Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 1

Anggota: -Reza liana


-m.malzi riandityo
1 .Kebudayaan Bacson-Hoabinh
 Kebudayaan Bacson-Hoabinh diperkirakan berasal dari tahun 10.000
SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM.
 Kebudayaan ini berlangsung pada kala Holosen yang berpusat di lembah
sungai Mekong.
 Dinamakan Bacson Hoabin karena tempat penemuan kebudayaan ini
berada di pegunungan di daerah Hoabin Tonkin Indocina.
 Kebudayaan Bacson Hoabin masuk melalui Thailand Melayu lalu
menyebar ke Nusantara.
 Mereka datang di Nusantara dengan perahu bercadik dan tinggal di
pantai timur Sumatra dan Jawa, namun mereka terdesak oleh ras Melayu
yang datang.
 Akhirnya, mereka menyingkir ke wilayah Indonesia Timur dan dikenal
sebagai ras Papua yang pada masa itu sedang berlangsung budaya
Mesolitikum sehingga pendukung budaya Mesolitikum adalah Papua
Melanesoid.
 Ras Papua Melanesoid hidup masih setengah menetap, berburu, dan
bercocok tanam sederhana, sudah mengenal kesenian, seperti lukisan
mirip babi hutan yang ditemukan di Gua Leang-Leang (Sulawesi). 
2. Hasil-hasil Kebudayaan Bacson-Hoabinh di Indonesia

a.  Kapak Genggam


 Kapak genggam yang ditemukan di dalam bukit kerang tersebut
dinamakan dengan pebble atau kapak Sumatera (Sumatralith)
sesuai dengan lokasi penemuannya yaitu di pulau Sumatera.
 Tahun 1925, Dr. P.V. Van Stein Callenfels melakukan penelitian
di bukit kerang tersebut dan hasilnya menemukan kapak
genggam.
 Bahan-bahan untuk membuat kapak tersebut berasal batu kali
yang dipecah-pecah.
Kapak genggam

05/10/22
b.  Kapak Dari Tulang dan Tanduk
Di sekitar daerah Nganding dan Sidorejo
dekat Ngawi, Madiun (Jawa Timur) ditemukan
kapak genggam dan alat-alat dari tulang dan
tanduk.
Alat-alat dari tulang tersebut bentuknya ada
yang seperti belati dan ujung tombak yang
bergerigi pada sisinya.
Adapun fungsi darialat-alat tersebut adalah
untuk mengorek ubi dan keladi dari dalam
tanah, serta menangkapikan.
05/10/22
c.  Flakes

 Flakes berupa alat alat kecil terbuat dari batu yang disebut
dengan flakes atau alat serpih.
 Flakes selain terbuat dari batu biasa juga ada yang dibuat dari
batu-batu indah berwarna seperti calsedon.
 Flakes mempunyai fungsi sebagai alat untuk menguliti hewan
buruannya, mengiris daging atau memotong umbi-umbian. Jadi
fungsinya seperti pisau pada masa sekarang.
 Selain ditemukan di Sangiran flakes ditemukan di daerah-daerah
lain seperti Pacitan, Gombong, Parigi, Jampang Kulon, Ngandong
(Jawa), Lahat (Sumatera), Batturing (Sumbawa), Cabbenge
(Sulawesi),Wangka, Soa, Mangeruda (Flores).
05/10/22
d.  Kjokkenmoddinger
 Kjokkenmoddinger adalah bukit-bukit sampah kerang yang berdiameter
sampai 100 meter dengan kedalaman 10 meter.
 Peninggalan ini ditemukan di Sumatra.
 Lapisan kerang tersebut diselang-selingi dengan tanah dan abu.
 Tempat penemuan bukit kerang ini pada daerah dengan ketinggian yang
hampir sama dengan permukaan air laut sekarang dan pada kala
Holosen daerah tersebut merupakan garis pantai.
 Namun, ada beberapa tempat penemuan yang pada saat sekarang telah
berada di bawah permukaan laut.
 Tetapi, kebanyakan tempat-tempat penemuan alat-alat dari batu di
sepanjang pantai telah terkubur di bawah endapan tanah, sebagai akibat
terjadinya proses pengendapan yang berlangsung selama beberapa
millennium yang baru. 
05/10/22
3. Kebudayaan Dongson
Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan
tempat penyelidikan yang pertama.
Daerah ini merupakan pusat kebudayaan perunggu di
Asia Tenggara.
 Diperkirakan kebudayaan ini berlangsung pada
tahun 1500 SM-500 SM.
Bertempat di kawasan Sungai Ma, Vietnam.
Kebudayaan Dongson ini berawal dari evolusi
kebudayaan Austronesia.
Asal usulnya sendiri telah dicar adalah bangsa Yue-
tche yang merupakan orang-orang barbar yang
muncul di barat daya China sekitar abad ke-8 SM.
05/10/22
 Pendapat tentang kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi
dalam 2 tahap:

a. Zaman Neolithikum, berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM, merupakan


zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi

b. Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500 SM, merupakan kebudayaan kapak
sepatu, nekara, dan candrasa.

 Penyebaran kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan terbaginya kebudayaan


di Indonesia menjadi 2, yaitu:

a. Kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) di Masyarakat Dayak Pedalaman


b. Kebudayaan Melayu Muda (Deutero Melayu) di masyarakat Bali Aga dan
Lombok

Anda mungkin juga menyukai