Anda di halaman 1dari 12

Zaman Megalithikum

Jesita Sani
2019120017
Pengertian Zaman
Megalitikum
Megalitikum berasal dari kata mega yang berarti besar, dan lithos yang
berarti batu. Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu
besar,karena pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan
meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan
ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai zaman Perunggu. Pada
zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan
mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek
moyang, Kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah
mulai meningkat.
Ciri – ciri Zaman
Megalithikum

• Manusia sudah dapat membuat dan


meninggalkan kebudayaan yang
terbuat dari batu-batu besar.
• Berkembang dari zaman neolitikum
sampai zaman perunggu.
• Manusiasudah mengenal
kepercayaan utamanya animisme.
SejarahKebudayaan Megalithikum
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan
Megalithikum menyebar ke indonesia melalui 2
gelombang, yaitu :

1.Megalithikum Tua menyebar ke Indonesia pada


zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh
pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto
Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah
menhir, punden berundak-undak,Arca-arca,Statis.
2.Megalithikum Muda menyebar ke Indonesia pada
zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh
pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro
Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah
peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan
arca-arca dinamis.
Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas,
dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu
besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah,
banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu
dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya
tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan
secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan
bentuk yang diperlukan.

Peninggalan Hasil Kebudayaan Zaman Megalitikum


Adapun beberapa hasil-hasil kebudayaan pada zaman
megalitikum adalah sebagai berikut :
Menhir dibuat pada zaman megalitikum dimana masyarakat mulai
membangun bangunan atau monument yang terbuat dari batu. Istilah
Menhir diambil dari bahasa Keltik dari kata men (batu) dan hir (panjang).
Menhir
Menhir biasanya didirikan secara tunggal atau berkelompok sejajar di atas
tanah. Diperkirakan benda prasejarah ini didirikan oleh manusia
prasejarah untuk melambangkan phallus, yakni simbol kesuburan untuk
bumi. Menhir batu yang serupa dengan dolmen dan cromlech, merupakan
batuan dari periode megalitikum yang umum ditemukan di berbagai
negara seperti Perancis, Inggris, Irlandia, Spanyol dan Italia.

Batu-batu ini dinamakan juga megalith (batu besar) dikarenakan ukurannya


yang besar. Mega dalam bahasa Yunani artinya besar dan lith berarti batu.
Para arkeolog mempercayai bahwa situs ini digunakan untuk tujuan
religius dan memiliki makna simbolis sebagai sarana penyembahan arwah
nenek moyang. Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang
didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga
bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta
ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden
berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia
adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Punden
Punden berundak adalah salah satu hasil budaya
Indonesia pada zaman megalitik (megalitikum) atau Berundak
zaman batu besar. Punden berundak merupakan
bangunan yang tersusun bertingkat dan berfungsi sebagai
tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang. Punden
Berundak pada zaman megalitik selalu bertingkat tiga
yang mempunyai makna tersendiri. Tingkat pertama
melambangkan kehidupan saat masih dikandungan ibu,
tingkat kedua melambangkan kehidupan didunia dan
tingkat ketiga melambangkan kehidupan setelah
meninggal. Punden Berundak ini banyak ditemukan di
Tanah Jawa yang dapat dikenali pada Candi-candi yang
tersebar di seluruh Pulau Jawa.
Dolmen adalah meja batu tempat meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh
nenek moyang . Di bawah dolmen biasanya sering ditemukan kubur batu. Dolmen
Dolmen
yang merupakan tempat pemujaan misalnya ditemukan di Telagamukmin,
Sumberjaya, Lampung Barat. Dolmen yang mempunyai panjang 325 cm, lebar 145
cm, tinggi 115 cm ini disangga oleh beberapa batu besar dan kecil. Hasil penggalian
tidak menunjukkan adanya sisa-sisa penguburan.
            Benda-benda yang ditemukan di antaranya adalah manik-manik dan gerabah.
pada umumnya dolmen banyak ditemukan di Jawa Timur dan Sumatera Selatan
Dolmen merupakan hasil kebudayaan megalitikum, dimana pada zaman megalit
bangunannya selalu berdasarkan kepercayaan akan adanya hubungan antara yang
hidup dan yang mati terhadap kesejahtraan masyarakat dan kesuburan tanaman.
Domen ini merupakan sebuah media atau peralatan yang dipergunakan untuk
mengadakan upacara pemujaan terhadap roh nenek moyang.
            Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat
tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak
sampai mayat tertutup rapat oleh batu. Hal ini menunjukan kalau masyarakat pada
masa itu meyakini akan adanya sebuah hubungan antara yang sudah meninggal
dengan yang masih hidup, mereka percaya bahwa apabila terjadi hubungan yang baik
akan menghasilkan keharmonisan dan keselarasan bagi kedua belah pihak.
Sarkofagus adalah peti kubur batu yang terdiri dari wadah dan tutup yang pada ujung-ujungnya
terdapat tonjolan. Dari hasil pengamatan di lapangan, temuan sarkofagus memiliki berbagai jenis
bentuk dan tipe dengan bentuk dan ornamen yang berbeda. ada yang memiliki motif seperti
Sarkofagus
kepala manusia dengan rambut panjang, ada yang berbentuk kepala manusia memiliki sanggul,
bentuk wajah menyeramkan, dan semua bentuk tersebut terdapat patung pria di bawah dagunya
dan patung wanita di belakangnya. Dari temuan ini dapat disimpulkan bahwa nenek moyang kita
terdahulu telah meiliki nilai seni yang tinggi yang dapat menciptakan sesuatu yang memiliki nilai
jual tinggi. Ukuran bangunan kubur batu ini juga bervariasi, panjang berkisar antara 148 cm- 307
cm, lebar 60 cm – 125 cm, tinggi 96 cm – 180 cm.

            Menurut kepercayaan masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis atau gaib.
Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
Sarkofagus paling banyak ditemukan di daerah Bali. Sarkofagus seperti juga dolmen adalah
sebagai peti mayat dari batu. Di dalmnya ditemukan tulang-tulang manusia bersama dengan bekal
kuburnya periuk-periuk, beliung persegi, perhiasan dari perunggu dan besi. Di Bali sarkofagus
dianggap sebagai benda keramat.
Sarkofagus di bali pada umunya berukuran kecil (antara 80-140 cm) dan ada pula beberapa yang
berukuran besar yaitu lebih dari 2 meter. Sebagai seorang peneliti Soejono berhasil membuat
klasifikasi dan tipologi sarkofagus-sarkofagus yang ditemukan di seluruh Bali. Berdasarkan
penelitiannya yang dilakukan sejak tahun 1960, dapat dipastikan bahwa sarkofagus di Bali
berkembang pada masa manusia sudah mengenal bahan logam, mengingat benda-benda bekal
kuburnya yang terdapat di dalamnya kebanyakan dibuat dari perunggu.
           
Kubur Batu Waruga dari daerah Minahasa juga memiliki
Kubur Batu
cirri khas tersendiri. Waruga berasal dari dua kata, yaitu
waru dan ruga. Dalam bahasa Minahasa, waru artinya
Waruga
rumah dan ruga artinya badan. Jadi, waruga berarti
rumah tempat badan yang akan kembali ke surga. Bentuk
Waruga kebanyakan berupa kotak batu dengan tutupnya
yang berbentuk segitiga. Mirip bangunan rumah
sederhana. Hanya sedikit Waruga yang berbentuk bulat
atau segi delapan. Waruga dibuat dari batu utuh yang
besar. Berat sebuah Waruga bisa mencapai 100 kg hingga
400 kg. Beberapa Waruga, terutama yang berasal dari
daerah Tonsea, diukir dengan gambar relief. Gambar
relief itu menunjukkan profesi atau pekerjaan orang
tersebut semasa hidupnya.
Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk Arca
binatang atau manusia. Bentuk binatang yang patung-patung
digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan
moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang
ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya
manusia dengan penampilan yang dinamis seperti
arca batu gajah.
Arca batu gajah adalah patung besar dengan
gambaran seseorang yang sedang menunggang
binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di
daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah
lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain
Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur
THANKS.

Anda mungkin juga menyukai