Anda di halaman 1dari 23

Budaya Megalithikum Manusia Purba Indonesia

SMKN 12 SURABAYA

Disusun oleh :
Hernanda Zildjian P. / X / 11
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat


Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya dengan bimbingannya penulis masih
dapat meyelesaikan tugas paper dengan baik dan tepat pada waktunya.

Paper ini disusun untuk memenuhi tugas pada Mata Pelajaran Sejarah.
Paper ini berisi tentang informasi Budaya Megalithikum Manusia Purba
Indonesia. Di dalam paper ini juga memberikan informasi lainnya yang juga
berkaitan dengan Budaya Megalithikum. Dan Paper ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Besar harapan penulis bahwa Paper ini dapat bernilai baik, dan dapat
digunakan dengan sebaik – baiknya. Penulis menyadari bahwa Paper yang
disusun ini belumlah sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran untuk dapat menyempurnakan pembuatan Paper selanjutnya.
Sesudah dan sebelumnya Penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Surabaya, 24 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………..
KATA PENGANTAR …………………………………...
DAFTAR ISI ……………………………………………...
ZAMAN MEGALITHIKUM ……………………………... 1-3
PENINGGALAN ZAMAN MEGALITHIKUM …………. 4-17
BUDAYA MEGALITHIKUM DI INDONESIA …………. 18
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 19
ZAMAN MEGALITIKUM

 Pengertian

Zaman Megalitikum biasa disebut dengan zaman batu besar,


periode ini ditandai dengan peninggalan kebudayaan yang terbuat dari
batu – batu besar. Beberapa peninggalan megalitik menurut ahli digunakan
sebagai monumen dan tempat ritual menurut kepercayaan masa itu. Dapat
dipastikan bahwa pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan
meningkatkan kebudayaan yang terbuat dari batu – batu besar. Di
beberapa negara bahkan terdapat peninggalan dari periode megalitik
seperti Stonehenge di Inggris, termasuk Indonesia tentunya.
Megalitikum sendiri berasal dari kata Bahasa Yunani, Megalitik,
dimana kata Megas berarti besar, dan Lithos berarti batu.

 Ciri – ciri

1. Manusia sudah mampu membuat bangunan dari batu yang besar


2. Mulai adanya kepercayaan animism dan dinamisme

1
 Latar Belakang

- Pemahaman tentang kehidupan sesudah mati dan pemujaan roh


- Anggapan benda – benda atau peralatan diyakini sebagai bekal
seseorang setelah mati, sehingga dikubur bersama jenazah dalam
kubur batu.
- Upacara kematian yang kompleks dan hubungan antara manusia
di dunia dengan leluhur yang sudah mati.

 Kepercayaan Yang Dianut

a. Animisme
Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami
semua benda. Manusia purba percaya bahwa roh nenek moyang
masih berpengaruh terhadap kehidupan di dunia. Mereka juga
mempercayai adanya roh di luar roh manusia yang dapat berbuat
jahat dan berbuat baik. Roh – roh itu mendiami semua benda,
misalnya pohon batu, gunung, dan lain sebagainya. Agar mereka
tidak dianggap roh jahat, mereka memberikan sesaji kepada
roh – roh tersebut.

b. Dinamisme
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu
mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat memengaruhi
keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan kehidupan. Mereka percaya terhadap kekuatan
gaib dan kekuatan itu dapat menolong mereka. Kekuatan gaib itu
terdapat di dalam benda – benda seperti keris, patung, gunung,
pohon besar, dan lain lain. Untuk mendapatkan pertolongan
kekuatan gaib tersebut, mereka melakukan upacara pemberian
sesaji, atau ritual lainnya.

2
 Peninggalan Zaman Megalitikum

Peninggalan zaman megalitikum dan fungsinya memiliki peran


penting dalam masa prasejarah. Sebagai bagian dari salah satu klasifikasi
masa prasejarah, di zaman tersebut terdapat beberapa peninggalan
berupa batu – batu besar yang dijadikan sebagai hasil kebudayaannya.

Fungsi hasil kebudayaan berupa alat dari batu ini diklaim sebagai media
atau tempat beribadah dan mengenang nenek moyang dalam sistem
kepercayaan animisme dan dinamisme.

3
 Berikut adalah beberapa hasil kebudayaan pada
zaman Megalitikum :

1. Punden Berundak

4
Penjelasan :

Punden berundak adalah bangunan suci tempat pemujaan roh leluhur


yang bentuknya bertingkat-tingkat atau berundak-undak (Sagimun, 1987:
48). Hal ini tersebut menandakan anggapan bahwa nenek moyang berada
di puncak gunung.

Punden Berundak adalah bangunan pemujaan berupa bangunan


bertingkat dengan bahan dari batu, di atasnya biasanya didirikan Menhir.
Bangunan ini banyak dijumpai di Kosala dan Area Domas Banten, Cisolok
Sukabumi, serta Pugungharjo di Lampung.
Dalam perkembangan selanjutnya, Punden Berundak merupakan
dasar pembuatan candi, keratin atau bangunan keagamaan lainnya.

Sejarah keberadaan Punden Berundak di Pura Candi Desa Pakraman


Selulung adalah kemungkinan dibangun pada masa transisi antara masa
prasejarah dengan masa Hindu, yaitu antara abad ke 1- 4 masehi.

Punden Berundak ditemukan di Situs prasejarah di Desa Tinggarsari


dikatakan Pageh, termasuk Punden Berundak. batu tersebut sudah ada
sejak jaman prasejarah. Yang menarik disitu, menurut Pageh, di Bali baru
pertama ditemukan situs Punden Berundak

5
2. Menhir (men = batu, hir = tegak/berdiri)

6
Penjelasan :

Menhir adalah sebuah batu besar dan panjang yang diletakkan sebagai
tugu (memanjang ke atas). Umumnya, digunakan oleh manusia praaksara
dari masa megalitikum untuk pemujaan.
Menhir berasal dari bahasa Keltik, men yang artinya batu, dan hir yang
berarti panjang. Jadi, arti menhir adalah batu panjang. Benda peninggalan
zaman Megalitikum ini dapat berupa batu tunggal (monolith) atau berupa
sekelompok batu yang diletakkan sejajar di atas tanah.

Menhir ialah tiang atau tugu yang terbuat dari batu yang didirikan
sebagai tanda peringatan dan melambangkan arwah nenek moyang,
sehingga menjadi benda pujaan dan ditempatkan pada suatu tempat.
Fungsi Menhir adalah sebagai sarana pemujaan terhadap arwah nenek
moyang, sebagai tempat memperingati seseorang (kepala suku) yang telah
meninggal, dan sebagai tempat menampung kedatangan roh.

Menhir banyak ditemukan di Sumatra Selatan, Jawa Barat, dan


Sulawesi Tengah. Dalam upacara pemujaan, menhir juga berfungsi
sebagai tempat untuk menambahkan hewan kurban.
Tempat – tempat temuan Menhir di Indonesia antara lain di : Pasemah
(Sumatra Selatan), Pugungharjo (Lampung), Kosala dan Lebak Sibedug,
Leles, Karang Muara, Cisolok (Jawa Barat), Pekauman Bondowoso (Jawa
Timur), Trunyan dan Sembiran (Bali), Belu (Timor), Bada-Besoha, dan
Toraja, Sulawesi

7
3. Kubur Peti Batu

8
Penjelasan :

Peti kubur ialah tempat penyimpanan mayat.


Peti Kubur Batu merupakan salah satu bentuk peninggalan tradisi dan
budaya prasejarah era megalitik. Di era itu, peti kubur batu digunakan
sebagai media untuk mengantarkan mayat orang yang meninggal ke dunia
arwah.

Kubur Peti Batu adalah peti jenazah yang terpendam di dalam tanah
yang terbentuk persegi panjang, sisi, alas, dan tutupnya terbuat dari papan
batu. Benda ini banyak ditemukan di daerah Kuningan, Jawa Barat.

Kubur batu dibuat dari lempengan atau papan batu yang disusun
persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan
bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Selain Pagaralam dan Lahat,
daerah penemuan peti kubur adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa
Barat), Wonosari (Yogyakarta), dan Cepu (Jawa Timur).

9
4. Waruga

10
Penjelasan :

Waruga adalah kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat


dengan tutup berbentuk atap rumah. Bentuk dan fungsi Waruga
seperti Sarkofagus, tetapi dengan penempatan posisi mayat jongkok
terlipat. Waruga hanya dapat ditemukan di Minahasa.

Waruga adalah bentuk kuburan kuno yang terbuat dari dua batu
berbentuk segitiga dan kotak. Waruga banyak ditemukan di
Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara.

Waruga atau kuburan tua, adalah peti kubur peninggalan zaman


megalithic orang Minahasa - Daerah Sulawesi Utara
(Sulut) yang berkembang pada awal abad ke-13 SM.

Waruga digunakan sebagai tempat penguburan dan pelaksanaan


ritual kematian.
Keberadaannya mewakili kepercayaan masyarakat Minahasa pada
masa lalu, yaitu animisme dan dinamisme. Selain itu, waruga juga
menjadi perlambang seni masyarakat Minahasa baik secara sosial
maupun secara individu.

11
5. Sarkofagus

12
Penjelasan :

Sarkofagus atau keranda adalah peti jenazah yang bentuknya seperti


lesung, tetapi mempunyai tutup. Pembuatannya seperti lesung batu, tetapi
bentuknya seperti keranda. Salah satu tempat penemuan Sarkofagus
adalah di Bali. Isinya tulang – belulang manusia, barang – barang
perunggu dan besi, serta manik – manik. Sarkofagus juga ditemukan di
Bondowoso, Jawa Timur.
Salah satu barang peninggalan sistem kepercayaan zaman praaksara
adalah sarkofagus yang berfungsi sebagai tempat menyimpan
mayat. Sarkofagus merupakan kubur batu yang terdiri dari wadah dan
tutup yang umumnya terdapat tonjolan pada ujungnya.
Sarkofagus ini merupakan salah satu peninggalan sejarah yang
diperkirakan ada pada zaman megalitikum atau zaman batu. Peninggalan
benda bersejarah ini pun ditemukan di beberapa daerah di Indonesia,
seperti Bali dan Jawa Timur.

Sarkofagus terdiri atas wadah dan tutup yang sama dan sebangun,
yang masing-masing mempunyai rongga. Pinggiran rongga tang tebal pada
umumnya memperlihatkan garis luar dan garis dalam yang sejajar dengan
membentuk sudut-sudut yang tajam atau tumpul. Garis-garis tersebut
dapat juga membulat dibagian sudut sarkofagus.

Untuk melindungi roh jasad yang sudah mati dari gangguan gaib, pada
Sarkofagus sering dipahatkan motif kedok/topeng dengan berbagai
ekspresi. Sarkofagus dapat juga diartikan sebagai “Perahu Roh” untuk
membawa roh berlayar ke dunia roh

13
6. Dolmen (dol = meja, men =batu)

14
Penjelasan :

Salah satu peninggalan dari zaman Megalitikum adalah Dolmen, yaitu


meja batu yang digunakan oleh manusia pada masa lampau untuk
meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada roh nenek
moyang. Dolmen umumnya berupa batu berukuran besar dengan
permukaan datar, yang panjangnya sekitar 300 cm dengan lebar sekitar
100 cm.
Dolmen merupakan salah satu peninggalan zaman praaksara yang
berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sesajian, yang akan
dipersembahkan kepada arwah nenek moyang dan untuk peribadatan.
Adakalanya, ruang di bawah dolmen digunakan sebagai tempat
meletakkan jenazah agar terhindar dari binatang buas.
Dolmen adalah meja batu besar dengan permukaan rata sebagai
tempat meletakkan sesaji, sebagai tempat meletakkan roh, dan
menjaditempat duduk ketua suku agar mendapat berkat magis dari
leluhurnya.

Dolmen ada yang berkakikan Menhir seperti yang ditemukan di


Pasenah, Sumatra Selatan, ada juga yang digunakan sebagai kubur batu
seperti yang ditemukan di Bondowoso dan di Merawan, Jember, Jawa
Timur.
Puluhan benda peninggalan prasejarah berupa
batu Dolmen banyak ditemukan di wilayah Pujer, Bondowoso.
Batu Dolmen merupakan salah satu benda peninggalan purbakala zaman
prasejarah. Bentuknya berupa meja batu dengan tiang menyangga juga
dari batu.

15
7. Arca atau Patung

16
Penjelasan :

Patung arca megalitik adalah istilah dalam arkeologi untuk


menyebutkan tinggalan berupa patung yang biasanya terbuat dari batu
yang merupakan tradisi megalitik. Fungsi arca megalitik tersebut yaitu
sebagai media pemujaan terhadap roh leluhur atau nenek moyang.

Arca atau Patung adalah bangunan yang terbuat dari batu


berbentuk binatang atau manusia yang melambangkan nenek moyang
dan menjadi pujaan. Peninggalan Megalitikum ini banyak ditemukan di
dataran tinggi Pasemah, yaitu pegunungan antara wilayah Palembang
dan Bengkulu.

Arca Megalitik Ditemukan di Sulawesi Selatan.

Eratnya arca megalitik dalam aspek religius, dalam hal ini berkaitan
dengan pemujaan terhadap arwah.
Maka ada beberapa tokoh yang menyebutnya sebagai arca nenek
moyang, arca pemujaan,dan arca leluhur. Arca megalitik pada
dasarnya dapat terdiri arca manusia dan arca binatang.

17
 Sosial Budaya

Kebudayaan Megalitikum adalah kebudayaan yang


menghasilakn bangunan – bangunan dari batu besar yang muncul
sejak zaman Neolitikum.
Kehidupan dalam masyarakat masa perundagian memperlihatkan
rasa solidaritas yang kuat. Peranan solidaritas ini tertanam dalam hati
setiap orang sebagai warisan yang telah berlaku sejak nenek
moyang.

Adat kebiasaan dan kepercayaan merupakan pengikat yang


kuat dalam mewujudkan sifat itu. Akibatnya, kebebasan individu agak
terbataskarena adanya aturan – aturan yang apabila dilanggar akan
membahayakan masyarakat.
Pada masa ini sudah ada kepemimpinan dan pemujaan kepada
sesuatu yang suci diluar diri manusia yang tidak mungkin disaingi
serta berada diluar batas kemampuan manusia.
 Budaya Megalitikum Di Indonesia

1. Pasemah merupakan wilayah dari provinsi Sumatera Selatan.


Tinggalan megalitik Pasemah muncul dalam bentuk yang
begitu unik, patung – patung dipahat dengan begitu dinamis
dan meonumental, yang mencirikan kebebasan sang seniman
dalam memahat.
2. Nias Etnik Nias masih menerapkan beberapa elemen Megalitik
dalam kehidupannya. Contohnya Rangkaian kegiatan
mendirikan batu besar (Dolmen) untuk memperingati kematian
seorang penting di Nias.
3. Sumba. Etnik Sumba di Nusa Tenggara Timur juga masih
kental menerapkan beberapa elemen Megalitikum dalam
kegiatan sehari – hari. Kubur batu masih ditemukan di sejumlah
perkampungan. Meja batu juuga dipakai sebagai tempat
pertemuan adat.

18
Daftar Pustaka.

Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2003. Sejarah Indonesia untuk


SMA/MA Kelas X. Jakarta
Penerbit. Erlangga

http://serbasejarah.blogspot.com/2012/08/zaman-megalithikum-
di-indonesia.html
http://handikap60.blogspot.com/2013/02/pengertian-animisme-
dinamisme-dan.html
http://ikisworld.blogspot.com/2012/02/peninggalan-zaman-
megalitikum.html

DAFTAR GAMBAR.

GAMBAR PUNDEN BERUNDAK ………………………….. 4


GAMBAR MENHIR …………………………………………... 6
GAMBAR KUBUR PETI BATU ……………………………… 8
GAMBAR WARUGA …………………………………………..10
GAMBAR SARKOFAGUS …………………………………... 12
GAMBAR DOLMEN ………………………………………….. 14
GAMBAR ARCA/PATUNG ………………………………….. 16

19

Anda mungkin juga menyukai