Anda di halaman 1dari 18

MENGENAL MANUSIA PURBA

Mengamati lingkungan
Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs
Manusia Purba Sangiran telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya
dunia, tentu ini sangat membanggakan bangsa Indonesia. Pengakuan tersebut
tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu di antaranya
karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba yang
menunjukkan proses kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi
sentra kehidupan manusia purba. Berbagai penelitian dari para ahli juga dilakukan
di sekitar Sangiran.
Beberapa temuan fosil di Sangiran telah mendorong para ahli untuk terus
melakukan penelitian termasuk di luar Sangiran. Dari Sangiran kita mengenal
beberapa jenis manusia purba di Indonesia. Setelah ditetapkan sebagai warisan
dunia, Situs Manusia Purba Sangiran dikem bangkan sebagai pusat penelitian dalam
negeri dan luar negeri, serta sebagai tempat wisata. Selain itu Sangiran juga
memberi manfaat kepada masyarakat di sekitarnya, karena pariwisata di daerah
tersebut.
Untuk memahami jenis dan ciri-ciri manusia purba di Indonesia mari kita telaah
bacaan berikut ini.
Memahami Teks
Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan
berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain tentu juga ada, tetapi para peneliti
belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang berhasil
ditemukan, misalnya di Flores. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa penemuan
penting fosil manusia di beberapa tempat.
1. Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapat kita lepaskan dari
keberadaan bentangan luas perbukitan tandus yang berada diperbatasan
Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar. Lahan itu dikenal dengan nama
Situs Sangiran. Di dalam buku Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran
Menjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakan sebuah kompleks situs
manusia purba dari Kala Pleistosen yang paling lengkap dan paling penting di
Indonesia, dan bahkan di Asia. Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan
manusia dunia, yang memberikan petunjuk tentang keberadaan manusia sejak
150.000 tahun yang lalu. Situs Sangiran itu mempunyai luas delapan kilometer
pada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arah timur-barat. Situs Sangiran
merupakan suatu kubah raksasa yang berupa cekungan besar di pusat kubah akibat
adanya erosi di bagian puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai dengan
perbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi geologis itu menyebabkan

tersingkapnya berbagai
lapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia purba dan binatang, termasuk
artefak.
Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiran berupa endapan lempung hitam dan
pasir fluviovolkanik,
tanahnya tidak subur dan terkesan gersang pada musim kemarau. Sangiran
pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemulling tahun 1864, dengan laporan
penemuan fosil vertebrata dari Kalioso, bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak
dilaporkan Schemulling situs itu seolah-olah terlupakan dalam waktu yang lama.
Eugene
Dubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia kurang tertarik dengan
temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934, G.H.R von Koenigswald
menemukan artefak litik di wilayah Ngebung yang terletak sekitar dua km di barat
laut kubah Sangiran. Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting
bagi Situs Sangiran. Semenjak penemuan von Koenigswald, Situs Sangiran menjadi
sangat terkenal berkaitan dengan penemuan-penemuan fosil Homo erectus secara
sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson paling penting dalam
sejarah manusia,sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens, manusia
modern.
Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentang evolusi fisik manusia
saja, akan tetapi juga memberikan gambaran nyata tentang evolusi budaya,
binatang, dan juga lingkungan. Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologisstratigrafis yang diendapkan tanpa terputus selama lebih dari dua juta tahun,
menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui sebagai salah satu pusat
evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secara resmi sebagai Warisan Dunia
pada 1996, yang tercantum dalam nomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage
List) UNESCO.
Perhatikan baik-baik gambar fosil manusia purba di samping, fosil itu juga disebut
sebagai Sangiran 17 sesuai dengan nomor seri penemuannya. Fosil itu merupakan
fosil Homo erectus yang terbaik di Sangiran. Ia ditemukan di endapan pasir fluviovolkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran. Fosil itu merupakan dua di
antara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu
ditemukan di Sangiran dan
satu lagi di Afrika.
2. Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di
daerah ini jauh sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934.
Ekskavasi yang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan

sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian
Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan
atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan
fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke
belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera (600 cc) dan otak
manusia modern (1.200-1.400cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian
belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang
belum berkembang. Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing
yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan
perekatan antar tulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa.
Selain tempat-tempat di atas, peninggalan manusia purba tipe ini juga ditemukan di
Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora, Jawa Tengah; Sambungmacan,
Sragen, Jawa Tengah.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah
direkonstruksi beberapa jenis manusia purba yang pernah hidup di zaman
praaksara.
1. Jenis Meganthropus
Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitian von Koenigswald di
Sangiran tahun 1936 dan 1941 yang menemukan fosil rahang manusia yang
berukuran besar. Dari hasil rekonstruksi ini kemudian para ahli menamakan jenis
manusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia raksasa
dari Jawa. Jenis manusia purba ini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya
tegap.Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuhtumbuhan. Masa
hidupnya diperkirakan pada zaman Pleistosen Awal.
2. Jenis Pithecanthropus
Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian Eugene Dubois tahun 1890 di dekat
Trinil, sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah
direkonstruksi terbentuk kerangka manusia, tetapi masih terlihat tanda-tanda kera.
Oleh karena itu jenis ini dinamakan Pithecanthropus erectus, artinya manusia kera
yang berjalan tegak.Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto, sehingga disebut
Pithecanthropus
mojokertensis. Jenis manusia purba yang juga terkenal sebagai rumpun Homo
erectus ini paling banyak ditemukan di Indonesia. Diperkirakan jenis manusia purba
ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.
3. Jenis Homo
Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschoten di Wajak. Penelitian
dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai
jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutnya

menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis


Pithecanthropus. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang.
Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000 25.000 tahun yang lalu.
Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia tetapi juga di
Filipina dan Cina Selatan. Homo sapiens artinya manusia sempurna
baik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya yang secara umum tidak
jauh berbeda dengan manusia modern. Kadang-kadang Homo sapiens juga
diartikan dengan manusia bijak karena telah lebih maju dalam berfikir dan
menyiasati tantangan alam. Bagaimanakah mereka muncul ke bumi pertama kali
dan kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru dunia hingga saat ini?
Para ahli paleoanthropologi dapat melukiskan perbedaan morfologis antara Homo
sapiens dengan pendahulunya, Homo erectus.
Rangka Homo sapiens kurang kekar posturnya dibandingkan Homo erectus. Salah
satu alasannya karena
tulang belulangnya tidak setebal dan sekompak Homoerectus.
Uraian mengenai jenis-jenis manusia ini selengkapnya dapat juga dibaca pada buku
Harry Widianto dan Truman Simanjuntak, Sangiran Menjawab Dunia. Hal ini
mengindikasikan bahwa secara fisik Homo
sapiens jauh lebih lemah dibanding sang pendahulu tersebut. Di lain pihak, ciri-ciri
morfologis maupun biometriks Homo sapiens menunjukkan karakter yang lebih
berevolusi dan lebih modern dibandingkan dengan Homo erectus. Sebagai misal,
karakter evolutif yang paling signifikan adalah bertambahnya
kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai kapasitas otak yang jauh lebih besar
(rata-rata 1.400 cc), dengan atap tengkorak yang jauh lebih bundar dan lebih tinggi
dibandingkan dengan Homo erectus yang mempunyai tengkorak panjang dan
rendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc. Segi-segi morfologis dan tingkatan
kepurbaannya menunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata antara kedua
spesies dalam genus Homo tersebut. Homo sapiens akhirnya tampil sebagai spesies
yang sangat tangguh dalam beradaptasi
dengan lingkungannya, dan dengan cepat menghuni berbagai permukaan dunia ini.
Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusia modern awal di Kepulauan
Indonesia dan Asia Tenggara paling tidak telah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu.
Dalam perkembangannya, kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan
dalam tiga tahap, yaitu (i) kehidupan manusia modern awal yang kehadirannya
hingga akhir zaman es (sekitar 12.000 tahun lalu), kemudian dilanjutkan oleh (ii)
kehidupan manusia modern yang lebih belakangan, dan berdasarkan karakter
fisiknya dikenal sebagai ras Austromelanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu
muncul penghuni baru di Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagai penutur bahasa
Austronesia. Berdasarkan karakter fisiknya, makhluk manusia ini tergolong dalam
ras Mongolid. Ras inilah yang kemudian berkembang hingga menjadi bangsa
Indonesia sekarang.

Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiens dapat dikelompokkan


sebagai berikut,
a. Manusia Wajak
Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satu-satunya temuan di Indonesia
yang untuk sementara dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia
modern awal dari akhir Kala Pleistosen. Pada tahun 1889, manusia Wajak ditemukan
oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut
Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur.
b. Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homo floresiensis tahun 2004
menggemparkan dunia ilmu pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah
gua Liang Bua oleh tim peneliti gabungan Indonesia dan Australia. Sebuah gua
permukiman prasejarah di Flores. Liang Bua bila diartikan secara harfiah merupakan
sebuah gua yang dingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan
permukaan tanah yang datar, merupakan tempat bermukim yang nyaman bagi
manusia pada masa praaksara. Hal itu bisa dilihat dari kondisi lingkungan sekitar
gua yang sangat indah.

MENGENAL MANUSIA PURBA


Pernahkah kamu mendengar tentang Situs Manusia Purba Sangiran? Kini Situs Manusia Purba Sangiran
telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisanbudaya dunia, tentu ini angatmembanggakan bangsa
Indonesia.Pengakuan tersebut tentu didasari berbagai pertimbangan yang kompleks. Satu di antaranya
karena di wilayah tersebut tersimpan ribuan peninggalan manusia purba yang menunjukkan proses
kehidupan manusia dari masa lalu. Sangiran telah menjadi sentra kehidupan manusia purba.Berbagai
penelitian dari para ahli juga dilakukan di sekitar Sangiran.Beberapa temuan fosil di Sangiran telah
mendorong para ahli untukterus melakukan penelitian termasuk di luar Sangiran.Dari Sangiran kita
mengenal beberapa jenis manusia purba diIndonesia. Setelah ditetapkan sebagai warisan dunia, Situs
ManusiaPurba Sangiran dikembangkan sebagai pusat penelitian dalamnegeri dan luar negeri, serta
sebagai tempat wisata. Selain ituSangiran juga memberi manfaat kepada masyarakat di
sekitarnya,karena pariwisata di daerah tersebut.Untuk memahami jenis dan ciri-ciri manusia purba di
Indonesiamari kita telaah bacaan berikut ini.

Sangiran
Perjalanan kisah perkembangan manusia di dunia tidak dapatkita lepaskan dari keberadaan bentangan
luas perbukitan tandusyang berada diperbatasan Kabupaten Sragen dan kabupaten Karanganyar. Lahan
itu dikenal dengan nama Situs Sangiran. Didalam buku Harry Widianto dan Truman
manjuntak, SangiranMenjawab Dunia diterangkan bahwa Sangiran merupakansebuah kompleks situs
manusia purba dari Kala Pleistosen yangpaling lengkap dan paling penting di Indonesia, dan bahkan di
Asia.
Lokasi tersebut merupakan pusat perkembangan manusia dunia,yang memberikan petunjuk tentang
keberadaanmanusia sejak 150.000 tahun yang lalu. SitusSangiran itu mempunyai luas delapan
kilometerpada arah utara-selatan dan tujuh kilometer arahtimur-barat. Situs Sangiran merupakan
suatukubah raksasa yang berupa cekungan besardi pusat kubah akibat adanya erosi di bagian
puncaknya. Kubah raksasa itu diwarnai denganperbukitan yang bergelombang. Kondisi deformasi
geologis itu menyebabkan tersingkapnya berbagailapisan batuan yang mengandung fosil-fosil manusia
purba dan binatang, termasuk artefak.Berdasarkan materi tanahnya, Situs Sangiranberupa endapan
lempung hitam dan pasir fluviovolkanik,tanahnya tidak subur dan terkesangersang pada musim kemarau.
Sangiran pertama kali ditemukan oleh P.E.C. Schemullingtahun 1864, dengan laporan penemuan fosil
vertebrata dari Kalioso,bagian dari wilayah Sangiran. Semenjak dilaporkan chemullingsitus itu seolaholah terlupakan dalam waktu yang lama. EugeneDubois juga pernah datang ke Sangiran, akan tetapi ia
kurangtertarik dengan temuan-temuan di wilayah Sangiran. Pada 1934,G.H.R von Koenigswald
menemukan artefak litik di wilayahNgebung yang terletak sekitar dua km di barat laut kubah
Sangiran.Artefak litik itulah yang kemudian menjadi temuan penting bagi Situs Sangiran. Semenjak
penemuan von Koenigswald, Situs Sangiranmenjadi sangat terkenal berkaitan dengan penemuanpenemuanfosil Homo erectus secara sporadis dan berkesinambungan. Homo erectus adalah takson
paling penting dalam sejarah manusia,sebelum masuk pada tahapan manusia Homo sapiens,
manusiamodern.Situs Sangiran tidak hanya memberikan gambaran tentangevolusi fisik manusia saja,
akan tetapi juga memberikan gambarannyata tentang evolusi budaya, binatang, dan juga

lingkungan.Beberapa fosil yang ditemukan dalam seri geologis-stratigrafis yangdiendapkan tanpa


terputus selama lebih dari dua juta tahun,menunjukan tentang hal itu. Situs Sangiran telah diakui
sebagaisalah satu pusat evolusi manusia di dunia. Situs itu ditetapkan secararesmi sebagai Warisan
Dunia pada 1996, yang tercantum dalamnomor 593 Daftar Warisan Dunia (World Heritage List)
UNESCO.Perhatikan baik-baik gambar fosilmanusia purba di samping, fosil itu juga disebut sebagai
Sangiran 17 sesuai dengan nomor seripenemuannya. Fosil itu merupakan fosil Homo erectus yang
terbaik di Sangiran. Ia ditemukan diendapan pasir fluvio-volkanik di Pucang, bagian wilayah Sangiran.
Fosil itu merupakan dua diantara Homo erectus di dunia yang masih lengkap dengan mukanya. Satu
ditemukan di Sangiran dan satu lagi di Afrika.
Trinil, Ngawi, Jawa Timur
Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masukwilayah administrasi Kabupaten Ngawi,
Jawa Timur. Tinggalanpurbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini jauh sebelum von Koenigswald
menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasiyang dilakukan oleh Eugene Dubois di Trinil telah
membawapenemuan sisa-sisa manusia purba yang sangat berharga bagidunia pengetahuan. Penggalian
Dubois dilakukan pada endapanalluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap
tengkorakPithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh danfragmen) yang
menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.
Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinilsangat pendek tetapi memanjang ke belakang.Volume
otaknya sekitar 900 cc, di antara otak kera(600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400cc). Tulang
kening sangat menonjol dan di bagianbelakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jjelas,
menandakan otak yang belum berkembang.Pada bagian belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing
yang diduga pemiliknya merupakanperempuan. Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antar
tulang kepala, ditafsirkan inividuini telah mencapai usia dewasa. Selain tempattempat di atas,
peninggalan manusia purba tipe inijuga ditemukan di Perning, Mojokerto, Jawa Timur; Ngandong, Blora,
Jawa Tengah; Sambungmacan,Sragen, Jawa Tengah.
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, dapatlah direkonstruksi beberapa jenis
manusia purba yang pernah hidup di zaman praaksara.
Jenis Meganthropus
Jenis manusia purba ini terutama berdasarkan penelitianvon Koenigswald di Sangiran tahun 1936 dan
1941 yangmenemukan fosil rahang manusia yang berukuran besar. Darihasil rekonstruksi ini kemudian
para ahli menamakan jenismanusia ini dengan sebutan Meganthropus paleojavanicus, artinya manusia
raksasa dari Jawa. Jenis manusia purbaini memiliki ciri rahang yang kuat dan badannya
tegap.Diperkirakan makanan jenis manusia ini adalah tumbuhtumbuhan.Masa hidupnya diperkirakan
pada zaman Pleistosen Awal.
Jenis Pithecanthropus

Jenis manusia ini didasarkan pada penelitian EugeneDubois tahun 1890 di dekat Trinil, sebuah desa di
pinggiranBengawan Solo, di wilayah Ngawi. Setelah direkonstruksiterbentuk kerangka manusia, tetapi
masihterlihat tanda-tanda kera. Oleh karena itujenis ini dinamakanPithecanthropus erectus, artinya
manusia kera yang berjalan tegak.Jenis ini juga ditemukan di Mojokerto,sehingga
disebut Pithecanthropus mojokertensis. Jenis manusia purba yangjuga terkenal sebagai rumpun Homo
erectusini paling banyak ditemukan di Indonesia.Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup
dan berkembang sekitar zaman PleistosenTengah.
Jenis Homo
Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh von Reitschotendi Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene
Dubois bersamakawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo.Ciri-ciri jenis manusia Homo ini
muka lebar, hidung danmulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipuntidak semenonjol jenis
Pithecanthropus. Bentukfisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang.Hidup dan perkembangan
jenis manusia ini sekitar40.000 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempatpenyebarannya tidak hanya di
Kepulauan Indonesiatetapi juga di Filipina dan Cina Selatan.
Homo sapiens artinya manusia sempurnabaik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya yang
secara umum tidak jauh berbeda dengan manusiamodern. Kadang-kadangHomo sapiens juga
diartikandengan manusia bijak karena telah lebih maju dalamberfikir dan menyiasati tantangan alam.
Bagaimanakahmereka muncul ke bumi pertama kali dan kemudianmenyebar dengan cepat ke berbagai
penjuru duniahingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapatmelukiskan perbedaan morfologis
antara Homosapiens dengan pendahulunya, Homo erectus.Rangka Homo sapiens kurang kekar
posturnyadibandingkan Homo erectus. Salah satu alasannya karenatulang belulangnya tidak setebal dan
sekompak Homo erectus.Hal ini mengindikasikan bahwa secara fisik Homosapiens jauh lebih lemah
dibanding
sang
pendahulu
tersebut.Di
lain
pihak,
ciri-ciri
morfologis
maupun
biometriks Homosapiensmenunjukkan karakter yang lebih berevolusi dan lebihmodern dibandingkan
dengan Homo erectus. Sebagai misal,karakter evolutif yang paling signifikan adalah bertambahnya
kapasitas otak. Homo sapiens mempunyai kapasitas otak yangjauh lebih besar (rata-rata 1.400 cc),
dengan atap tengkorakyang jauh lebih bundar dan lebih tinggi dibandingkan dengan Homo erectus yang
mempunyai tengkorak panjang danrendah, dengan kapasitas otak 1.000 cc.Segi-segi morfologis dan
tingkatan kepurbaannyamenunjukkan ada perbedaan yang sangat nyata antara keduaspesies dalam
genus Homo tersebut. Homo sapiens akhirnyatampil sebagai spesies yang sangat tangguh dalam
beradaptasidengan lingkungannya, dan dengan cepat menghuni berbagai
permukaan dunia ini.Berdasarkan bukti-bukti penemuan, sejauh ini manusiamodern awal di Kepulauan
Indonesia dan Asia Tenggara paling tidaktelah hadir sejak 45.000 tahun yang lalu. Dalam
perkembangannya,kehidupan manusia modern ini dapat dikelompokkan dalam tigatahap, yaitu (i)
kehidupan manusia modern awal yang kehadirannyahingga akhir zaman es (sekitar 12.000 tahun lalu),
kemudiandilanjutkan oleh (ii) kehidupan manusia modern yang lebihbelakangan, dan berdasarkan
karakter fisiknya dikenal sebagairas Austromelanesoid. (iii) mulai di sekitar 4000 tahun lalu
munculpenghuni baru di Kepulauan Indonesia yang dikenal sebagaipenutur bahasa Austronesia.

Berdasarkan karakter fisiknya, makhlukmanusia ini tergolong dalam ras Mongolid. Ras inilah yang
kemudianberkembang hingga menjadi bangsa Indonesia sekarang.
Beberapa spesimen (penggolongan) manusia Homo sapiensdapat dikelompokkan sebagai berikut,
Manusia Wajak
Manusia Wajak (Homo wajakensis) merupakan satusatunyatemuan di Indonesia yang untuk sementara
dapatdisejajarkan perkembangannya dengan manusia modernawal dari akhir Kala Pleistosen. Pada
tahun 1889, manusiaWajak ditemukan oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan
karst di barat laut Campurdarat, dekatTulungagung, Jawa Timur.
Manusia Liang Bua
Pengumuman tentang penemuan manusia Homofloresiensis tahun 2004 menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan. Sisa-sisa manusia ditemukan di sebuah guaLiang Bua oleh tim peneliti gabungan
Indonesia dan Australia.Sebuah gua permukiman prasejarah di Flores. Liang Buabila diartikan secara
harfiah merupakan sebuah gua yangdingin. Sebuah gua yang sangat lebar dan tinggi dengan permukaan
tanah yang datar, merupakan tempat bermukimyang nyaman bagi manusia pada masa praaksara. Hal itu
bisadilihat dari kondisi lingkungan sekitar gua yang sangat indah,yang berada di sekitar bukit dengan
kondisi tanah yang datardi depannya. Liang Bua merupakan sebuah temuan manusiamodern awal dari
akhir masa Pleistosen di Indonesia yangmenakjubkan yang diharapkan dapat menyibak asal
usulmanusia di Kepulauan Indonesia.Manusia Liang Bua ditemukan oleh Peter Brown danMike J.
Morwood pada bulan September 2003 lalu. Temuanitu dianggap sebagai penemuan spesies baru yang
kemudiandiberi nama Homo floresiensis, sesuai dengan tempatditemukannya fosil manusia Liang
Bua.Pada tahun 1950-an, Th. Verhoeven lebih dahulumenemukan beberapa fragmen tulang manusia di
Liang Bua.Saat itu ia menemukan tulang iga yang berasosiasi denganberbagai alat serpih dan gerabah.
Tahun 1965, ditemukantujuh buah rangka manusia beserta beberapa bekal kuburyang antara lain berupa
beliung dan barang-barang gerabah. Diperkirakan Liang Bua merupakansebuah situs neolitik dan
paleometalik.Manusia Liang Bua mempunyai ciritengkorak yang panjang dan rendah,berukuran kecil,
dengan volume otak380 cc. Kapasitas kranial tersebut beradajauh di bawah Homo erectus (1.000
cc),manusia modern Homo sapiens (1.400cc), dan bahkan berada di bawah volumeotak simpanse (450
cc).[ps]

Homo Erectus Paleojavanicus atau Pithecanthropus erectus


si Manusia Jawa

Replika Manusia Jawa

Di abad-abad terakhir ini, orang beranggapan, benua Eropa adalah tempat


berasalnya manusia. Hal ini bukannya tidak beralasan. Di eropa bagian barat
banyak ditemui tempat-tempat peninggalan prasejarah. Di kurun waktu 1823
hingga 1925 ada sekitar 116 peristiwa penemuan tulang belulang manusia
purba. Di antaranya ada ditemukan tulang kera yang berubah menuju
bentuk manusia. Namun tetap aja, itu tulang-tulang kera.
Sementara sisa-sisa zaman batu (telah melewati masa evolusi), kurang lebih
ada 236 peristiwa penemuan di seluruh Eropa. Lalu di Prancis pada tahun
1856, ditemukan fosil manusia kera. Fosil itu dianggap sebagai fosil terlama
yang ditemukan di masa itu. Maklumlah, saat itu riset yang dilakukan di Asia
dan Afrika belum memberikan hasil yang maksimal. Jadi, bisa disimpulkan,

Eropa lah tempat awal terjadinya proses evolusi itu. Apalagi para ilmuwan di
Eropa saat itu tampaknya lebih memilih tempat tinggalnya sebagai tempat
asal muasal manusia dan mengenyampingkan kemungkinan-kemungkinan
geografis benua lain yang mungkin lebih unggul seperti Asia dan Afrika.

Eugene Dubois

Eugene Dubois

Namun pada akhir abad 19, seorang berkebangsaan Belanda bernama


Eugene Dubois (1858-1940), berhasil menghadirkan penemuan yang
luarbiasa di sini, di Indonesia. Eugene dan penemuannya adalah orang yang
pertamakali menentang teori manusia pertama berasal dari Eropa.
Eugene Dubois adalah seorang dokter penganut setia teori evolusi milik
Darwin. Dokter muda ini memiliki semangat luarbiasa hingga mampu
menutupi (lebih tepatnya menemukan) kekosongan proses evolusi antara
kera ke manusia. Ia percaya di Asia pasti ditemukan fosil yang lebih tua dari
eropa.

Pada tahun 1887 dengan hati yang menggebu-gebu dokter Belanda ini
datang ke pulau Jawa. Eugene bekerja pada sebuah rumah sakit. Pada waktu
senggang ia tak segan-segan merogoh koceknya untuk menyewa 50 orang
tahanan pribumi dan bersama-sama berjalan menyusuri tepi kiri dan kanan
Bengawan Solo sambil meneliti lokasi potensial yang mungkin menyimpan
tulang belulang manusia purba.
Siapa menyangka, pekerjaan yang nyaris tak mungkin itu membuahkan
hasil. Dokter muda yang basicnya bukan seorang arkeolog ini, mendapatkan
hasil yang menggemparkan dunia. Suatu hari di tahun 1890 di suatu lokasi di
sekitar Bengawan Solo (daerah Sangiran), Eugene dan teman-temannya
menemukan sepotong kerangka rahang atau geraham manusia purbakala.
Kemudian setahun berikutnya (1891) di kampung Trinil-Solo, mereka kembali
menemukan batok kepala atau tengkorak manusia purbakala yang
mencirikan kera. Selanjutnya di tahun 1892, kelompok Eugene menemukan
tulang kaki manusia purba yang mirip kaki manusia modern. Dari bentuk
tulang kaki itu, bisa disimpulkan pemilik tulang tersebut sudah bisa berjalan
dengan kedua kakinya.
Setelah penemuan-penemuan itu Eugene mengambil kesimpulan, tengkorak
atau batok kepala dan kaki itu adalah milik satu orang yang sama. Dan orang
itu adalah nenek moyang dari manusia yang ada sekarang. Dengan kata lain,
tulang belulang dari pertengahan mata rantai teori evolusi milik Darwin.
Pada tahun 1894 Eugene Dubois membuat semacam makalah yang berisi
laporan hasil penelitiannya. Ia menamakan fosil itu sebagai manusia kera
yang berdiri atau manusia Jawa. Belakangan, dunia arkeolog menyebutnya
dengan Pithecanthropus Erectus.
Setelah penemuan itu dipublikasikan, timbullah pertentangan yang hebat di
kalangan para ilmuwan di masa itu. Teori manusia berasal dari daratan Eropa
yang selama ini membuai para ilmuwan, seakan terbantah oleh penemuan
yang luarbiasa dari Eugene Dubois.
Para ilmuwan yang mendukung teori manusia dari Eropa dibuat gelisah dan
tak bisa duduk dengan tenang. Mereka pun menyatakan tidak percaya

dengan penemuan Eugene dan mencurigainya. Beberapa di antara para


ilmuwan malah berasumsi bahwa fosil yang ditemukan Eugene di Indonesia
adalah sepotong tulang dari kera atau hewan sejenis. Sedangkan yang
lainnya menganggap fosil itu adalah tulang belulang manusia cacat.
Sayangnya, selain manusia Jawa temuan Eugene, tidak ada penemuan lain di
benua Asia maupun benua Afrika. Akibatnya, di tengah kerasnya bantahan
para ilmuwan Eropa, laporan Eugene lenyap. Sehingga teori yang dilontarkan
Eugene hilang selama kurang lebih 30 tahun lebih.
Namun ternyata waktu juga yang berhasil menghalau kabut yang menutupi
kebenaran teori Eugene. Seiring memasuki abad 20, makin banyak terjadi
penemuan fosil manusia purba di sekitar kawasan tempat Eugene Dubois
melakukan penggalian. Akhirnya, teori yang menyatakan manusia berasal
dari Eropa, hanya tinggal cerita dongeng saja.
Manusia Jawa yang diperkirakan hidup antara 700.000 hingga 1.200.000
tahun lalu, akhirnya diakui sebagai penemuan manusia purba yang berusia
paling tua. Jerih payah Eugene Dubois dinilai sangat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu Arkeologi. Namanya serta penemuannya yang
spektakuler, dicantumkan dalam buku sejarah.
Mungkin dalam dunia scient, orang beranggapan Afrika adalah daratan yang
tertua. Namun penemuan Eugene dan teman-temannya di Indonesia, layak
dihormati. Lagipula, belum ada penemuan sekaliber Eugene Dubois di Afrika
hingga saat ini. (berbagai sumber)
Sangiran, Gudang Fosil Purbakala Kelas Dunia

Salah Satu Fosil Pithecanthropus erectus

Sangiran adalah situs warisan dunia. Tidak ada yang dapat menyangkal hal
itu. Di mata orang awam, Sangiran memang tidak sekondang Borobudur.
Sebab utamanya berpulang ke daya tarik visual. Orang yang Borobudur
sudah memenuhi benaknya dengan bayangan hal-hal aneh, megah atau
menakjubkan. Sesampai di tujuan yang mereka lihat mungkin berbeda
namun tidak berselisih jauh dari bayangan.
Calon pengunjung Sangiran dengan isi kepala serupa pasti akan kecewa.
Peminat kepurbakalaan (utamanya pelajar-mahasiswa) pun kerap melihat
situs yang namanya perkasa di peta evolusi ini lebih ramai cerita ketimbang
pentasnya. Namun, tak dapat dipungkiri, tempat ini adalah gudangnya fosil
purbakala sejak penemuan Eugene Dubois. Temuan fosil di situs Sangiran
memiliki arti signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.
Tapi jangan lupa, khususnya bagi Indonesia, ilmu yang membahas fosil-fosil
itu kurang populer. Untuk mudahnya, bukan ilmu yang bisa (langsung)
menghasilkan uang. Mayoritas dari kita, diakui atau tidak, bersekolah untuk
mendapat pekerjaan, demi mengasapi dapur dan syukur-syukur bisa
mengubah nasib. Bidang studi yang dijubeli calon mahasiswa hingga hari ini
belum bergeser dari teknik, kedokteran, ekonomi dan hukum. Akibatnya
apresiasi bagi situs Sangiran hanya sekadarnya.

Fosil Gajah Purba di Musium Sangiran

Sangiran terletak 20-an km di utara Solo. Cara termudah untuk mengunjungi


museum Sangiran adalah dengan naik sepeda motor. Bila memakai angkutan
umum, dari terminal Tirtonadi, Solo, orang bisa naik bis jurusan Purwodadi
(bis besar) atau Gemolong (bis 3/4). Bilang pada awak bis untuk turun di
Kalijambe, di pertigaan ke Sangiran. Dari pertigaan ke museum dengan ojek.

Replika Manusia Purba di Musium Sangiran

Museum Sangiran dilengkapi dengan gedung pertunjukkan. Bila kuota


peminat tercukupi, VCD The Foot Print of Fore Fathers akan diputar.
Tayangan berdurasi 20 menit itu padat informasi. Pembentukan kubah

Sangiran karena aktivitas Gunung Lawu purba, pelapukan karena hujan,


terkelupasnya lapisan tanah, tereksposnya fosil, muncul berturut-turut di
layar.
Di bagian kedua ada episode keluarga Pithecanthropus memburu Stegodon
Trigonochepalus (gajah purba berkepala bentuk segitiga). Antara nonton VCD
dan kunjungan ke museum mestinya satu paket. Urutannya pun tak boleh di
balik. Menikmati VCD di sini untuk mengasah apresiasi. Setelah itu, sembari
mengamati fosil-fosil di balik etalase, imajinasi akan lebih hidup(Harian :
Global)
- See more at: http://benerpost.blogspot.com/2012/12/homo-erectuspaleojavanicus-atau.html#sthash.rV0mCx5d.dpuf
PITHECANTROPUS ERECTUS
3:00 PM

SOSIOLOGI SAYA
1
Versi materi oleh marwan S

Di Indonesia makhluk Pithecantropus hidup pada masa pleistosen awal


sampai masa pleistosen akhir. Pithecantropus yang dianggap paling tua
adalah Pithecantropus Mojokertensis. Dari temuan-temuan fosil di Mojokerto
dan Sangiran para ahli berkesimpulan bahwa makhluk itu sudah berdiri tegak dan
diperkirakan hidup 2.500.000 sampai 1.250.000 tahun yang lalu.

Jenis lain dari makhluk Pithecantropus adalah Pithecantropus Erectus. Nama Erectus
yang artinya berdiri diberikan berdasarkan temuan fosil tulang paha yang kemudian
diduga makhluk ini sudah berjalan tegak. Tinggi badan makhluk ini diperkirakan
160-180 Cm dan berat badannya sekitar 80-100 Kg. Makhluk ini hidup sekitar
1.000.000 sampai 500.000 tahun yang lalu. Berdasarkan perkiraan, volume otaknya
900cc. Adapun volume otak manusia 1.000cc. Makhluk Pithecantropus Erectus
diduga lebih menyerupai kera. Perkiraan itu diperkuat oleh adanya tonjolan di
bagian keningnya. Gerahamnya lebih besar daripada geraham manusia biasa.

Adapun jenis makhluk Pithecantropus yang diperkirakan hidup pada masa


pleistosen akhir adalah Pithecantropus Soloensis. Volume otak makhluk ini berkisar
antara 1.000-1.300 Cc. Tinggi badan diperkirakan antara 165- 180 Cm. Makhluk ini
hidup antara 900.000-300.000 tahun yang lalu. Pithecantropus memiliki tulang
rahang, tengkorak bagian atas dan tulang paha sebelah kiri. Dengan tulang paha
yang ditemukan sudah dapat diketahui bahwa makhluk itu berdiri tegak dan
tengkorak sudah mendekati manusia.

Pithecantropus Erectus hidup secara berkelompok dengan berburu dan menangkap


ikan serta mengumpulkan makanan. Pithecantropus Erectus diperkirakan hidup
dalam kelompok-kelompok kecil bahkan mungkin dalam keluarga-keluarga yang
terdiri dari enam hingga 12 individu, yang memburu binatang di sepanjang lembahlembah sungai di dataran Sunda, cara hidup seperti itu agaknya tetap berlangsung
selama satu juta tahun.

Mereka diduga belum mengenal memasak makanan. Perkiraan itu didasarkan pada
kemiripan temuan alat-alat dari batu dan bentuk fisik antara fosil Pithecanthropus
Erectus dan fosil Pithecanthropus Pekinensis yang ditemukan di goa Chou-kou-tien
di Cina. Kemudian ditemukan sisasisa artefak yang terdiri dari alat-alat kapak baru
di sebuah situs dekat desa Pacitan, dalam lapisan bumi yang berdasarkan data
geologi diperkirakan berumur 800.000 tahun, dan diasosiasikan dengan fosil
Pithecanthropus yang telah berevolusi lebih jauh. Alat-alat kapak batu tadi sangat
mungkin mereka pergunakan untuk menguliti dan memotongmotong daging
binatang buruan yang sebelumnya mereka bunuh, mungkin dengan tombak kayu.

Hasil-hasil kebudayaan Pithecantropus, salah satunya adalah alat-alat Pacitan yang


berasal dari lapisan yang sama dengan ditemukannya fosil Pithecantropus,
sehingga diperkirakan bahwa alat-alat tersebut dibuat dan digunakan oleh manusia
prasejarah jenis Pithecantropus. Budaya Pacitan pada hakikatnya memiliki dua
macam tradisi alat-alat batu, yaitu tradisi batu inti yang menghasilkan alat-alat dari
pemangkasan segumpal batu atau kerakal dan tradisi serpih, yang menyiapkan
alat-alat dari serpihserpih atau pecahan-pecahan batu.

Anda mungkin juga menyukai