Anda di halaman 1dari 16

STORYBOARD

MATA KULIAH : MEDIA PEMBELAJARAN

POKOK BAHASAN : PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MASA PRAAKSARA

NO KEGIATAN VISUAL AUDIO


1. Opening ANIMASI LOGO UNESA, Musik Pembuka
“PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
SEJARAH”
“PRESENT “
"PERKEMBANGAN MASA
PRAAKSARA”
2. Judul Tertulis: Musik Pembuka
Masa Praaksara

3. Menu Utama Menu:


1. Antara batu & tulang
2. Antara Pantai & gua
3. Mengenal Api
4. Sebuah Revolusi
5. Konsep ruang pada
hunian
4. Sub bab bagian 1 : Peralatan pertama yang Narasi :
Antara Batu & Tulang digunakan oleh manusia purba “Peralatan pertama
adalah alat-alat dari batu yang yang digunakan oleh
seadanya dan juga dari tulang. manusia purba adalah
Peralatan ini berkembang pada alat-alat dari batu yang
zaman Paleolitikum atau zaman seadanya dan juga dari
batu tua. Zaman batu tua ini tulang. Peralatan ini
bertepatan dengan zaman berkembang pada
Neozoikum terutama pada akhir zaman Paleolitikum
zaman Tersier dan awal zaman atau zaman batu tua.
Quartair. Zaman ini berlangsung Zaman batu tua ini
sekitar 600.000 tahun yang lalu. bertepatan dengan
Zaman ini merupakan zaman zaman Neozoikum
yang sangat penting karena terutama pada akhir
terkait dengan munculnya zaman Tersier dan
kehidupan baru, yakni awal zaman Quartair.
munculnya jenis manusia purba. Zaman ini berlangsung
Zaman ini dikatakan zaman batu sekitar 600.000 tahun
tua karena hasil kebudayaan yang lalu. Zaman ini
terbuat dari batu yang relatif merupakan zaman
masih sederhana dan kasar. yang sangat penting
karena terkait dengan
Kebudayaan zaman Paleolitikum munculnya kehidupan
ini secara umum ini terbagi baru, yakni munculnya
menjadi Kebudayaan Pacitan jenis manusia purba.
dan Kebudayaan Ngandong. Zaman ini dikatakan
zaman batu tua karena
Di daerah Pacitan sejumlah hasil kebudayaan
alat-alat batu berupa kapak terbuat dari batu yang
genggam, chopper, alat relatif masih
penetak/kapak berimbas sederhana dan kasar.
(berupa kapak tetapi tidak
bertangkai digunakan dengan Kebudayaan zaman
digenggam di tangan). Paleolitikum ini secara
Di daerah Ngandong umum ini terbagi
ditemukan alat-alat dari batu menjadi Kebudayaan
dan tulang yang berfungsi Pacitan dan
sebagai penusuk/belati Kebudayaan
Ngandong.

a. Kebudayaan Pacitan Di daerah Pacitan


Kebudayaan ini berkembang di sejumlah alat-alat batu
daerah Pacitan, Jawa Timur. von berupa kapak
Koeningwald dalam genggam, chopper,
penelitiannya pada tahun 1935 alat penetak/kapak
telah menemukan beberapa berimbas (berupa
hasil teknologi bebatuan atau kapak tetapi tidak
alat-alat dari batu di Sungai bertangkai digunakan
Baksoka dekat Punung. Alat dengan digenggam di
batu itu masih kasar, dan tangan).
bentuk ujungnya agak runcing, Di daerah Ngandong
tergantung kegunaannya. Alat ditemukan alat-alat
batu ini sering disebut dengan dari batu dan tulang
kapak genggam atau kapak yang berfungsi sebagai
perimbas. Kapak ini digunakan penusuk/belati
untuk menusuk binatang atau
menggali tanah saat mencari
umbi-umbian. Di samping kapak a. Kebudayaan Pacitan
perimbas, di Pacitan juga Kebudayaan ini
ditemukan alat batu yang berkembang di daerah
disebut dengan chopper sebagai Pacitan, Jawa Timur.
alat penetak. Di Pacitan juga von Koeningwald
ditemukan alat-alat serpih. Alat- dalam penelitiannya
alat itu oleh Koeningswald pada tahun 1935 telah
digolongkan sebagai alatalat menemukan beberapa
“paleolitik”, yang bercorak hasil teknologi
“Chellean”, yakni suatu tradisi bebatuan atau alat-alat
yang berkembang pada tingkat dari batu di Sungai
awal paleolitik di Eropa. Baksoka dekat Punung.
Pendapat Koeningswald ini Alat batu itu masih
kemudian dianggap kurang kasar, dan bentuk
tepat ujungnya agak runcing,
kebudayaan pacitan tergantung
Setelah Movius berhasil kegunaannya. Alat
menyatakan temuan di Punung batu ini sering disebut
itu sebagai salah satu corak dengan kapak
perkembangan kapak perimbas genggam atau kapak
di Asia Timur. Tradisi kapak perimbas. Kapak ini
perimbas yang ditemukan di digunakan untuk
Punung itu kemudian dikenal menusuk binatang
dengan nama “Budaya Pacitan”. atau menggali tanah
Kapak perimbas itu tersebar di saat mencari umbi-
wilayah Sumatera Selatan, umbian. Di samping
Kalimantan Timur, Sulawesi kapak perimbas, di
Selatan, Bali, Flores, dan Timor. Pacitan juga
Pendapat para ahli condong ditemukan alat batu
kepada jenis manusia yang disebut dengan
Pithecanthropus atau chopper sebagai alat
keturunan-keturunannya penetak. Di Pacitan
sebagai pencipta budaya juga ditemukan alat-
Pacitan. Pendapat ini sesuai alat serpih. Alat-alat itu
dengan pendapat tentang umur oleh Koeningswald
budaya Pacitan yang diduga dari digolongkan sebagai
tingkat akhir Plestosin Tengah alatalat “paleolitik”,
atau awal permulaan Plestosin yang bercorak
Akhir. “Chellean”, yakni suatu
tradisi yang
b. Kebudayaan Ngandong berkembang pada
Kebudayaan Ngandong tingkat awal paleolitik
berkembang di daerah di Eropa. Pendapat
Ngandong dan juga Sidorejo, Koeningswald ini
dekat Ngawi. Di daerah ini kemudian dianggap
banyak ditemukan alat-alat dari kurang tepat
batu dan juga alat-alat dari kebudayaan pacitan
tulang. Alat-alat dari tulang ini Setelah Movius
berasal dari tulang binatang dan berhasil menyatakan
tanduk rusa yang diperkirakan temuan di Punung itu
digunakan sebagai penusuk atau sebagai salah satu
belati. Selain itu, ditemukan corak perkembangan
juga alat-alat seperti tombak kapak perimbas di Asia
yang bergerigi. Di Sangiran juga Timur. Tradisi kapak
ditemukan alat-alat dari batu, perimbas yang
bentuknya indah seperti ditemukan di Punung
kalsedon. Alat-alat ini sering itu kemudian dikenal
disebut dengan flake. Sebaran dengan nama “Budaya
artefak dan peralatan paleolitik Pacitan”. Kapak
cukup luas sejak dari daerah- perimbas itu tersebar
daerah di Sumatra, Kalimantan, di wilayah Sumatera
Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Selatan, Kalimantan
Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur, Sulawesi
Timur (NTT), dan Halmahera. Selatan, Bali, Flores,
dan Timor. Pendapat
para ahli condong
kepada jenis manusia
Pithecanthropus atau
keturunan-
keturunannya sebagai
pencipta budaya
Pacitan. Pendapat ini
sesuai dengan
pendapat tentang
umur budaya Pacitan
yang diduga dari
tingkat akhir Plestosin
Tengah atau awal
permulaan Plestosin
Akhir.

b. Kebudayaan
Ngandong
Kebudayaan Ngandong
berkembang di daerah
Ngandong dan juga
Sidorejo, dekat Ngawi.
Di daerah ini banyak
ditemukan alat-alat
dari batu dan juga alat-
alat dari tulang. Alat-
alat dari tulang ini
berasal dari tulang
binatang dan tanduk
rusa yang diperkirakan
digunakan sebagai
penusuk atau belati.
Selain itu, ditemukan
juga alat-alat seperti
tombak yang bergerigi.
Di Sangiran juga
ditemukan alat-alat
dari batu, bentuknya
indah seperti kalsedon.
Alat-alat ini sering
disebut dengan flake.
Sebaran artefak dan
peralatan paleolitik
cukup luas sejak dari
daerah-daerah di
Sumatra, Kalimantan,
Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara Barat (NTB),
Nusa Tenggara Timur
(NTT), dan
Halmahera.”
Sub bab Bagian 2 Zaman batu terus berkembang Narasi:
memasuki zaman batu madya “Zaman batu terus
Antara Pantai dan Gua atau batu tengah yang dikenal berkembang
zaman Mesolitikum. Hasil memasuki zaman
kebudayaan batu madya ini batu madya atau batu
sudah lebih maju apabila tengah yang dikenal
dibandingkan hasil zaman Mesolitikum.
kebudayaan zaman Hasil kebudayaan
Paleolitikum (batu tua). batu madya ini sudah
Bentuk dan hasil-hasil lebih maju apabila
kebudayaan zaman dibandingkan hasil
Paleolitikum tidak serta merta kebudayaan zaman
punah tetapi mengalami Paleolitikum (batu
penyempurnaan. Bentuk flake tua). Bentuk dan
dan alat-alat dari tulang terus hasil-hasil
mengalami perkembangan. kebudayaan zaman
Secara garis besar Paleolitikum tidak
kebudayaan Mesolitikum ini serta merta punah
terbagi menjadi dua tetapi mengalami
kelompok besar yang ditandai penyempurnaan.
lingkungan tempat tinggal, Bentuk flake dan
yakni di pantai dan di gua. alat-alat dari tulang
terus mengalami
a. Kebudayaan perkembangan.
Kjokkenmoddinger. Secara garis besar
Kjokkenmoddinger istilah kebudayaan
dari bahasa Denmark, Mesolitikum ini
kjokken berarti dapur dan terbagi menjadi dua
modding dapat diartikan kelompok besar yang
sampah (kjokkenmoddinger = ditandai lingkungan
sampah dapur). Dalam tempat tinggal, yakni
kaitannya dengan budaya di pantai dan di gua.
manusia, kjokkenmoddinger
merupakan tumpukan a. Kebudayaan
timbunan kulit siput dan Kjokkenmoddinger.
kerang yang menggunung di Kjokkenmoddinger
sepanjang pantai Sumatra istilah dari bahasa
Timur antara Langsa di Aceh Denmark, kjokken
sampai Medan. Dengan berarti dapur dan
kjokkenmoddinger ini dapat modding dapat
memberi informasi bahwa diartikan sampah
manusia purba zaman (kjokkenmoddinger =
Mesolitikum umumnya sampah dapur).
bertempat tinggal di tepi Dalam kaitannya
pantai. dengan budaya
manusia,
Pada tahun 1925 Von Stein kjokkenmoddinger
Callenfals melakukan merupakan tumpukan
penelitian di bukit kerang itu timbunan kulit siput
dan menemukan jenis kapak dan kerang yang
genggam (chopper) yang menggunung di
berbeda dari chopper yang sepanjang pantai
ada di zaman Paleolitikum. Sumatra Timur
Kapak genggam yang antara Langsa di
ditemukan di bukit kerang di Aceh sampai Medan.
pantai Sumatra Timur ini Dengan
diberi nama pebble atau lebih kjokkenmoddinger
dikenal dengan Kapak ini dapat memberi
Sumatra. Kapak jenis pebble informasi bahwa
ini terbuat dari batu kali yang manusia purba zaman
pecah, sisi luarnya dibiarkan Mesolitikum
begitu saja dan sisi bagian umumnya bertempat
dalam dikerjakan sesuai tinggal di tepi pantai.
dengan keperluannya. Di
samping kapak jenis pebble Pada tahun 1925 Von
juga ditemukan jenis kapak Stein Callenfals
pendek dan jenis batu pipisan melakukan penelitian
(batu-batu alat penggiling). Di di bukit kerang itu
Jawa batu pipisan ini dan menemukan jenis
umumnya untuk menumbuk kapak genggam
dan menghaluskan jamu. (chopper) yang
berbeda dari chopper
b. Kebudayaan Abris Sous yang ada di zaman
Roche Paleolitikum. Kapak
Kebudayaan abris sous roche genggam yang
merupakan hasil kebudayaan ditemukan di bukit
yang ditemukan di gua-gua. kerang di pantai
Hal ini mengindikasikan Sumatra Timur ini
bahwa manusia purba diberi nama pebble
pendukung kebudayaan ini atau lebih dikenal
tinggal di gua-gua. dengan Kapak
Kebudayaan ini pertama kali Sumatra. Kapak jenis
dilakukan penelitian oleh Von pebble ini terbuat
Stein Callenfels di Gua Lawa dari batu kali yang
dekat Sampung, Ponorogo. pecah, sisi luarnya
Penelitian dilakukan tahun dibiarkan begitu saja
1928 sampai 1931. Beberapa dan sisi bagian dalam
hasil teknologi bebatuan yang dikerjakan sesuai
ditemukan misalnya ujung dengan
panah, flakke, batu keperluannya. Di
penggilingan. Juga ditemukan samping kapak jenis
alat-alat dari tulang dan pebble juga
tanduk rusa. Kebudayaan ditemukan jenis
abris sous roche ini banyak kapak pendek dan
ditemukan misalnya di jenis batu pipisan
Besuki, Bojonegoro, juga di (batu-batu alat
daerah Sulawesi Selatan penggiling). Di Jawa
seperti di Lamoncong. batu pipisan ini
umumnya untuk
menumbuk dan
menghaluskan jamu.

b. Kebudayaan
Abris Sous Roche
Kebudayaan abris
sous roche
merupakan hasil
kebudayaan yang
ditemukan di gua-
gua. Hal ini
mengindikasikan
bahwa manusia purba
pendukung
kebudayaan ini
tinggal di gua-gua.
Kebudayaan ini
pertama kali
dilakukan penelitian
oleh Von Stein
Callenfels di Gua
Lawa dekat
Sampung, Ponorogo.
Penelitian dilakukan
tahun 1928 sampai
1931. Beberapa hasil
teknologi bebatuan
yang ditemukan
misalnya ujung
panah, flakke, batu
penggilingan. Juga
ditemukan alat-alat
dari tulang dan
tanduk rusa.
Kebudayaan abris
sous roche ini banyak
ditemukan misalnya
di Besuki,
Bojonegoro, juga di
daerah Sulawesi
Selatan seperti di
Lamoncong.”

Sub bab bagian 3: Bagi manusia purba, proses Narasi:


penemuan api merupakan “Bagi manusia purba,
Mengenal Api bentuk inovasi yang sangat proses penemuan api
penting. Penemuan api kira- merupakan bentuk
kira terjadi pada 400.000 inovasi yang sangat
tahun yang lalu. Penemuan penting. Penemuan
pada periode manusia Homo api kira-kira terjadi
erectus. Api digunakan untuk pada 400.000 tahun
menghangatkan diri dari yang lalu. Penemuan
cuaca dingin. Penemuan api pada periode manusia
juga memperkenalkan Homo erectus. Api
manusia pada teknologi digunakan untuk
memasak makanan dengan menghangatkan diri
cara membakar. Manusia juga dari cuaca dingin.
menggunakan api sebagai Penemuan api juga
senjata menghalau binatang memperkenalkan
buas yang menyerangnya. Api manusia pada
dapat juga dijadikan sumber teknologi memasak
penerangan. Dengan api makanan dengan cara
manusia dapat menaklukkan membakar. Manusia
alam, seperti membuka lahan juga menggunakan
untuk garapan dengan cara api sebagai senjata
membakar hutan. menghalau binatang
buas yang
Pada awalnya pembuatan api menyerangnya. Api
dilakukan dengan cara dapat juga dijadikan
membenturkan dan sumber penerangan.
menggosokkan yang mudah Dengan api manusia
terbakar dengan benda padat dapat menaklukkan
lain. Misalnya saja batu api, alam, seperti
jika dibenturkan ke batuan membuka lahan
keras lainnya akan untuk garapan
menghasilkan percikan api. dengan cara
Percikan tersebut kemudian membakar hutan.
ditangkap dengan dedaunan
kering, lumut atau material Pada awalnya
lain yang kering hingga pembuatan api
menimbulkan api. Pembuatan dilakukan dengan
api juga dapat dilakukan cara membenturkan
dengan menggosok suatu dan menggosokkan
benda terhadap benda lainnya, yang mudah terbakar
baik secara berputar, dengan benda padat
berulang, atau bolak-balik. lain. Misalnya saja
Sepotong kayu keras batu api, jika
misalnya, jika digosokkan dibenturkan ke
pada kayu lainnya akan batuan keras lainnya
menghasilkan panas karena akan menghasilkan
gesekan itu kemudian percikan api.
menimbulkan api. Percikan tersebut
kemudian ditangkap
Penelitian-penelitian dengan dedaunan
arkeologi di Indonesia sejauh kering, lumut atau
ini belum menemukan sisa material lain yang
pembakaran dari periode ini. kering hingga
Namun bukan berarti manusia menimbulkan api.
purba di kala itu belum Pembuatan api juga
mengenal api. Sisa api yang dapat dilakukan
tertua ditemukan di dengan menggosok
Chesowanja, Tanzania, dari suatu benda terhadap
sekitar 1,4 juta tahun lalu, benda lainnya, baik
yaitu berupa tanah liat secara berputar,
kemerahan bersama dengan berulang, atau bolak-
sisa tulang binatang. Akan balik. Sepotong kayu
tetapi belum dapat dipastikan keras misalnya, jika
apakah manusia purba digosokkan pada
membuat api atau kayu lainnya akan
mengambilnya dari sumber menghasilkan panas
api alam (kilat, aktivitas karena gesekan itu
vulkanik, dll). Hal yang sama kemudian
juga ditemukan di China menimbulkan api.
(Yuanmao, Xihoudu,
Lantian), di mana sisa api Penelitian-penelitian
berusia sekitar 1 juta tahun arkeologi di
lalu. Namun belum dapat Indonesia sejauh ini
dipastikan apakah itu api alam belum menemukan
atau buatan manusia. Teka- sisa pembakaran dari
teki ini masih belum dapat periode ini. Namun
terpecahkan, sehingga belum bukan berarti
dipastikan apakah bekas manusia purba di
tungku api di Tanzania dan kala itu belum
Cina itu merupakan hasil mengenal api. Sisa
buatan manusia atau api yang tertua
pengambilan dari sumber api ditemukan di
alam. Chesowanja,
Tanzania, dari sekitar
1,4 juta tahun lalu,
yaitu berupa tanah
liat kemerahan
bersama dengan sisa
tulang binatang.
Akan tetapi belum
dapat dipastikan
apakah manusia
purba membuat api
atau mengambilnya
dari sumber api alam
(kilat, aktivitas
vulkanik, dll). Hal
yang sama juga
ditemukan di China
(Yuanmao, Xihoudu,
Lantian), di mana
sisa api berusia
sekitar 1 juta tahun
lalu. Namun belum
dapat dipastikan
apakah itu api alam
atau buatan manusia.
Teka-teki ini masih
belum dapat
terpecahkan,
sehingga belum
dipastikan apakah
bekas tungku api di
Tanzania dan Cina
itu merupakan hasil
buatan manusia atau
pengambilan dari
sumber api alam.”

Sub bab bagian 4 Perkembangan zaman batu yang Narasi:


dapat dikatakan paling penting “Perkembangan
Sebuah Revolusi adalah zaman batu baru atau zaman batu yang
neolitikum. Pada zaman ini telahdapat dikatakan
terjadi perubahan pola hidup paling penting adalah
manusia. Pola hidup food zaman batu baru atau
gathering digantikan dengan neolitikum. Pada
pola food producing. Pada zaman ini telah
zaman ini telah hidup jenis terjadi perubahan
Homo sapiens sebagai pola hidup manusia.
pendukung kebudayaan zaman Pola hidup food
batu baru. Mereka mulai gathering digantikan
mengenal bercocok tanam dan dengan pola food
beternak , hidup bermasyarakat producing. Pada
dengan bergotong royong mulai
zaman ini telah hidup
dikembangkan. Hasil
jenis Homo sapiens
kebudayaan yang terkenal di
sebagai pendukung
zaman neolitikum ini secara
kebudayaan zaman
garis besar dibagi menjadi dua
batu baru. Mereka
tahap perkembangan.
mulai mengenal
a. Kebudayaan Kapak Persegi bercocok tanam dan
Nama kapak persegi berasal dari beternak , hidup
penyebutan oleh von Heine bermasyarakat
Geldern. Dinamakan Kapak dengan bergotong
Persegi berdasarkan royong mulai
penampangnya berupa persegi dikembangkan. Hasil
panjang atau trapesium. kebudayaan yang
Pengertian kapak persegi bukan terkenal di zaman
hanya kapak saja, tetapi banyak neolitikum ini secara
alat lain dalam berbagai ukuran garis besar dibagi
dan keperluan seperti menjadi dua tahap
beliung/pacul alat yang besar perkembangan.
,dan yang kecil yaitu tarah
dgunakan untuk mengerjakan a. Kebudayaan
kayu. Penyebaran kapak persegi Kapak Persegi
terutama di Kepulauan Nama kapak persegi
Indonesia bagian barat, seperti berasal dari
Sumatra, Jawa dan Bali. penyebutan oleh von
Diperkirakan sentrasentra Heine Geldern.
teknologi kapak persegi ini ada Dinamakan Kapak
di Lahat (Palembang), Bogor, Persegi berdasarkan
Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa penampangnya
Barat), kemudian Pacitan- berupa persegi
Madiun, dan di Lereng Gunung panjang atau
Ijen (Jawa Timur). Kapak persegi trapesium. Pengertian
ini cocok sebagai alat pertanian. kapak persegi bukan
hanya kapak saja,
b. Kebudayaan Kapak Lonjong tetapi banyak alat
Nama kapak lonjong ini lain dalam berbagai
disesuaikan dengan bentuk ukuran dan keperluan
penampang alat ini yang seperti beliung/pacul
berbentuk lonjong. Pada ujung alat yang besar ,dan
yang lancip ditempatkan tangkai
yang kecil yaitu tarah
dan pada bagian ujung yang lain
dgunakan untuk
diasah sehingga tajam. Kapak
mengerjakan kayu.
yang ukuran besar sering
Penyebaran kapak
disebut walzenbeil dan yang
persegi terutama di
kecil dinamakan kleinbeil.
Penyebaran jenis kapak lonjong
Kepulauan Indonesia
ini terutama di Kepulauan bagian barat, seperti
Indonesia bagian timur, Sumatra, Jawa dan
misalnya di daerah Papua, Bali. Diperkirakan
Seram, dan Minahasa. sentrasentra
teknologi kapak
Pada zaman Neolitikum, juga persegi ini ada di
ditemukan barang-barang Lahat (Palembang),
perhiasan, seperti gelang dari Bogor, Sukabumi,
batu, juga alat-alat gerabah atau Tasikmalaya (Jawa
tembikar. Manusia purba waktu Barat), kemudian
itu sudah memiliki pengetahuan Pacitan-Madiun, dan
tentang kualitas bebatuan untuk di Lereng Gunung
peralatan. Penemuan dari Ijen (Jawa Timur).
berbagai situs menunjukkan Kapak persegi ini
bahan yang paling sering cocok sebagai alat
dipergunakan adalah jenis pertanian.
batuan kersikan (silicified
stones), seperti gamping b. Kebudayaan
kersikan, tufa kersikan, Kapak Lonjong
kalsedon, dan jasper. Nama kapak lonjong
ini disesuaikan
Di beberapa situs yang dengan bentuk
mengandung fosil-fosil kayu, penampang alat ini
seperti di Kali Baksoka (Jawa yang berbentuk
Timur) dan Kali Ogan (Sumatra lonjong. Pada ujung
Selatan) tampak ada upaya yang lancip
pemanfaatan fosil untuk bahan ditempatkan tangkai
peralatan. Pada saat lingkungan dan pada bagian
tidak menyediakan bahan yang ujung yang lain
baik, ada kecenderungan untuk diasah sehingga
memanfaatkan batuan yang tajam. Kapak yang
tersedia di sekitar hunian, ukuran besar sering
walaupun kualitasnya kurang disebut walzenbeil
baik. Contoh semacam ini dapat dan yang kecil
diamati pada situs dinamakan kleinbeil.
Kedunggamping di sebelah Penyebaran jenis
timur Pacitan, Cibaganjing di kapak lonjong ini
Cilacap, dan Kali Kering di terutama di
Sumba yang pada umumnya Kepulauan Indonesia
menggunakan bahan andesit bagian timur,
untuk peralatan. misalnya di daerah
Papua, Seram, dan
c. Perkembangan Zaman Logam Minahasa.
Mengakhiri zaman batu masa
Neolitikum maka dimulailah
Pada zaman
zaman logam atau perundagian.
Neolitikum, juga
Zaman logam di Kepulauan
ditemukan barang-
Indonesia berbeda dengan yang
barang perhiasan,
ada di Eropa. Di Eropa zaman
seperti gelang dari
logam ini mengalami tiga fase,
zaman tembaga, perunggu dan
batu, juga alat-alat
besi, sedangkan di Kepulauan gerabah atau
Indonesia hanya mengalami tembikar. Manusia
zaman perunggu dan besi. purba waktu itu
Beberapa contoh benda-benda sudah memiliki
kebudayaan perunggu itu antara pengetahuan tentang
lain: kapak corong, nekara, kualitas bebatuan
moko, berbagai barang untuk peralatan.
perhiasan. Beberapa benda hasil Penemuan dari
kebudayaan zaman logam ini berbagai situs
juga terkait dengan praktik menunjukkan bahan
keagamaan misalnya nekara. yang paling sering
dipergunakan adalah
jenis batuan kersikan
(silicified stones),
seperti gamping
kersikan, tufa
kersikan, kalsedon,
dan jasper.

Di beberapa situs
yang mengandung
fosil-fosil kayu,
seperti di Kali
Baksoka (Jawa
Timur) dan Kali
Ogan (Sumatra
Selatan) tampak ada
upaya pemanfaatan
fosil untuk bahan
peralatan. Pada saat
lingkungan tidak
menyediakan bahan
yang baik, ada
kecenderungan untuk
memanfaatkan
batuan yang tersedia
di sekitar hunian,
walaupun kualitasnya
kurang baik. Contoh
semacam ini dapat
diamati pada situs
Kedunggamping di
sebelah timur
Pacitan, Cibaganjing
di Cilacap, dan Kali
Kering di Sumba
yang pada umumnya
menggunakan bahan
andesit untuk
peralatan.

c. Perkembangan
Zaman Logam
Mengakhiri zaman
batu masa
Neolitikum maka
dimulailah zaman
logam atau
perundagian. Zaman
logam di Kepulauan
Indonesia berbeda
dengan yang ada di
Eropa. Di Eropa
zaman logam ini
mengalami tiga fase,
zaman tembaga,
perunggu dan besi,
sedangkan di
Kepulauan Indonesia
hanya mengalami
zaman perunggu dan
besi. Beberapa
contoh benda-benda
kebudayaan
perunggu itu antara
lain: kapak corong,
nekara, moko,
berbagai barang
perhiasan. Beberapa
benda hasil
kebudayaan zaman
logam ini juga terkait
dengan praktik
keagamaan misalnya
nekara.”
Sub bab bagian 5 Bentuk arsitektur pada masa Narasi:
pra-aksara dapat dilihat dari “Bentuk arsitektur
Konsep ruang pada hunian tempat hunian manusia pada pada masa pra-aksara
saat itu. Dari pola mata dapat dilihat dari
pencaharian manusia yang tempat hunian
sudah mengenal berburu dan manusia pada saat
melakukan pertanian sederhana itu. Dari pola mata
dengan ladang berpindah pencaharian manusia
memungkinkan adanya pola yang sudah mengenal
pemukiman yang telah berburu dan
menetap. Gambar-gambar melakukan pertanian
dinding goa tidak hanya sederhana dengan
mencerminkan kehidupan ladang berpindah
sehari- hari, tetapi juga memungkinkan
kehidupan spiritual. Cap-cap
adanya pola
tangan dan lukisan di goa yang
pemukiman yang
banyak ditemukan di Papua,
telah menetap.
Maluku, dan Sulawesi Selatan
Gambar-gambar
dikaitkan dengan ritual
dinding goa tidak
penghormatan atau pemujaan
nenek moyang, kesuburan, dan
hanya mencerminkan
inisiasi. Gambar dinding yang
kehidupan sehari-
tertera pada goa-goa hari, tetapi juga
mengambarkan pada jenis kehidupan spiritual.
binatang yang diburu atau Cap-cap tangan dan
binatang yang digunakan untuk lukisan di goa yang
membantu dalam perburuan. banyak ditemukan di
Anjing adalah binatang yang Papua, Maluku, dan
digunakan oleh manusia pra- Sulawesi Selatan
aksara untuk berburu binatang. dikaitkan dengan
ritual penghormatan
Bentuk pola hunian dengan atau pemujaan nenek
menggunakan penadah angin, moyang, kesuburan,
menghasilkan pola menetap dan inisiasi. Gambar
pada manusia masa itu. Pola dinding yang tertera
hunian itu sampai saat ini masih pada goa-goa
digunakan oleh Suku Bangsa mengambarkan pada
Punan yang tersebar di jenis binatang yang
Kalimantan. Bentuk hunian itu diburu atau binatang
merupakan bagian bentuk awal yang digunakan
arsitektur di luar tempat hunian untuk membantu
di goa. Secara sederhana dalam perburuan.
penadah angin merupakan Anjing adalah
suatu konsep tata ruangan yang binatang yang
memberikan secara implisit digunakan oleh
memberikan batas ruang. Pada manusia pra-aksara
kehidupan dengan masyarakat untuk berburu
berburu yang masih sangat binatang.
tergantung pada alam, mereka
lebih mengikut ritme dan Bentuk pola hunian
bentuk geografis alam. Dengan dengan
demikian konsep ruang mereka menggunakan
masih kurang bersifat geometris penadah angin,
teratur. Pola garis lengkung tak menghasilkan pola
teratur seperti aliran sungai, menetap pada
dan pola spiral seperti route manusia masa itu.
yang ditempuh mungkin adalah Pola hunian itu
citra pola ruang utama mereka. sampai saat ini masih
Ruang demikian belum digunakan oleh Suku
mngutamakan arah utama. Bangsa Punan yang
Secara sederhana dapatlah kita
tersebar di
lihat bahwa, pada masa
Kalimantan. Bentuk
praaksara konsep tata ruang,
hunian itu merupakan
atau yang saat ini kita kenal
bagian bentuk awal
dengan arsitektur itu sudah
arsitektur di luar
mereka kenal.
tempat hunian di goa.
Secara sederhana
penadah angin
merupakan suatu
konsep tata ruangan
yang memberikan
secara implisit
memberikan batas
ruang. Pada
kehidupan dengan
masyarakat berburu
yang masih sangat
tergantung pada
alam, mereka lebih
mengikut ritme dan
bentuk geografis
alam. Dengan
demikian konsep
ruang mereka masih
kurang bersifat
geometris teratur.
Pola garis lengkung
tak teratur seperti
aliran sungai, dan
pola spiral seperti
route yang ditempuh
mungkin adalah citra
pola ruang utama
mereka. Ruang
demikian belum
mngutamakan arah
utama. Secara
sederhana dapatlah
kita lihat bahwa,
pada masa praaksara
konsep tata ruang,
atau yang saat ini kita
kenal dengan
arsitektur itu sudah
mereka kenal.”

CREDIT AT THE END


ALL TEAM PERSONS

Anda mungkin juga menyukai