Anda di halaman 1dari 15

SEJARAH INDONESIA

BENTAR DWI JUIANTO


T K SALWA ZEBINA

LI
A
HETTY NUR SAFITRI
E G SISKA MARTHA LEZA

M UM
NANDA HAFIZHAH ZAFIRA QURRATUAINI
RAAHMANI

KELOMPOK 4
Pengertian Megalitkum
Megalitkum berasal dari kata mega yang
berarti besar, dan lithos yang berarti
batu,zaman Megalitikum biasa disebut dengan
zaman batu besar,karena pada zaman ini
manusia sudah dapat membuat dan
meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan
batu-batu besar.
Penggolongan zaman meehalitikum

Zaman megalithikum dibagi menjadi dua gelombang


yaitu :
1.Megalitik tua antara 2500 SM sampai 1500 SM
Von Heine Geldren memasukkan megalithikum tua
kedalam Neolithikum. Tradisi ini didukung oleh para
pemakai bahasa Austronesia yang menghasilkan
alat-alat beliung persegi dan mulai pula membuat
benda atau bangunan yang disusun dari batu
besar,seperti dolmen,undak batu,limas (piramid)
berundak dan pelinggis. Penelitian lebih lanjut yang
bertolak dari gagasan kosmo-magis
mengungkapkan unsure-unsur yang lebih asli lagi
seperti antara lain tembok batu dan jalan batu.
2.Megaltik muda dari milenium pertama Sebelum masehi (dikutip dari
pusponegoro dan Notosusanto, 1993:206)
Zaman megalithikum sangatlah besar Konsepsi pemujaan nenek
moyang melahirkan tata cara yang menjaga tingkah laku masyarakat
di dunia fana supaya sesuai dengan tuntutan hidup di dunia akhirat
disamping menambah kesejahteraan di dunia fana. Pada masa ini
organisasi masyarakat sudah teratur. Pengetahuan tentang teknologi
yang berguna dan nilai-nilai hidup terus berkembang,antara lain cara-
cara pembiakan ternak,pemilihan benih-benih tanaman dan
penemuan alat-alat baru yang lebih cocok untuk keperluan sehari-hari
makin bertambah. Sikap hidup selalu berkisar pada persoalan-
persoalan manusia, bumi, hewan dan tabu. Perkampungan
merupakan pusat kehidupan setelah pola hidup mengembara di
tinggalkan sama sekali.
Kehidupan sosial
Pada zaman ini manusia melakukan banyak kegiatan yang
menyangkut kehidupannya. Mereka sudah mepunyai aktifitas
seperti berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam.

Ciri-cirinya adalah:
 Manusia sudah dapat membuat dan meninggalkan kebudayaan
yang terbuat dari batu-batu besar
 Berkembang dari zaman neolitikum sampai zaman perunggu
 Manusia sudah mengenal kepercayaan utamnya animisme
Benda-benda Meghalitikum yang ada di
purbalingga
Bangunan Berundak
 Tinggalan bangunan berundak di temukan sejumlah 6 buah, yaitu situs batur,
gampingan, Karanganyar, Kauman, Tegalsari, dan sura. Bangunan berundak  pada
situs – situs tersebut memiliki cirri yang hamper sama yaitu berundak gasal,
berdenah persegi, berpagar dan berpintu serta memiliki objek utama di undakan
teratas. Orientasinya menuju kearah utara ( situs Bature kauman ) dan sisanya ke
arah barat atau puncak gunung
slamet.                                                                                              
Menhir
 Menhir ialah sebuah batu tegak yang sudah atau belum dikerjakan dan diletakkan
dengan sengaja disuatu tempat untuk memperingati orang yang telah mati.Temuan
menhir pada situs – situs megalitik di Purbalingga sejumlah 71 Orang, yang terbesar
adalah 14 situs. Berdasarkan konteks temuan, menhir tersebut di kelompokan
menjadi 3, yaitu menhir yang berada di situs penguburan sejumlah 53 buah, di situs
pemujaan 13 buah, di pemukiman penduduk 5 buah. Menhir di situs penguburan
ditemukan berjajar dengan posisi utara – selatan dan berfungsi sebagai nisan kubur
Lumpang Batu
 Di purbalingga di temukan 3 buah lumpang batu yaitu di ditus batu
putih, Gempingan, dan karang anyar. Ketiga lokasi tersebut
merupakan lahan pertanian dan berdekatan dengan air. Lumpang
batu merupakan benda yang dianggap sacral.
Phallus
 Phallus di Purbalingga di temukan sebanyak 3 buah, yaitu di situs
kemangkon, sura dan bandingan. Phallus adalah benda peninggalan
megalitik yang terbuat dari batu berbentuk lonjong dimana pada
salah satu ujungnya dipahatkan bentuk alat kelamin laki – laki,
menurut kepercayaan masyarakat megalitik, organ tubuh manusia
dianggap  memiliki kekuatan gaib dan alat kelamin merupakan
objek yang paling kuat mengandung kekuatan gaib tersebut.
Kubur Batu
 Situs kubur yang di temukan  di purbalingga sebanyak 7 buah. Batas kubur dilakukan
dengan menutup permukaan tanah dengan batas susunan batu.System penguburan
yang digunakan oleh masyarakat  megalitik di Purbalingga adalah penguburan tanpa
wadah dengan tanda kubur berupa menhir.                                                                    
Batu Dakon
 Batu dakon di wilayah Purbalingga di temukan sebanyak 2 buah, yaitu situs kaum dan
situs kualitas. Sampai saat ini dakon tersebut masih di keramatkan dengan
pemberian sensasi. Bahkan di situs kauman, dakon merupakan objek pemujaan
utama pada undakan teratas. Penempatan ini menandakan kesakralan
Dolmen
 Dolmen adalah peninggalan megalitik yang bentuknya menyerupai meja batu yang
terdiri dari bongkahan batu yang di tompangi empat buah batu yang salah satu
ujungnya ditanam di bawah tanah. Di Purbalingga hanya di temukan satu buah.
Fungsi Benda-benda Peninggalan Zaman Megalitkum
Punden  Berundak
 Fungsi dari bangunan ini adalah sebagai pemujaan roh nenek moyang.
  Menhir
 Berdasarkan konteks temuan maka dapat disimpulkan bahwa fungsi menhir di
Purbalingga adalah sebagai tanda kubur dan media pemujaan. Dalam pengertian
umum biasanya menhir dianggap berfungsi untuk menghormati seorang tokoh
baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal
  Lumpang batu
             Lumpang batu pada umumnya merupakan komponen penting dalam
masyarakat agraris, yaitu berfungsi praktis sebagai alat atau wadah menumbuk
padi atau  biji – bijian. Dalam konteks megalitik di Purbalingga benda ini berubah
menjadi benda sacral, yaitu sebagai sarana upacara pemujaan. Dengan demikian
dapat di simpulkan bahwa lumping batu berfungsi sebagai symbol dari suatu
pengharapan akan kesuburan bagi hasil pertanian.
Phallus
 Fungsi phallus dikaitkan dengan  fungsi alat reproduksi manusia
yaitu sebagai sarana upacara kesuburan.
    Kubur batu
 Sebagai wadah kubur.
  Batu dakon
             Kesakralan dan penempatannya yang berada di dekat air
merupakan indicator bahwa benda ini berfungsi sebagai sarana
pemujaan terhadap air pada upacara kesuburan.
Dolmen
 Fungsi dolmen berkait dengan upacara pemujaan sebagai tempat
meletakan sesaji.
Kepercyaan
 Kehidupan Keagamaan Masyarakat Sunda Kuno Penemuan-
penemuan sejumlah bangunan era Megalitikum mengindikasikan
bahwa rakyat Sunda kuno cukup religius. Sebelum pengaruh
Hindu dan Buddha tiba di Pulau Jawa, masyarakat Sunda telah
mengenal sejumlah kepercayaan, seperti terhadap leluhur, benda-
benda angkasa dan alam seperti matahari, bulan, pepohonan,
sungai, dan lain-lain. Pengenalan terhadap teknik bercocok tanam
(ladang) dan beternak, membuat masyarakat percaya terhadap
kekuatan alam
 Dalam melaksanakan ritual atau upacara keagamaan, masyarakat
prasejarah itu berkumpul di komplek batu-batu besar (megalit)
seperti punden-berundak (bangunan bertingkat-tingkat untuk
pemujaan), menhir (tugu batu sebagai tempat pemujaan),
sarkofagus (bangunan berbentuk lesung yang menyerupai peti
mati), dolmen (meja batu untuk menaruh sesaji), atau kuburan
batu (lempeng batu yang disusun untuk mengubur mayat).
Bangunan-bangunan dari batu ini banyak ditemukan di sepanjang
wilayah Jawa bagian barat. Dibandingkan dengan wilayah Jawa
Tengah dan Timur, Jawa Barat paling banyak meninggalkan
bangunan-bangunan megalitik tersebut.
Gambar peninggalan zaman Megalitkum
 Batu berunduk  Menhir
 Lumpang batu
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai