusia
purba yang menemukan api dengan proses trial and error yaitu walaupun
mencoba sesuatu tanpa tahu petunjuk atau cara kerjanya sehingga banyak
mengalami kegagalan, mereka akan terus mencoba walaupun gagal dan gagal lagi
sampai mereka menemukan hasil yang mereka inginkan. Jangan jadi manusia
yang hanya bisa pasrah dengan hidup.
Demikianlah makalah ini, Semoga dapat bermanfaat bagi teman-teman. Kami
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan, maka kami mengharapkan
saran dan kritik yang senantiasa bersifat membangun demi menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR PUSAKA

http://farahafina.blogspot.co.id/2013/11/alat-alat-pada-zaman-logam.html
http://www.artikelsiana.com/2014/11/hasil-kebudayaan-zaman-perunggu-
peninggalan.html
http://www.gorontalofamily.org/temuan_arkeologi/beliung-batu-persegi.html
http://awakmana.blogspot.co.id/2013/09/masa-praaksara-di-indonesia.html
http://kaharuddinputra.blogspot.co.id/2013/10/perkembangan-teknologi.html
http://pendidikan4sejarah.blogspot.co.id/2011/11/pra-sejarah-mesolithikum-
zaman-batu.html
http://freszter-frets-ali.blogspot.co.id/2013/12/pola-hunian-mengenal-api-
sistem.html
MAKALAH SEJARAH
“PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PADA ZAMAN PRA
AKSARA”

DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 3


 NINDI RAHMAWATI SANTOSO
 ERTIN
 TETI RAHWANA
 SALSABILAH
 TIARA
 SAHRUL RAMLI
 AWAL SAPUTRA

Anda mungkin juga menyukai