PENDAHULUAN
1. Untuk mengetahui kebudayaan yang ada di Sambung Macan dan Kedung Rebus.
2. Untuk mengetahui siapa yang mendukung kebudayaan Sambungmacan dan Gedungbrubus
3. Untuk mengetahui jenis flora dan fauna yang ada di Sambung Macan dan Kedung Rebus.
BAB II
PEMBAHASAN
Sambungmacan adalah suatu daerah yang terletak di tepi sungai Bengawan Solo, Sragen,
Jawa Tengah. Di wilayah tyersebut banyak ditemukan situs dan fosil baik fodil binatang maupun fosil
manusia serta ditemukannya artefak yang mendukung penelitian mengenai kebudayaan Pra-Aksara.
Penemuan-penemuan situs Sambungmacan dilakukan secaratidak sengaja oleh warga masyarakat di
daerah tersebut karena tujuan awal bukan untuk penelitian, melainkan untuk penggalian lahan
kanal, agar arus Sungai Bengawan Solo menjadi lancar. Ketika penggalian kanal mencapai kedalaman
12 meter telah ditemukan fosil-fosil, kemudian masyarakat menyerahkan fosil-fosil tersebut kepada
pemerintah untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
Setelah diteliti lebih lanjut para ahli dari Eropa mengemukakan bahwa fosil yang ditemukan
adalah manusia dan fauna purba. Lapisan yang mengandung binatang termasuk fosil tengkorak
manusia purba kurang lebih 8 meter dibawah permukaan tanah sekarang. Fosil-fosil fertebrata yang
ditemukan anatara lain Cervus (axis ) lydekkeri, Cervus (rusa) hippelaphus, Rhinoceros Sondaicus,
Stegodon Tregonochepalus, Elepehas sp., Bubalus Palaeokerabau, dan Bibossondaecus. Sebuah
rahang bawah harimau besar, panthera trigis soloensis juga ditemukan dipermukaan kanal tersebut.
Matriks yang menempel pada rahang mengindikasi bahwa berasal dari uni batu pasor koglomerat.
Komposisi fauna Sambungmacan khususnya kehadiran Homo Erectus, soloensis, Panthera Soloensis,
Soloensis dan elephas sp., mengindikasi adanya persamaan dengan fosil yang berada di Ngandong.1
1
Dr. Daud Aris Tanudirjo, Indonesia dalam arti sejarah, PT Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, 2012, Hlm 88.
2. Kedungbrubus dan kebudayaan
Pada tahun 1890 Eugine Dobuis sukses dengan penemuan fosil berupa fragmen rahang
bagian bawah yang lebar yang keras mengesankan ciri arkaik yang diyakini fragmen tersebut milik
rahang hominid, dan disebut sebagai Pithecanthropus A.