Anda di halaman 1dari 13

ARCA BATU

GAJAH Kelommpok 1
Nama : M. Andi Pasha
DALAM M. Wira Akbar D
TRADISI Lili Puspita W
Mustika Putri W
MEGALITIKU  
M PASEMAH
ARCA BATU GAJAH DALAM
TRADISI MEGALITIKUM PASEMAH
Kebudayaan Megalitik merupakan kebudayaan yang awal
kemunculannya berada antara zaman neolitik akhir dan awal
perkembangan zaman logam (perundagian). Pengertian dari
megalitik sendiri adalah “mega” yang berarti besar, dan “lithik
atau lithos” yang berarti batu jadi kalu dirangakaikan berarti
sebuah zaman yang menghasilkan kebudayaan atau bangunan
yang umumnya terbuat dari batu-batu besar.
LANJUTAN
Di lahat dan Pagaralam, Sumatera Selatan terdapat banyak
situs pra sejarah salah satu yang terkenal yaitu situs Megalitikum
Besemah (Pasemah). Megalitik Pasemah adalah peninggalan
tradisi budaya megalitik di daerah Pasemah. Megalitik di daerah
Pasemah memilki bentuk yang unik, langka dan mengandung
unsur kemegahan serta keagungan yang terwujud dalam bentuk
– bentuk yang sangat monumental. Simbol-simbol yang ingin
disampaikan oleh pemahat erat kaitannya dengan pesan - pesan
religius.
LANJUTAN
Lokasi situs megalitik pasemah ini letaknya di alam bumi Pasemah Lahat dan
Pagaralam, sekitar 500-an kilometer dari Palembang, dataran tinggi antara
750 meter – 1000 meter di kaki gunung Dempo dari pegunungan bukit
Barisan dan daerah aliran hulu Sungai musi dan anak – anak sungainya.
Tradisi megalitik Pasemah mulai diteliti pertama kali dan ditulis oleh
L.Ullmann dalam artikelnya yaitu Hindoe-belden in binnenlanden Van
Palembang yang dimuat oleh Indich Archief (1856). Dalam tulisan Ullmann
tersebut H.Loffs menyimpulkan bahwa arca-arca tersebut merupakan
peninggalan dari masa Hindu. Namun pendapat ini ditentang oleh Van der
Hoop pada tahun 1932, ia menyatakan bahwa peninggalan tersebut dari masa
yang lebih tua. Setelah penelitian van der Hoop, penelitian tentang megalitik
Pasemah dilanjutkan oleh peneliti – peneliti arkeologi, seperti peneliti dari
pusat penelitian Arkeologi Nasional dan peneliti dari Balai Arkeologi
Palembang.
LANJUTAN
Temuan peninggalan tradisi megalitik di pasemah begitu
banyak variasinya, berdasarkan survei yang dilakukan peneliti
Balai Arkeologi Palembang, Budi Wiyana telah menemukan 19
situs megalitik.
Salah satu peninggalan tradisi megalitikum Pasemah yaitu
Arca Batu Gajah. Dinamakan demikian karena pada arca ini
terpahat binatang gajah. “Van de Hoop tercatat membawa batu
bundar ini ke Palembang sekitar tahun 1930-an tanpa penjelasan
rinci” ujar Drs. Nurhadi M, Si kepala balai Arkeologi Sumatera
Selatan.
ARCA BATU GAJAH
Arca batu gajah ditemukan di Kotaraya, Lembak, Pagaralam
tahun 1929 oleh seorang profesor berkebangsaan belanda, Von
Erde, Bahan baku arca batu gajah ini berasal dari batuan Andesit.
Porous dengan ukurang yang sangat besar dan dibentuk
menyerupai binatang gajah yang sedang mendekam. Bidang
muka merupakan bagian kepala, mata, belalai, mulut dan kedua
gading (salah satunya patah), serta kedua telinga. Belalai
melingkar kearah mulut seakan sedang memasukkan makanan.
Dan juga terdapat berbagai benda, perhiasan dan senjata yang
dipakai oleh manusia penunggang gajah terbuat perunggu.
Lanjutan
Pahatannya menggambarkan seorang manusia yang sedang
mengapit seekor gajah. Tokoh itu mengenakan tutup kepala
seperti ketopong, telinganya mengenakan semacam anting dan
juga mengenakan kalung leher, kakinya mengenakan gelang
kaki. Dipunggung manusia itu ada sebentuk nekara. Memiliki
bibir tebal, hidung pesek dan pendek, mata lonjong dan
badannya terkesan bungkuk.
Panjang arca batu gajah ini dari ujung belalai sampai ke
ekor gajahnya, sekitar 2,7 meter. Dibalik relief gajah ini,
terdapat pula seekor binatang seperti babi hutan yang bertaring
panjang dengan dua tokoh manusia.
Lanjutan

Relief arca batu ini


menunjukkan adanya manusia
yang sedang menunggangi
gajah. Hal ini menunjukkan
masyarakat megalitik pada
saat itu menyatu dengan alam
Lanjutan
Posisi manusia yang dipahat pada arca batu gajah ini
tidak dalam kondisi berdiri dan cenderung membungkuk.
Hal ini menunjukkan masyarakat megalitik di pasemah yang
dinamis atau sedang dalam melakukan aktivitas/kegiatan.
Arah kepala menghadap menunjukkan wajah dan mata
yang tidak melihat ke bawah tetapi melihat ke depan/ atas.
Hal ini menunjukkan sikap optimis
Lanjutan
Manusia seperti membawa
nekara ini menunjukkan
masyarakat pasemah telah
berkembang dalam arus
globalisasi, karena nekara
merupakan hasil kebudayaan
Dongson, Vietnam.
Lanjutan
Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang
ada di Asia Tenggara. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan
perunggu di Asia Tenggara. Di daerah ini ditemukan segala
macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari
masa itu. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan
tempat penyelidikan yang pertama. Diperkirakan kebudayaan ini
berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM. Bertempat di
kawasan Sungai Ma, Vietnam. Nekara merupakan perlengkapan
upacara persembahan yang dilakukan masyarakat prasejarah,
dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem
kehidupan dan kebudayaan saat itu.
Lanjutan
Relief tersebut menunjukkan
masyarakat pasemah sedang
melakukan aktivitas berburu.
Senjata yang terbuat dari logam
dan dua manusia yang terlihat
membawa hewan seperti babi
hutan.
 
Daftar Pustaka
 Suryanegara, Erwan. 2016. Pasemah Visual Arts: Diversity of
Shape and Postures of Statues. Dalam jurnal International
Journal of History and Cultural Studies. Volume 02, Edisi 2
 http://sains.kompas.com/read/2009/03/10/13182222/Di.Pasemah
..Batu.Gajah.Kutukan.Si.Pahit.Lidah (diakses tanggal 16 Maret
2017)
 Kusumawati, Ayu dan Haris Sukendar. 2003. Megalitik Bumi
Pasemah Peranan Serta Fungsinya. Jakarta: Badan
Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata, Pusat Penelitian
Arkeologi
 http://
simpleverton.blogspot.co.id/2016/06/sejarah-perkembangan-bud
aya-dongson.html
(diakses tanggal 22 Maret 2017)

Anda mungkin juga menyukai