Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH BERDIRINYA MUSEUM MPU TANTULAR DAN

ISI PENINGGALAN BARANG PRASEJARAH

Disusun oleh : Rasya Ardiyanto

Kelas: X-11

Absen: 31

Museum Negeri Mpu Tantular adalah sebuah museum negeri yang berlokasi di Jalan
Raya Buduran Jembatan Layang, Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Awalnya, museum
ini bernama Stedelijk Historisch Museum Soerabaia, didirikan oleh Godfried von Faber pada
tahun 1933 dan diresmikan pada tanggal 25 Juli 1937. Saat ini, museum ini dikelola oleh Unit
Pelaksana Teknis pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur.

Museum Mpu Tantular adalah destinasi wisata sekaigus tempat edukasi belajar sejarah
bagi para siswa, museum ini adalah salah satu museum paling lengkap menyimpan cerita dan
barang-barang prasejarah lainnya. Luas dari salah satu museum ini adalah sekitar 3 hektar. Tak
hanya menjadi tempat edukasi bagi para Masyarakat yang berkunjung disana, bias juga dijadikan
ajang pameran. Biasanya pameran ini menampilkan dan menceritakkan tentang sejarah
Majapahit dahulu kala seperti, uang kuno, fosil dan sejarah yang menyangkup Kerajaan
Majapahit.

Cikal bakal berdirinya Museum Negeri Mpu Tantular adalah didirikannya lembaga
kebudayaan Stedelijk Historisch Museum Soerabaia oleh Godfried Hariowald von Faber,
seorang warga Surabaya berkebangsaan Jerman, pada tahun 1933, yang kemudian diresmikan
pada tanggal 25 Juli 1937.

Usaha memperluas museum terlaksana dengan diperolehnya sebuah bangunan baru di


Jalan Simpang (sekarang Jalan Pemuda 3 Surabaya) dan dibiayai oleh dana yang terkumpul dari
masyarakat. Tata ruangan museum ini mempunyai suatu ruangan koleksi, perpustakaan, ruang
kantor, auditorium. Untuk penyempurnaan museum yang dipimpinnya, Von Faber banyak
mengadakan hubungan internasional. Namun sebelum cita-citanya tercapai, Von Faber
meninggal pada tanggal 30 September 1955.

Sepeninggal Von Faber, museum tersebut tidak terawat, koleksi-koleksinya banyak yang
rusak dan hilang. Kemudian museum dikelola oleh Yayasan Pendidikan Umum. Pada tahun
1964, museum ini memperoleh pendanaan dari Yayasan Bapak Prof Dr. M. Soetopo. Setelah
dibentuknya Direktorat Permuseuman di lingkungan Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan,
perhatian Pemerintah terhadap museum yang dikelola Yayasan Pendidikan Umum menjadi lebih
serius.

Museum ini bukan makin terawat tetapi mala semakin tidak terawatt setelah Van Faber
wafat. Banyak sekali kolesi yang hilang bahkan lebih parahnya barang koleksinya hilang.
Akhirnya, museum Mpu Tantular dialih pihakkan oleh Yayasan Pendidikan Umum, tahun 1964
museum mendapat donasi. Yayasaan Bapak Prof Dr. M. Soetopo memberi donasi untuk museum
Mpu Tantular. Keberuntungan telah berpihak pada Museum Mpu Tantular, yang kemudian
menjadi pusat perhatian pemerintah. Museum yang dulu bernama Stedelijk Historisch Museum
Soerabaia, pada 1 November 1974 kini telah resmi menjadi Museum Mpu Tantular. Saat
peresmian talah mendapatkan serah terima dari R. Banu Iskandar kepada Direktur Jendral
Kebudayaan Prof. Dr. I. B. Mantra.

Koleksi yang dipunya Mpu Tantular ditandai dengan masa masuknya bangsa Eropa ke
Indonesia pada abad ke 15. Akan tetapi koleksi sebagian besar adalah arca dari Budha dan
Hindhu. Selain itu museum ini memamerkan koleksi melalui bidang arkeologika, numismatika
atau museum keuangan, geologika, biologika, seni rupa, etnografika, historika, filogika, dan
iptek.

Macam-macam Arca yang dapat ditemui:

Archa Ganesha, patung atau arca mempunyai rupa seperti belalai gajah dengan posisi
duduk bersila. Ganesha sendiri adalah anak dari Dewi Parwati dan Dewa Siwa. Saat sedang
mengandung Dewi Parwati bertemu dengan Dewa Indra berwujud gajah dan kutukn anak yang
sedang dikandung Parwati menjadi manusia berkepala hewan gajah.

Selain archa Ganesha ada juga Archa Durga Mahesasuramardhini, Arca Prajna Paramita,
Archa Siwa, Archa Dewa Wisnu, Archa Brahmana, Archa Siwa Mahadewa, Archa Dwarapala,
Archa Dewi Parwati. Tak hanya koleksi archa saja dimuseum Mpu Tantular terdapat Koleksi
Prasejarah. Beberapa contoh baatuan beku seperti peridotit, batu kaca, diabas, gabro, contoh batu
endapan yaitu kalsit, konglomerat, phospahate, fosil kayu, dan conton batuan maliahan seperti
pancawarna, agat dan marmer.

Ada juga loh barang yang berharga disana, seperti contoh fosil tengkorak manusia purba
Pithecanthropus Eractus dan Homo Eractus. Lalu fosil sisa binatang dan tumbuhan yang
membatu, fosil dari gading dan gerahan gajah juga ada disana yang memiliki usia sekitar 600
ribu hingga 1 juta tahun lalu, fosil ini berasal dari Bojonegoro. Selain fosil-fosil terdapat pula
nekara yang berasal Tuban dengan mengunakan motif dengan simbolis dan fosil kayu jati.
Kolesi klasik ini biasanya ditampilkan pad saat acar Hindhu- Budha, terakota dari Majapahit,
arca perunggu, fragmen candi, prasasti, acra batu dan naskah kuno. Koleksi emas juga sangat
menarik karena biasanya dipajang didalam brankas yang besar dan tebal. Emas ini ditemukan
pada tahun 1989 di desa Plaosan, Kec, Keb. Kediri. Berat dari emasnya itu sendiri 1.163.000
gram, juga terdiri dari 64 batu pertama. Setelah diteliti oleh para ahli hiasan itu peninggalan dari
abad 12-13 Masehi, konon hadiah ini merupakan hadiah dari Raja Siam untuk Raja Airlangga.

Tak hanya itu saja, kolesi penemuan seperti, telepon meja yang diperkirakan dibuat
sekitar abad XVIII Masehi. Shimponion sebuah alat music klasik berasal dari Negara Jerman
pada abad ke 18. Sepeda kayu adalah sebuah sepeda yang paling tua dimiliki museum Mpu
Tantular dibuat oleh Michael Kesler memiliki darah kebangsaan Jerman pada tahun 1766.

Museum Pendidikan Umum dibuka secara umum tanggal 23 Mei 1972 dan diresmikan
dengan nama “Museum Jawa Timur”. Selanjutnya timbul inisiatif untuk menyerahkan Lembaga
Kebudayaan ini kepada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur. Dalam proses penegerian,
Yayasan Pendidikan Umum bekerja sama dengan perwakilan Kantor Pembinaan Permuseuman
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan diterbitkannya SK Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tanggal 13 Februari 1974 Nomor 040/C/1974, Museum Jawa Timur berstatus
Museum Negeri. Peresmian dilakukan tanggal 1 Nopember 1974 dengan serah terima dari Ketua
Yayasan Pendidikan Umum untuk Kebudayaan R. Banu Iskandar kepada Direktur Jenderal
Kebudayaan Prof. Dr. I.B. Mantra.

Anda mungkin juga menyukai