Anda di halaman 1dari 34

KISI KISI SEJARAH

1. Konsep berfikir sejarah


A.Berfikir Sinkronis dalam mempelajari sejarah
Berpikir sinkronis dalam sejarah adalah mempelajari peristiwa yang sezaman,
atau bersifat horisontal. Sinkronik artinya segala sesuatu yang bersangkutan dengan
peristiwa yang terjadi di suatu masa/ruang tetapi terbatas dalam waktu..
Ciri Ciri  sinkronik yakni sebagai berikut :
1.       Mengkaji  pada masa tertentu
2.       Menitik beratkan pengkajian  pada strukturnya(karakternya)
3.       Bersifat horizontal
4.       Tidak ada konsep perbandingan
5.       Cakupan kajian lebih sempit
6.       Memiliki sistematis yang tinggi
7.       Bersifat lebih serius dan sulit

B.Berfikir Diakronik dalam mempelajari Sejarah


Sejarah itu diakronis artinya memanjang dalam waktu tetapi terbatas dalam
ruang, sedangkan ilmu-ilmu sosial itu sinkronis maksudnya melebar dalam ruang.
Diakronis berasal dari bahasa Yunani, dia artinya melintasi atau melewati
dan khronos yang berarti perjalanan waktu.
Adapun ciri  diakronik yaitu:
a.      Mengkaji dengan berlalunya masa;
b.      Menitik beratkan pengkajian pristiwa pada sejarahnya
c.       Bersifat historis atau komparatif;
d.      Bersifat vertikal;
e.       Terdapat konsep perbandingan;
f.       Cakupan kajian lebih luas;

2. Peranan penelitian dalam penulisan peristiwa sejarah


Langkah-Langkah Dalam Penelitian Sejarah
1.HEURISTIK (Pengumpulan Data)
2.KRITIK (Verifikasi)
a.Kritik Ekstern
b.Kritik Intern
3.INTERPRETASI (Penafsiran)
4.HISTORIOGRAFY (Penulisan Sejarah)

3. Corak kehidupan ekonomi Zaman Paleolithikum


Pada masa ini kehidupan manusia prasejarah yang mempunyai corak berburu
dan meramu. Berburu adalah kegiatan manusia purba untuk memperoleh bahan
makanan dengan cara memburu binatang, memasang perangkap, dan menjeratnya.
Alat yang mereka gunakan untuk berburu kebanyakan dibuat dengan tangan . seperti
sejenis tombak dari batu atau kayu yang ujungnya runcing. Sedangkan, meramu
adalah kegiatan untuk mendapatkan bahan makanan dengan cara mengumpulkan
tumbuh-tumbuhan langsung dari alam.

Kehidupan manusia purba dalam gua-gua itu biasanya membentuk kelompok kecil
terdiri atas 20–30 orang. Pembentukan kelompok kecil ini mempunyai beberapa
keunggulan, terutama untuk menghadapi serangan musuh bersama, melaksanakan
kegiatan berburu dan meramu, menghadapi datangnya serangan binatang liar, serta
mempermudah pengembaraan.
Dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, manusia prasejarah telah mengenal
pembagian tugas atau kerja. Misalnya saat berburu binatang dibutuhkan beberapa
laki-laki yang mempunyai ketangkasan dan kecepatan dalam berlari. Pekerjaan ini
tidak sesuai dengan karakter wanita. Mereka mungkin bisa membantu saat harus
meramu atau menguliti binatang buruan. Selain itu, wanita bertugas menjaga gua dan
merawat anak.

4. Hasil budaya Zaman Megalithikum


  Contoh hasil kebudayaan zaman megalitikum
a.      Menhir
Menhir adalah batu tunggal (monolith) yang berasal dari periode
Neolitikum (6000/4000 SM-2000 SM) yang berdiri tegak di atas tanah..
Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan
religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah
nenek moyang.
               

                     
    
b.      Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan

kepada roh nenek


c.       Sarkofagus
Sarkofagus atau keranda yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai
lesung dari batu utuh yang diberi tutup

Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar.

d.      Kubur Batu
Kubur Batu/Peti Mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing
papan batunya lepas satu sama lain.

fungsi dari kubur batu adalah sebagai tempat menyimpan mayat yang
disertai bekal kuburnya.

e.       Punden Berundak
Punden berundak bukan merupakan “bangunan” tetapi merupakan
pengubahan bentang-lahan atau undak-undakan yang memotong lereng
bukit, seperti tangga raksasa.

fungsi dari punden berundak itu sendiri adalah sebagai tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.

f.        Arca Batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia.
Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan
moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis.
Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti
arca batu gajah
g.      Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat
dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti
bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian
tengahnya ada ruang.

5. Perbedaan jenis manusia Proto dan Deutro Melayu


1. Bangsa Proto Melayu
Kebudayaan mereka adalah kebudayaan batu muda atau neolitikum. Benda hasil
kebudayaan Proto Melayu masih terbuat dari batu dan telah dikerjakan dengan baik
sekali. Kebudayaan kapak persegi dibawa oleh bangsa Proto Melayu melalui jalan
barat sementara kebudayaan kapak lonjong melalui jalan timur. Bangsa Proto Melayu
kemudian terdesak ke arah timur setelah masuknya Deutro Melayu. Di jaman no
masih dapat ditemui keturunan Proto Melayu seperti Suku Dayak, Toraja, Papua
dan Batak.

2. Bangsa Deutro Melayu


Keturunan bangsa Deutro Melayu misalnya suku Jawa, Bugis dan Minang.
Kebudayaan Deutro Melayu lekbih tinggi dari Proto Melayu. Benda hasil kebudayaan
mereka telah terbuat dari logam yaitu perunggu. Beberapa tahun kemudian benda-
benda hasil kebudayaan mereka terbuat dari besi. Kebudayaan mereka ini sering
disebut dengan kebudayaan Dong Son. Hasil kebudayaan perunggu Indonesia
terpenting adalah kapak corong, nekara, bejana perunggu. 
6. Mengaitkan penggunaan batu sebagai senjata pada masa kini dengan masa
pra aksara
1. Kapak Genggam
Pertama adalah kapak genggam yang digunakan oleh
manusia jenis Pithecanthropus untuk berburu. Struktur dan bentuknya masih sangat
sederhana, ada satu bagian yang tajam yaitu hanya terdapat di satu sisi saja. Kapak ini
digunakan dengan cara digenggam dan ditemukan di beberapa tempat, yaitu di
Trunyan (Bali), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), dan Kalianda (Lampung).

2. Alat Serpih

Kedua, adalah alat serpih. Alat ini digunakan oleh manusia purba
untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang, dan terbentuk dari batu.
Diperkirakan, alat ini merupakan serpihan-serpihan dari batu yang dibuat sebagai
kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah),
serta Cabbenge (Flores).

3. Kapak Persegi

Ketiga adalah kapak persegi, kapak ini merupakan


alat yang terbuat dari batu dan digunakan oleh manusia untuk mencangkul, memahat,
dan berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk segi empat yang kedua sisinya diasah
halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang untuk tangkai. Sementara
pangkal lainnya adalah bagian yang tajam. Alat ini banyak ditemukan di berbagai
tempat di Indonesia lho, mulai dari Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.

4. Kapak Lonjong

Keempat adalah kapak lonjong. Pangkal kapak tersebut


lebar dan tajam, sedangkan ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini
terbuat dari batu yang telah diasah sampai halus. Kapak lonjong zaman praaksara
pernah ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

5. Menhir
Kelima adalah menhir yang merupakan tugu batu yang tinggi.
Diperkirakan menhir digunakan sebagai tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.

6. Dolmen

Keenam adalah dolmen yaitu meja yang terbuat dari batu,


diperkirakan digunakan oleh manusia pra sejarah sebagai tempat menyimpan sesaji
untuk sesembahan.

7. Sarkofagus

Ketujuh adalah sarkofagus yaitu peti mati yang terbuat dari batu.

9. Bejana Perunggu

Kesembilan adalah bejana perunggu, bejana ini merupakan benda yang terbuat dari
perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar Spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya
ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.

10. Kapak Corong

Kesepuluh, sekaligus terakhir adalah kapak corong yang


terbuat dari perungu dan bentuk bagian atas mirip dengan corong. Alat ini pernah
ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.

7. Alasan munculnya Teori Waisya


Teori waisya adalah teori  yang dikemukakan oleh N.J. Krom. Isi dari teori ini yaitu
berkembangnya agama Hindu ke Indonesia dibawa oleh orang India golongan
pedagang atau berkasta waisya. Mereka yang menjadikan munculnya budaya Hindu
sehingga dapat diterima di kalangan masyarakat.. Pada saat itu, para pedagang banyak
berhubungan dengan para penguasa dan rakyat. Jalinan hubungan itu yang membuka
peluang terjadinya proses penyebaran agama dan budaya Hindu.
8. Pengaruh Hindu dalam Bidang Budaya

Seni Bangunan

Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni
asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk
perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil
bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat
pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula
berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi
juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan
candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu
jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.

Seni Rupa

Seni rupa tampak berupa patung dan relief. Patung dapat kita lihat pada penemuan
patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam
Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief
pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha
serta suasana alam Indonesia.

9. Akulturasi Budaya yang ada di Candi Borobudur

Bangunan Akulturasi yang Menarik Selain besar dan megah salah satu hal lagi
yang perlu membuat kita bangga sebagai warga negara Indonesia atas bangunan
peninggalan dinasti Syailendra adalah hasil akuluturasi budaya yang melekat pada
candi ini. Apa itu akulturasi Budaya? Akulturasi budaya adalah hasil perpaduan atau
percampuran antar dua atau lebih budaya pada suatu hal. Nah pada bangunan candi
borobudur ini sendiri terdapat akulturasi budaya lokal dan budaya Hindu-Buddha dari
India yang menarik untuk ditelusuri.

Seni Bangun Candi Borobudur Wujud akulturasi budaya lokal dan Hindu-Buddha
dari India yang pertama pada bangunan candi Borobudur adalah bahwa konsepnya
meniru bangunan asli bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu punden
berundak-undak. Dari bangunan asli indonesia yaitu punden berundak-undak ini yang
kemudian mendapat pengaruh Hindu-Budha dari India, maka muncullah bangunan
candi sebagai hasil akulturasi kedua budaya tersebut.

Seni Relief Candi Borobudur Berikutnya, wujud akulturasi dua budaya Indonesia
dan Hindu-Buddha dari India pada candi Borobudur nampak pada relief-relief yang
ditemukan yang berisi ceritera Sang Budha Gautama. Pada beberapa relief yang lain
dijumpai juga lukisan yang menunjukan suasana alam Indonesia seperti relief rumah
panggung dan juga hiasan burung merpati. Selain itu ada juga relief hiasan perahu
bercadik yang merupakan perahu khas Indonesia. Semua relief rumah panggung,
burung merpati dan perahu bercadik ini tentu saja relief asli dari Indonesia, sebab
pada candi-candi di India tak ditemukan refief-relief semacam itu.

10. Pola kehidupan ekonomi Kerajaan Sriwijaya dengan bukti prasasti Kedukan
Bukit

pada awalnya kehidupan ekonomi masyarakat Sriwijaya bertumpu pada bidang


pertanian. Namun dikarenakan letaknya yang strategis, yaitu di persimpangan jalur
perdagangan internasional, membuat hasil bumi menjadi modal utama untuk memulai
kegiatan perdagangan dan pelayaran. Karena letak yang strategis pula, para pedagang
China yang akan ke India bongkarmuat di Sriwijaya, dan begitu juga dengan
pedagang India yang akan ke China.Dalam prasarti ini ditulis bahwa pada raja
Sriwijaya memulai sebuah ekspedisi dengan perahu, meninggalkan muara sungai
Musi, dengan pasukan darat dan laut, dan sebulan kemudian, ia membawa
kemenangan, kekuasaan, dan kekayaan ke Sriwijaya. Raja ini diduga adalah Raja
Dapunta Hyang Sri Jayanasa yang namanya tercantum di Prasasti Talang Tuwo.

11. Peranan Kerajaan Sriwijaya dalam penyebaran ajaran Budha menurut I-


Tsing
Berita Tiongkok yang ditulis I-Tsing tentang kerajaan Sriwijaya berisi beberapa
gambaran tentang kerajaan Sriwijaya yang menjadi sumber sejarah tentang kerajaan
tersebut.
Pembahasan
Berita Tiongkok atau sering disebut Kronik Tiongkok merupakan naskah-naskah
berbahasa Tionghoa yang memuat cerita-cerita pada masa kerajaan-kerajaan di
Nusantara. Salah satu Berita Tiongkok ini ditulis oleh I-Tsing, seorang pendeta Budha
yang berangkat ke India melalui jalur laut dan singgah di Sriwijaya selama enam
bulan antara tahun 671 sampai 672. Setelah pulang dari India, dia tinggal di Sriwijaya
selama bertahun-tahun, sejak tahun 685 sampai 689, dan sejak tahun 689 sampai 695.
Beberapa catatan I-Tsing tentang Sriwijaya adalah:

 Sriwijaya terketak di tepi Sungai yang merupakan pelabuhan utama dalam


perdagangan dengan China.
 Lama perjalanan dari Kanton ke Sriwijaya adalah sekitar 20 hari jikan angin baik,
atau kadang-kadang mencapai 1 bulan.
 Raja Sriwijaya juga menguasai negeri-negeri di sekitarnya dan menganut agama
Budha.
 Sriwijaya adalah pusat pendidikan agama Budha dan terdapat lebih dari 1000
biksu.
 Komoditas Sriwijaya adalah pala, Cengkeh dan Kapur Barus.

12. Teori Masuknya Islam pada abad ke 7

1. Teori Gujarat

Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para
pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini
menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak
para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat
itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-
Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S.
Hurgronje dan J. Pijnapel.

2. Teori Persia

3. Umar Amir Husen dan Hoesein Djadjadiningrat berpendapat bahwa Islam


masuk ke Nusantara melalui para pedagang yang berasal dari Persia, bukan dari
Gujarat. Persia adalah sebuah kerajaan yang saat ini kemungkinan besar berada di
Iran. Teori ini tercetus karena pada awal masuknya Islam ke Nusantara di abad ke
13, ajaran yang marak saat itu adalah ajaran Syiah yang berasal dari Persia.
Selain itu, adanya beberapakesamaan tradisi Indonesia dengan Persia dianggap
sebagai salah satu penguat.

Contohnya adalah peringatan 10 Muharam Islam-Persia yang serupa dengan upacara


peringatan bernama Tabuik/Tabut di beberapa wilayah Sumatera (Khususnya
Sumatera Barat dan Jambi).

3. Teori China

Lain halnya dengan Slamet Mulyana dan Sumanto Al


Qurtuby, mereka berpendapat bahwa sebenarnya kebudayaan Islam masuk ke
Nusantara melalui perantara masyarakat muslim China. Teori ini berpendapat,
bahwa migrasi masyarakat muslim China dari Kanton ke Nusantara,
khususnya Palembang pada abad ke 9 menjadi awal mula masuknya budaya Islam
ke Nusantara. Hal ini dikuatkan dengan adanya bukti bahwa Raden Patah (Raja
Demak) adalah keturunan China, penulisan gelar raja-raja Demak dengan istilah
China, dan catatan yang menyebutkan bahwa pedagang China lah yang pertama
menduduki pelabuhan-pelabuhan di Nusantara.
4. Teori Mekkah

Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para
musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh
dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab
di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah. Selain itu,
di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga
terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah
digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di
Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van
Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.

13. Faktor faktor agama islam dapat berkembang pesat

Faktor-faktor penyebab Agama Islam dapat cepat berkembang di Nusantara antara


lain:
 Syarat masuk agama Islam tidak berat, yaitu dengan mengucapkan
kalimat syahadat.
 Upacara-upacara dalam Islam sangat sederhana.
 Islam tidak mengenal sistem kasta.
 Islam tidak menentang adat dan tradisi setempat.
 Dalam penyebarannya dilakukan dengan jalan damai.
 Runtuhnya kerajaan Majapahit memperlancar penyebaran agama Islam.

14. Alasan munculnya seni kaligrafi

Kaligrafi dinilai sebagai  karya seni yang tidak lekang oleh waktu bagi umat Islam.
Pakar Islam University of Edinburgh, Dr. Alain George, menuturkan alasan
pentingnya kaligrafi bagi umat Islam. Dilansir dari BBC, Selasa (16/8), dia
menjelaskan,  Muslim mengimani Alqur'an sebagai firman Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Alqur'an, merupakan kitab yang ditulis
dalam bahasa Arab, dan memainkan peran penting dalam standarisasi bahasa Arab.
Namun, sebenarnya ketika pertama kali berkomitmen sekitar abad ke-7, ahli-ahli kitab
Muslim tengah menghadapi tugas yang berat dan terbilang menakutkan. Mereka harus
mengembangkan karya seni dengan indah, tapi naskahnya berasal dari firman Tuhan.
Selanjutnya, perkembangan kaligrafi berjalan beriringan dengan pergeseran budaya
masyarakat Islam dari lisan ke tulisan.

15. Tujuan kedatangan Bangsa Portugis ke Indonesia

Kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia mempunyai tiga tujuan sebagai berikut.


A. Tujuan ekonomi, yaitu mencari keuntungan yang besar dari hasil perdagangan
rempah - rempah. Membeli dengan harga murah di Maluku, dan menjualnya dengan
harga tinggi di Eropa.
B. Tujuan agama, yaitu menyebarkan agama Nasrani.
C. Tujuan petualangan, yaitu mencari daerah jajahan.• Tujuan tersebut lebih dikenal
dengan Gold, Glory, Gospel.
A. Gold, yaitu mencari emas dan mencari kekayaan.
B. Glory, yaitu mencari keharuman nama, kejayaan, dan kekuasaan.
C. Gospel, yaitu tugas suci menyebarkan agama Nasrani.Bangsa Portugis karena
ingin mencapai tujuannya, segera melakukan serangkaian kegiatan penjelajahan.
Dibawah pimpinan Alfonso d' Albuquerque, ia bersama armadanya berhasil
menguasai Malaka pada tahun 1511. Selanjutnya, pada tahun 1512 Portugis sudah
berhasil menguasai Ternate, yaitu dengan mengadakan perjanjian dengan Kerajaan
Ternate. Namun ternyata Spanyol sudah bersekutu dengan Kerajaan Tidore. Akhirnya
mereka bermusuhan.

16. Tujuan pembentukan VOC pada perdagangan abad ke XIV-XVII

1. Monopoli

Sangat jelas bahwa berdirinya VOC memiliki tujuan untuk melakukan monopoli
perdagangan. Hal ini tergambar dari tujuan utama belanda melakukan pelayaran
menemukan jalur perdagangan langsung ke indonesia dan menempatkan perdagangan
sebagai latar belakang utama. Pada nyatanya VOC yang tealh berdiri dengan berbagai
hak istimewa berujung melakukan monopoli pedagangan dalam produk rempah –
rempah yang dihasilkan di wilayah indoensia.

2. Mengurangi Persiangan

VOC yang berbentuk persekutuan dagang merupakan gabungan dari pedagang


beberapa negara eropa sehingga dengan adanya gabungan ini dominasi perdagangan
bersatu dalam VOC sehingga tidak ada pesaing lain lebih eksis.

3. Membantu pendanaan

VOC dapat melakukan monopoli terhadap penjualan hasil rempah – rempah yang saat
itu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dapat memebrikan
pembantuan pendanaan pada Belanda dari hasil kerjanya. 

4. Menguasai Kerajaan Indonesia

Tujuan selanjutnya yaitu menguasai kerajaan di Indonesia hal ini menjadi tujuan yang
sangat strategik dikarenakan penguasaan kerajaan berarti bisa mendapatkan perizinan
untuk melakukan  kegiatan perdagangan hasil tanaman di wilayah kerajaan tersebut.

5. Menguasai Pelabuhan Penting

VOC memiliki tujuan untuk menguasai pelabuhan hal ini dimaksudkan untuk
mempercepat proses distribusi hasil rempah – rempah dan memperlancar kegiatan
perdagangan.

6. Menghindari persaingan curang

Tujan ini sangat jelas karena banyaknya Pedagang Belanda yang melakukan
perdagangan rempah yang sangat rawan terjadi kecurangan, sehingga dengan
berdirinya VOC dan penerapan aturan aturan dalam VOC akan meminimalisir adanya
kecurangan pedagang belanda. 

7. Mencari keuntungan
Inilah tujuan yang paling utam ayaitu mencari keuntungan hal ini senada dengan
upaya monopoli perdagangan yang dilakukan VOC sehingga kegiatan monopoli
tersebut menghasilkan banyak keuntungan di pihak Belanda. Selanjutnya KEuntungan
tersebut digunakan untuk mendanai Belanda dalam melakukan perang dengan
Spanyol.

17. Tokoh Sultan Agung yang menentang masuknya Bangsa Asing ke Indonesia

1.  Mataram Menghadapi VOC Sultan Agung (1613-1645) adalah raja


terbesar Mataram yang bercita-cita: (1) mempersatukan seluruh Jawa di
bawah Mataram, dan (2) mengusir Kompeni (VOC) dari Pulau Jawa.
Untuk merealisir cita-citanya, ia bermaksud membendung usaha-usaha
Kompeni menjalankan penetrasi politik dan monopoli perdagangan. Pada
tanggal 18 Agustus 1618, kantor dagang VOC di Jepara diserbu oleh
Mataram. Serbuan ini merupakan reaksi pertama yang dilakukan oleh
Mataram terhadap VOC. Pihak VOC kemudian melakukan balasan dengan
menghantam pertahanan Mataram yang ada di Jepara. Sejak itu, sering
terjadi perlawanan antara keduanya, bahkan Sultan Agung berketetapan
untuk mengusir Kompeni dari Batavia.

18. Alasan serangan Demak ke Majapahit

Perang Majapahit dan Demak


Pada umumnya, perang antara Majapahit dan Demak dalam naskah-naskah babad dan
serat hanya dikisahkan terjadi sekali, yaitu tahun 1478. Perang ini terkenal sebagai
Perang Sudarma Wisuta, artinya perang antara ayah melawan anak,
yaitu Brawijaya melawan Raden Patah, tetapi cerita ini cenderung bertentangan
dengan fakta sejarah yang diperkuat oleh prasasti petak dan prasasti Jiyu
bahwa Brawijaya dijatuhkan oleh Girindrawardhana pada tahun 1478. Jadi
sesungguhnya terjadi adalah perang antara Demak dan Daha untuk memperebutkan
hegomoni sebagai penerus Majapahit.Berita ini membuktikan kalau perang antara
Demak melawan Majapahit bukanlah perang antara
agama Islam melawan Hindu sebagaimana yang sering dibayangkan orang,
melainkan perang yang dilandasi kepentingan politik antara Sultan Trenggana
melawan Dyah Ranawijaya demi memperebutkan kekuasaan atas pulau Jawa.
Menurut kronik Cina, Pa-bu-ta-la meninggal dunia tahun 1527 sebelum
pasukan Demak merebut istana. Peristiwa kekalahan Girindrawardhana Dyah
Ranawijaya ini menandai berakhirnya riwayat Kerajaan Majapahit. Para
pengikutnya yang menolak kekuasaan Demak memilih pindah ke pulau Bali.

19. Peninggalan Kerajaan Islam di Banten yang sangat penting dalam budaya

 Keraton Surosowan Peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia selanjutnya adalah


Keraton Surosowan. Keraton Surosowan adalah bangunan keraton di daerah Banten.
Keraton ini didirikan sekitar tahun 1522-1526 pada masa kekuasaan Sultan Maulana
Hasanuddin, yang kemudian dikenal oleh masyarakat sekitar sebagai pendiri
dari Kesultanan Banten.
Pada masa Sultan Banten berikutnya bangunan keraton tersebut direnovasi bahkan
sampai melibatkan ahli arsitektur dari Belanda, yang bernama Hendrik Lucasz
Cardeel yang memeluk agama Islam yang diberi gelar Pangeran
Wiraguna.  Dinding pembatas keraton ini setinggi 2 meter mengitari area keraton
sekitar kurang lebih 3 hektare. Keraton Surowowan mirip dengan benteng Belanda
yang kokoh dengan dilengkapi bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di
keempat sudut bangunan keraton ini. Sehingga pada masa jayanya Kesultanan Banten
juga disebut sebagai Kota Intan.

Kehidupan Budaya Kesultanan Banten Masyarakat yang berada pada wilayah


Kesultanan Banten terdiri dari beragam etnis yang ada di Nusantara, antara lain:
Sunda, Jawa, Melayu, Bugis, Makassar, dan Bali. Beragam suku tersebut memberi
pengaruh terhadap perkembangan budaya di Banten dengan tetap berdasarkan aturan
agama Islam. Pengaruh budaya Asia lain didapatkan dari migrasi penduduk Cina
akibat perang Fujian tahun 1676, serta keberadaan pedagang India dan Arab yang
berinteraksi dengan masyarakat setempat.

Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan seni bangunan Masjid Agung
Banten yang dibangun pada abad ke-16. Selain itu, Kerajaan Banten memiliki
bangunan istana dan bangunan gapura pada Istana Kaibon yang dibangun oleh Jan
Lucas Cardeel, seorang Belanda yang telah memeluk agama Islam. Sejumlah
peninggalan bersejarah di Banten saat ini dikembangkan menjadi tempat wisata
sejarah yang banyak menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri.

20. Faktor faktor pendorong perlawanan Perang Diponegoro

Perlawanan rakyat Jawa pimpinan Pangeran Diponegoro pada tahun 1825 – 1830
merupakan salah satu perlawanan kepada pemerintah kolonial Belanda. Penyebab
terjadinya Perang Diponegoro dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebab umum dan sebab
khusus.
Adapun sebab-sebab umum terjadinya perlawanan Diponegoro antara lain sebagai
berikut:
a) Wilayah Kesultanan Mataram semakin sempit dan para raja sebagai penguasa
pribumi mulai kehilangan kedaulatan.
b) Belanda ikut campur tangan dalam urusan intern kesultanan, misalnya soal
pergantian raja dan pengangkatan patih.
c) Timbulnya kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat
yang tidak sesuai dengan Islam.
d) Sebagian bangsawan merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat
istiadat kraton.
e) Sebagian bangsawan kecewa terhadap Belanda karena telah menghapus sistem
penyewaan tanah oleh para, bangsawan kepada petani (mulai tahun 1824).
f) Kehidupan rakyat yang semakin menderita di samping harus kerja paksa masih
harus ditambah beban membayar berbagai macam pajak.
Adapun Peristiwa yang menjadi sebab khusus berkobamya perang Diponegoro adalah
pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan
makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Pemasangan patok itu tanpa izin,
sehingga sangat ditentang oleh Pangeran Diponegoro.
21. Strategi non kooperatif dalam melawan penjajahan barat

Perjuangan kooperatif (kerjasama)


Pada bentu perjuangan ini, tokoh nasionalis yang biasa memimpin Indonesia
menggunakan kesempatan yang diberikan oleh kependudukan Jepang untuk
mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan Indonesia itu sendiri. Kemudian, para
tokoh nasionalis itu menduduki berbagai jabatan penting yang dimana jabatan tersebut
dibentuk oleh lembaga yang dibuat oleh Jepang itu sendiri. Seperti Ir. Soekarno, Moh.
Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Masyur dimana nama-nama tersebut adalah
nama-nama yang menjadi pimpinan pada Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Putera
tersebut adalah sebuah bentuk organisasi yang dibuat oleh Jepang guna untuk
membuat masyarakat Indonesia mendukung Jepang dalam perang melawan Sekutu.

Bentuk perjuangan non kooperatif.


Bentuk perjuangan non kooperatif memiliki arti dimana perjuangan yang tidak
dilakukan berdasarkan dengan kerjasama yang dibentuk dengan Jepang. Melainkan
dapat berupa peralawanan dan juga mempelajari apa yang didalam Jepang untuk
digunakan dalam melawan Jepang itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan Jepang tidak
memiliki perikemanusiaan untuk rakyat Indonesia di seluruh wilayah Indonesia.
Sehingga menimbulkan kebencian dan amarah yang dimana digunakan untuk
melakukan perlawanan.

22. SAMA DENGAN POINT 21


23. Konsep pemahaman tentang nasionalisme

Pengertian Nasionalisme adalah paham kebangsaan dari masyarakat suatu negara


yang memiliki kesadaran dan semangat cinta tanah air dan bangsa yang ditunjukkan
melalui sikap dan tingkah laku individu atau masyarakat.

Arti nasionalisme dapat juga didefinisikan sebagai pemahaman dari masyarakat suatu
bangsa yang mempunyai keselarasan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-
cita dan tujuan sehingga timbul rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari
internal maupun eksternal.

Tujuan Nasionalisme Sikap nasionalisme di suatu negara memiliki tujuan tertentu.


Berikut ini adalah beberapa tujuan nasionalisme:

 Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
 Membangun hubungan yang rukun dan harmonis antar individu dan
masyarakat.
 Membangun dan mempererat tali persaudaraan antar sesama anggota
masyarakat.
 Berupaya untuk menghilangkan ekstrimisme atau tuntutan berlebihan dari
warga negara kepada pemerintah.
 Menumbuhkan semangata rela berkorban bagi tanah air dan bangsa.
 Menjaga tanah air dan bangsa dari serangan musuh, baik dari luar maupun
dari dalam negeri.
Ciri-Ciri Nasionalisme dapat kita kenali dari karakteristiknya. Menurut Drs. Sudiyo,
ciri-ciri nasionalisme adalah sebagai berikut:
 Adanya persatuan dan kesatuan bangsa.
 Adanya organisasi modern yang sifatnya nasional.
 Perjuangan yang dilakukan sifatnya nasional.
 Nasionalisme bertujuan untuk kemerdekaan dan mendirikan suatu negara
merdeka dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
 Nasionalisme lebih mengutamakan pikiran, sehingga pendidikan memiliki
peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

24. Latar belakang lahirnya nasionalisme dalam sebuah negara

 Latarbelakang Lahirnya Nasionalisme Indonesia – Indonesia telah dijajah oleh


bangsa Barat sejak abad XVII, namun kesadaran nasional sebagai sebuah bangsa baru
muncul pada abad XX. Kesadaran itu muncul sebagai akibat dari sistem pendidikan
yang dikembangkan oleh pemerintah kolonial. Karena, melalui pendidikanlah muncul
kelompok terpelajar atau intelektual yang menjadi motor penggerak nasionalisme
Indonesia. Melalui tangan merekalah, perjuangan bangsa Indonesia di dalam
membebaskan diri dari belenggu kolonialisme dan imperialisme Barat memasuki
babak baru. Inilah yang kemudian dikenal dengan periode pergerakan nasional.
Perjuangan tidak lagi dilakukan dengan perlawanan bersenjata tetapi dengan
menggunakan organisasi modern.

Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para
bangsawan terdidik saja. Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang
tinggi juga karena hanya kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir
pemerintah kolonial. Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki
organisasi yang rapi dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional
sebagaimana perlawanan rakyat sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi
modern bagi perjuangan kebangsaan..

25. Peran Pendidikan bagi Indonesia


26. Penyebab munculnya gerakan DI/TII di Aceh

A. Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan
para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam
provinsiSumatera Utara yang beribukota di Medan. Peleburan provinsi itu seakan
mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan
kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia
(1945-1950).
Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para ulee balang yang sejak lama telah menjadi
pemimpin formal pada lingkup adat dan politik di Aceh[1][2]. Keinginan dari
masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum syariah dalam kehidupan mereka.[3]
Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan
Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang
sebuah dokumen rahasia dari Jakarta. Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah pembunuhan
terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah
tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa
Aceh sedang bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara
Indonesia.
B. Terjadi nya DI/TII aceh karena warga aceh tidak terima jika aceh hanya jadi
sebagian dari daerah sumatera utara. dan akhirnya daud beureuh ikut dengan karto
suwiryo. sampai akhirnya aceh di jadikan sebagai daerah istimewa,dan daud beureuh
pun dapat pengampunan

27. Peranan Safrudin Prawiranegara dalam pembentukan PDRI

  Sjafruddin Prawiranegara lahir di Serang, 28 Februari 1911 dan


wafat di Jakarta, 15 Februari 1989. Dia adalah pejuang kemerdekaan RI yang
menjabat sebagai Presiden/Ketua PDRI merangkap Menteri Pertahanan serta Menteri
Penerangan dan Urusan Luar Negeri ketika pemerintahan RI di Yogyakarta dikuasai
Belanda setelah agresi militer yang kedua (19 Desember 1948). Saat itu, Presiden
Soekarno bersama Wakil Presiden Mohammad Hatta diasingkan ke Pulau Bangka.
Dalam tubuh Sjafruddin mengalir darah campuran Banten dan Minang. Buyutnya,
Sutan Alam Intan, keturunan Raja Pagaruyung di Sumatera Barat, dibuang ke Banten
karena terlibat Perang Paderi. Sjafruddin menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri,
Menteri Keuangan dan Menteri Kemakmuran. Ia juga menjadi Wakil Perdana Menteri
tahun 1946, Menteri Keuangan yang pertama tahun 1946 dan Menteri Kemakmuran
tahun 1947. Saat menjabat sebagai Menteri Kemakmuran terjadi agresi militer kedua
Belada yang menyebabkan pembentukan PDRI di Sumatera. Seusai menyerahkan
kembali kekuasaan Pemerintah Darurat RI, ia menjabat sebagai Wakil Perdana
Menteri tahun 1949, kemudian Menteri Keuangan tahun 1949-1950. Selaku Menteri
Keuangan dalam Kabinet Hatta, bulan Maret 1950, ia memotong uang bernilai Rp5
lebih hingga separuh. Kebijakan moneternya dikritik dan dikenal dengan julukan
"Gunting Sjafruddin". Sjafruddin menjadi Gubernur Bank Sentral Indonesia yang
pertama, tahun 1951. Sebelumnya, ia adalah Presiden Direktur Javasche Bank yang
terakhir, kelak namanya menjadi Bank Sentral Indonesia. Ia menulis buku "Sejarah
Moneter" dibantu Oei Beng To, Direktur Utama Lembaga Keuangan Indonesia. Awal
tahun 1958, PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia) berdiri akibat
ketidakpuasan terhadap pemerintah karena ketimpangan sosial yang terjadi. diangkat
sebagai Presiden PRRI yang berbasis di Sumatera Tengah. Dalam kabinet PRRI,
Sjafruddin adalah Perdana Menteri merangkap Menteri Keuangan. Bulan Agustus
1958, perlawanan PRRI berakhir dan pemerintah pusat di Jakarta menguasai kembali
wilayah-wilayah yang sebelumnya bergabung dengan PRRI. Dia adalah tokoh Partai
Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) yang pada Juni 1985, berkhotba Idul
Fitri 1404 H di Masjid Al-A'raf, Tanjungpriok, Jakarta.

28. Partai politik yang berlandaskan agama pada masa demokrasi liberal
Masyumi PSII perti

Partai Persatuan Tharikat Islam (PPTI)

AKUI (Aksi Kemenagan Umat Islam)

29. Kebijakan ekonomi pada masa pemerintahan M. Nasir

Kebijakan ekonomi pada masa kabinet natsir yang bertujuan untuk membantu pribumi
dengan memberikan kredit dan bimbingan konkret disebut kebijakan PROGRAM
BENTENG
Penjelasan:
Pada masa Kabinet Natsir (September 1950 - April 1951) Sumitro Joyohadikusumo,
Menteri Perdagangan saat itu mempunyai gagasan. Gagasan Sumitro itu mulai
dilaksanakan April 1950. Program itu terkenal dengan sebutan Program Benteng.
Selama tiga tahun (1950 - 1953) , lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia
mendapat kredit bantuan dari Program Benteng. Program benteng diharapkan mampu
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini
pada dasarnya ditujukan untuk melindungi usaha-usaha pribumi. Namun, tujuan
dalam program ini tidak tercapai. Para pengusaha Indonesia lamban menjadi dewasa,
bahkan ada yang menyalahgunakan bantuan pemerintah. Dampaknya negara menjadi
defisit, sehingga Menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit
khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah.

30. Analisis lahirnya Dekrit Presiden 5 juli 1959

alasan Dikeluarkannya Dekrit Presiden 

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alasan dibalik mengapa Presiden Ir.
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah sebagai berikut :

 Kegagalan konstituante dalam menetapkan UUD sehingga Indonesia terbawa ke


jurang kehancuran akibat
 Indonesia tidak memiliki pijakan hukum yang mantap.
 Situasi politik yang makin kacau dan buruk
 Terganggunya stabilitas nasional akibat konflik antar partai politik.
 Banyaknya partai dalam parlemen yang memiliki pendapat berbeda dan selalu
berusaha menghalalkan segala cara agar tujuan partai politiknya tercapai.
 UUD yang menjadi pelaksanaan pemerintah belum berhasil dibuat sedangkan
UUDS 1950 dengan sistem pemerintahan demokrasi liberal dianggap tidak sesuai
dengan kondisi masyarakat Indonesia.
 Terjadinya pemberontakan yang menjurus ke gerakan separatisme.

31.Penyimpangan politik yang terjadi pada masa demokrasi liberal


Sering terjadi pergantian kabinet ,muncul pemberontak di beberapa daerah, kondisi
ekonomi sangat buruk,program2 yang di buat pemerintah tidak terlaksana dengan
penuh

32. Ciri pemerintahan demokrasi terpimpin

1. Kekuasaan Presiden Mendominasi

Salah satu akar dari adanya beragam penyimpangan demokrasi terpimpin adalah


karena asas presidensil yang dianut oleh sistem demokrasi ini, dimana asas ini
akhirnya menempatkan kekuasaan presiden diatas kekuasaan segalanya di
Pemerintahan negara Indonesia. Dengan berlakukan sistem demokrasi terpimpin
maka secara otomatis maka presiden kala itu yaitu Ir. Soekarno telah menjadi orang
yang memiliki kekuasaan tertinggi. Inilah mengapa terpicunya sebuah masalah
kesenjangan yang kian merajalela dimana mana. Bahkan kesenjangan ini juga
mempengaruhi beragam kinerja dari pemerintahan dan juga sistem kerja dari kabinet
RI kala itu. Presiden yang kala itu telah dinyatakan sebagai seseorang yang memiliki
kekuasaan tertinggi akan dengan mudah menyingkirkan segala pengaruh atau dampak
yang dia anggap tidak sejalan dan bertentangan dalam bidang pemerintahan atau
politik.

2. Partai Politik Yang Pergerakannya Dibatasi

Masa ketika demokrasi terpimpin di sahkan adalah masa dimana partai politik tidak
lagi memiliki kebebasan dan bahkan dibatasi pergerakannya. Bahkan pengambilan
jabatan di dalam pemerintahan kala itu tidak lagi diambil dari anggota partai politik.
Bahkan partai politik kala itu hanya mengemban peran dalam mendukung presiden
dan kebijakannya.

3. Menguatkan Peran Militer 

Benteng pertahan kala itu memang sangat di optimalkan, dimana peranan militer
sangat diandalklan. Dimana para militer tersebut dibekali kekuatan senjata dan
sebagai tembok pelindung. Bahkan kemiliteran menguasai komando dari lembaga
pemerintahan.

4, Paham Komunis Yang Kian Berkembang

Karena adanya beberapa dasardari perkembangan landasan demokrasi terpimpin,


memberikan dampak dimana perkembangan dari partai komunis yang sangat gencar
dan cepat. Ini dinyatakan dan di buktikan dari hubungan timbal balik
berkesinambungan antara PKI dan Presiden soekarno. Namun PKI juga memiliki jasa
dimana soekarno kala itu dinobatkan sebagai presiden seumur hidup.

5. Keberadaan Pers Yang Terkekang

Penyaluran dari aspirasi adalah sebuah tugas utama dari adanya beragam pers yang
berkembang hingga saat ini. Dimana aspirasi politik dan masyarakat akan disalurkan
dari pers. namun beberapa oknum telah menyegel dan membatasi kebebasan dari pers
untuk menyalurkan hal tersebut pada masa ini. Hingga bangsa Indonesia terkenal
menutup diri dikala itu.
6. Sentralisasi Tidak Merata

Terjadinya sistem sentralisasi pihak pusat yang kiat tidak adil dan terjadi secara tidak
merata menjadi ciri khas demokrasi terpimpin. Dimana terjadi ada banyak
penyempangan seperti peranan partai politik yang kian tidak jelas, melemahnya partai
politik akibat tidak sejalannya pendapat dan keterkekangan. Pemerintahan
sepenuhnya dikuasai oleh pemerintah pusat.

7. Pelanggaran Prinsip Kebebasan dan Kekuasaan Kehakiman

Walaupun demikian, adanya demokrasi terpimpin memang banyak meninggalkan


sejarah yang buruk seperti adanya pelanggaran prinsip kebebasan serta kehakiman di
pegang oleh sang presiden dan ini bertentangan dengan peraturan yang berdasarkan
isi dari UUD 1945 nomor 19. Didalam UUD tersebut jelas dinyatakan bahwa ikut
campur tangan presiden boleh namun tudak selalu.

8. HAM yang kian Menurun

Karena adanya kontrol dan pengekakangan terhadap kebebasan pers maka hal ini juga
berdampak terhadap penurunan HAM yang kala itu snagat buruk dalam sejarah.

9. Batas Wewenang Yang Tinggi

Anggap saja bahwa presiden kala itu memegang semua jenis kekuasaan hingga ia
sangat mungkin sekali dalam melakukan beragam keputusan tanpa perlu bertanya atau
keputusan siapapun.

10. Terbentuknya Negara Ekstra Konstutional

kala itu presiden telah membentuk sebuah jenis lembaga baru di luar dari kebijakan
UUD. Misalnya saja dengan terbentuknya Front Nasional yang kala itu malah menjadi
salah satu saran empuk pihak komunis.

11. Fungsi Presiden Diutamakan

Sperti penjelasan di awal artikel bahwa kala ini, peranan presiden sangatlah besar
dimana ia bisa melakukan hal apapun kepada siapapun. Padahal hal yang seharusnya
dilakukan adalah pengambilan keputiusansecara musyawarah dan terbuka. Beberapa
penyimpangan lain efek dari demokrasi terpimpin yaitu:

 Pimpinan dari lembaga tinggi negara seperti DPR atau MPR memiliki
tingkatan setara dengan menteri.
 Kasus pembubaran dari lembaga DPR oleh sang presiden hanya dikarenakan
penolakan RAPBN yang mereka tolah usulannya tersebut.
 Sedangkan di dlm UUD telah jelas di cantumkan bawha DPR tidak bisa
dibubarkan oleh presiden walupun menolak RAPBN hingga yang dilakukan adalah
menggunakan RAPBN yang lama.

33. Pertentangan yang terjadi antara militer dengan presiden pada masa
demokrasi terpimpin
Demokrasi Terpimpin diawali sejak dikeluarkannnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959 yang ditandai oleh kekuasaan Soekarno yang hampir tidak terbatas dan
pemusatan kekuasaan di tangan Presiden Soekarno. Era Demokrasi Terpimpin
ditandai dengan hadirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai partai politik yang
paling dominan dan TNI AD sebagai kekuatan Hankam dan sosial politik. Demokrasi
Terpimpin merupakan penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan politik militer
Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia, dan Presiden Soekarno sebagai
balancer diantara keduanya. Pertentangan antara Presiden Soekarno, tentara AD dan
partai-partai politik dalam konteks Demokrasi Terpimpin menjadi kajian penting
dalam melihat kekuasaan presiden dalam kurun waktu berlakunya UUD 1945 di
Indonesia. Pada era pemerintahan sistem politik Demokrasi Terpimpin ini, peranan
PKI sangat menonjol dan berkembang menjadi kekuatan politik. Sementara pihak
yang gigih melawan PKI adalan Partai Masyumi dan PSI yang pada akhirnya
dibubarkan oleh Presiden Soekarno karena dianggap menjadi pendukung
pemberontakan yang terjadi di daerah Sumatera dan Sulawesi. TNI AD juga turut
menjadi pihak yang anti komunis. Presiden Soekarno bekerjasama dengan TNI AD
untuk mengendalikan partai politik, namun di sisi lain Soekarno melindungi PKI.
Soekarno membutuhkan PKI karena merasa terancam akan kemungkinan
pengambilalihan kekuasaan oleh Angkatan Darat, maka trjadilah persaingan antara
antara tiga kekuatan, yaitu Presiden, TNI AD dan PKI. Otoritas dan kedudukan
Soekarno sebagai penentu kebijakan-kebijakan politik menjadikannya sebagai ajang
perebutan dua kekuatan politik antara TNI dan PKI untuk saling mendekati dan
mempengaruhi presiden. Presiden Soekarno mengatur keseimbangan kekuatan politik
antara TNI dan PKI dan berusaha tetap mengontrolnya agar sqalah satunya tidak lebih
dominant dari presiden, sedangkan presiden tetap menjadi faktor penentu (dominan).
Tentara sangat mewaspadai kedekatan Soekarno dengan PKI yang digunakan PKI
sebagai sarana pendukung demi gagasan Nasakomisasi system Demokrasi Terpimpin.
Namun sebaliknya PKI senantiasa memanfaatkan proyaek nasakomisasi untuk masuk
kedalam pemerintahan dan lembaga nonstructural yang dianggap penting sekali. 

34. Penyimpangan penyimpangan yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin

Penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan Demokrasi terpimpin dari UUD 1945


adalah sebagai berikut.

1. Kedudukan Presiden Berdasarkan UUD 1945, kedudukan Presiden berada di


bawah MPR. Akan tetapi, kenyataannya bertentangan dengan UUD 1945, sebab
MPRS  tunduk kepada Presiden. Presiden menentukan apa yang harus diputuskan
oleh MPRS. Hal tersebut tampak dengan adanya tindakan presiden untuk mengangkat
Ketua MPRS dirangkap oleh Wakil Perdana Menteri III serta pengagkatan wakil
ketua MPRS yang dipilih dan dipimpin oleh partai-partai besar serta wakil ABRI yang
masing-masing berkedudukan sebagai menteri yang tidak memimpin departemen.

2. Pembentukan MPRS Presiden juga membentuk MPRS berdasarkan Penetapan


Presiden No. 2 Tahun 1959. Tindakan tersebut bertentangan dengan UUD
1945 karena Berdasarkan UUD 1945 pengangkatan anggota MPRS sebagai lembaga
tertinggi negara harus melalui pemilihan umum sehingga partai-partai yang terpilih
oleh rakyat memiliki anggota-anggota yang duduk di MPR.
3. Pembubaran DPR dan Pembentukan DPR-GR Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) hasil pemilu tahun 1955 dibubarkan karena DPR menolak RAPBN tahun 1960
yang diajukan pemerintah. Presiden selanjutnya menyatakan pembubaran DPR dan
sebagai gantinya presiden membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
(DPR-GR). Dimana semua anggotanya ditunjuk oleh presiden. Peraturan DPRGR
juga ditentukan oleh presiden. Sehingga DPRGR harus mengikuti kehendak serta
kebijakan pemerintah. Tindakan presiden tersebutbertentangan dengan UUD
1945 sebab berdasarkan UUD 1945 presiden tidak dapat membubarkan DPR.

4. Pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara Dewan Pertimbangan


Agung Sementara (DPAS) dibentuk berdasarkan Penetapan Presiden No.3 tahun
1959. Lembaga ini diketuai oleh Presiden sendiri. Keanggotaan DPAS terdiri atas satu
orang wakil ketua, 12 orang wakil partai politik, 8 orang utusan daerah, dan 24 orang
wakil golongan. Tugas DPAS adalah memberi jawaban atas pertanyaan presiden dan
mengajukan usul kepada pemerintah. Pelaksanaannya kedudukan DPAS juga berada
dibawah pemerintah/presiden sebab presiden adalah ketuanya. Hal ini disebabkan
karena DPAS yang mengusulkan dengan suara bulat agar pidato presiden pada hari
kemerdekaan RI 17 AGUSTUS 1959 yang berjudul ”Penemuan Kembali Revolusi
Kita” yang dikenal denganManifesto Politik Republik
Indonesia (Manipol) ditetapkan sebagai GBHN berdasarkan Penpres No.1 tahun
1960. Inti Manipol adalah USDEK (Undang-undang Dasar 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia).
Sehingga lebih dikenal dengan MANIPOL USDEK.

5. Pembentukan Front Nasional Front Nasional dibentuk berdasarkan Penetapan


Presiden No.13 Tahun 1959. Front Nasional merupakan sebuah organisasi massa yang
memperjuangkan cita-cita proklamasi dan cita-cita yang terkandung dalam UUD
1945. Tujuannya adalah menyatukan segala bentuk potensi nasional menjadi
kekuatan untuk menyukseskan pembangunan. Front Nasional dipimpin oleh Presiden
Sukarno sendiri.

6. Pembentukan Kabinet Kerja Tanggal 9 Juli 1959, presiden membentuk kabinet


Kerja. Sebagai wakil presiden diangkatlah Ir. Juanda. Hingga tahun 1964 Kabinet
Kerja mengalami tiga kali perombakan (reshuffle)

7. Keterlibatan PKI dalam Ajaran Nasakom Perbedaan ideologi dari partai-partai


yang berkembang masa demokrasi parlementer menimbulkan perbedaan pemahaman
mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdampak pada terancamnya
persatuan di Indonesia. Pada masa demokrasi terpimpin pemerintah mengambil
langkah untuk menyamakan pemahaman mengenai kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan menyampaikan ajaran NASAKOM (Nasionalis, Agama, dan
Komunis). Tujuannya untuk menggalang persatuan bangsa. Bagi presiden
NASAKOM merupakan cerminan paham berbagai golongan dalam masyarakat.
Presiden yakin bahwa dengan menerima dan melaksanakan Nasakom maka persatuan
Indonesia akan terwujud. Ajaran Nasakom mulai disebarkan pada
masyarakat. Dikeluarkan ajaran Nasakom sama saja dengan upaya untuk
memperkuat kedudukan Presiden sebab jika menolak Nasakom sama saja dengan
menolak presiden.
8. Adanya ajaran RESOPIM

Tujuan adanya ajaran RESOPIM (Revolusi, Sosialisme Indonesia, dan Pimpinan


Nasional) adalah untuk memperkuat kedudukan Presiden Sukarno. Ajaran Resopim
diumumkan pada peringatan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-16.

Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara
harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu
pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden
Sukarno.

Dampak dari sosialisasi Resopim ini maka kedudukan lembaga-lembaga tinggi dan


tertinggi negara ditetapkan dibawah presiden. Hal ini terlihat dengan adanya
pemberian pangkat menteri kepada pimpinan lembaga tersebut, padahal kedudukan
menteri seharusnya sebagai pembantu presiden.

9. Angkatan Bersenjata Republik Indonesia TNI dan Polri disatukan menjadi


Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) yang terdiri atas 4 angkatan yaitu
TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, dan Angkatan
Kepolisian. Masing-masing angkatan dipimpin oleh Menteri Panglima Angkatanyang
kedudukannya langsung berada di bawah presiden. ABRI menjadi salah satu
golongan fungsional dan kekuatan sosial politik Indonesia.

10. Pentaan Kehidupan Partai Politik Pada masa demokrasi Parlementer, partai


dapat melakukan kegiatan politik secara leluasa. Sedangkan pada masa demokrasi
terpimpin, kedudukan partai dibatasi oleh penetapan presiden No. 7 tahun 1959. Partai
yang tidak memenuhi syarat, misalnya jumlah anggota yang terlalu sedikit akan
dibubarkan sehingga dari 28 partai yang ada hanya tinggal 11 partai. 

11. Arah Politik Luar Negeri a. Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo Terjadi
penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi cenderung condong
pada salah satu poros. Saat itu Indonesia memberlakukan politik konfrontasi yang
lebih mengarah pada negara-negara kapitalis seperti negara Eropa Barat dan Amerika
Serikat. Politik Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New
Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces) Nefo merupakan kekuatan
baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif revolusioner (termasuk
Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti imperialisme dan
kolonialisme. Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-
negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim).

b. Politik Konfrontasi Malaysia Indonesia juga menjalankan politik konfrontasi


dengan Malaysia. Hal ini disebabkan karena pemerintah tidak setuju dengan
pembentukan negara federasi Malaysia yang dianggap sebagai proyek
neokolonialisme Inggris yang membahayakan Indonesia dan negara-negara blok
Nefo.
c. Politik Mercusuar Politik Mercusuar dijalankan oleh presiden sebab beliau
menganggap bahwa Indonesia merupakan mercusuar yang dapat menerangi jalan bagi
Nefo di seluruh dunia. Untuk mewujudkannya maka diselenggarakan proyek-proyek
besar dan spektakuler yang diharapkan dapat menempatkan Indonesia pada
kedudukan yang terkemuka di kalangan Nefo. Proyek-proyek tersebut membutuhkan
biaya yang sangat besar mencapai milyaran rupiah diantaranya diselenggarakannya
GANEFO (Games of the New Emerging Forces ) yang membutuhkan pembangunan
kompleks Olahraga Senayan serta biaya perjalanan bagi delegasi asing.

d. Politik Gerakan Non-Blok Gerakan Non-Blok merupakan gerakan persaudaraan


negara-negara Asia-Afrika yang kehidupan politiknya tidak terpengaruh oleh Blok
Barat maupun Blok Timur.

Selanjutnya gerakan ini memusatkan perjuangannya pada gerakan kemerdekaan


bangsa-bangsa Asia-Afrika dan mencegah perluasan Perang Dingin. Keterlibatan
Indonesia dalam GNB menunjukkan bahwa kehidupan politik Indonesia di dunia
sudah cukup maju.

35. Peristiwa yang melatar belakangi lahirnya orde baru.


1. Peristiwa G-30S PKI

Peristiwa G-30S PKI menjadi salah satu penyebab melemahnya kredibilitas presiden
Soekarno. Peristiwa ini didalangi ole PKI (Paetai Komunis Indonesia) yang
melakukan penculikan dan pembunuhan sadis terhadap tujuh jenderal. Ketujuh
Jenderal tersebut merupakan para petinggi ditubuh militer Indonesia. Tujuan dari
penculikan ini adalah untuk memgkudeta pemerintahan. Penculikan dilakukan pada
tengan malah di tanggal 30 September sampai dengan awal 1 Oktober 1965. Ketujuh
jenderal tersebut di culik, kemudian disiksa dan dibuang ke sumur lubang buaya.
Setiap tahunnya pada tanggal 30 September diperingati sebagai hari berkabung.

Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh adanya isu Dewan Jenderal yang ingin
menggulingkan pemerintahan presiden Soekarno. Oleh sebab itu, presiden Soekarno
memerintahkan kepada pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa
ketujuh jenderal tersebut untuk diadili dihadapan Soekarno. Namun, tanpa diduga
sama sekali rencana yang telah disusun keluar dari jalurnya. Pasukam Cakrabirawa
tersulut emosi dan berujung pada terbunuhnya jenderal Ahmad Yani, Pandjaitan dan
Harjono.

Peristiwa ini menjadi boomerang bagi pemerintahan Presiden Soekarno yang memang
telah berada di ujung tanduk. Kemarahan rakyat dan beberapa tuntutan dari rakyat
untuk mengusut tuntas kasus ini gencar dilakukan. Banyak desas-desus yang
menyebutkan bahwa Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad ikut terlibat
dalam insiden ini. Namun hal tersebut sama sekali tidak dapat dibutikan. Meskipun
begitu banyak yang meyakini bahwa Soeharto lah yang pada akhirnya mendapatka
keuntungan paling besar dari insiden ini.

2. Konflik Di Tubuh Angkatan Darat


Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang dikeluarkan Soekarno memberikan kekuatan yang
besar kepada Militer. Dalam hal ini militer menjadi lebih bebas dalam berpolitik.
Sehingga di tubuh militer terutama angkatan darat terbagi menjadi dua kelompok.
Kelompok tersebut adalah kelompok yang pro Soekarnois dan kontra Soekarnois.
Konflik ini kemudian menimbulkan ketidakharmonisan ditubuh angkatan darat.
Sehingga tentu saja hal ini memgancam bagi stabilitas keamanan dalam negeri. Simak
juga mengapa presiden soekarno mengeluarkan dekrit presiden .

Para aparat dan anggota militer yang harusnya memiliki fungsi melindungi rakyat,
malah terlibat dalam perselisihan dengan sesamanya sendiri. Tentu saja komdisi ini
membuat organisasi militer menjadi tidak sehat. Tanpa tau mana yang salah atau
benar, ledua kelompok bersitegang. Kondisi ini dapat menyulut dan memicu
perselisihan yang lebih besar dan pada akhirnya adu senjata menjadi tak terelakan.

3. Terjadinya Inflasi

Salah satu penyebab lahirnya orde baru ialah inflasi yang dialami oleh bangsa
Indonesia sebagai bagian daripenyimpangan masa demokrasi terpimpin . Tingkat
Inflasi pada masa itu bahkan mencapai diatas 100%. Sehingga perekonomian kita
pada masa itu sangatlah lemah dan terpuruk. Terlebih lagi, kondisi inilah yang
menyebabkan penderitaan bagi rakyat Indonesia. Krisis moneter, PHK dimana-mana
memicu peningkatan angka kriminalitas. Bisa dibilang saat itu kondisi negara amat
kacau. Inilah juga yang kemudian rakyak menuntut agar Soekarno mundur dari
jabatannya.

4. Kecaman Terhadap PKI

Semejak terjadinya peristiwa G-30S PKI rakyat Indonesia merasa terpuku dan
dikhianati. Kemarahan mereka kemudian dilimpahkam kepada Parta Komunis
Indonesia (PKI) yang merupakan perwakilan dari PKI di Indonesia. Rakyat menuntut
agar PKI diadili dan dibubarkan. Karena telah secara jelas mendalangi aksi
penculikan juga pembunuhan kejam kepada tujuh jenderal. Rakyat juga menganggap
bahwa keberadaan PKI merupakan ancama serius bagi keutuhan NKRI. Sehingga
kemudian rakyat mengecam keras tindakan PKI ini dan menuntuk agar partai politik
ini dibubarkan.

5. Adanya Tritura

Bukan hanya itu, kekisruhan dalam negeri serta dampak peristiwa G30S PKI
membuat Kesatuan aksi (KAMI, KAPI, KASI, KAPPI, dll) membentuk front
pancasila atau disebut juga angkatan 66. Dengan tujuan untuk membasmi tokoh-
tokoh yang terlibat Gerakan 30 Sepetember. Pada 10 Januari 1966 di depan gedung
DPR-GR mereka mengajukan TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat) yang berisi:

 Pembubaran PKI beserta Organisasi masanya


 Pembersihan kabinet Dwikora
 Penurunan harga barang-barang

6. Reshuffle Kabinet Dwikora yang Masih Belum Memuaskan Rakyat

Berdasarkan isi Tritura rakyat menuntut agar kabinet Dwikora yang dipimpin oleh
Soerakno di reshuflle. Namun, pada kenyataannya meskipun reshuffle telah
dilaksanakan. Tetap saja tidak dapat menyelesaikan masalah strategis yang sedang
dihadapi bangsa ini. Ketidakpuasan rakyat terhadap reshufflle kabinet kemudian
membuat rakyat menuntut agar Soekarno menyerahkan jabatannya dan mundur dari
jabatan sebagai presiden bangsa Indonesia.

7. Supersemar Oleh Presiden Soekarno

Supersemar atau Surat Perintah Sebelas Maret merupakan surat perintah Presiden


Soekarno kepada Letjen Soeharto yang berisi perintah untuk mengambil tindakan
yang perlu guna menjaga dan mengembalikan wibawa pemerintahan ketika itu
sebagai bentuk dampak positif dan negatif pemilu . Dalam surat tersebut tidak
menyiratkan isis mengenai penyerahan jabatan dari Soekarno kepada Soeharto.
Namun, Supersemar dijadikan sebagai landasan oleh Soeharto untuk menasbihkan diri
sebagai pemangku dan pemegang kekuasaan tertinggi yakni Presiden Indonesia
kedua. Simak jugasistem pemilu distrik .

8. TAP MPRS No XXXIII/1964 MPRS

Berdasarkan Supersemar yang di perintahkan oleh Presiden Soekarno kepada Letjend


Soeharto. Maka lembaga tertinggi negara yang saat itu adalah MPRS kemudian
mengeluarkan TAP MPRS No XXXIII/1964 MPRS yang berisi tentang pencabutan
jabatan Presiden Soekarno dan mengangkat Letjen Soeharto sebagai Presiden
berikutnya pada tanggal 12 Maret 1967. Berdasarkan TAP MPRS No XXXIII/1964
MPRS maka secara resmi Soeharto menjadi presiden kedua Republik Indonesia.
Semenjak 12 Maret 1967 sampai dengan 32 tahun lamanya Indonesia memasuki masa
baru yang dikenal sebagai Orde baru. .

36. Pengaruh kebijakan ekonomi terhadap perkembangan politik pada masa


orde baru

Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka
dalam memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan.
37. Kebijakan pada masa reformasi
 Adapun kebijakan-kebijakan pada masa reformasi tersebut, yaitu sebagai berikut:

# Kebijakan pada masa pemerintahan BJ. Habibie


Kebijakan yang diambil pada masa pemerintahan BJ Habibie di antaranya sebagai
berikut:

1. Kebijakan dalam bidang politik dan hukum.


2. Membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan.
3. Mengatasi masalah dwifungsi ABRI.
4. Mengadakan Sidang Istimewa.
5. Kebijakan dalam bidang ekonomi.
6. Kebijakan menyampaikan pendapat dan pers.
7. Pelansanaan Pemilu.

# Kebijakan  pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid


Kebijakan yang diambil pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid di antarannya
sebagai berikut.

1. Meneruskan kehidupan yang lebih demokratis seperti pemerintahan


selanjutnya.
2. Merestrukturisasi lembaga pemerintah.

# Kebijakan pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri


Kebijakan yang diambil pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri di
antaranya sebagai berikut.

1. Memilih dan menetapkan.


2. Membangun tatanan politik yang baru.
3. Menjaga keutuhan NKRI.
4. Melanjutkan Amandemen 1945.
5. Meluruskan otonomi daerah.

# Kebijakan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono


Kebijakan yang diambil pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono di
antaranya sebagai berikut.

1. Anggaran pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari keseluruhan APBN.


2. Konversi minyak tanah ke gas.
3. Memberikan BLT (Bantuan langsung tunai).
4. Pembayaran utang secara bertahap kepada badan PBB.
5. Buy back saham BUMN
6. Pelayanan UKM (Usaha Kecil Menengah) bagi rakyat kecil.
7. Subsidi BBM.
8. Memudahkan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia.
9. Meningkatkan sektor pariwisata dengan mencanangkan "Visit Indonesia
2008".
10. Pembelian bibit unggul pada petani.
11. Pemberantasan korupsi melalui KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).

38. Aspek positif dan negatif pada Masa Reformasi


Gerakan reformasi diIndonesiayang terjadi pada tahun 1998 telah membawa berbagai
dampak bagi bangsaIndonesia. Walaupun sudah terjadi dua belas tahun silam, dampak
tersebut masih kita rasakan sampai saat ini, baik dampak positif maupun dampak
negatifnya. Dibawah ini akan diulas sedikit tentang dampak-dampak tersebut.
Adaberbagai dampak negatif dari reformasi 1998. Pertama, iklim politik yang
semrawut karena banyak yang menyalah artikan makna dari demokrasi. Kedua,
kebebasan dalam menyampaikan pendapat semakin tidak beretika. Ketiga, banyak
demonnstrasi yang harusnya sebagai sarana menyampaikan aspirasi, justru malah
mengganggu kenyamanan masyarakat. Keempat , meningkatnya kerusuhan di
masyarakat. Itu semua karena pemerintahan  pasca reformasi masih belum mampu
melaksanakan undang-undang sebagai mestinya sehingga belum dapat mengangkat
kehidupan bangsa dalam berbagai aspek.
Namun reformasi juga berdampak positif bagi bangsa Indonesia. Pertama, masyarakat
yang sebelum era reformasi dikekang kebebasannya dalam menyampaikan aspirasi,
apalagi mengkritik pemerintahan, kini dapat menyampaikan aspirasi dan kritiknya
tersebut dengan bebas. Kedua, derajat bangsa Indonesia di mata dunia semakin
terangkat, karena berhasil melepaskan diri dari pemerintahan yang kurang demokratis
dan membentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Ketiga, Indonesia menjadi lebih
terbuka terhadap dunia internasional, sehingga mobilitas terhadap berbagai bidang
semakin berkembang.
Reformasi memang telah membawa perubahan bagi bangsa Indonesia. Dampak utama
dari reformasi adalah kebebasan kita dalam menyampaikan aspirasi tidak lagi
dikekang seperti yang terjadi pada masa orde baru. Kita bebas menyalurkan aspirasi
kita bagi pemerintahan, baik berupa pendapat maupun kritik. Namun perlu diingat,
bahwa kebebasan dalam beraspirasi tersebut harus tetap mengikuti norma-norma yang
berlaku. Aspirasi yang kita sampaikan harus dapat berguna bagi kemajuan bangsa,
jangan sampai malah memecah belah persatuan bangsa. Intinya, reformasi harus bisa
menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih demokratis, sebagaimana
cita-cita dari reformasi itu sendiri.

39. Pelaksanaan politik Luar Negeri

Demokrasi liberal:

Pada masa ini, terbentuklah partai -partai di Indonesia. Ada cukup banyak partai yang
berkembang karena kala itu, Indonesia menggunakan sistem multipartai. Partai politik
memerintah melalui sistem perimbangan kekuasaan dalam parlemen. 

Orde lama
Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno ini Indonesia terkenal mendapat sorotan
tajam oleh dunia internasional. Bukan hanya keaktifannya dan juga peranannya di
kancah internasional tetapi ide-ide serta kebijakan luar negerinya yang menjadi
panutan beberapa negara pada saat itu. Masa orde lama merupakan titik awal bagi
Indonesia dalam menyusun strategi dan kebijakan luar negerinya. Dasar politik luar
negeri Indonesia digagas oleh Hatta dan beliau juga yang mengemukakan tentang
gagasan pokok non-Blok. Gerakan non-Blok merupakan ide untuk tidak memihak
antara blok Barat yang diwakili oleh Amerika Serikat dan blok Timur yang diwakili
oleh USSR. Perang ideologi anatara kedua negara tersebut merebah ke negara-negara
lain termasuk ke negara di kawasan Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara
pencetus non-Blok dan menjadi negara yang paling aktif dalam menyuarakan anti
memihak antara kedua blok tersebut. Indonesia juga menegaskan bahwa politik luar
negerinya independen (bebas) dan aktif yang hingga kini kita kenal dengan politik
luar negeri bebas aktif. Indonesia merupakan salah satu negara yang berani keluar dari
PBB dalam menyatakan keseriusan sikapnya.

Orde baru
Pada masa Orde Baru merupakan masa dimana Indonesia memasuki masa demokrasi
Pancasila. Segala kebijakan harus berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 sehingga
tidak terjadinya penyimpangan yang terjadi dalam setiap pengambilan keputusan dan
kebijakan, termasuk kebijakan luar negeri Indonesia. Pada masa Orde Baru dimana
masa kepemimpinan presiden Soeharto Indonesia mengalami kemajuan dalam sektor
pembangunan dalam negeri, penguatan pertanian dan menjadi negara swasembada
pangan. Dalam pengambilan keputusan luar negeri presiden Soeharto tetap
menerapkan perinsip politik luar negeri bebas aktif dimana peran Indonesia dalam
dunia Internasional terlihat dan juga Independen (bebas) dalam menentukan sikap.
Pada masa Orde Baru pemerintah Indonesia menerapkan politik luar negeri bebas
aktif secara efektif. Peranan Indonesia pada masa Orde Baru terlihat jelas dengan
peran aktif dalam acara-acara tingkat dunia. Kerjasama diperluas dalam berbagai
sektor terutama sektor perekonomian, Indonesia juga secara cepat memberikan
tanggapan akan isu-isu yang muncul dalam dunia internasional. Politik Luar negeri
Indonesia yang bebas aktif pada masa Orde Baru dapat membawa Indonesia baik di
mata dunia. Namun beberapa pihak menilai bahwa pada masa presiden Soeharto yang
jelas anti komunisme hubungan dengan negara-negara komunis tidak terlalu baik.
Kecenderungan hubungan Indonesia pada masa Orde Baru adalah mengarah kepada
negara-negara Barat yang pada masa presiden Soekarno terabaikan.

Reformasi
Orientasi politik luar negeri Indonesia diawal reformasi masih sangat dipengaruhi
oleh kondisi domestik akibat multidimensi akibat transisi pemerintahan. perhatian
utama politik luar negeri indonesia diarahkan pada upaya pemulihan kembali
kepercayaan dunia internasional terhadap indonesia serta memulihkan perekonomian
nasional . Politik luar negeri indonesia saat itu lebih banyak dipengaruhi oleh
perkembangan politik domestik daripada politik internasional

40. Kontribusi bangsa Indonesia pada pelaksanaa KAA

Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) diawali dari ide Soekarno yang


disampaikan oleh Ali Sastroamidjojo pada Konferensi Colombo. Idenya datang
karena setelah Perang Dunia II, banyak negara yang masih bersitegang karena adanya
Blok Barat dan Blok Timur. Di Konferensi Colombo (Srilanka), pemikiran membuat
KAA menjadi bahan pembicaraan utama. Pada tanggal 3 Januari 1955 di Bandung,
dibentuklah sebuah panitia yang diketuai oleh Sanusi Hardjadinata, seorang gubernur
Jawa Barat. Dari 25 negara yang diundang, Federasi Afrika Tengah menolak untuk
hadir karena masih diserang oleh penjajah.
Konferensi Asia Afrika di Bandung berlangsung pada tanggal 18–24 April 1955 dan
dihadiri oleh 29 negara dengan 5 negara sebagai sponsor KAA. Agenda dalam
Konferensi Asia Afrika ini antara lain membicarakan kerjasama ekonomi, budaya,
hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri, masalah bangsa-bangsa yang
belum merdeka, perdamaian dunia dan kerjasama internasional, dan deklarasi tentang
memajukan perdamaian dunia.

Konferensi ini menghasilkan Basic Paper on Racial Discrimination, Basic Paper on


Radio Activity dan Declaration on the Promotion of World Peace and Co-
operation. DokumenDeclaration on the Promotion of World Peace and Co-
operation inilah yang kemudian dikenal sebagai Dasasila Bandung.

ESSAY

41. Pengaruh ajaran Hindu dalam pemerintahan

Sejak masuknya agama Hindu dan Buddha di Indonesia, pengaruh India termasuk
sistem pemerintahan juga menyebar. Akibatnya muncullah kerajaan-kerajaan
mengikuta pola pemerintahan dari India.
Sistem kerajaan ini menggantikan sistem kesukuan dan desa yang sebelumnya
diterapkan. Sebelum masuknya pengaruh Hindu dan Buddha misalnya, orang Jawa
hidup dalam desa-kecil yang dipimpin seorang kepala desa. Kemudian setelah
masuknya pengaruh India mulailah muncul kerajaan di Jawa.
Kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu Buddha ini menganut paham devaraja atau
kultus dimana sang raja didewakan atau dianggap titisan dewa di bumi.
Konsep ini terkait erat dengan konsep Chakravartin atau ornguasa semesta dalam
pemerintahan kerajaan di India.
Sebagai perwujudan kekuasaan raja, setelah meninggal para raja ini akan diperabukan
dan abunya disemayamkan di candi-candi.
Dengan masuknya agama Hindu dan Buddha, para pemimpin di Indonesia mulai
menggunakan gelar-gelar kebangsawanan dan nama dari bahasa Sansekerta. Misalnya
di Kutai, raja pertama adalah Kudungga yang menggunakan nama asli Kutai, namun
keturunannya mulai menggunakan nama bahasa Sansekerta yaitu Aswawarman dan
Mulawarman.

42. Pengaruh Islam dalam bidang ekonomi dan pemerintahan

Dalam bidang ekonomi, pengaruh Islam di Indonesia terdapat pada praktek


perdagangan yang telah menggunakan syari'at Islam. Berdagang harus senantiasa
menganut prinsip jujur, tidak boleh mengurangi takaran, tidak boleh menipu dan tidak
berbuat riba telah banyak diketahui dan diamalkan oleh masyarakat Indonesia.

Dalam pemerintahan, sebelum Islam masuk Indonesia, sudah berkembang


pemerintahan yang bercorak Hindu ataupun Budha. Tetapi setelah Islam masuk, maka
kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu/Budha mengalami keruntuhannya dan
digantikan peranannya oleh kerajaan-kerajaan yang bercorak Islam seperti Samudra
Pasai, Demak, Malaka dan sebagainya.Sistem pemerintahan yang bercorak Islam,
rajanya bergelar Sultan atau Sunan sepertihalnya para wali dan apabila rajanya
meninggal tidak lagi dimakamkan dicandi/dicandikan tetapi dimakamkan secara
Islam.

43. Perbedaan Pemberontakan PKI tahun 1948 dengan Pemberontakan PKI


1965

Perbedaan :

 Ketiga pemberontakan yang dilakukan PKI terjadi pada ruang waktu/ tahun
yang berbeda.
 Tempat terjadinya pemberontakan PKI berbeda satu sama lain.
 PKI dipimpin oleh orang yang berbeda. Pada tahun 1948 oleh Musso, Pada
tahun 1965 oleh D.N. Aidit.
 Pada pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1948, PKI masih berorintasi pada
Uni Soviet. sedangkan pada 1965, PKI berorintasi pada RRC (Cina).
 Pada tahun 1926/1927, PKI memberontak kepada pemerintah Hindia
Belanda/Belanda. Sedangkan pada tahun 1948 dan tahun 1965, PKI
memberontak kepada pemerintah Republik Indonesia.
 Pada pemberontakan tahun 1926 dan tahun 1948, seluruh kaum kiri/sosialis
berada dibelakang PKI/ mendukung PKI. Tetapi pada 1965, ttidak semua kaum
kiri/sosialis yang mendukung PKI, bahkan terjadi persaingan politik antara PKI
dengan kaum kiri/sosialis yang lain.
 Pada pemberontakan tahun 1926 dan tahun 1948, PKI saat pemberontakan
mengumumkan terbentuknya pemerintahan Republik yang baru, sedangkan
pada tahun 1965, tidak ada.
 Pada pemberontakan tahun 1926/1927 dan tahun 1965, PKI memiliki
organisasi kepemudaan dan organisasi wanita, organisasi tersebut digunakan
PKI dalm pemberontakannya. Sedangkan pada tahun 1948, PKI tidak
menggunakan organisasi serupa.
 Pada pemberontakan tahun 1926, terdapat kaum muslim yang mendukung
PKI. Tetapi pada pemberontakan tahun 1948 dan tahun 1965, tidak ada kaum
muslim yang mendukung, mereka menentang dan bermusuhan dengan PKI.
 Pada pemberontakan tahun 1926/1927 dan tahun 1948, PKI tidak mendapat
dukungan dari pemimpin dari pemerintah yang berkuasa, tetapi pada tahun
1965, PKI mendapat dukungan tersebut, yaitu dari Presiden Soekarno.

44. Kebijakan pada masa pemerintahan BJ Habibie


Pada tanggal 22 Mei 1998, Presiden Republik Indonesia yang ketiga B.J. Habibie
membentuk kabinet baru yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Kabinet
itu terdiri atas 16 orang menteri, dan para menteri itu diambil dari unsur-unsur militer
(ABRI), Golkar, PPP, dan PDI.
Dalam bidang ekonomi, pemerintahan Habibie berusaha keras untuk melakukan
perbaikan. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh pemerintahan Habibie untuk
memperbaiki perekonomian Indonesia antaranya :
• Merekapitulasi perbankan
• Merekonstruksi perekonomian Indonesia.
• Melikuidasi beberapa bank bermasalah.
• Manaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat hingga di bawah
Rp.10.000,-
• Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang di syaratkan oleh IMF.
Presiden Habibie sebagai pembuka sejarah perjalanan bangsa pada era reformasi
mengupayakan pelaksanaan politik Indonesia dalam kondisi yang transparan serta
merencanakan pelaksanaan pemilihan umum yang langsung, umum, bebas, rahasia,
jujur dan adil. Pemilihan umum yang akan diselenggarakan di bawah pemerintahan
Presiden Habibie merupakan pemilihan umum yang telah bersifat demokratis. Habibie
juga membebaskan beberapa narapidana politik yang ditahan pada zaman
pemerintahan Soeharto. Kemudian, Presiden Habibie juga mencabut larangan
berdirinya serikat-serikat buruh independen. Hal-hal yang dilakukan pada masa
pemerintahan Habibie :

1. Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN
dan unit Pengelola Aset Negara
b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000,00
d) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

2. Bidang Politik
a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas dan
Mochtar Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
e) Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban
dari tuntutan reformasi yaitu :
(1) Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983
tentangReferendum
(2) Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978
tentang Pancasila sebagai azas tunggal
(3) Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978
tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan
di luar batas perundang-undangan
(4) Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode
12 Ketetapan MPR antara lain :
a. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam
rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
b. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
c. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden Republik Indonesia
d. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi
ekonomi
f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
g. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No.
I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
j. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
k. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus
kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan
pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila
l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila

3. Bidang Pers
Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUPP
untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehingga muncul berbagai macam media
massa cetak, baik surat kabar maupun majalah.

4. Bidang Hukum
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum.
Reformasi
hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat. Tindakan
yang dilakukan
oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari
berbagai
kalangan masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada
tatanan
hukum yang ditambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran terhadap
berbagai
produk hukum atau undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka tampak
dengan
jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak. Selama pemerintahan Orde
Baru, karakter
hukum cenderung bersifat konservatif, ortodoks maupun elitis. Sedangkan hukum
ortodoks lebih
tertutup terhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu didalam masyarakat.
Pada hukum
yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisa dikatakan
tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan Orde
Baru sangat tidak mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan perlindungan
terhadap Hak-hak Asasi Manusia (HAM),berkembangnya demokrasi serta munculnya
kreativitas masyarakat.

5. Bidang Hankam
Di bidang hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri
dan ABRI.

6. Pembentukan kabinet
Presiden BJ Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi
Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perakilan dari ABRI,
Golkar, PPP, dan PDI.

7. Kebebasan Menyampaikan Pendapat


Pada masa pemerintahan Habibie, orang bebas mengemukakan pendapatnya di muka
umum. Presiden Habibie memberikan ruang bagi siapa saja yang ingin
menyampaikan pendapat, baik dalam bentuk rapat-rapat umum maupun unjuk rasa
atau demonstrasi. Namun khusus demonstrasi, setiap organisasi atau lembaga yang
ingin melakukan demonstrasi hendaknya mendapatkan izin dari pihak kepolisian dan
menentukan tempat untuk melakukan demonstrasi tersebut. Hal ini dilakukan karena
pihak Kepolisian mengacu kepada UU No. 28 tahun 1997 tentang Kepolisian
Republik Indonesia yang menyatakan bahwa “ untuk kepentingan umum, pejabat
Polri dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dapat bertindak sesuai dengan
penilaiannya sendiri”.
Namun ketika menghadapi para pengunjuk rasa, pihak kepolisian sering
menggunakan pasal yang berbeda-beda, walaupun mereka melakukan aksi unjuk rasa
secara bersamaan. Untuk menjamin kepastian hukum bagi para pengunjuk rasa,
pemerintah bersama DPR berhasil merampungkan perundang-undangan yang
mengatur tentang unjuk rasa atau demonstrasi yaitu UU No. 9 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan pendapat di Muka Umum. Adanya undang-undang
tersebut menunjukkan pemerintah memulai pelaksanaan sistem demokrasi yang
sesungguhnya, yaitu dengan memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk
mengemukakan apa yang diinginkannya. Namun sayangnya, UU itu belum
memasyarakat atau belum disosialisasikan dalam kehidupan masyarakat. Sosialisasi
ini dimaksudkan agar masyarakat yang ingin menyampaikan tuntutan, dapat berjalan
dengan baik dan aman.

8. Masalah Dwi Fungsi ABRI


Ada beberapa perubahan yang muncul pada masa pemerintah Habibie yaitu :
a) Jumlah anggota ABRI yang duduk di MPR dikurangi, dari 75 orang menjadi 38
orang
b) Polri memisahkan diri dari ABRI dan menjadi kepolisian negara sejak tanggal 5
Mei 1999
c) ABRI diubah menjadi TNI yang terdiri dari Angkatan Darat, Angkatan laut dan
Angkatan Udara

45. Perbedaan Pasukan Perdamaian di Indonesia dengan Pasukan Perdamaian


di negara lain

Anda mungkin juga menyukai