Anda di halaman 1dari 6

Makalah

Disusun untuk memenuhi tugas sekolah

Judul: Mengenal Manusia Purba

Guru: Jumaidah s.Pd

Disusun oleh:

1. Diki

2. Fauzanah

3. M. Settiyo aji

4. M. Zainuddin

5. M. Ilmi

6. Siti nur’izzatul hasanah

7. Siti rahmah

SMAN 1 KUSAN HULU

KABUPATEN TANAH BUMBU

KECAMATAN KUSAN HULU


TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


manusia yang hidup pada zaman pra aksara sekarang sudah berubah menjadi fosil. Penemuan-
penemuan fosil ini banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan indonsesia merupakan
wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok dihuni oleh manusia kala itu.fosil manusia yang
ditemukan di Indonesia dalam perkembangan terdiri dari beberapa jenis. Penemuan;penemuan
fosil sangat berguna bagi perkembangan ilmu sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan
kehidupan manusia kala itu maupun hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia
hingga menjadi sekarang ini. Dilihat dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan
Indonesia mempunyai banyak sejarah peradaban manusia mulai saat manusia hidup. Hal ini
diketahui dari kedatangan para ahli dari Eropa pada abad ke-19,dimana mereka tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang fosil manusia di Indonesia . dengan begitu ilmu sejarah akan
terus berkembang sejalan dengan fosil-fosil yang ditemukan. Itu sebabnya makalah ini dibuat
untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai manusia purba yang ditemukan di Trinil.

BAB 2
PEMBAHASAN

Makalah ini membahas tentang Sejarah manusia purba di trinil, lokasi manusia trinil, ciri ciri
manusia trinil.
2.1 Sejarah manusia purba di trinil
Asal-usul manusia memang sudah lama dipertanyakan, mungkin sejak manusia itu sendiri ada.
Namun, bagi arkeologi, pertanyaan tentang asal usul manusia sebenarnya baru menjadi fokus
kajian setelah Charles Darwin menerbitkan bukunya The Descent of Man (1871), menyusul
terbitan bukunya yang terkenal The Origin of Species (1858). Di bukunya itulah Darwin menyebut
adanya “the missing link”, mata rantai yang hilang dari proses evolusi primata menuju manusia
sejati. Sejak itu, para ahli paleoantropologi dan arkeologi seakan berlomba untuk mendapatkan
bukti-bukti “the missing link”.
Dorongan itu pula yang membawa Eugene Dubois untuk meninggalkan kehidupan yang mapan di
Belanda untuk berburu fosil di Indonesia. Tahun 1891, Dubois mengaku telah menemukan fosil
“the missing link” dalam penggalian di tepian Bengawan Solo, di desa kecil Trinil, tidak jauh dari
Ngawi, Jawa Timur (Shipman, 2001).
Museum Trinil atau Kepurbakalaan Trinil terletak di dukuh Pilang, desa Kawu, Kecamatan
Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari Kota Ngawi ke arah Barat daya, pada KM 10
jalan Raya Ngawi -Solo ada pertigaan belok ke arah Utara. Dan Sepanjang 3 km perjalanan baru
sampailah pada Museum Trinil. Dan Letaknya sendiri di Pinggiran kali Bengawan Solo, dan
layaknya situs-situs kepurbakalaan yang ada di tanah air memang cenderung dipinggiran sungai.
Seperti halnya situs Sangiran atau situs sambung macan Sragen juga dibantaran sungai Bengawan
solo.
Disebelah Barat daya di halaman Museum terdapat bangunan berupa Monumen yang didirikan
oleh Eugene Dubois yang pertama kali menemukan situs ini. Di monumen itu dituliskan angka
tahun pertama kali penemuan fosil manusia purba yang diberi Nama Pithecanthropus Erectus.
Disamping manusia purba didalam museum sendiri juga banyak ditemukan berbagai macam fosil
binatang purba, yang paling terkenal adalang ditemukan gading Gajah Purba yang sangat besar
sekali jika dibandingkan dengan ukuran gading gajah biasa.
Dan manusia purba ini diperkirakan berada pada jaman pleistosin tengah atau 1 juta tahun yang
lalu. Dari berbagai temuan adalah: Golongan primate
1. Pithecanthropus Erectus Dubois
2. Pithecanthropus Soloensis
3. PongoPygmaeusHoppins
4. SymphalangusSyndoctylus Raffles
5. HyaobatesOfmelochAndebert
6. NacacaFascicalois
Demikian pula Bengawan-dalam bahasa Jawa berarti sungai besar-Solo yang membentuk aliran
air hingga sejauh 600 kilometer. Di sekitar aliran sungai ini, yakni di Desa Trinil, sekitar 11
kilometer dari Kota Ngawi, Jawa Timur (Jatim), seorang berkebangsaan Belanda, Eugene Dubois,
menemukan fosil tulang "manusia monyet" (Pithecanthropus erectus) pada tahun 1891.
Penemuan itu menjadi bukti betapa sungai terpanjang di Pulau Jawa tersebut menjadi tumpuan
hidup nenek moyang ras manusia sejak ratusan ribu tahun silam.
Namun, apakah temuan itu telah menjawab tentang asal-usul manusia sejati? Apakah misteri
“the missing link” telah terpecahkan? Ternyata tidak!!! Malahan, fosil-fosil yang ditemukan
Dubois seakan menjadi pemicu debat baru di antara para ahli yang akhirnya menyadarkan
mereka untuk tidak sekedar mencari dan menemukan “the missing link”, tetapi juga memikirkan
kembali apa yang dimaksud dengan “the missing link”. Perdebatan dan fokus kajian pun lalu
bergeser. Kalau semula perdebatan hanya berkutat di sekitar : apakah fosil dari Trinil adalah
benar-benar “the missing link”, pada tahap berikutnya para ahli mulai bertanya-tanya : apa atau
siapakah “the missing link” itu ? Apakah ia adalah satu jenis makhluk yang menjadi perantara
dalam proses evolusi dari kera menuju manusia, sehingga E. Haeckel menyebutnya
Pithecanthropus (pithecos = kera, dan anthropos = manusia) ? Atau, “the missing link” adalah
sosok-sosok makhluk yang proses evolusinya ada di antara kera dan manusia ? Rupanya, hasil
penelitian arkeologi dan paleoantropologi cenderung mendukung adanya beberapa makhluk
perantara dalam proses evolusi dari makhluk mirip kera (pithecoid) menjadi manusia. Namun,
ketika sejumlah fosil “the missing links” (jamak) sudah ditemukan, toh perdebatan tidak berhenti
sampai di situ.
Asal-usul manusia sejati (Homo sapiens) belum juga terpecahkan. Masalahnya, para ahli tetap
saja berdebat “makhluk fosil” mana yang punah dan mana yang terus menjadi manusia. Karena
itu, terdapat sejumlah pohon kekerabatan manusia yang berbeda-beda (lihat skema di bawah)
dan teori asal-usul Homo sapiens pun beragam. Dua di antara teori asal-usul Homo sapiens yang
kini masih marak diperdebatkan adalah Teori Kesinambungan Setempat (Multi Regional
Continuity) dan Teori Penggusuran (Replacement Theory). Teori yang disebut pertama
beranggapan homo sapiens muncul di berbagai tempat di dunia dari hasil evolusi homo erectus
di kawasan masing-masing, sedangkan teori yang kedua meyakini homo sapiens muncul hanya di
Afrika dan kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia untuk menggusur homo erectus yang
kemudian punah (Gamble, 1993).
Oleh karena itu, dicarilah bentuk kegiatan lain yang bisa mengingatkan warga Solo akan peranan
Bengawan Solo sebagai induk peradaban. Upaya ini bukan sekadar menghadirkan romantisme.
Lebih jauh lagi, upaya itu adalah perjuangan untuk menyadarkan masyarakat modern agar
menghargai sungai, menghargai induk peradaban besar ras mereka.
Sejarah geologi wilayah Pegunungan Seribu, menurut ahli geologi Dr. Tony Djubiantono,
terbentuk pada kala Miosen atau Pleistosen Tengah (jutaan tahun yll), dimana saat itu terjadi
perubahan yang spektakuler ketika dasar laut di daerah tsb terangkat ke atas. Pada proses
terangkatnya dasar laut yang semula berupa teluk besar, berlangsung pembentukan koloni
berupa bukit-bukit yang kemudian menjadi bagian dari Pegunungan Seribu. Bukit-bukit di daerah
tsb hingga saat ini secara jelas memperlihatkan format batuan koral serupa dengan batuan di
dasar lautan. Bahkan di sejumlah tempat dengan mudah ditemukan fosil-fosil binatang laut (yang
menunjukkan bahwa daerah tsb dahulunya merupakan dasar lautan).
Konon Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Panjangnya mencapai
sekitar 600 km.

2.2 Lokasi Manusia Trinil


Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi kabupaten
Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum
vonkoenigswald menemukan sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan oleh Eogene Dubois
di Trinil telah membawa penemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia
pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluviar Bengawan Solo dari lapisan ini
ditemukan atap tengkorak pithecantheropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan
fragmen) yang menunjukan oemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak pithecantheropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang kebelakang.
Volume otaknya sekitar 900 cc, diantara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1200 –
1400 cc). Tulang keningsangat menonjol dan di bagian belakang mata,terdapat penyempitan yang
sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian belakang kepalaterlihat
bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya
sambungan perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan individu ini telah mencapai usia
dewasa.selain tempat-tempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga di temukan di
Perning, Mojokerto, Jawa Timur, Ngandong, Blora, Jawa Tengah, Sambung macan, Sragen.
2.3 ciri ciri manusia purba di trinil
Ciri-ciri manusia purba di trinil yaitu sebagai berikut:
Manusia purba ditrinil yaitu Pithecanthropus yang artinya adalah mantan genus hominid yang
telah punah yang anggotanya kini telah yang masukan ke spesies Homo erectus
a. Tinggi tubuhnya kira-kira 165-180 cm.
b. Badan tegap, namun tidak setegap Meganthropus.
c. Tonjolan kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
d. Otot kunyah tidak sekuat Meganthropus. volume otaknya 900 cc.
f. Hidung lebar dan tidak berdagu.
g. Makanannya bervariasi,yaitu tumbuhan dan daging hewan buruan.
h. Tulang rahang dan geraham kuat serta bagian kening menonjol.
i. Wajah tidak mempunyai dagu
j. Bentuk graham besar dengan rahang yang sngat kuat.
Manusia Jawa (Homo erectus paleo javanicus) adalah jenis Homo erectus yang pertama kali
ditemukan. Pada awal penemuan, makhluk mirip manusia ini diberi nama ilmiah Pithecanthropus
erectus oleh EugeneDubois, pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkoraknya di Trinil
pada tahun 1891.
Nama Pithecanthoropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan latin dan memiliki
arti manusia-kera yang dapat berdiri.

BAB 3
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Trinil adalah sebuah desa dipinggiran bengawan solo, masuk wilayah administrasi kabupaten
ngawa, jawa timur. Yang dulu ditemukan peninggalan purbakala letak ditemukannya manusia
trinil di desa kuwu kecamatan kedungalar, kabupaten ngawi, jawa timur. Kira kira 13 km sebelum
pusat kota ngawi dari arah kota solo. Trinil ini merupakan kawasan dilembah bengawan solo yang
menjadi hunian kehidupan purba tepatnya jaman pleistosen tengah sekitar 1juta tahun yang lalu
penemu manusia trinil tahun 1892 eugeune dubois ahli anatomi menemukan bekas manusia
purba diluar eropa yaitu spesimen manusia jawa atau pithecanthropus erectus yang berasal dari
bahasa yunani dan latin memiliki arti manusia kera yang dapat berdiri.
3.2 Saran
Mengingat di Indonesia banyak ditemukan fosil-fosil manusia purba, maka dapat dilakukan
penelitian lanjutan untuk memperjelas proses evolusi manusia dan untuk memperbaiki teori-
teori lama yang kurang tepat.

Anda mungkin juga menyukai