Kehidupan manusia purba dalam gua-gua itu biasanya membentuk kelompok kecil
terdiri atas 20–30 orang. Pembentukan kelompok kecil ini mempunyai beberapa
keunggulan, terutama untuk menghadapi serangan musuh bersama, melaksanakan
kegiatan berburu dan meramu, menghadapi datangnya serangan binatang liar, serta
mempermudah pengembaraan.
Dengan membentuk kelompok-kelompok kecil, manusia prasejarah telah mengenal
pembagian tugas atau kerja. Misalnya saat berburu binatang dibutuhkan beberapa
laki-laki yang mempunyai ketangkasan dan kecepatan dalam berlari. Pekerjaan ini
tidak sesuai dengan karakter wanita. Mereka mungkin bisa membantu saat harus
meramu atau menguliti binatang buruan. Selain itu, wanita bertugas menjaga gua dan
merawat anak.
b. Dolmen
Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan
Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar.
d. Kubur Batu
Kubur Batu/Peti Mati yang terbuat dari batu besar yang masing-masing
papan batunya lepas satu sama lain.
fungsi dari kubur batu adalah sebagai tempat menyimpan mayat yang
disertai bekal kuburnya.
e. Punden Berundak
Punden berundak bukan merupakan “bangunan” tetapi merupakan
pengubahan bentang-lahan atau undak-undakan yang memotong lereng
bukit, seperti tangga raksasa.
fungsi dari punden berundak itu sendiri adalah sebagai tempat pemujaan
terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal.
f. Arca Batu
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia.
Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan
moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis.
Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti
arca batu gajah
g. Waruga
Waruga adalah kubur atau makam leluhur orang Minahasa yang terbuat
dari batu dan terdiri dari dua bagian. Bagian atas berbentuk segitiga seperti
bubungan rumah dan bagian bawah berbentuk kotak yang bagian
tengahnya ada ruang.
2. Alat Serpih
Kedua, adalah alat serpih. Alat ini digunakan oleh manusia purba
untuk menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang, dan terbentuk dari batu.
Diperkirakan, alat ini merupakan serpihan-serpihan dari batu yang dibuat sebagai
kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran dan Gombong (Jawa Tengah),
serta Cabbenge (Flores).
3. Kapak Persegi
4. Kapak Lonjong
5. Menhir
Kelima adalah menhir yang merupakan tugu batu yang tinggi.
Diperkirakan menhir digunakan sebagai tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.
6. Dolmen
7. Sarkofagus
Ketujuh adalah sarkofagus yaitu peti mati yang terbuat dari batu.
9. Bejana Perunggu
Kesembilan adalah bejana perunggu, bejana ini merupakan benda yang terbuat dari
perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar Spanyol tanpa gagang. Alat ini hanya
ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan Sumatra.
Seni Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan candi sebagai wujud percampuran antara seni
asli bangsa Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk
perwujudan akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil
bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat
pengaruh Hindu Budha. Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula
berbagai macam benda yang ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi
juga berfungsi sebagai makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan
candi Budha, hanya jadi tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu
jenazah ditanam di sekitar candi dalam bangunan stupa.
Seni Rupa
Seni rupa tampak berupa patung dan relief. Patung dapat kita lihat pada penemuan
patung Budha berlanggam Gandara di Bangun Kutai. Serta patung Budha berlanggam
Amarawati di Sikending (Sulawesi Selatan). Selain patung terdapat pula relief-relief
pada dinding candi seperti pada Candi Borobudur ditemukan relief cerita sang Budha
serta suasana alam Indonesia.
Bangunan Akulturasi yang Menarik Selain besar dan megah salah satu hal lagi
yang perlu membuat kita bangga sebagai warga negara Indonesia atas bangunan
peninggalan dinasti Syailendra adalah hasil akuluturasi budaya yang melekat pada
candi ini. Apa itu akulturasi Budaya? Akulturasi budaya adalah hasil perpaduan atau
percampuran antar dua atau lebih budaya pada suatu hal. Nah pada bangunan candi
borobudur ini sendiri terdapat akulturasi budaya lokal dan budaya Hindu-Buddha dari
India yang menarik untuk ditelusuri.
Seni Bangun Candi Borobudur Wujud akulturasi budaya lokal dan Hindu-Buddha
dari India yang pertama pada bangunan candi Borobudur adalah bahwa konsepnya
meniru bangunan asli bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yaitu punden
berundak-undak. Dari bangunan asli indonesia yaitu punden berundak-undak ini yang
kemudian mendapat pengaruh Hindu-Budha dari India, maka muncullah bangunan
candi sebagai hasil akulturasi kedua budaya tersebut.
Seni Relief Candi Borobudur Berikutnya, wujud akulturasi dua budaya Indonesia
dan Hindu-Buddha dari India pada candi Borobudur nampak pada relief-relief yang
ditemukan yang berisi ceritera Sang Budha Gautama. Pada beberapa relief yang lain
dijumpai juga lukisan yang menunjukan suasana alam Indonesia seperti relief rumah
panggung dan juga hiasan burung merpati. Selain itu ada juga relief hiasan perahu
bercadik yang merupakan perahu khas Indonesia. Semua relief rumah panggung,
burung merpati dan perahu bercadik ini tentu saja relief asli dari Indonesia, sebab
pada candi-candi di India tak ditemukan refief-relief semacam itu.
10. Pola kehidupan ekonomi Kerajaan Sriwijaya dengan bukti prasasti Kedukan
Bukit
1. Teori Gujarat
Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para
pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini
menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak
para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat
itu.
Teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-
Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S.
Hurgronje dan J. Pijnapel.
2. Teori Persia
3. Teori China
Dalam teori ini dijelaskan bahwa Islam di Nusantara dibawa langsung oleh para
musafir dari Arab yang memiliki semangat untuk menyebarkan Islam ke seluruh
dunia pada abad ke 7. Hal ini diperkuat dengan adanya sebuah perkampungan Arab
di Barus, Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Bandar Khalifah. Selain itu,
di Samudera Pasai mahzab yang terkenal adalah mahzab Syafi’i. Mahzab ini juga
terkenal di Arab dan Mesir pada saat itu. Kemudian yang terakhir adalah
digunakannya gelar Al-Malik pada raja-raja Samudera Pasai seperti budaya Islam di
Mesir. Teori inilah yang paling benyak mendapat dukungan para tokoh seperti, Van
Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
Kaligrafi dinilai sebagai karya seni yang tidak lekang oleh waktu bagi umat Islam.
Pakar Islam University of Edinburgh, Dr. Alain George, menuturkan alasan
pentingnya kaligrafi bagi umat Islam. Dilansir dari BBC, Selasa (16/8), dia
menjelaskan, Muslim mengimani Alqur'an sebagai firman Allah SWT yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Alqur'an, merupakan kitab yang ditulis
dalam bahasa Arab, dan memainkan peran penting dalam standarisasi bahasa Arab.
Namun, sebenarnya ketika pertama kali berkomitmen sekitar abad ke-7, ahli-ahli kitab
Muslim tengah menghadapi tugas yang berat dan terbilang menakutkan. Mereka harus
mengembangkan karya seni dengan indah, tapi naskahnya berasal dari firman Tuhan.
Selanjutnya, perkembangan kaligrafi berjalan beriringan dengan pergeseran budaya
masyarakat Islam dari lisan ke tulisan.
1. Monopoli
Sangat jelas bahwa berdirinya VOC memiliki tujuan untuk melakukan monopoli
perdagangan. Hal ini tergambar dari tujuan utama belanda melakukan pelayaran
menemukan jalur perdagangan langsung ke indonesia dan menempatkan perdagangan
sebagai latar belakang utama. Pada nyatanya VOC yang tealh berdiri dengan berbagai
hak istimewa berujung melakukan monopoli pedagangan dalam produk rempah –
rempah yang dihasilkan di wilayah indoensia.
2. Mengurangi Persiangan
3. Membantu pendanaan
VOC dapat melakukan monopoli terhadap penjualan hasil rempah – rempah yang saat
itu merupakan komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dapat memebrikan
pembantuan pendanaan pada Belanda dari hasil kerjanya.
Tujuan selanjutnya yaitu menguasai kerajaan di Indonesia hal ini menjadi tujuan yang
sangat strategik dikarenakan penguasaan kerajaan berarti bisa mendapatkan perizinan
untuk melakukan kegiatan perdagangan hasil tanaman di wilayah kerajaan tersebut.
VOC memiliki tujuan untuk menguasai pelabuhan hal ini dimaksudkan untuk
mempercepat proses distribusi hasil rempah – rempah dan memperlancar kegiatan
perdagangan.
Tujan ini sangat jelas karena banyaknya Pedagang Belanda yang melakukan
perdagangan rempah yang sangat rawan terjadi kecurangan, sehingga dengan
berdirinya VOC dan penerapan aturan aturan dalam VOC akan meminimalisir adanya
kecurangan pedagang belanda.
7. Mencari keuntungan
Inilah tujuan yang paling utam ayaitu mencari keuntungan hal ini senada dengan
upaya monopoli perdagangan yang dilakukan VOC sehingga kegiatan monopoli
tersebut menghasilkan banyak keuntungan di pihak Belanda. Selanjutnya KEuntungan
tersebut digunakan untuk mendanai Belanda dalam melakukan perang dengan
Spanyol.
17. Tokoh Sultan Agung yang menentang masuknya Bangsa Asing ke Indonesia
19. Peninggalan Kerajaan Islam di Banten yang sangat penting dalam budaya
Dalam bidang seni bangunan Banten meninggalkan seni bangunan Masjid Agung
Banten yang dibangun pada abad ke-16. Selain itu, Kerajaan Banten memiliki
bangunan istana dan bangunan gapura pada Istana Kaibon yang dibangun oleh Jan
Lucas Cardeel, seorang Belanda yang telah memeluk agama Islam. Sejumlah
peninggalan bersejarah di Banten saat ini dikembangkan menjadi tempat wisata
sejarah yang banyak menarik kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri.
Perlawanan rakyat Jawa pimpinan Pangeran Diponegoro pada tahun 1825 – 1830
merupakan salah satu perlawanan kepada pemerintah kolonial Belanda. Penyebab
terjadinya Perang Diponegoro dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebab umum dan sebab
khusus.
Adapun sebab-sebab umum terjadinya perlawanan Diponegoro antara lain sebagai
berikut:
a) Wilayah Kesultanan Mataram semakin sempit dan para raja sebagai penguasa
pribumi mulai kehilangan kedaulatan.
b) Belanda ikut campur tangan dalam urusan intern kesultanan, misalnya soal
pergantian raja dan pengangkatan patih.
c) Timbulnya kekecewaan di kalangan para ulama, karena masuknya budaya barat
yang tidak sesuai dengan Islam.
d) Sebagian bangsawan merasa kecewa karena Belanda tidak mau mengikuti adat
istiadat kraton.
e) Sebagian bangsawan kecewa terhadap Belanda karena telah menghapus sistem
penyewaan tanah oleh para, bangsawan kepada petani (mulai tahun 1824).
f) Kehidupan rakyat yang semakin menderita di samping harus kerja paksa masih
harus ditambah beban membayar berbagai macam pajak.
Adapun Peristiwa yang menjadi sebab khusus berkobamya perang Diponegoro adalah
pemasangan patok oleh Belanda untuk pembangunan jalan yang melintasi tanah dan
makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. Pemasangan patok itu tanpa izin,
sehingga sangat ditentang oleh Pangeran Diponegoro.
21. Strategi non kooperatif dalam melawan penjajahan barat
Arti nasionalisme dapat juga didefinisikan sebagai pemahaman dari masyarakat suatu
bangsa yang mempunyai keselarasan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-
cita dan tujuan sehingga timbul rasa ingin mempertahankan negaranya, baik dari
internal maupun eksternal.
Menumbuhkan dan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa.
Membangun hubungan yang rukun dan harmonis antar individu dan
masyarakat.
Membangun dan mempererat tali persaudaraan antar sesama anggota
masyarakat.
Berupaya untuk menghilangkan ekstrimisme atau tuntutan berlebihan dari
warga negara kepada pemerintah.
Menumbuhkan semangata rela berkorban bagi tanah air dan bangsa.
Menjaga tanah air dan bangsa dari serangan musuh, baik dari luar maupun
dari dalam negeri.
Ciri-Ciri Nasionalisme dapat kita kenali dari karakteristiknya. Menurut Drs. Sudiyo,
ciri-ciri nasionalisme adalah sebagai berikut:
Adanya persatuan dan kesatuan bangsa.
Adanya organisasi modern yang sifatnya nasional.
Perjuangan yang dilakukan sifatnya nasional.
Nasionalisme bertujuan untuk kemerdekaan dan mendirikan suatu negara
merdeka dimana kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat.
Nasionalisme lebih mengutamakan pikiran, sehingga pendidikan memiliki
peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ide-ide yang muncul pada masa pergerakan nasional hanya terbatas pada para
bangsawan terdidik saja. Selain merekalah yang mempunyai tingkat pendidikan yang
tinggi juga karena hanya kelompok bangsawanlah yang mampu mengikuti pola pikir
pemerintah kolonial. Mereka menyadari bahwa pemerintah kolonial yang memiliki
organisasi yang rapi dan kuat tidak mungkin dihadapi dengan cara tradisional
sebagaimana perlawanan rakyat sebelumnya. Inilah letak arti penting organisasi
modern bagi perjuangan kebangsaan..
A. Alasan pertama yang menjadi latar dari gerakan DI/TII Aceh adalah kekecewaan
para tokoh pimpinan masyarakat di Aceh atas dileburnya provinsi Aceh ke dalam
provinsiSumatera Utara yang beribukota di Medan. Peleburan provinsi itu seakan
mengabaikan jasa baik masyarakat Aceh ketika perjuangan mempertahankan
kedaulatan Negara Republik Indonesia dimasa revolusi fisik kemerdekaan Indonesia
(1945-1950).
Kekhawatiran kembalinya kekuasaan para ulee balang yang sejak lama telah menjadi
pemimpin formal pada lingkup adat dan politik di Aceh[1][2]. Keinginan dari
masyarakat Aceh untuk menetapkan hukum syariah dalam kehidupan mereka.[3]
Sejarawan berkebangsaan Belanda, Cornelis Van Dijk, menyebutkan, kekecewaan
Daud Beureueh terhadap Jakarta semakin berat dengan beredarnya rumor tentang
sebuah dokumen rahasia dari Jakarta. Dokumen itu disebut-sebut dikirim oleh
Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo yang isinya berupa perintah pembunuhan
terhadap 300 tokoh masyarakat Aceh. Rumor ini disebut sebagai les hitam. Perintah
tersebut dikabarkan diambil oleh Jakarta berdasarkan kecurigaan dan laporan bahwa
Aceh sedang bersiap untuk sebuah pemberontakan guna memisahkan diri dari negara
Indonesia.
B. Terjadi nya DI/TII aceh karena warga aceh tidak terima jika aceh hanya jadi
sebagian dari daerah sumatera utara. dan akhirnya daud beureuh ikut dengan karto
suwiryo. sampai akhirnya aceh di jadikan sebagai daerah istimewa,dan daud beureuh
pun dapat pengampunan
28. Partai politik yang berlandaskan agama pada masa demokrasi liberal
Masyumi PSII perti
Kebijakan ekonomi pada masa kabinet natsir yang bertujuan untuk membantu pribumi
dengan memberikan kredit dan bimbingan konkret disebut kebijakan PROGRAM
BENTENG
Penjelasan:
Pada masa Kabinet Natsir (September 1950 - April 1951) Sumitro Joyohadikusumo,
Menteri Perdagangan saat itu mempunyai gagasan. Gagasan Sumitro itu mulai
dilaksanakan April 1950. Program itu terkenal dengan sebutan Program Benteng.
Selama tiga tahun (1950 - 1953) , lebih kurang 700 perusahaan bangsa Indonesia
mendapat kredit bantuan dari Program Benteng. Program benteng diharapkan mampu
mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Program ini
pada dasarnya ditujukan untuk melindungi usaha-usaha pribumi. Namun, tujuan
dalam program ini tidak tercapai. Para pengusaha Indonesia lamban menjadi dewasa,
bahkan ada yang menyalahgunakan bantuan pemerintah. Dampaknya negara menjadi
defisit, sehingga Menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan bantuan kredit
khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi lemah.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa alasan dibalik mengapa Presiden Ir.
Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 adalah sebagai berikut :
Masa ketika demokrasi terpimpin di sahkan adalah masa dimana partai politik tidak
lagi memiliki kebebasan dan bahkan dibatasi pergerakannya. Bahkan pengambilan
jabatan di dalam pemerintahan kala itu tidak lagi diambil dari anggota partai politik.
Bahkan partai politik kala itu hanya mengemban peran dalam mendukung presiden
dan kebijakannya.
Benteng pertahan kala itu memang sangat di optimalkan, dimana peranan militer
sangat diandalklan. Dimana para militer tersebut dibekali kekuatan senjata dan
sebagai tembok pelindung. Bahkan kemiliteran menguasai komando dari lembaga
pemerintahan.
Penyaluran dari aspirasi adalah sebuah tugas utama dari adanya beragam pers yang
berkembang hingga saat ini. Dimana aspirasi politik dan masyarakat akan disalurkan
dari pers. namun beberapa oknum telah menyegel dan membatasi kebebasan dari pers
untuk menyalurkan hal tersebut pada masa ini. Hingga bangsa Indonesia terkenal
menutup diri dikala itu.
6. Sentralisasi Tidak Merata
Terjadinya sistem sentralisasi pihak pusat yang kiat tidak adil dan terjadi secara tidak
merata menjadi ciri khas demokrasi terpimpin. Dimana terjadi ada banyak
penyempangan seperti peranan partai politik yang kian tidak jelas, melemahnya partai
politik akibat tidak sejalannya pendapat dan keterkekangan. Pemerintahan
sepenuhnya dikuasai oleh pemerintah pusat.
Karena adanya kontrol dan pengekakangan terhadap kebebasan pers maka hal ini juga
berdampak terhadap penurunan HAM yang kala itu snagat buruk dalam sejarah.
Anggap saja bahwa presiden kala itu memegang semua jenis kekuasaan hingga ia
sangat mungkin sekali dalam melakukan beragam keputusan tanpa perlu bertanya atau
keputusan siapapun.
kala itu presiden telah membentuk sebuah jenis lembaga baru di luar dari kebijakan
UUD. Misalnya saja dengan terbentuknya Front Nasional yang kala itu malah menjadi
salah satu saran empuk pihak komunis.
Sperti penjelasan di awal artikel bahwa kala ini, peranan presiden sangatlah besar
dimana ia bisa melakukan hal apapun kepada siapapun. Padahal hal yang seharusnya
dilakukan adalah pengambilan keputiusansecara musyawarah dan terbuka. Beberapa
penyimpangan lain efek dari demokrasi terpimpin yaitu:
Pimpinan dari lembaga tinggi negara seperti DPR atau MPR memiliki
tingkatan setara dengan menteri.
Kasus pembubaran dari lembaga DPR oleh sang presiden hanya dikarenakan
penolakan RAPBN yang mereka tolah usulannya tersebut.
Sedangkan di dlm UUD telah jelas di cantumkan bawha DPR tidak bisa
dibubarkan oleh presiden walupun menolak RAPBN hingga yang dilakukan adalah
menggunakan RAPBN yang lama.
33. Pertentangan yang terjadi antara militer dengan presiden pada masa
demokrasi terpimpin
Demokrasi Terpimpin diawali sejak dikeluarkannnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli
1959 yang ditandai oleh kekuasaan Soekarno yang hampir tidak terbatas dan
pemusatan kekuasaan di tangan Presiden Soekarno. Era Demokrasi Terpimpin
ditandai dengan hadirnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai partai politik yang
paling dominan dan TNI AD sebagai kekuatan Hankam dan sosial politik. Demokrasi
Terpimpin merupakan penyeimbangan kekuasaan antara kekuatan politik militer
Angkatan Darat dan Partai Komunis Indonesia, dan Presiden Soekarno sebagai
balancer diantara keduanya. Pertentangan antara Presiden Soekarno, tentara AD dan
partai-partai politik dalam konteks Demokrasi Terpimpin menjadi kajian penting
dalam melihat kekuasaan presiden dalam kurun waktu berlakunya UUD 1945 di
Indonesia. Pada era pemerintahan sistem politik Demokrasi Terpimpin ini, peranan
PKI sangat menonjol dan berkembang menjadi kekuatan politik. Sementara pihak
yang gigih melawan PKI adalan Partai Masyumi dan PSI yang pada akhirnya
dibubarkan oleh Presiden Soekarno karena dianggap menjadi pendukung
pemberontakan yang terjadi di daerah Sumatera dan Sulawesi. TNI AD juga turut
menjadi pihak yang anti komunis. Presiden Soekarno bekerjasama dengan TNI AD
untuk mengendalikan partai politik, namun di sisi lain Soekarno melindungi PKI.
Soekarno membutuhkan PKI karena merasa terancam akan kemungkinan
pengambilalihan kekuasaan oleh Angkatan Darat, maka trjadilah persaingan antara
antara tiga kekuatan, yaitu Presiden, TNI AD dan PKI. Otoritas dan kedudukan
Soekarno sebagai penentu kebijakan-kebijakan politik menjadikannya sebagai ajang
perebutan dua kekuatan politik antara TNI dan PKI untuk saling mendekati dan
mempengaruhi presiden. Presiden Soekarno mengatur keseimbangan kekuatan politik
antara TNI dan PKI dan berusaha tetap mengontrolnya agar sqalah satunya tidak lebih
dominant dari presiden, sedangkan presiden tetap menjadi faktor penentu (dominan).
Tentara sangat mewaspadai kedekatan Soekarno dengan PKI yang digunakan PKI
sebagai sarana pendukung demi gagasan Nasakomisasi system Demokrasi Terpimpin.
Namun sebaliknya PKI senantiasa memanfaatkan proyaek nasakomisasi untuk masuk
kedalam pemerintahan dan lembaga nonstructural yang dianggap penting sekali.
Inti dari ajaran ini adalah bahwa seluruh unsur kehidupan berbangsa dan bernegara
harus dicapai melalui revolusi, dijiwai oleh sosialisme, dan dikendalikan oleh satu
pimpinan nasional yang disebut Panglima Besar Revolusi (PBR), yaitu Presiden
Sukarno.
11. Arah Politik Luar Negeri a. Politik Konfrontasi Nefo dan Oldefo Terjadi
penyimpangan dari politik luar negeri bebas aktif yang menjadi cenderung condong
pada salah satu poros. Saat itu Indonesia memberlakukan politik konfrontasi yang
lebih mengarah pada negara-negara kapitalis seperti negara Eropa Barat dan Amerika
Serikat. Politik Konfrontasi tersebut dilandasi oleh pandangan tentang Nefo (New
Emerging Forces) dan Oldefo (Old Established Forces) Nefo merupakan kekuatan
baru yang sedang muncul yaitu negara-negara progresif revolusioner (termasuk
Indonesia dan negara-negara komunis umumnya) yang anti imperialisme dan
kolonialisme. Oldefo merupakan kekuatan lama yang telah mapan yakni negara-
negara kapitalis yang neokolonialis dan imperialis (Nekolim).
Peristiwa G-30S PKI menjadi salah satu penyebab melemahnya kredibilitas presiden
Soekarno. Peristiwa ini didalangi ole PKI (Paetai Komunis Indonesia) yang
melakukan penculikan dan pembunuhan sadis terhadap tujuh jenderal. Ketujuh
Jenderal tersebut merupakan para petinggi ditubuh militer Indonesia. Tujuan dari
penculikan ini adalah untuk memgkudeta pemerintahan. Penculikan dilakukan pada
tengan malah di tanggal 30 September sampai dengan awal 1 Oktober 1965. Ketujuh
jenderal tersebut di culik, kemudian disiksa dan dibuang ke sumur lubang buaya.
Setiap tahunnya pada tanggal 30 September diperingati sebagai hari berkabung.
Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh adanya isu Dewan Jenderal yang ingin
menggulingkan pemerintahan presiden Soekarno. Oleh sebab itu, presiden Soekarno
memerintahkan kepada pasukan Cakrabirawa untuk menangkap dan membawa
ketujuh jenderal tersebut untuk diadili dihadapan Soekarno. Namun, tanpa diduga
sama sekali rencana yang telah disusun keluar dari jalurnya. Pasukam Cakrabirawa
tersulut emosi dan berujung pada terbunuhnya jenderal Ahmad Yani, Pandjaitan dan
Harjono.
Peristiwa ini menjadi boomerang bagi pemerintahan Presiden Soekarno yang memang
telah berada di ujung tanduk. Kemarahan rakyat dan beberapa tuntutan dari rakyat
untuk mengusut tuntas kasus ini gencar dilakukan. Banyak desas-desus yang
menyebutkan bahwa Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Pangkostrad ikut terlibat
dalam insiden ini. Namun hal tersebut sama sekali tidak dapat dibutikan. Meskipun
begitu banyak yang meyakini bahwa Soeharto lah yang pada akhirnya mendapatka
keuntungan paling besar dari insiden ini.
Para aparat dan anggota militer yang harusnya memiliki fungsi melindungi rakyat,
malah terlibat dalam perselisihan dengan sesamanya sendiri. Tentu saja komdisi ini
membuat organisasi militer menjadi tidak sehat. Tanpa tau mana yang salah atau
benar, ledua kelompok bersitegang. Kondisi ini dapat menyulut dan memicu
perselisihan yang lebih besar dan pada akhirnya adu senjata menjadi tak terelakan.
3. Terjadinya Inflasi
Salah satu penyebab lahirnya orde baru ialah inflasi yang dialami oleh bangsa
Indonesia sebagai bagian daripenyimpangan masa demokrasi terpimpin . Tingkat
Inflasi pada masa itu bahkan mencapai diatas 100%. Sehingga perekonomian kita
pada masa itu sangatlah lemah dan terpuruk. Terlebih lagi, kondisi inilah yang
menyebabkan penderitaan bagi rakyat Indonesia. Krisis moneter, PHK dimana-mana
memicu peningkatan angka kriminalitas. Bisa dibilang saat itu kondisi negara amat
kacau. Inilah juga yang kemudian rakyak menuntut agar Soekarno mundur dari
jabatannya.
Semejak terjadinya peristiwa G-30S PKI rakyat Indonesia merasa terpuku dan
dikhianati. Kemarahan mereka kemudian dilimpahkam kepada Parta Komunis
Indonesia (PKI) yang merupakan perwakilan dari PKI di Indonesia. Rakyat menuntut
agar PKI diadili dan dibubarkan. Karena telah secara jelas mendalangi aksi
penculikan juga pembunuhan kejam kepada tujuh jenderal. Rakyat juga menganggap
bahwa keberadaan PKI merupakan ancama serius bagi keutuhan NKRI. Sehingga
kemudian rakyat mengecam keras tindakan PKI ini dan menuntuk agar partai politik
ini dibubarkan.
5. Adanya Tritura
Bukan hanya itu, kekisruhan dalam negeri serta dampak peristiwa G30S PKI
membuat Kesatuan aksi (KAMI, KAPI, KASI, KAPPI, dll) membentuk front
pancasila atau disebut juga angkatan 66. Dengan tujuan untuk membasmi tokoh-
tokoh yang terlibat Gerakan 30 Sepetember. Pada 10 Januari 1966 di depan gedung
DPR-GR mereka mengajukan TRITURA (Tiga Tuntutan Rakyat) yang berisi:
Berdasarkan isi Tritura rakyat menuntut agar kabinet Dwikora yang dipimpin oleh
Soerakno di reshuflle. Namun, pada kenyataannya meskipun reshuffle telah
dilaksanakan. Tetap saja tidak dapat menyelesaikan masalah strategis yang sedang
dihadapi bangsa ini. Ketidakpuasan rakyat terhadap reshufflle kabinet kemudian
membuat rakyat menuntut agar Soekarno menyerahkan jabatannya dan mundur dari
jabatan sebagai presiden bangsa Indonesia.
Pemerintahan orde baru memiliki slogan yang menunjukkan fokus utama mereka
dalam memberlakukan kebijakan ekonomi, yaitu Trilogi Pembangunan.
37. Kebijakan pada masa reformasi
Adapun kebijakan-kebijakan pada masa reformasi tersebut, yaitu sebagai berikut:
Demokrasi liberal:
Pada masa ini, terbentuklah partai -partai di Indonesia. Ada cukup banyak partai yang
berkembang karena kala itu, Indonesia menggunakan sistem multipartai. Partai politik
memerintah melalui sistem perimbangan kekuasaan dalam parlemen.
Orde lama
Pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno ini Indonesia terkenal mendapat sorotan
tajam oleh dunia internasional. Bukan hanya keaktifannya dan juga peranannya di
kancah internasional tetapi ide-ide serta kebijakan luar negerinya yang menjadi
panutan beberapa negara pada saat itu. Masa orde lama merupakan titik awal bagi
Indonesia dalam menyusun strategi dan kebijakan luar negerinya. Dasar politik luar
negeri Indonesia digagas oleh Hatta dan beliau juga yang mengemukakan tentang
gagasan pokok non-Blok. Gerakan non-Blok merupakan ide untuk tidak memihak
antara blok Barat yang diwakili oleh Amerika Serikat dan blok Timur yang diwakili
oleh USSR. Perang ideologi anatara kedua negara tersebut merebah ke negara-negara
lain termasuk ke negara di kawasan Asia Tenggara. Indonesia merupakan negara
pencetus non-Blok dan menjadi negara yang paling aktif dalam menyuarakan anti
memihak antara kedua blok tersebut. Indonesia juga menegaskan bahwa politik luar
negerinya independen (bebas) dan aktif yang hingga kini kita kenal dengan politik
luar negeri bebas aktif. Indonesia merupakan salah satu negara yang berani keluar dari
PBB dalam menyatakan keseriusan sikapnya.
Orde baru
Pada masa Orde Baru merupakan masa dimana Indonesia memasuki masa demokrasi
Pancasila. Segala kebijakan harus berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 sehingga
tidak terjadinya penyimpangan yang terjadi dalam setiap pengambilan keputusan dan
kebijakan, termasuk kebijakan luar negeri Indonesia. Pada masa Orde Baru dimana
masa kepemimpinan presiden Soeharto Indonesia mengalami kemajuan dalam sektor
pembangunan dalam negeri, penguatan pertanian dan menjadi negara swasembada
pangan. Dalam pengambilan keputusan luar negeri presiden Soeharto tetap
menerapkan perinsip politik luar negeri bebas aktif dimana peran Indonesia dalam
dunia Internasional terlihat dan juga Independen (bebas) dalam menentukan sikap.
Pada masa Orde Baru pemerintah Indonesia menerapkan politik luar negeri bebas
aktif secara efektif. Peranan Indonesia pada masa Orde Baru terlihat jelas dengan
peran aktif dalam acara-acara tingkat dunia. Kerjasama diperluas dalam berbagai
sektor terutama sektor perekonomian, Indonesia juga secara cepat memberikan
tanggapan akan isu-isu yang muncul dalam dunia internasional. Politik Luar negeri
Indonesia yang bebas aktif pada masa Orde Baru dapat membawa Indonesia baik di
mata dunia. Namun beberapa pihak menilai bahwa pada masa presiden Soeharto yang
jelas anti komunisme hubungan dengan negara-negara komunis tidak terlalu baik.
Kecenderungan hubungan Indonesia pada masa Orde Baru adalah mengarah kepada
negara-negara Barat yang pada masa presiden Soekarno terabaikan.
Reformasi
Orientasi politik luar negeri Indonesia diawal reformasi masih sangat dipengaruhi
oleh kondisi domestik akibat multidimensi akibat transisi pemerintahan. perhatian
utama politik luar negeri indonesia diarahkan pada upaya pemulihan kembali
kepercayaan dunia internasional terhadap indonesia serta memulihkan perekonomian
nasional . Politik luar negeri indonesia saat itu lebih banyak dipengaruhi oleh
perkembangan politik domestik daripada politik internasional
ESSAY
Sejak masuknya agama Hindu dan Buddha di Indonesia, pengaruh India termasuk
sistem pemerintahan juga menyebar. Akibatnya muncullah kerajaan-kerajaan
mengikuta pola pemerintahan dari India.
Sistem kerajaan ini menggantikan sistem kesukuan dan desa yang sebelumnya
diterapkan. Sebelum masuknya pengaruh Hindu dan Buddha misalnya, orang Jawa
hidup dalam desa-kecil yang dipimpin seorang kepala desa. Kemudian setelah
masuknya pengaruh India mulailah muncul kerajaan di Jawa.
Kerajaan yang dipengaruhi ajaran Hindu Buddha ini menganut paham devaraja atau
kultus dimana sang raja didewakan atau dianggap titisan dewa di bumi.
Konsep ini terkait erat dengan konsep Chakravartin atau ornguasa semesta dalam
pemerintahan kerajaan di India.
Sebagai perwujudan kekuasaan raja, setelah meninggal para raja ini akan diperabukan
dan abunya disemayamkan di candi-candi.
Dengan masuknya agama Hindu dan Buddha, para pemimpin di Indonesia mulai
menggunakan gelar-gelar kebangsawanan dan nama dari bahasa Sansekerta. Misalnya
di Kutai, raja pertama adalah Kudungga yang menggunakan nama asli Kutai, namun
keturunannya mulai menggunakan nama bahasa Sansekerta yaitu Aswawarman dan
Mulawarman.
Perbedaan :
Ketiga pemberontakan yang dilakukan PKI terjadi pada ruang waktu/ tahun
yang berbeda.
Tempat terjadinya pemberontakan PKI berbeda satu sama lain.
PKI dipimpin oleh orang yang berbeda. Pada tahun 1948 oleh Musso, Pada
tahun 1965 oleh D.N. Aidit.
Pada pemberontakan PKI tahun 1926 dan 1948, PKI masih berorintasi pada
Uni Soviet. sedangkan pada 1965, PKI berorintasi pada RRC (Cina).
Pada tahun 1926/1927, PKI memberontak kepada pemerintah Hindia
Belanda/Belanda. Sedangkan pada tahun 1948 dan tahun 1965, PKI
memberontak kepada pemerintah Republik Indonesia.
Pada pemberontakan tahun 1926 dan tahun 1948, seluruh kaum kiri/sosialis
berada dibelakang PKI/ mendukung PKI. Tetapi pada 1965, ttidak semua kaum
kiri/sosialis yang mendukung PKI, bahkan terjadi persaingan politik antara PKI
dengan kaum kiri/sosialis yang lain.
Pada pemberontakan tahun 1926 dan tahun 1948, PKI saat pemberontakan
mengumumkan terbentuknya pemerintahan Republik yang baru, sedangkan
pada tahun 1965, tidak ada.
Pada pemberontakan tahun 1926/1927 dan tahun 1965, PKI memiliki
organisasi kepemudaan dan organisasi wanita, organisasi tersebut digunakan
PKI dalm pemberontakannya. Sedangkan pada tahun 1948, PKI tidak
menggunakan organisasi serupa.
Pada pemberontakan tahun 1926, terdapat kaum muslim yang mendukung
PKI. Tetapi pada pemberontakan tahun 1948 dan tahun 1965, tidak ada kaum
muslim yang mendukung, mereka menentang dan bermusuhan dengan PKI.
Pada pemberontakan tahun 1926/1927 dan tahun 1948, PKI tidak mendapat
dukungan dari pemimpin dari pemerintah yang berkuasa, tetapi pada tahun
1965, PKI mendapat dukungan tersebut, yaitu dari Presiden Soekarno.
1. Bidang Ekonomi
Untuk menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie
melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Melakukan restrukturisasi dan rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN
dan unit Pengelola Aset Negara
b) Melikuidasi beberapa bank yang bermasalah
c) Menaikkan nilai tukar rupiah terhadap dollar hingga di bawah Rp. 10.000,00
d) Membentuk lembaga pemantau dan penyelesaian masalah utang luar negeri
e) Mengimplementasikan reformasi ekonomi yang disyaratkan IMF
f) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan
Persaingan yang Tidak Sehat
g) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
2. Bidang Politik
a) Memberi kebebasan pada rakyat untuk menyalurkan aspirasinya sehingga banyak
bermunculan partai-partai politik baru yakni sebanyak 48 partai politik
b) Membebaskan narapidana politik (napol) seperti Sri Bintang Pamungkas dan
Mochtar Pakpahan
c) Mencabut larangan berdirinya serikat-serikat buruh independen
d) Membentuk tiga undang-undang yang demokratis yaitu :
(1) UU No. 2 tahun 1999 tentang Partai Politik
(2) UU No. 3 tahun 1999 tentang Pemilu
(3) UU No. 4 tahun 1999 tentang Susduk DPR/MPR
e) Menetapkan 12 Ketetapan MPR dan ada 4 ketetapan yang mencerminkan jawaban
dari tuntutan reformasi yaitu :
(1) Tap MPR No. VIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap No. IV/MPR/1983
tentangReferendum
(2) Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. II/MPR/1978
tentang Pancasila sebagai azas tunggal
(3) Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pencabutan Tap MPR No. V/MPR/1978
tentang Presiden mendapat mandat dari MPR untuk memiliki hak-hak dan Kebijakan
di luar batas perundang-undangan
(4) Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang Pembatasan masa jabatan Presiden dan
Wakil Presiden maksimal hanya dua kali periode
12 Ketetapan MPR antara lain :
a. Tap MPR No. X/MPR/1998, tentang pokok-pokok reformasi pembangunan dalam
rangka penyelematan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara
b. Tap MPR No. XI/MPR/1998, tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan
bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme
c. Tap MPR No. XIII/MPR/1998, tentang pembatasan masa jabatan presiden dan
wakil presiden Republik Indonesia
d. Tap MPR No. XV/MPR/1998, tentang penyelenggaraan Otonomi daerah
e. Tap MPR No. XVI/MPR/1998, tentang politik ekonomi dalam rangka demokrasi
ekonomi
f. Tap MPR No. XVII/MPR/1998, tentang Hak Asasi Manusia (HAM)
g. Tap MPR No. VII/MPR/1998, tentang perubahan dan tambahan atas Tap MPR No.
I/MPR/1998 tentang peraturan tata tertib MPR
h. Tap MPR No. XIV/MPR/1998, tentang Pemilihan Umum
i. Tap MPR No. III/V/MPR/1998, tentang referendum
j. Tap MPR No. IX/MPR/1998, tentang GBHN
k. Tap MPR No. XII/MPR/1998, tentang pemberian tugas dan wewenang khusus
kepada Presiden/mandataris MPR dalam rangka menyukseskan dan pengamanan
pembangunan nasional sebagai pengamalan pancasila
l. Tap MPR No. XVIII/MPR/1998, tentang pencabutan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila
3. Bidang Pers
Dilakukan pencabutan pembredelan pers dan penyederhanaan permohonan SIUPP
untuk memberikan kebebasan terhadap pers, sehingga muncul berbagai macam media
massa cetak, baik surat kabar maupun majalah.
4. Bidang Hukum
Pada masa Pemerintahan Presiden B.J. Habibie dilakukan reformasi di bidang hukum.
Reformasi
hukum itu disesuaikan dengan aspirasi yang berkembang dimasyarakat. Tindakan
yang dilakukan
oleh Presiden Habibie untuk mereformasi hukum mendapatkan sambutan baik dari
berbagai
kalangan masyarakat, karena reformasi hukum yang dilakukannya mengarah kepada
tatanan
hukum yang ditambakan oleh masyarakat.Ketika dilakukan pembongkaran terhadap
berbagai
produk hukum atau undang-undang yang dibuat pada masa Orde Baru, maka tampak
dengan
jelas adanya karakter hukum yang mengebiri hak-hak. Selama pemerintahan Orde
Baru, karakter
hukum cenderung bersifat konservatif, ortodoks maupun elitis. Sedangkan hukum
ortodoks lebih
tertutup terhadap kelompok-kelompok sosial maupun individu didalam masyarakat.
Pada hukum
yang berkarakter tersebut, maka porsi rakyat sangatlah kecil, bahkan bisa dikatakan
tidak ada sama sekali. Oleh karena itu, produk hukum dari masa pemerintahan Orde
Baru sangat tidak mungkin untuk dapat menjamin atau memberikan perlindungan
terhadap Hak-hak Asasi Manusia (HAM),berkembangnya demokrasi serta munculnya
kreativitas masyarakat.
5. Bidang Hankam
Di bidang hankam diadakan pembaharuan dengan cara melakukan pemisahan Polri
dan ABRI.
6. Pembentukan kabinet
Presiden BJ Habibie membentuk kabinet baru yang diberi nama Kabinet Reformasi
Pembangunan yang terdiri atas 16 menteri, yang meliputi perakilan dari ABRI,
Golkar, PPP, dan PDI.